Terima:
Suara Pemimpin
- Imam Khomeini
- Kebebasan
- Perspektif Rahbar Tentang Kebebasan
Kebebasan Bagian dari Fitrah Manusia
Kebebasan Sosial
Bagi saya, hari ini adalah hari yang sangat indah. Sebelumnya, saat menjabat sebagai presiden, saya sering berkunjung ke universitas ini; namun pertemuan kali ini memiliki kekhususan tersendiri sehingga begitu indah dan terpatri dalam benak dan kenangan saya. Kurang lebih dua atau tiga bulan telah diinformasikan kepada saya akan pertemuan ini, dan sepertinya Rektor yang terhormat mengharapkan saya untuk menyampaikan sepatah dua patah kata, atau rekan-rekanlah yang akan datang menemui saya. Pada saat itu saya langsung memutuskan untuk menghadiri pertemuan ini agar dapat menyaksikan keberhasilan beberapa tahun universitas ini dan melihatnya sendiri dari dekat.
Banyak harapan di balik pembangunan universitas ini. Tentu saja semua universitas di negara kita mempunyai andil besar dalam Revolusi, negara, kemajuan ilmu dan budaya di negara kita, namun universitas ini memang khusus didirikan oleh Revolusi. Tujuan pendirian universitsa ini guna menciptakan sumber daya manusia bagi universitas-universitas di seluruh negeri.
Mungkin ucapan ini tidak terlalu penting bagi sebagian kalangan, karena Alhamdulillah, saat ini di berbagai universitas negara kita terdapat banyak pemuda mukmin dan keluaran Revolusi, tapi, ucapan ini sangat bermakna pada awal era 60-an. Ketika sebagian dosen cenderung memilih untuk tidak datang ke kampus dan tidak bekerja sama dengan Revolusi, bahkan sebagian malah pergi keluar negri, sekelompok mahasiswa mengkritik mereka dan berulang kali merujuk kepada kami dengan mengatakan bahwa para dosen tersebut mereka tidak punya rasa kepedulian. Tentunya sebagian dosen dengan penuh keyakinan dan keikhlasan tetap berbakti di kampus. Karena mereka meyakini pengembangan universitas membutuhkan sebuah pikiran fundamental. Ide fundamental ini adalah pikiran mendirikan sebuah universitas. Hari ini saya melihat para lulusan dan alumnus universitas ini, baik wanita dan pria, hadir di sini. Inilah yang membuat pertemuan ini begitu indah dan begitu berkesan.
Saudara dan saudari yang terhormat! Saya hanya dapat mengungkapkan sebuah kalimat kepada Anda bahwa hari ini generasi akademisi di universitas memiliki tanggung jawab khusus. Saat ini, negara anda, Revolusi anda, sistem Islami yang bangga kepada anda, sedang melewati sebuah masa di mana para pemikir dan cendikiawan harus berusaha dan bekerja sama untuk lebih mengefektifkan sistem ini. Kita telah melewati masa-masa yang begitu sulit; masa perang, juga masa pasca perang yang memiliki banyak masalah dan kesulitan tersendiri.
Hari ini, adalah masa di mana kita harus mengganti semua ketertinggalan yang dipaksakan selama era penjajahan di negara ini lewat sains, pengetahuan dan usaha ilmiah. Era yang tidak membiarkan bakat-bakat berkembang, tidak mengizinkan identitas asli dan hakiki negara ini terlihat, dengan memasukkan barang-barang buatan Barat, yang membuat Barat semakin maju dalam bidang ilmu dan industri, negara kita menjadi begitu bergantung pada Barat. Komoditas pikiran dan budaya Barat dimasukkan ke negara kita dan langkah pertama yang dilakukan adalah menghilangkan keyakinan kaum terpelajar pada keberadaan diri; budaya, adat-istiadat, pengetahuan dan pada potensi cemerlang yang dimiliki oleh generasi baru Iran. Ketiadaan keyakinan ini telah memberikan pengaruhnya selama bertahun-tahun. Sejak pikiran ini, pikiran penghinaan terhadap rakyat Iran, masuk ke dalam negara kita, maka perasaan hina ini begitu merasuk ke dalam jiwa kalangan terpelajar kita sampai kemudian Barat berhasil menuai hasil dari kondisi ini. Meskipun harus memakan waktu bertahun-tahun, tetapi pada akhirnya Barat berhasil. Hasilnya adalah ketertinggalan yang dapat anda saksikan di negara kita. Dengan semua sumber daya manusia, semua sumber daya alam, kondisi geografis hebat yang kita miliki, dengan semua rekor gemilang di bidang ilmu, budaya dan peninggalan berharga ilmu yang kita miliki, kondisi kita hari ini sangat jauh tertinggal jika dibanding dengan apa yang seharusnya kita raih di medan ilmu, industri dan berbagai kemajuan ilmiah lainnya.
Berkaitan dengan masalah sejarah, geografi dan sastra kita, ternyata kalangan lain yang lebih aktif meneliti dan bekerja. Semua bakat cemerlang yang dimiliki rakyat Iran belum mampu mengganti ketertinggalan yang ada. Namun, dari langkah Revolusi ke sini telah terjadi sebuah mukjizat berupa kepercayaan diri. Perasaan terhina itu sudah tidak ada lagi, namun kita masih harus bekerja keras.
Pada awal-awal Revolusi, terutama dalam 8 tahun perang suci, banyak didapati kesulitan. Hari ini, tanggung jawab anda adalah berusaha keras, dan tujuannya adalah memberikan kemuliaan kepada Islam dan kemandirian pada Iran yang Islami.
Mandirikanlah negara anda dalam berbagai bidang. Tentu saja makna kemandirian bukanlah berarti bahwa kita tidak memanfaatkan apa pun dari luar. Ini tidak masuk akal dan tidak ada seorang pun yang dapat melakukan hal ini. Sepanjang sejarah, manusia memanfaatkan segala hal, namun ada perbedaan antara tukar pikiran, ide dan harta benda di antara dua makhluk yang memiliki kedudukan, posisi dan kekuatan yang sama dengan perbuatan seseorang mengemis kepada orang lainnya. Dengan jalan meminta dan memberikan sesuatu yang dibarengi dengan penghinaan. Inilah keadaan yang telah terjadi sebelum Revolusi.
Kedudukan negara harus didudukkan pada posisi yang seharusnya. Inilah tanggung jawab besar generasi muda terpelajar yang berpikiran maju di negara kita. Dan bagi anda, saudara dan saudari sekalian, yang telah belajar di universitas ini saya membayangkan sebuah tanggung jawab yang sangat berat di pundak anda. Insya Allah anda akan memperoleh taufik yang melimpah.
Tujuan utama saya hari ini adalah hadir di tengah-tengah anda. Saya tidak punya niatan khusus untuk menyampaikan satu hal di sini dan membahasnya. Menurut saya, dengan kebersamaan dan mendengarkan berbagai pernyataan dan pertanyaan anda adalah hal luar biasa. Bagi saya, tanya jawab ini sangat indah dan menyenangkan. Tetapi ada baiknya bila saya mengutarakan lebih dulu kondisi negara saat ini. saya telah mencatatnya untuk di kemukakan kepada anda secara ringkas.
Ada dua poin yang muncul dalam topik kebebasan. Saat ini, kebebasan merupakan topik yang banyak dibahas dalam berbagai media di negara kita dan para pemikir. Fenomena ini cukup bagus. Kami memang selalu menantikan hal-hal prinsi Revolusi dibahas sedemikian rupa sehingga setiap individu diharuskan berpikir dan berbicara tentangnya. Begitu pula tentang topik-topik lainnya. Hari ini, topik ini juga mencuat, sedikit banyaknya saya juga melihat apa yang ditulis dan dibicarakan. Saya teliti dan terkadang juga memanfaatkan apa yang ditulis dan dibicarakan. Pendapat-pendapat yang ada cukup beragam; maksudnya semua tidak menulis dalam satu arah yang sama. Banyak pendapat yang bervariasi, dalam dua sisi pertentangan dapat disaksikan juga pernyataan yang benar dan hak. Kelanjutan pembahasan ini cukup baik. Andai saja para pemikir kita bangkit mengemukakan pembahasan mendasar dalam media, mereka mengeluarkan media dari kondisi minus isi dan membahas topik-topik penting yang merupakan petunjuk bagi rakyat. Kami selalu menyarankan agar budaya Revolusi lebih diperdalam lagi. Kelaziman memperdalam budaya Revolusi adalah membahas topik-topik seperti ini.
Salah satu poin dari dua poin yang ingin saya kemukakan adalah dalam masalah pengertian kebebasan. Kita harus mandiri, sebagaimana salah satu slogan kita; maksudnya kita harus berpikir bebas; tidak taklid dan menurut begitu saja. Jika dalam hal kebebasan yang merupakan fondasi dari berbagai masalah dan kemajuan, kita harus kita ikuti orang lain dan mata kita hanya terbuka lewat jendela kecil pemikiran Barat yang disodorkan pada kita, maka kita telah melakukan sebuah kesalahan besar dan tentu saja kita akan menuai hasil getirnya.
Sebelumnya, saya harus katakan bahwa masalah kebebasan adalah sebuah topik yang selalu ditekankan dan diulang-ulang dalam al-Quran dan ucapan para Imam as. Tentu saja kata kebebasan yang kita pakai di sini bukan berarti kebebasan mutlak yang memang tidak memiliki pendukung di dunia sama sekali. Saya pikir tidak ada seorang pun manusia yang menyerukan kebebasan mutlak. Maksud kami juga bukan kebebasan maknawi yang terdapat dalam Islam khususnya dalam tataran tinggi makrifah Islam; ini bukan pembahasan kita. Kebebasan maknawi adalah sesuatu yang diterima oleh semua kalangan yang menyakini maknawiah; ini bukanlah sesuatu yang harus diterima dan ditolak.
Maksud kebebasan yang kita bahas di sini adalah kebebasan sosial; kebebasan sama seperti hak manusia untuk berpikir, berbicara, memilih dan sejenisnya. Topik ini jelas terlihat dalam kitab dan sunnah. Ayat 157 Surah al-A’raf berbunyi:
الّذين يتبّعون الرّسول النّبي الامّي الّذي يجدونه مکتوباً عندهم في التّورية والانجيل يأمرهم بالمعروف و ينهاهم عن المنکر و يحلّ لهم الطيّبات و يحرّم عليهم الخبائث و يضع عنهم اصرهم و الاغلال الّتي کانت عليهم
(yaitu) orang-orang yang mengikut rasul, nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka Itulah orang-orang yang beruntung.
Allah swt telah menjadikan salah satu kekhususan Rasulullah adalah melepaskan belenggu dari leher manusia dan membebaskan mereka dari perjanjian yang dipaksakan. Ayat ini memiliki makna yang sangat ajaib dan luas. Jika memperhatikan kondisi masyarakat religius dan non religius pada masa itu, niscaya anda akan mengerti bahwa kata Ashr yang berarti perjanjian paksaan yang dibuat manusia, meliputi mayoritas akidah batil, khurafat dan ketentuan-ketentuan sosial salah yang dilakukan oleh tangan-tangan otoriter, penyelewengan atau pembodohan terhadap rakyat. Sementara kata Aghlalbentuk plural dari Ghul maknya jelas.
Bapak Goerge Jourdac, penulis buku Suara Keadilan, tentang Amirul Mukminin as membandingkan dua kalimat yang satunya adalah ucapan Amirul Mukminin as dan satunya adalah ucapan Khalifah kedua, Umar bin Khattab. Suatu ketika, sejumlah gubernur di zaman Umar bin Khattab datang menemuinya. Khalifah marah karena ada laporan jelek tentang para bupati ini. Khalifah berkata kepada mereka dengan ucapan yang terkenal:
استعبدتم النّاس و قد خلقهم الله احرارا؟
Kalian menjadikan rakyat sebagai budak, sementara Allah menciptakan mereka dalam keadaan bebas?
Kalimat lain ucapan Amirul Mukminin Ali as sebagaimana yang tertera dalam Nahjul Balaghah adalah sebagai berikut:
لاتکن عبد غيرک وقد خلقک الله حراً
Janganlah menjadi budak orang lain, Allah telah menciptakanmu dalam keadaan bebas.
George Jourdac membandingkan kedua kalimat ini dan mengatakan, kalimat Amirul Mukminin lebih bagus dari kalimat Umar bin Khattab. Sebab Umar bin Khattab berkata kepada mereka yang kebebasannya tidak terjamin sama sekali di tangan mereka. Umar bin Khattab sendirilah yang sejak awal berkata kepada mereka:
استعبدتم النّاس
Kalian menjadikan rakyat sebagai budak
Kalian telah menjadikan rakyat sebagai budak; maka sekarang bebaskanlah mereka. Ini adalah satu model berbicara, model lain adalah ucapan Amirul Mukminin as yang ditujukan kepada rakyat. Dalam ucapannya terdapat hakikat jaminan pelaksanaan.
لاتکن عبد غيرک و قد خلقک الله حراً
Jangan menjadi budak orang lain, karena Allah menciptakanmu dalam keadaan bebas
Dalam kedua kalimat ini, terdapat dua kekhususan untuk kebebasan yang terdapat dengan jelas dalam ucapan Amirul Mukminin as yang juga memiliki jaminan pelaksanaan. Salah satu kekhususan itu adalah bahwa kebebasan adalah bagian dari fitrah manusia وقد خلقک الله حرا.
Kini saya akan membandingkan pemikiran Islami dengan pemikiran Barat. Tapi hari ini saya tidak akan membahasnya secara detail. Jika Allah memberikan taufik, di tempat lain ada banyak ungkapan yang harus disampaikan dan saya akan menyatakannya berkaitan pembahasan kebebasan. Hari ini, saya hanya akan mengemukakan dua poin itu saja yang salah satunya adalah kemandirian berpikir dalam masalah kebebasan.
Perhatikanlah betapa kebebasan sosial yang diterjemahkan ke dalam budaya politik dunia sejatinya memiliki sebuah akar qurani. Tidak perlu kita merujuk pada liberalisme pada abad 18 Eropa dan kita lihat Kant, John Stuart Mill dan lainnya berkata apa! Kita sendiri memiliki pendapat dan logika. Saya akan menyebutkan mengapa pendapat mereka itu tidak bisaa menjadi solusi bagi kita karena beberapa alasan. Anda harus menganggap bahwa topik kebebasan adalah topik islami. Menurut saya, ada dua kelompok yang bekerja sama dalam menon-Islam-kan kebebasan, mengasingkan dan menjadikannya sebagai topik luar.
Pertama adalah mereka yang dalam ungkapannya selalu menjadikan ungkapan-ungkapan Falsafah dua tiga abad terakhir Barat dalam masalah kebebasan. Si fulan berkata begini, si fulan yang lain berkata demikian. Tentunya mereka yang menyebut nama-nama filsuf tersebut adalah orang-orang terhormat. Ada pula kalangan yang bergaya filsuf yang dibesarkan media yang membawa-bawa ucapan John Stuart Mill atau ucapan fulan filsuf Perancis, Jerman atau Amerika, tetapi mereka tidak menyebutkan namanya dan mengungkapkannya atas nama mereka sendiri! Mereka ini penjiplak, tetapi juga mereka telah menolong mewujudkan pemikiran bahwa ide kebebasan dan mafhum kebebasan sosial adalah sebuah ide Barat dan merupakan hadiah Barat untuk kita!
Kedua, sekelompok lain yang tidak mengetahui masalah. Ketika pengertian kebebasan disebutkan, mereka langsung ketakutan, cemas dan berteriak Agama telah hilang!
Tidak, agama adalah pembawa pesan terbesar kebebasan. Mengenapa agama hilang? Kebebasan yang benar dan logis adalah hadiah terpenting agama kepada sebuah negara dan masyarakat. Berkat kebebasanlah ide-ide tumbuh dan bakat-bakat berkembang. Sistem keditatoran memberangus bakat dan potensi. Di mana saja ada penindasan, segala bakat dan potensi tidak akan berkembang. Islam menginginkan perkembangan manusia. Sumber daya manusia yang sangat besar mestinya diaktualkan layaknya sumber daya alam sehingga dunia bisa menjadi makmur. Apakah ini dapat terjadi tanpa kebebasan? Apakah bisa tercapai dengan perintah dan larangan?
Oleh karena itu, mereka yang berpikir sedemikian rupa telah melakukan kesalahan. Kedua kelompok; pro Barat dan yang terlalu berhati-hati, begitu kita namai mereka, pada hakikatnya, mereka telah bersekongkol hingga pengertian kebebasan keluar seratus persen dari arena Islam tanpa sepengetahuannya. Padahal tidak demikian. Pengertian kebebasan adalah sebuah pengertian Islam.
Di sini saya kemukakan satu poin bahwa Islam lebih memberikan porsi lebih besar soal kebebasan, kebebasan sosial, ketimbang pemikiran Barat. Memang tafsiran liberalisme sangat beragam. Maksudnya, ketika pemikiran liberalisme di Perancis dan Eropa kemudian berkembang di seluruh dunia setelah Renaisance, berakhir dengan Revolusi Perancis dan kemudian digunakan dalam bentuk yang telah diselewengkan dalam perang merebut kemerdekaan Amerika. Ini kemudian muncul dalam piagam Amerika. Sampai hari ini ada puluhan tafsiran liberalisme, dan mengungkapkan semua ini membutuhkan kesempatan yang banyak, terutama akhir-akhir ini. Di akhir-akhir ini, para pakar atau istilahnya para ideolog Amerika atau didikan Amerika berulang kali menuliskan hal ini.
Saya juga sampaikan kepada anda bahwa banyak sekali pemikir yang menulis buku berkaitan masalah ini terutama tentang liberalisme sesuai pesanan institusi-institusi Amerika meskipun mereka bukan warga Amerika! Bisa saja buku-buku mereka ditulis di Yunani, Jerman atau Perancis; tetapi dicetak di New York! Pesanan, pesanan Amerika; sumber kemunculan dan juga tujuannya adalah Amerika. Kisahnya cukup panjang. Namun, dari semua pendapat ini, dengan semua tafsir beraneka ragam yang ada, pandangan Islam adalah sebuah pandangan tinggi.
Mereka kesulitan mengajukan sebuah falsafah untuk kebebasan. Apakah falsafah kebebasan? Mengapa manusia harus bebas? Diperlukan sebuah dalil dan akar falsafah. Banyak pendapat yang dikemukakan: manfaat, kebaikan sosial, kelezatan pribadi dan hak terbesar dari hak-hak sipil. Semua ini bisa dikritik dan mereka sendiri telah melakukannya.
Jika memperhatikan berbagai tulisan berkaitan topik liberalisme di tahun-tahun terakhir ini, anda akan melihat betapa banyak kalangan mengungkapkan pendapat yang menyita waktu, tidak ada hasilnya, tidak berguna dan mirip dengan pembahasan era kegelapan dalam topik kebebasan. Yang ini berkata demikian, yang itu menjawab begini; kembali yang itu menjawabnya! Sungguh, apakah bagi dunia ketiga ini bukannya sebuah keisengan yang jelek? Yang satu mendukung pendapat ini, satunya lagi mendukung pendapat itu; yang satu menerima argumentasi ini, satunya lagi mengajukan sebuah pendapat kepada orang lain atas namanya sendiri.
Paling tidak, sumber dan falsafah kebebasan adalah hak kemanusiaan. Tapi Islam menyatakan sesuatu yang lebih tinggi dari ini. Islam, sebagaimana yang telah anda lihat dalam hadis tadi, menganggap kebebasan sebagai fitrah manusia. Benar; sebuah hak, tetapi hak yang tertinggi di antara hak-hak lainnya; seperti hak hayat, hak untuk hidup. Sebagaimana hak untuk hidup tidak bisa disejajarkan dengan hak memiliki tempat tinggal, hak memilih dan hak-hak lainnya karena hak untuk hidup lebih utama dan merupakan landasan hak-hak lainnya, kebebasan juga demikian. Inilah pendapat Islam.
Tentu saja ada pengecualiaan. Dalam beberapa hal, hak ini bisa dihilangkan; misalnya hak untuk hidup. Jika seseorang membunuh orang lain maka dia akan diqhishash. Jika seseorang berbuat kefasadan maka dia akan diqishash. Dalam topik kebebasan juga demikian; namun harus diingat ini adalah pengecualian. Inilah pandangan Islam. oleh karena itu, adalah salah jika anda membayangkan pemikiran tentang kebebasan sosial merupakan sebuah pemikiran yang dihadiahkan Barat kepada kita; sehingga ketika kita ingin menyampaikan ucapan indah dan menarik maka kita harus menyebutkan sumber dari buku si fulan; kita harus menyebutkan nama si fulan di Barat yang berpikir dan menuliskan buku. Tidak. Kita harus mandiri dalam berpikir; kita harus merujuk pada sumber kita sendiri dan sumber-sumber Islam. Manusia bisa memanfaatkan pendapat orang lain untuk memperjelas pikiran dan menemukan poin-poin terang; bukan untuk bertaklid begitu saja. Jika ada taklid di dalamnya, maka ini akan menjadi sebuah kerugian besar.
Apa yang saya saksikan dalam perang pemikiran dan media ini, sebagaimana yang saya sebutkan adalah sebuah fenomena yang berkah, adalah minusnya perhatian banyak kalangan pada hal penting ini. Di sini saya akan menjelaskan dua tiga poin perbedaan mendasar kebebasan dalam logika Islam dengan kebebasan dalam logika Barat. Saya telah menyebutkan bahwa liberalisme adalah kumpulan dari semua pendapat dan berbagai kecenderungan yang ada dalam ajaran ini, dan mungkin saja berbagai pendapat dan kecenderungan ini agak bertentangan satu sama lainnya; namun secara umum adalah seperti apa yang akan saya sampaikan.
Dalam ajaran liberalisme Barat, kebebasan manusia adalah kebebasan tanpa hakikat tanpa nama agama dan Tuhan. Oleh karena itu, mereka tidak pernah menganggap akar kebebasan sebagai pemberian Tuhan. Tidak satu pun yang berkata bahwa Tuhan telah memberikan kebebasan kepada manusia dan mereka mencari-cari sebuah sumber dan akar falsafah kebebasan sebagaimana yang telah saya kemukakan. Mereka menyebutkan beberapa akar falsafah dan mereka memiliki berbagai penafsiarn dalam bidang ini. Dalam Islam, kebebasan memiliki akar ilahi. Hal ini sebuah perbedaan mendasar dan merupakan sumber dari berbagai perbedaan lainnya. Dalam logika Islam, gerakan menentang kebebasan adalah sebuah gerakan menentang fenomena ilahi; maksudnya kebebasan membawa sebuah taklif agama di sisi lainnya. Tetapi di Barat tidak demikian; maksudnya meskipun perang sosial demi kebebasan terjadi di dunia, menurut pemikiran liberal Barat, perang ini tidak berlandaskan logika sama sekali. Misalnya, seseorang menyebutkan tentang kebaikan sosial atau kebaikan mayoritas. Ini adalah sebuah akar kebebasan sosial. Maka muncul pertanyaan, mengapa saya harus terbunuh dan sirna karena kebaikan mayoritas? Ini tidak logis. Meskipun demikian, banyak sekali orang yang maju ke medan perang karena pengaruh pemikiran temporer; namun kapan saja mereka yang berjuang di bawah pengaruh pemikiran yang demikian, jika perang benar-benar terjadi di bawah pengaruh pemikiran yang demikian, begitu mereka keluar dari suasana medan perang maka mereka akan ragu: mengapa saya harus mati terbunuh?
Dalam pemikiran Islam tidak demikian. Perang demi kebebasan adalah sebuah taklif dan kewajiban. Sebab perang ini memang perang demi sebuah perintah ilahi.
Sebagaimana yang anda tahu bahwa jika ada orang yang ingin menghilangkan nyawa seseorang anda harus menolong dan menyelamatkannya. Ini adalah sebuah kewajiban agama yang jika tidak anda lakukan, maka anda telah berbuat dosa. Demikian pula dalam kebebasan; anda harus pergi, ini sebuah taklif.
Berdasarkan perbedaan mendasar ini, ada perbedaan lain yang kemudian muncul. Pertama adalah bahwa dalam liberalisme Barat, karena hakikat dan nilai-nilai akhlak adalah relatif, maka kebebasan menjadi tak terbatas. Kenapa? Sebab meskipun anda menyakini serangkaian nilai-nilai akhlak, anda tidak berhak menyalahkan seseorang yang melanggar nilai-nilai ini. Karena bisa jadi dia tidak meyakini nilai-nilai tersebut. Oleh karena itu, tidak ada batasan bagi kebebasan. Kenapa? Karena tidak ada hakikat yang tetap. Sebab menurut mereka hakikat dan nilai-nilai akhlak adalah relatif.
Kebebasan dalam Islam tidak demikian. Dalam Islam, ada nilai-nilai pasti dan tetap. Gerakan harus mengarah pada hakikat berupa nilai agung dan kesempurnaan. Oleh karena itu, kebebasan dibatasi oleh nilai-nilai ini. Mengenai bagimana nilai-nilai ini dapat dipahami dan diperoleh adalah sebuah pembahasan lain. Bisa saja orang menyusuri jalan yang salah dalam memahami nilai-nilai tersebut; bisa pula orang menyusuri jalan yang benar. Hal ini di luar pembahasan kita. Ringkasnya, kebebasan dibatasi oleh hakikat dan nilai-nilai.
Kebebasan sosial yang sangat berharga dalam Islam ini, jika digunakan untuk merusak derivasi nilai-nilai maknawi atau materi lain dari sebuah masyarakat, maka dia menjadi bahaya; tepat seperti kehidupan seorang manusia.
من قتل نفساً بغير نفس او فساد في الارض فکانّما قتل النّاس جميعاً
Dalam logika Al-Quran, membunuh seorang manusia laksana membunuh semua manusia. Mafhum ini sangat luar biasa. Seseorang yang membunuh seorang manusia sama seperti membunuh semua manusia; sebab membunuh berarti menghancurkan batas kemanusiaan. Namun pengecualiannya adalah بغير نفس او فساد في الارض; kecuali dia yang membunuh ini telah membunuh orang lain atau telah berbuat kriminal. Anda lihat, nilai-nilai dan hakikat ini tetap dan pasti, nilai dan hakikat inilah yang membatasi kebebasan; sebagaimana nilai dan hakikat ini membatasi hak untuk hidup.
Perbedaan lainnya adalah bahwa di Barat, kepentingan-kepentingan materilah yang membatasi kebebasan. Awalnya mereka menentukan batasan-batasan kebebasan sosial dan individu; ini salah satunya. Ketika kepentingan materi terancam, mereka pun membatasi kebebasan. Kepentingan-kepentingan materi, misalnya kemuliaan negara fulan dan dominasi keilmuan negara fulan.
Pengajaran dan pendidikan adalah salah satu topik yang di dalamnya kebebasan bagian dari hak yang paling pasti dan jelas. Manusia berhak menuntut ilmu; namun kebebasan ini terbatas di universitas-universitas besar Barat di dunia! Ilmu dan tekhnologi canggih tidak bisa ditransfer! Alih tekhnologi, High Tech dan tekhnologi canggih, ke negara-negara lain, adalah pantangan bagi mereka! Kenapa? Sebab jika ilmu dan pengetahuan ini ditransfer, maka ilmu dan pengetahuan ini keluar dari dominasi mereka. Kekuatan materi dan dominasi ini tidak akan kekal bagi mereka. Di sini kebebasan menemukan batasannya; dosen tidak berhak mengungkapkan rahasia ilmiah kepada mahasiswa dari negara ketiga, misalnya mahasiswa Iran atau Cina!
Kebebasan dalam tranfer informasi dan berita juga demikian. Hari ini, semua permasalahan dunia karena kebebasan informasi dan berita; biarkan rakyat mendapat kabar; biarkan rakyat melihat. Salah satu contoh nyata dan contoh sempurna pensosialisasian kebebasan di Barat adalah ini; namun dalam serangan Amerika ke Irak, dalam pemerintahan Bush, semua informasi secara resmi disensor selama seminggu atau lebih! Semua orang tahu Amerika telah menyerang; warga Amerika sendiri tahu; namun tidak ada yang tahu bagaimana detailnya; sebab pemerintah mengklaim bahwa transfer informasi tentang detail perang akan mengancam keamanan militer! Jadi, keamanan militer telah membatasi hak kebebasan; yaitu sebuah batas materi dan sebuah dinding materi.
Kekuatan landasan pemerintahan ini juga merupakan sebuah batasan lain. Beberapa tahun sebelum ini, sekitar empat lima tahun lalu, di Amerika muncul sebuah kelompok yang beritanya pasti telah dibaca oleh mereka yang membaca surat kabar. Saya sendiri telah mendapat informasi yang lebih detail sebelumnya saat itu; dan semua surat kabar kita memang menulis dan menukil peristiwa itu. Di sana muncul sebuah kelompok dengan mazhab tersendiri yang menentang pemerintahan saat itu, zaman Clinton. Pemerintah telah bertindak lewat aksi keamanan dan kepolisian tetapi tidak ada hasilnya. Polisi mengepung rumah tempat mereka berkumpul dan membakarnya. Sekitar 80 orang terbakar! Foto-foto mereka dipublikasikan dan seluruh dunia menyaksikannya. Di antara 80 orang ini ada wanita, ada juga anak-anak. Pemerintah telah bertindak lewat aksi keamanan dan kepolisian tetapi tidak ada hasilnya. Mungkin tidak satu pun tentara di antara mereka. Anda bisa lihat; kebebasan untuk hidup, kebebasan akidah, kebebasan perjuangan politik telah dibatasi sedemikian rupa. Oleh karena itu, kebebasan dalam dunia materi Barat juga terbatas; hanya saja batasan-batasan ini adalah batasan materi.
Di sana, nilai-nilai akhlak tidak bisa menjadi penghalang bagi kebebasan. Misalnya, gerakan homoseksual di Amerika adalah salah satu dari gerakan-gerakan yang luas! Mereka bangga; berdemonstrasi di jalan-jalan; foto-foto mereka dicetak di majalah-majalah; bahkan dengan bangga menyebutkan bahwa bisnisman A dan tokoh politik B adalah anggota kelompok mereka juga; tidak satu pun yang merasa malu apalagi sampai mengingkari! Lebih jauh lagi, sebagian tokoh yang menentang gerakan ini malah diserang dengan keras oleh beberapa media dan surat kabar mengapa mereka sampai menentang gerakan homo ini! jadi nilai akhlak secara mutlak tidak bisa menentukan batas bagi kebebasan. Contoh lainnya adalah di negara-negara Eropa. Misalnya kebebasan mengemukakan pendapat. Propaganda dibatasi hanya demi kepentingan fasisme, yang merupakan masalah materi dan pemerintahan; namun propaganda porno tidak dibatasi! Jadi batasan kebebasan dalam liberalisme Barat, dengan falsafah yang ada, akar falsafah dan pandangan khusus, adalah batasan materi; bukan batasan moral. Tapi dalam Islam, ada batasan-batasan akhlak. Dalam Islam, kebebasan juga memiliki batasan maknawi selain batasan materi. Tentu saja kebebasan orang-orang yang bertindak menentang kepentingan dan kebutuhan negara terbatas kebebasannya, dan ini cukup logis, dan memiliki batasan maknawi juga.
Jika seseorang memiliki akidah sesat, tidak masalah. Ketika kita berkata tidak ada masalah, maksudnya dia bermasalah di sisi Allah dan manusia-manusia mukmin; tetapi pemerintah tidak memiliki kewajiban apa-apa terhadapnya. Dalam masyarakat, ada agama Islam, Yahudi, Masihi dan agama-agama lainnya; saat ini agama-agama tersebut ada dalam negara kita, juga ada di awal-awal Islam, tidak ada masalah. Namun akan menjadi sebuah batasan bagi manusia ketika seseorang yang berakidah sesat mempengaruhi jiwa, akal, dan hati orang-orang yang tidak punya kekuatan defensif sedikit pun dan ingin menyesatkan mereka. Di sinilah kebebasan terbatas. Beginilah pendapat Islam. Atau misalnya ada yang ingin mensosialisasikan kejahatan, memunculkan kejahatan politik, kejahatan seksual dan kejahatan pemikiran; atau bergaya filsuf di beberapa sudut dan menulis makalah sembari menyatakan bahwa pendidikan tinggi tidak baik bagi pemuda dengan menyebutkan beberapa keburukannya, meskipun kemungkinan besar ucapan mereka tidak akan berpengaruh di era 90-an, tetapi mungkin saja pada era berikutnya membuat pemuda menjadi malas. Tidak bisa kita memberi izin pada orang-orang yang menghalangi manusia dari menuntut ilmu dengan kebohongan dan menimbulkan rasa was-was.
Kebebasan bukan berarti bisa berbohong. Kebebasan bukan berarti menyebarluaskan gosip. Kebebasan bukan berarti merugikan orang lain. Kritikan saya adalah mengapa dalam masalah kebebasan, sebagian kalangan tidak merujuk pada pembahasan Islami dan sumber-sumber Islam? dalam surah Al-Ahzab ayat 69 Allah swt bersabda:
لئن لم ينته المنافقون و الذين في قلوبهم مرض والمرجفون في المدينة لنغرينک بهم
Murjifuun telah disejajarkan dengan dua kelompok munafiquun dan orang-orang yang hatinya sakit. Kaum munafik satu kelompok dan kelompok lainnya adalah orang-orang yang hatinya sakit الّذين في قلوبهم مرض dan murjifuun ini disejajarkan dengan mereka. Murjifuun adalah mereka yang selalu menakut-nakuti rakyat. Sebuah masyarakat Islam yang baru terbentuk yang dikelilingi oleh musuh-musuh. Mereka harus siap siaga membela negara dan sistem agung yang manusiawi dan merakyat. Namun ada sekelompok orang laksana parasit malah memperlemah semangat rakyat. Inilah orang-orang murjif. Al-Quran menyebutkan, “Jika murjifuun, yaitu orang-orang yang selalu menakut-nakuti rakyat, membuat rakyat putus asa, menghalang-halangi gerakan rakyat, tidak menghentikan aktivitasnya, لنغزينک بهم, maka kau (wahai Nabi) akan Kami hadapkan dengan mereka. Ini adalah batasan kebebasan. Jadi, kebebasan dalam logika Islam memiliki satu perbedaan lain yaitu memiliki batasan maknawi.
Perbedaan lainnya adalah bahwa kebebasan dalam pemikiran liberalisme Barat bertentangan dengan taklif atau kewajiban. Kebebasan juga berarti lepas dari taklif. Dalam Islam, kebebasan ibarat satu sisi dari mata uang logam taklif. Manusia memang bebas karena manusia memiliki taklif. Jika manusia tidak memiliki taklif maka tidak perlu ada kebebasan; manusia akan seperti malaikat. Seperti kata Maulawi
Hadis menyebut Allah menciptakan Alam dalam tiga kelompok
Sekelompok memiliki akal dan ilmu dan para malaikat pun bersujud padanya
Keistimewaan manusia adalah pada kumpulan motivasi dan insting saling bertentangan yang dimilikinya. Taklif manusia adalah menyusuri jalan kesempurnaan di antara berbagai motivasi ini. Kepada manusia diberikan kebebasan karena ada jalan menuju kesempurnaan ini. Kebebasan dengan nilai ini adalah untuk kesempurnaan; sebagaimana kehidupan manusia itu sendiri untuk kesempurnaan: و ما خلقت الجنّ و الانس الاّ ليعبدون Allah telah menciptakan jin dan manusia agar mereka sampai pada derajat penghambaan kepada-Nya. Sebuah derajat yang sangat tinggi. Kebebasan juga seperti hak untuk hidup; merupakan sebuah pendahuluan untuk penghambaan.
Di Barat, menghapus taklif tidak hanya pada penafian pemikiran-pemikiran agama, tetapi juga pemikiran-pemikiran non agama dan semua ideologi yang di dalamnya ada taklif, ada kewajiban dan larangan, ada yang semestinya dilakukan dan tidak semestinya dilakukan juga dinafikan! Saat ini, dapat disaksikan bangsa liberal di berbagai negara, sebagai contoh sebagian kalangan di negara kita yang mengatakan bahwa pemikiran bebas Barat bertentangan dengan landasan keharusan dan ketidakharusan dan bertentangan dengan landasan ideologi! Inilah hasil dari para penulis liberal Amerika, atau penjiplak Amerika dan mereka yang nabinya adalah para penulis itu. Islam sangat menentang ini. Islam mengakui kebebasan bagi manusia yang dibarengi dengan taklif sehingga manusia mampu melaksanakan kewajibannya dengan benar, mampu melakukan kerja-kerja besar, memilih pilihan-pilihan besar dan mampu berjalan menuju kesempurnaan.
Oleh karena itu, nasehat pertama saya kepada mereka yang menulis dan membahas masalah kebebasan adalah hendaknya kita mandiri dalam memahami pengertian kebebasan dan jangan sampai kita bergantung pada pihak lain. Nasehat kedua saya adalah bahwa jangan sampai ada penyalahgunaan kebebasan.
Sebagian kalangan berulang kali mengulang dan menekankan: kebebasan yang baru saja diperoleh media, kebebasan pers! Menurut saya ucapan ini tidak realistis; ucapan yang sumbernya adalah radio-radio asing. Mereka menulis di berbagai koran dan majalah sekaligus melakukan pelanggaran. Sebagian dari mereka sebelumnya tidak melakukan hal ini, tapi sebagian lagi telah melakukannya.
Pada tahun-tahun yang telah lampau, kami sering menyaksikan ucapan-ucapan yang menentang presiden saat itu, menentang pejabat-pejabat pemerintah, bahkan menentang pembahasan inti Revolusi di berbagai media; dan tidak ada yang menentang mereka. Saya masih ingat beberapa contoh yang pasti akan saya sebutkan kalau saja pertemuan kita ini tidak terlalu panjang.
Saya telah mengemukakan tentang serangan budaya sekitar enam tujuh tahun yang lalu. Hal ini pun dibahas dan sebagian kalangan mengajukan pendapat tentangnya, mungkin anda masih mengingat sebagiannya. Saat itu, televisi Republik Islam Iran mengadakan diskusi yang dihadiri oleh tiga empat orang. Salah satu dari mereka menyetujui pendapat yang saya kemukakan dan membelanya; sisanya menolaknya mentah-mentah. Dan mengatakan, “Tidak. Ini hanya khayalan! Ini tidak benar! Jadi anda lihat bahwa tidak ada yang menentang pada yang lain.
Benar; sebagian kalangan yang rekornya tidak bersih, tangan-tangannya ternoda, takut terjun ke dalam arena serta mengucapkan sesuatu. Seandainya mereka mengucapkan sesuatu pun tidak ada yang akan mengurusi mereka. Jika ucapan-ucapan yang hari ini dikatakan diucapkan hari itu, tidak akan ada orang yang mengurusinya; tapi mereka takut; sebab mereka memiliki rekor buruk. Kedengkian mereka pada Revolusi, pada Imam dan pada pemikiran imamah islami sudah diketahui sejak dulu. Mereka sendiri yang tidak berani masuk ke dalam arena. Kemudian, setelah pemilu pemilihan presiden terakhir ini mereka menjadi berani bersandarkan analisa salah yang mereka lakukan tentang pemilu! Analisa salah mereka adalah mereka menyangka rakyat akan memberikan 30 juta suara menentang pemerintah! Mereka sudah begitu gembira, padahal rakyat kemudian memberikan 30 juta suara untuk kekokohan negara. Salah satu kebanggan sistem islami adalah bahwa setelah 18 tahun berlalu sejak kemenangan Revolusi, 30 juta penduduk dari 32 juta orang yang memiliki hak suara, sekitar 90 persen, hadir dalam pemilu. Mereka telah salah menganggap kekuatan sistem Islam sebagai sebuah kelemahan! Memang pada awalnya radio-radio asing begitu aktif berteriak-teriak di hari-hari awal pemilu demi mengarahkan mereka-mereka yang siap dan bersedia mengikuti penyelewengan dan kesalahan ini. Ya, 30 juta orang tidak ridha pada sistem Islam!
Mereka ingin mengklaim dan menggambarkan kekuatan sistem sebagai sebuah kelemahan. Orang-orang malang ini mempercayai teriakan itu atau menipu dirinya sendiri; mereka mengira karena saat ini 30 juta orang di negara kita menentang sistem yang ada maka kita juga harus berbicara!
Sekarang mereka menemukan keberanian untuk berbicara; padahal tidak ada bedanya. Kalau hari itu mereka melakukan pelanggaran, menembus batasan-batasan logis dan kemudian akan ditindak oleh hukum, hari ini juga demikian; tidak ada bedanya sama sekali. Hari ini, bagi mereka-mereka yang menyesatkan, merusak, berbuat sia-sia juga akan mengalami hal yang sama; tidak ada bedanya.
Oleh karena itu, jangan sampai ucapan ‘kebebasan yang baru diperoleh’ ini selalu diulang-ulang. Saya melihat sebagian pejabat selalu berkata, “Jangan terlalu banyak memanfaatkan kebebasan agar prinsip kebebasan tidak mengalami bahaya! Ucapan apa ini? Semakin banyak kebebasan dimanfaatkan maka semakin baik; hanya saja, jangan sampai keluar dari batasan yang ada.
Semakin banyak hak pemberian Allah digunakan, sistem islami akan semakin banyak meraih tujuannya. Kritikan kami pada para penulis adalah kenapa mereka tidak menulis, kenapa tidak meneliti, kenapa tidak menganalisa?
Batasan-batasan benar harus diperhatikan. Tentu saja batasan-batasan ini bukanlah batasan yang bisa ditentukan oleh sebuah pemerintahan karena kepentingannya. Seandainya pun ada pemerintahan di dunia, dan setidaknya memang ada, yang menentukannya, sistem Republik Islam tidak demikian. Negara Republik Islam Iran sumbernya adalah keadilan. Maksudnya, jika seorang Rahbar tidak lagi adil, otomatis dia akan jatuh dari posisi Rahbar tanpa harus ada faktor penyebab lainnya. Dalam sistem yang demikian, tidak ada artinya jika sebagian kalangan menentukan batasan demi kepentingan sebuah kelompok atau pandangan khusus pemerintah. Tidak. Batasan adalah batasan Islam; batasan yang dikenal adalah batasan yang ada dalam Quran, hadis dan dalam pahaman yang benar tentang agama. Inilah yang diterima dan harus dilaksanakan. Jika tidak dilaksanakan, maka yang bertanggung jawab adalah para pejabat; para pemimpin kehakiman, pejabat pemerintah, kementrian penerangan, dan yang lainnya. Jika mereka tidak melakukan kewajibannya maka mereka telah melakukan dosa dan pelanggaran. Mereka wajib menjaga batasan ini. Di dalam batasan-batasan itu, batasan-batasan tertentu, yang harus dimanfaatkan adalah dasar keindahan cemerlang dari kebebasan. Saya tidak menyukai ungkapan tidak bertanggung jawab tadi yang selalu diucapkan berulang kali.Yang dapat saya sampaikan hari ini sebagai kesimpulan adalah topik kebebasan adalah topik islami. Mari kita berpikir secara islami tentangnya dan kita mengakui hasilnya sebagai sebuah gerakan islami dan sebuah taklif agama. Apa yang ada di tengah masyarakat, mari kita syukuri kepada Allah, kita hargai dan kita manfaatkan semaksimal mungkin. Para pemikir dan cendikiawan harus berusaha keras. Tentu saja ada pembahasan-pembahasan yang hanya dapat dibahas secara khusus dan spesial di hawzah, universitas, media khusus dan kelompok khusus; sebagian tidak demikian. Hal-hal yang bisa dimanfaatkan oleh semua kalangan harus dikemukakan agar semua bisa memanfaatkannya.
Saya berharap, insya Allah, Allah swt memberikan taufik kepada kita sehingga kita bisa menyaksikan hal-hal yang dapat mengembangkan sistem ini dan taufik yang lebih besar, baik dan mulia bagi negara kita. Anda semua, para akademisi, khususnya para pemuda, yang akan menggenggam masa depan dan harapan, akan berperan besar dalam pengembangan dan keberhasilan ini.
والسّلام عليکم و رحمةالله و برکاته
-
- umat Islam
- Palestina
- Haji
- Wanita Muslim