Situs Media Informasi Kantor Imam Ali Khamenei
Terima:

Ajwibatul Istiftaat

  • TAQLID
  • THAHÂRAH (KESUCIAN)
  • SHALAT
    • SYARAT-SYARAT DAN PENTINGNYA SHALAT
    • WAKTU-WAKTU SHALAT
    • HUKUM KIBLAT
    • HUKUM TEMPAT SHALAT
    • HUKUM TEMPAT-TEMPAT KEAGAMAAN LAIN
    • SEPUTAR PAKAIAN PELAKU SHALAT
    • MEMAKAI DAN MENGGUNAKAN EMAS DAN PERAK
    • AZAN DAN IQAMAH
    • ZIKIR
    • SUJUD
    • HAL-HAL YANG MEMBATALKAN SHALAT
    • MEMBALAS SALAM
    • KERAGUAN-KERAGUAN DALAM SHALAT
    • SHALAT QADHA’
    • SHALAT QADHA’ PUTRA SULUNG
    • SHALAT JAMAAH
    • HUKUM BACAAN IMAM YANG SALAH
    • IMAM YANG CACAT
    • KEIKUTSERTAAN WANITA DALAM SHALAT JAMAAH
    • BERMAKMUM DENGAN AHLUS SUNNAH
    • SHALAT JUM'AT
    • SHALAT IDUL FITRI DAN IDUL ADHA
    • SHALAT MUSAFIR
    • ORANG YANG PEKERJAANNYA SAFAR (PERJALANAN) ATAU MEMERLUKAN SAFAR
    • PERJALANAN PELAJAR
    • KEINGINAN MENEMPUH MASAFAH DAN NIAT MENETAP 10 HARI
    • BATAS TARAKHKHUSH
    • PERJALANAN DOSA (MAKSIAT)
    • WATHAN (TEMPAT TINGGAL)
    • IKUT SUAMI
      Berkas yang Dicetak  ;  PDF

      IKUT SUAMI

      SOAL 670:
      Apakah isteri mengikuti suami berkenaan dengan wathan dan iqamah (bermukim)?

      JAWAB:
      Seorang istri tidak secara paksa mengikuti suami hanya disebabkan oleh hubungan perkawinan. Isteri boleh tidak mengikuti suami dalam memilih wathan maupun dalam niat menetap (iqamah). Jika isteri tidak mempunyai kemandirian dalam kehendak dan hidup, namun tunduk pada kehendak suami dalam menentukan wathan atau berpaling darinya, maka tujuan (niat) suami cukup baginya dalam hal itu, sehingga setiap kota yang ditempati suami untuk menjalani kehidupan secara permanen dan menjadikannya sebagai wathan juga menjadi wathannya (isteri), begitu pula setiap kali suami berpaling dari wathan mereka berdua dan berpindah ke tempat lain, maka ia juga berpaling darinya. Perihal menetap selama 10 hari dalam safar, cukup baginya (isteri) mengetahui rencana suami untuk menetap (selama 10 hari), jika ia memang tunduk pada kehendak suaminya. Begitu juga jika ia dalam keadaan terpaksa menemani suami selama menetap di sana.

      SOAL 671:
      Seorang pemuda menikahi seorang wanita dari kota lain. Ketika (istri) pergi ke rumah orangtuanya, apakah ia melakukan shalat secara qashr atau tamam?
      JAWAB:
      Selama ia tidak berpaling dari wathan-nya yang asli, maka ia melakukan shalatnya di situ secara tamam.

      SOAL 672:
      Apakah isteri atau anak-anaknya tercakup dalam masalah ke 1284 dalam risâlah amaliyah Imam Khomaini (qs), bahwa safar mereka dapat terjadi tanpa mereka bertujuan melakukan safar juga? Apakah wathan ayah juga menyebabkan setiap yang mengikutinya melakukan shalat secara tamam?
      JAWAB:
      Jika mereka mengikuti ayah dalam safar, meski terpaksa, maka pengetahuan akan tujuan ayah untuk menempuh masafah cukup bagi mereka. Untuk menjadikan sebuah tempat sebagai wathan atau untuk berpaling dari sebuah wathan, apabila mereka tidak mandiri dalam berekehendak dan hidup, sebaliknya mereka tunduk pada kehendaknya -sesuai apa yang terbayang dalam benak mereka -, maka mereka mengikuti ayah berkenaan dengan tindakan berapaling dari wathan, atau dalam menentukan wathan baru yang dipilih setelah ia berpindah untuk menjalani kehidupan secara permanen di situ sebagai wathan mereka.
    • HUKUM KOTA-KOTA BESAR
    • SHALAT SEWAAN (ISTIJARAH)
    • SHALAT AYAT
    • SHALAT-SHALAT NAFILAH
    • LAIN-LAIN
  • PUASA
  • KHUMUS
  • JIHAD
  • AMAR MA'RUF & NAHI MUNKAR
  • MEMPERDAGANGKAN BENDA-BENDA NAJIS
  • MASALAH LAIN-LAIN SEPUTAR MATA PENCAHARIAN
  • MENGAMBIL UPAH DARI PERBUATAN YANG WAJIB
  • CATUR
  • ALAT-ALAT JUDI
  • MUSIK DAN NYANYIAN
  • TARIAN
  • APLAUS (TEPUK TANGAN)
  • GAMBAR (FOTO) DAN FILM
  • PARABOLA
  • DRAMA DAN BIOSKOP
  • MELUKIS DAN MEMAHAT
  • SIHIR, SULAP, MENDATANGKAN ROH DAN JIN
  • UNDIAN DAN SAYEMBARA
  • SUAP
  • Hukum-hukum Kedokteran
  • ETIKA BELAJAR DAN MENGAJAR
  • HAK CIPTA
  • TRANSAKSI DENGAN NON-MUSLIM
  • BEKERJA DI NEGARA ZALIM
  • BUSANA
  • MENIRU NON MUSLIM DAN MENYEBARKAN BUDAYA MEREKA
  • BERHIJRAH
  • ROKOK DAN NARKOTIKA
  • JENGGOT DAN KUMIS
  • BERADA DI LOKASI DAN TEMPAT MAKSIAT
  • JIMAT DAN ISTIKHARAH
  • MENGHIDUPKAN ACARA KEAGAMAAN
  • Jual-beli Fudhuli
  • Para Pemilik dan Hak Menjual
  • Syara-syarat Barang yang Diperjual-belikan
  • Syarat-syarat Akad (Kontrak Transaksi)
  • Barang-barang yang Diikutsertakan dalam Jual-beli (Tawabi’)
  • Serah Terima Barang dan Uang
  • Jual-beli Tunai dan Kredit
  • Jual-beli Salaf
  • Jual-beli Emas, Perak dan Uang
  • Berbagai Masalah Perniagaan
  • KHIYAR
  • RIBA
  • KEPEMILIKAN BERSAMA (SYUF’AH)
  • SEWA-MENYEWA
  • GADAI (RAHN)
  • PATUNGAN MODAL (SYIRKAH)
  • HIBAH
  • HUTANG-PIUTANG
  • SHULUH
  • AGENSI, PERWAKILAN DAN PENGACARA
  • SEDEKAH
  • PINJAMAN DAN PENITIPAN
  • WASIAT
  • GHASAB
  • MAHJUR DAN TANDA-TANDA BALIG
  • MUDHARABAH
  • PERBANKAN
  • Hadiah Bank
  • Bekerja di Bank
  • Hukum Cek dan Giro
  • ASURANSI
  • ASET NEGARA
  • Pegawai Negeri
  • WAKAF
  • Hukum-hukum Wakaf
  • Syarat-syarat Wakaf
  • Syarat-syarat Penanggung jawab Wakaf
  • Syarat-Syarat Barang Yang Diwakafkan
  • Syarat-Syarat Penerima Wakaf
  • Sigat (pernyataan) Wakaf
  • Menjual Barang Wakaf dan Mengubahnya
  • KUBURAN
700 /