Bismillahirrahmanirrahim
Selamat datang saudara dan saudari yang tercinta. Sebelumnya saya telah katakan bahwa pelaksanaan pertemuan dengan para profesor terhormat dan mulia dan tercinta kita pada tahap awal, dengan tujuan memuliakan posisi guru. Kita ingin budaya ini meresap dalam masyarakat untuk menghormati para guru. Ini merupakan salah satu ajaran terbesar dalam bimbingan Islam. Dalam hal ini, para ulama di masa lalu telah menulis kitab, menukil hadis, membawakan ayat al-Quran. Ini pada tahap awalnya; ini adalah merupakan sebuah aksi simbolik bahwa para guru harus dihormati. Tujuan kedua dan ketiga yang tentunya penting adalah saya mendengar secara langsung berbagai topik dari saudara dan saudari profesor; dan jika ada yang terlintas di benak saya, akan saya sampaikan.
Pertemuan hari ini adalah pertemuan yang baik; sayang sekali waktu sempit dan kami tidak dapat menyimak penjelasan dari para profesor lain yang menurut rencana akan berpidato; akan tetapi topik-topik yang telah dijelaskan oleh rekan-rekan, sangat baik; sebagiannya menuntut penindaklanjutan kami yang saya akan tekankan dan tindaklanjuti.
Saya akan mengemukakan dua-tiga poin. Poin pertama adalah bahwa para guru bukan hanya berarti pengajar, melainkan juga pembimbing, ini merupakan sebuah rahasia alam yang telah tersingkap untuk semua. Orang yang darinya kita belajar dan membukakan satu pintu ilmu bagi kita, secara alami memiliki pengaruh dalam hati kita dalam jiwa kita; kita dapat menyebutnya menciptakan sebuah kondisi keterpengaruhan pada diri murid berkat pembelajaran tersebut; ini adalah sebuah peluang sangat besar dan istimewa. Para pemuda yang tidak bersedia mendengarkan nasehat ayah, kakek, ibu dan keluarga, dan pada saat yang sama mendengarkan ucapan guru dan satu isyarat dari guru memberikan pengaruh dalam pada diri mereka, tidak sedikit pemuda seperti ini. Guru itu demikian. Secara alamiah pembelajaran dibarengi dengan kemungkinan pembimbingan; ini adalah kesempatan yang harus digunakan. Jika para guru kita teguh pada agama, memiliki antusiasme nasional, memiliki tekad revolusioner, memiliki semangat tekun, maka secara alami itu semua akan tertular pada murid. Jika sebaliknya, juga demikian. Jika guru itu adalah seorang yang adil dan berakhlak, maka potensi membimbing mahasiswa adil dan berakhlak akan meningkat; sebaliknya juga demikian.
Sekarang negara kita membutuhkan para pemuda yang dapat menjadi lengan-lengan kokoh untuk kemajuan negara, penuh gelora keimanan, kesadaran agama, tekad tinggi, berani melangkah, percaya diri, meyakini bahwa kita mampu, optimis pada masa depan, memandang cerah dan terang ufuk masa depan, jiwa yang tidak tergantung—bukan berarti penolakan untuk belajar dari pihak asing, di mana kami tidak pernah dan tidak akan mengimbau hal itu; siap belajar dari orang lain yang lebih mampu dari kita—semangat tidak tergantung dari keterpengaruhan, pemaksaan dan penyalahgunaan transfer ilmu yang umum diartikan dengan makna ini di dunia akademis yang merupakan dunia imperialis—semangat tidak bergantung ini harus ada dalam diri pemuda—semangat pemahaman benar posisi negara bahwa di mana posisi kita dan ke mana kita akan menuju dan bagaimana kita dapat menempuhnya—yang dalam penjelasan para profesor hari ini, benar-benar terdapat poin-poin jelas dalam hal ini—tegas di hadapan interferensi, pelanggaran dan perusakan independensi nasional; kita membutuhkan para pemuda dengan semangat seperti ini. Semangat-semangat tersebut, berbagai keunggulan tersebut dapat diinspirasikan dan diinjeksikan pada generasi muda yang sedang melanjutkan studi dan para pelajar negara, dan dapat diwujudkan; [peran] guru seperti ini; tentunya dengan sikap dan perilaku, bukan dengan pelajaran akhlak. Saya tidak menyarankan agar para profesor sains menggelar kelas akhlak untuk para mahasiswa; ini adalah tugas lain. Para profesor kita dengan perilaku mereka, dengan pernyataan mereka, dengan sikap mereka, dengan mengungkapkan pendapatnya di berbagai bidang dapat mewujudkan dan menciptakan pengaruh pada diri mahasiswanya, menginspirasikannya kepada generasi muda saat ini. Bahwa kita menyatakan para profesor adalah panglima perang lunak, artinya adalah demikian. Jika para pemuda—seperti yang telah kami jelaskan—adalah perwira muda perang lunak, maka para profesor adalah komandannya dan komando itu seperti ini.
Dalam perang kasar juga demikian; setiap kali komandan—komandan brigade, komandan unit-unit, komandan peleton—hadir di tengah medan, di titik vital, yakni jika dia sendiri terjun perang, akan memberikan pengaruh luar biasa di antara para tentara. Ini tidak berlaku hanya pada kita, semua juga demikian. Napoleon tidur bersama pasukannya di atas tanah lengkap dengan atribut. Ini rahasia kemajuan perang Napoleon di masanya adalah sesuatu yang luar biasa. Pasukannya tidak hanya menerima instruksi dari perintahnya saja, juga menerima instruksi dalam aksi. Para pemuda kita di era Perang Pertahanan Suci [selama] delapan tahun juga bertindak demikian; komondan pasukan terkadang berada di depan tentara biasa di medan perang; hadir di garis terdepan dan bahkan terkadang terlibat dalam operasi pengamatan; komandan pasukan sendiri yang melakukan operasi pengamatan! Di mana hal ini tidak berarti dan tidak dapat diterima dalam jajaran militer dunia, akan tetapi ini telah terjadi dan demikianlah tercipta kemajuan dan kejutan-kejutan besar pada era Perang Pertahanan Suci. Dalam perang lunak juga demikian. Para profesor harus berada di tengah medan pertempuran vital dan suci ini—yakni dalam apa yang kita sebut dengan perang lunak di mana ini juga merupakan perang suci.
Saat ini, kita memiliki sekitar 70 ribu anggota dewan ilmiah di dalam negeri di mana ini merupakan sebuah kebanggaan. Saya masih ingat di tahun-tahun pertama revolusi—pada paruh pertama dekade 60-an hingga paruh kedua—diperkirakan jumlah anggota dewan ilmiah sekitar 5.000 -6.000 orang. Angka ini sekarang mencapai 70.000; ini adalah kebanggaan negara, kebanggaan revolusi dan kebanggaan bagi universitas-universitas kita.
Beruntung sekali sektor besar dari pasukan besar dan luas ini, adalah manusia-manusia mukmin, teguh pada agama, relijius, revolusioner dan meyakini prinsip—prinsip agama dan revolusi; ini juga sangat penting; ini [juga] fenomenal. Elemen-elemen mukmin dan revolusioner dalam dewan-dewan ilmiah harus dihargai. Ini saya tujukan kepada para manajer tercinta kita, kepada para pejabat Kementerian Pendidikan Tinggi dan Kementerian Kesehatan dan Pendidikan Kedokteran; hargailah ini! Para menteri terhormat dan dewan-dewan direksi di berbagai kementerian, harus menghargai kehadiran para profesor mukmin dan dosen-dosen yang komitmen pada nilai-nilai agama yang bersikeras pada pendapat benar mereka dan tidak gentar menghadapi gelombang propaganda dan gangguan-gangguan dahsyat—yang banyak di antaranya kami juga mengetahui—dan pantang mundur. Para manajer yang terhormat! Hargailah elemen-elemen mukmin dan para profesor mukmin di universitas-universitas. Ini poin pertama tentang pentingnya [posisi] profesor. Jika saya bisa bertemu dengan semua 70.000 dosen yang tercinta di negara ini, pasti saya akan melakukannya, dan jika saya bisa mendengarkan penjelasan mereka, pasti saya akan melakukannya; hanya saja jelas saya tidak bisa dan ini bak kurma manis dan berharga di atas pohon yang sangat tinggi.
Poin kedua adalah tentang masalah ilmiah. Beruntung sekali sekarang gerakan ilmiah di negara telah berubah menjadi sebuah arus; ini adalah arus yang telah terbukti di negara, dan tidak diragukan lagi. Dalam 10-15 tahun terakhir para dosen kita, para ilmuwan kita, [dan] para pemuda kita telah berjuang di bidang ini; dan pengaruhnya disaksikan pada peningkatan ranking ilmiah negara. Kita telah mencapai peringkat ke-16 ilmiah dunia, ini sangat penting; sebelumnya ranking kita berada jauh di bawah dan sangat rendah dari ini; mereka telah mengantarkan negara ke peringkat ke-16 dan ini satu hal yang sangat bernilai.
Ada beberapa poin dalam hal ini: Poin pertama adalah bahwa pencapaian kita ke peringkat tinggi ilmiah, adalah hasil dari kecepatan kerja yang luar biasa. Berdasarkan statistik global, kecepatan kemajuan ilmiah di negara kita, 13 kali lipat lebih cepat dari rata-rata negara dunia; ini telah diumumkan oleh pusat-pusat sains dunia yang sebelumnya saya telah mengungkapkannya berulangkali. Sekarang, kecepatan tersebut berkurang. Ada sebagian pihak yang menyatakan kita tertinggal dari sisi kemajuan ilmiah, sebagian lain menyatakan tidak, kita tidak tertinggal dan kedua pihak menyodorkan data statistik, poinnya adalah: benar, secara lahiriyah kita memang tidak turun dari peringkat 16 atau 15—ini memang benar—akan tetapi seharusnya kita meningkat; yakni kecepatan tersebut seharusnya berlanjut; kecepatan itu sekarang telah berkurang. Saudara-saudara dan para pejabat tercinta di semua kementerian harus memperhatikan poin ini; kecepatan itu tidak ada sekarang. Kalian harus berupaya agar kecepatan kemajuan sains tidak meredup; kembali dengan istilah militer perang keras, gerakan ini jangan sampai melemah. Tentunya saya mengetahui bahwa semakin kita maju, pasti kecepatan tersebut akan berkurang; yakni ketika kita sangat tertinggal, banyak kapasitas yang belum teraktualisasikan dan ketika kita semakin maju, kapasitas-kapasitas tersebut pastinya semakin berkurang, karena dimanfaatkan—ini saya ketahui—namun kecepatan yang diperlukan dan proporsional dalam kemajuan sains negara tidak boleh berkurang.
Poin keduanya adalah bahwa lingkungan akademis negara harus dijauhkan dari penciptaan isu-isu marginal. Jangan sampai salah [mengartikan], saya tidak mengatakan bahwa tidak boleh ada politik di lingkungan universitas—mungkin banyak yang ingat bahwa di tahun-tahun lalu pada pertemuan bulan Ramadhan seperti ini di depan para profesor, saya menggunakan ungkapan keras kepada pihak-pihak yang ingin mengekang politik di universitas dan di antara para mahasiswa, yang menjadi keluhan banyak pihak—tidak, saya meyakini bahwa lingkungan universitas, adalah lingkungan pemahaman politik, analisa politik, ilmu politik, kesadaran politik; saya tidak melarang ini; tidak [melainkan saya menyatakan] jangan bermain politik, jangan mempolitisir, jangan menciptakan isu-isu marginal. Penciptaan isu-isu marginal ini akan mengganggu tugas utama yaitu tugas iilmiah dan kemajuan sains dengan seluruh kriteria yang ada dalam masalah ini.
Salah satu hal yang paling fatal yang terjadi dalam satu-dua tahun terakhir, adalah masalah beasiswa. Jika seandainya benar—yang tentunya setelah penyelidikan, diketahui tidak benar seperti itu; tidak seperti yang dimainkan oleh koran-koran; telah disampaikan kepada saya berbagai laporan terperinci berdasarkan penyelidikan—bukan seperti ini caranya kita mengungkapnya di koran-koran. Sekelompok orang secara ilegal mendapat keistimewaan; Baiklah, ada jalan-jalan hukum: hak-hak istimewa itu dicabut; tidak perlu berkoar-koar. Menciptakan keributan adalah menciptakan isu-isu marginal [tidak penting] dan ini menjadi racun bagi lingkungan akademis yang perlu ketenangan dalam aktivitasnya. Ini adalah racun yang disayangkan sebagian pihak menyuapkannya kepada universitas berdasarkan pandangan yang berporos pada politisasi dan permainan politik. Mengapa? Selain telah terjadi kezaliman—banyak orang yang terzalimi—juga bertentangan dengan hukum, bertentangan dengan kebajikan, bertentangan dengan akhlak, kemudian selalu berbicara tentang akhlak. Mengapa para pengimbau taubat itu lebih kurang bertaubat! Apakah ini berakhlak? Jangan sampai menciptakan isu-isu marginal. Jangan sampai lingkungan pendidikan tinggi terbelenggu oleh isu-isu marginal tersebut.
Masalah berikutnya adalah masalah humaniora. Kita tertinggal di bidang humaniora. Rekan-rekan yang berbicara tentang humaniora, sejatinya benar untuk menekankan pentingnya disiplin humaniora bahkan dalam industri. Statistik yang dipaparkan oleh saudara tercinta kita ini sangat menarik bagi saya, yang mengatakan bahwa dalam perkembangan industri, katakanlah sekitar 40 persen—atau 50 persen—berhubungan dengan masalah-masalah teknis, sekitar 50-60 persen berhubungan dengan humaniora—seperti manajemen, kerjasama, [dan] kerja keras—memang benar adanya, ini sangat penting. Di bidang humaniora, sekarang beruntung sekali beberapa saudara menyampaikan topik baik, yang ada di hati saya; tentunya ungkapan saya juga; masalah-masalah tersebut sebagiannya telah saya kemukakan. Humaniora sangat penting. Perubahan [besar] dalam disiplin humaniora sangat penting dan urgen atas banyak alasan, memerlukan dinamika internal dan dukungan eksternal. Beruntung sekali dinamika internal itu sekarang ada. Saya melihat [berbagai laporan kerja] baik di Dewan Tinggi Revolusi Budaya—dewan perubahan ini dan rekan-rekan yang bertugas di sana—juga di universitas-universitas, juga seperti yang telah kalian saksikan hari ini [dalam pernyataan] sebagian saudara tentang humaniora, [semuanya] menunjukkan bahwa telah ada dinamika internal di dalam universitas-universitas dari insan-insan bijaksana dan ilmuwan; dukungan eskternal juga harus ada—berbagai macam dukungan—yang salah satu dari bukti dukungan tersebut adalah kepatuhan universitas dan kementerian terhadap ketetapan dewan perubahan. Ada sebuah ketetapan yang hari ini baru saja dijelaskan oleh seorang rekan, sekadar yang telah diupayakan itu, sebesar itu harus dioperasionalkan. Sebesar apapun yang telah diupayakan, dikerjakan, ini harus diimplementasikan dan dioperasionalkan. Jangan hanya tersimpan di berbagai catatan, buku dan map-map saja—menurut beliau di seluk-beluk lorong kementerian atau Dewan Tinggi Revolusi Budaya—harus dioperasionalkan; ini benar-benar tepat. Kementerian harus memperhatikan hal ini. Bapak Doktor Farhadi juga hadir di sini, ini semua saya tekankan kepadanya secara khusus agar ditindaklanjuti, tugas ini adalah tugas besar. Sekarang disiplin ilmu di dalam negeri dan disiplin ilmu di universitas dalam negeri, ada di tangan rekan-rekan kita; ini semua harus ditindaklanjuti dengan makna kalimat yang faktual dan kepedulian.
Satu poin lain adalah masalah porsi anggaran riset. Tentunya dalam masalah-masalah yang akan saya kemukakan, ada beberapa penjelasan penting hanya saja waktu sudah mendekati azan dan saya tidak bisa memperpanjang pembahasan. Porsi anggaran riset sangat penting; sudah beberapa tahun pada kesempatan seperti ini dan berbagai kesempatan lain dan juga dalam pertemuan khusus dengan para pejabat eksekutif negara, saya telah menekankan masalah ini, sayangnya informasi yang diserahkan kepada saya dan laporan yang diberikan kepada saya, menunjukkan bahwa tidak, penekanan saya hanya seperti nasehat; seperti nasehat seorang yang naik ke mimbar dan memberikan wejangan; dipandang seperti ini; tidak demikian; harus diupayakan. Sekarang dalam visi [perencaan], telah ditetapkan empat persen dari bujet publik untuk sektor riset; sementara upaya kita dalam jangka pendek untuk hal ini tidak sedemikian tinggi; akan tetapi 1,5 persen atau dua persen yang memungkinkan dan telah dibicarakan; harus dilaksanakan; hingga kini bujet-bujet yang tersedia untuk riset, hanya nol koma beberapa persen; ini satu masalahnya. Masalah lainnya adalah penggunaan benar dan terencana sumber-sumber dana riset; harus dibelanjakan dengan benar dan diletakkan tepat pada tempatnya.
Poin berikutnya adalah masalah peta jalan komprehensif sains; Peta jalan komprehensif sains telah disempurnakan berkat upaya dan kerja keras rekan-rekan dan telah rampung dan telah tersusun sebuah dokumen komprehensif positif untuk negara yang sangat berharga. Mereka, para pakar, setelah peta jalan komprehensif sains itu tersempurnakan—sebagaimana yang diinformasikan dan disampaikan kepada saya—mengakui [peta jalan tersebut]; Yakni bahwa tidak ada cacat, tidak ada cacat besar dalam apa yang telah disusun oleh Dewan Tinggi Revolusi Budaya ini, tidak, tidak ada yang demikian; yakni [peta jalan] itu telah diakui; hanya saja peta jalan komprehensif sains ini harus dioperasionalkan di mana langkah awalnya adalah membangun wacana. Saya dengar rekan-rekan yang berkunjung ke daerah, berada di berbagai universitas, menyatakan bahwa banyak profesor—apalagi mahasiswa—dan bahkan para direktur, yang mendapat informasi benar tentang peta jalan komprehensif sains itu. Bahkan salah satu di antara rekan di sini menyatakan bahwa banyak pihak yang tidak mengetahui tentang ekonomi muqawama yang Anda sampaikan; Iya ini adalah salah satu kelemahan kita. Jika kita ingin mewujudkan sebuah harapan, langkah pertamanya adalah harapan tersebut harus kita jadikan sebagai sebuah wacana yang telah diterima; masalah sains juga demikian, menjadi sebuah wacana dan secara alami menyusup dalam arus operasional, teroperasionalkan, dan menjadi sebuah arus; masalah ini juga demikian. Berbagai masalah yang berkaitan dengan peta jalan komprehensif sains negara harus diubah menjadi sebuah wacana dan dilaksanakan dengan serius; ini salah satu poin.
Di antara masalah yang terkait, yang juga penting, adalah dokumen persiapan ujian tinggi. Bahwa seorang rekan menyinggung “jika semua hal yang kita canangkan adalah perioritas kita, maknanya adalah kita sama sekali tidak memiliki prioritas”, ini adalah ungkapan benar, ini adalah ungkapan yang tegas. Bahwa disebutkan “kita di sejumlah sektor industri, secara spesifik kita sebutkan di bidang-bidang ini kita ingin maju dan melakukan investasi sumber daya manusia, finansial, tekad dan berbagai kemampuan”, ini adalah ungkapan yang benar. Pada satu waktu saya menyampaikan hal ini terkait olahraga; saya katakan bahwa kita bisa berada di posisi pertama atau kedua dunia di beberapa cabang olahraga; baik, kita harus mengacunya; di sebagian cabang olahraga tidak demikian, kita tidak punya harapan untuk berada di posisi pertama atau kedua; maksud saya dalam olahraga kejuaraan dan dalam turnamen internasional. Mereka benar-benar melakukannya, yakni beberapa langkah diambil dalam hal ini serta terbukti efektif dan berpengaruh. Begitu juga dengan di bidang ini. Kita harus melihat disiplin ilmu mana, di universitas mana, di wilayah mana yang memiliki prioritas; persiapan sains teritorial negara itu maknanya seperti ini. Kita harus mengacu pada disiplin ilmu apa dan di universitas mana untuk berinvestasi demi mendapat jawaban dan menuntut hasil dari mereka. Ini juga satu masalahnya di mana dokumen ini harus disempurnakan, dioperasionalisasikan dan dikerjakan.
Apa yang akan saya sampaikan pada bagian akhir, adalah saudara dan saudari yang terhormat! Hargailah tugas yang sedang kalian laksanakan ini! Saat ini tidak ada tugas lebih bernilai dan terhormat yang dapat dicari, melebihi tugas-tugas yang ada di tangan kita. Kalian memikul tugas-tugas besar dan sedang kalian laksanakan. Di Kementerian Sains, tekad dan semangat harus semakin meningkat setiap hari, jika kita ingin tugas ini terlaksana.
Di antara poin-poin yang telah saya catat adalah masalah peningkatan jumlah mahasiswa di berbagai jenjang pasca sarjana—yang alhamdulillah dalam beberapa tahun terakhir, meningkat tajam dan ini merupakan sebuah keunggulan luar biasa—hanya saja harus dilakukan perencanaan dengan benar terkait ouput masalah penting ini. Pada berbagai jenjang pasca sarjana, para mahasiswa berusaha meneliti satu hal, menulis tentang satu hal, menyusun sebuah skripsi; ini memerlukan sebuah sistem, memerlukan sebuah perspektif makro, sebuah bimbingan menyeluruh yang jika tersusun, negara dapat memanfaatkannya. Jika tidak berhasil, maka kita telah menyia-nyiakan aset; baik profesor, mahasiswa, dana, manajemen dan berbagai fasilitas lain. Perspektif makro ini, perencanaan makro, kedisiplinan makro pada masalah-masalah yang berkaitan dengan kementerian sains, adalah tugas utama yang harus dilaksanakan dan masalah-masalah negara insya Allah dapat terselesaikan melalui hal ini.
Apa yang kalian, para profesor, lakukan adalah tugas penting. Apa yang dilakukan oleh lembaga-lembaga manajemen sains negara—yang sebagian besarnya kementerian dan departemen sains presiden—adalah tugas penting; ini harus dipentingkan; harus dilakukan evaluasi analisa faktual dalam hal ini; kita harus tahu tugas penting apa yang harus dilaksanakan.
Sebagaimana yang telah disinggung oleh sebagian rekan dalam pernyataan mereka, tujuan musuh bangsa Iran adalah tidak mengijinkan negara ini dan bangsa ini mencapai posisinya yang proporsional, posisi [sejati] peradabannya, [karena] mereka merasa gerakan itu telah dimulai di negara ini; sanksi-sanksi [diberlakukan] karena ini. Iya, saya juga sependapat bahwa tujuan sanksi-sanksi bukan hanya masalah nuklir saja, bukan juga masalah hak asasi manusia, bukan masalah terorisme. Mereka mengatakan, mengapa si polan tidak menangis untuk ratapan duka untuk Ali Asghar yang dibacakan? Dikatakan, dia sendiri telah membunuh 100 Ali Asghar; lalu dia harus menangis untuk ratapan duka Ali Asghar? Mereka sendiri adalah pembiak teroris, mereka sendiri adalah anti-hak asasi manusia; lalu mereka berupaya menekan sebuah negara lain demi hak asasi manusia? Masalahnya bukan ini; Masalahnya adalah sebuah perhitungan yang lebih tinggi dan lebih besar dari itu semua; yakni sebuah bangsa, sebuah gerakan, tercipta sebuah identitas yang berdasarkan sumber-sumber dan prinsip-prinsip yang berlawanan dengan prinsip-prinsip orde imperialis dan orde zalim-terzalimi; mereka tidak menginginkan ini terjadi; kita berada di posisi seperti ini; kita berada di kedudukan seperti ini. Kita harus bergerak, harus berusaha. Sanksi-sanksi juga tentunya menciptakan kesulitan, akan tetapi tidak dapat menghalangi kemajuan; kita [harus] memanfaatkan seluruh kapasitas kita. Dan dalam hal ini, kalian para profesor punya peran; kementerian sains dan kementerian-kementerian terkait sains, memiliki peran vital dan penting; hargai peran-peran tersebut dan tindaklanjutilah dan insyaallah Tuhan akan membantu. Ayat ini yang dibacakan rekan-rekan
اِن تَنصُرُوا اللهَ یَنصُرکُم وَ یُثَبِّت اَقدامَکُم
Ini adalah janji tak terbantahkan Allah Swt.
Ya Allah! Atas berkah hari-hari dan malam-malam ini, atas berkah darah Amirul Mukminin as, dan darah suci yang tertumpahkan di jalan Allah Swt selama tahun-tahun lalu—di negara kita muncul para syuhada—atas berkah darah-darah ini, atas berkah berbagai perjuangan ini, atas berkah kekudusan ini, tingkatkanlah kemuliaan bangsa kami hari demi hari dan dekatkanlah dengan kebahagiaan hakiki; Ya Allah! Para pejuang jalan ini, termasuk para profesor terhormat dan para mahasiswa serta mereka yang berjuang di jalan sains, limpahkan kesuksesan bagi mereka; satukanlah ruh Imam Khomeini dan arwah para syuhada bersama arwah para syuhada di awal Islam.
Selamat datang saudara dan saudari yang tercinta. Sebelumnya saya telah katakan bahwa pelaksanaan pertemuan dengan para profesor terhormat dan mulia dan tercinta kita pada tahap awal, dengan tujuan memuliakan posisi guru. Kita ingin budaya ini meresap dalam masyarakat untuk menghormati para guru. Ini merupakan salah satu ajaran terbesar dalam bimbingan Islam. Dalam hal ini, para ulama di masa lalu telah menulis kitab, menukil hadis, membawakan ayat al-Quran. Ini pada tahap awalnya; ini adalah merupakan sebuah aksi simbolik bahwa para guru harus dihormati. Tujuan kedua dan ketiga yang tentunya penting adalah saya mendengar secara langsung berbagai topik dari saudara dan saudari profesor; dan jika ada yang terlintas di benak saya, akan saya sampaikan.
Pertemuan hari ini adalah pertemuan yang baik; sayang sekali waktu sempit dan kami tidak dapat menyimak penjelasan dari para profesor lain yang menurut rencana akan berpidato; akan tetapi topik-topik yang telah dijelaskan oleh rekan-rekan, sangat baik; sebagiannya menuntut penindaklanjutan kami yang saya akan tekankan dan tindaklanjuti.
Saya akan mengemukakan dua-tiga poin. Poin pertama adalah bahwa para guru bukan hanya berarti pengajar, melainkan juga pembimbing, ini merupakan sebuah rahasia alam yang telah tersingkap untuk semua. Orang yang darinya kita belajar dan membukakan satu pintu ilmu bagi kita, secara alami memiliki pengaruh dalam hati kita dalam jiwa kita; kita dapat menyebutnya menciptakan sebuah kondisi keterpengaruhan pada diri murid berkat pembelajaran tersebut; ini adalah sebuah peluang sangat besar dan istimewa. Para pemuda yang tidak bersedia mendengarkan nasehat ayah, kakek, ibu dan keluarga, dan pada saat yang sama mendengarkan ucapan guru dan satu isyarat dari guru memberikan pengaruh dalam pada diri mereka, tidak sedikit pemuda seperti ini. Guru itu demikian. Secara alamiah pembelajaran dibarengi dengan kemungkinan pembimbingan; ini adalah kesempatan yang harus digunakan. Jika para guru kita teguh pada agama, memiliki antusiasme nasional, memiliki tekad revolusioner, memiliki semangat tekun, maka secara alami itu semua akan tertular pada murid. Jika sebaliknya, juga demikian. Jika guru itu adalah seorang yang adil dan berakhlak, maka potensi membimbing mahasiswa adil dan berakhlak akan meningkat; sebaliknya juga demikian.
Sekarang negara kita membutuhkan para pemuda yang dapat menjadi lengan-lengan kokoh untuk kemajuan negara, penuh gelora keimanan, kesadaran agama, tekad tinggi, berani melangkah, percaya diri, meyakini bahwa kita mampu, optimis pada masa depan, memandang cerah dan terang ufuk masa depan, jiwa yang tidak tergantung—bukan berarti penolakan untuk belajar dari pihak asing, di mana kami tidak pernah dan tidak akan mengimbau hal itu; siap belajar dari orang lain yang lebih mampu dari kita—semangat tidak tergantung dari keterpengaruhan, pemaksaan dan penyalahgunaan transfer ilmu yang umum diartikan dengan makna ini di dunia akademis yang merupakan dunia imperialis—semangat tidak bergantung ini harus ada dalam diri pemuda—semangat pemahaman benar posisi negara bahwa di mana posisi kita dan ke mana kita akan menuju dan bagaimana kita dapat menempuhnya—yang dalam penjelasan para profesor hari ini, benar-benar terdapat poin-poin jelas dalam hal ini—tegas di hadapan interferensi, pelanggaran dan perusakan independensi nasional; kita membutuhkan para pemuda dengan semangat seperti ini. Semangat-semangat tersebut, berbagai keunggulan tersebut dapat diinspirasikan dan diinjeksikan pada generasi muda yang sedang melanjutkan studi dan para pelajar negara, dan dapat diwujudkan; [peran] guru seperti ini; tentunya dengan sikap dan perilaku, bukan dengan pelajaran akhlak. Saya tidak menyarankan agar para profesor sains menggelar kelas akhlak untuk para mahasiswa; ini adalah tugas lain. Para profesor kita dengan perilaku mereka, dengan pernyataan mereka, dengan sikap mereka, dengan mengungkapkan pendapatnya di berbagai bidang dapat mewujudkan dan menciptakan pengaruh pada diri mahasiswanya, menginspirasikannya kepada generasi muda saat ini. Bahwa kita menyatakan para profesor adalah panglima perang lunak, artinya adalah demikian. Jika para pemuda—seperti yang telah kami jelaskan—adalah perwira muda perang lunak, maka para profesor adalah komandannya dan komando itu seperti ini.
Dalam perang kasar juga demikian; setiap kali komandan—komandan brigade, komandan unit-unit, komandan peleton—hadir di tengah medan, di titik vital, yakni jika dia sendiri terjun perang, akan memberikan pengaruh luar biasa di antara para tentara. Ini tidak berlaku hanya pada kita, semua juga demikian. Napoleon tidur bersama pasukannya di atas tanah lengkap dengan atribut. Ini rahasia kemajuan perang Napoleon di masanya adalah sesuatu yang luar biasa. Pasukannya tidak hanya menerima instruksi dari perintahnya saja, juga menerima instruksi dalam aksi. Para pemuda kita di era Perang Pertahanan Suci [selama] delapan tahun juga bertindak demikian; komondan pasukan terkadang berada di depan tentara biasa di medan perang; hadir di garis terdepan dan bahkan terkadang terlibat dalam operasi pengamatan; komandan pasukan sendiri yang melakukan operasi pengamatan! Di mana hal ini tidak berarti dan tidak dapat diterima dalam jajaran militer dunia, akan tetapi ini telah terjadi dan demikianlah tercipta kemajuan dan kejutan-kejutan besar pada era Perang Pertahanan Suci. Dalam perang lunak juga demikian. Para profesor harus berada di tengah medan pertempuran vital dan suci ini—yakni dalam apa yang kita sebut dengan perang lunak di mana ini juga merupakan perang suci.
Saat ini, kita memiliki sekitar 70 ribu anggota dewan ilmiah di dalam negeri di mana ini merupakan sebuah kebanggaan. Saya masih ingat di tahun-tahun pertama revolusi—pada paruh pertama dekade 60-an hingga paruh kedua—diperkirakan jumlah anggota dewan ilmiah sekitar 5.000 -6.000 orang. Angka ini sekarang mencapai 70.000; ini adalah kebanggaan negara, kebanggaan revolusi dan kebanggaan bagi universitas-universitas kita.
Beruntung sekali sektor besar dari pasukan besar dan luas ini, adalah manusia-manusia mukmin, teguh pada agama, relijius, revolusioner dan meyakini prinsip—prinsip agama dan revolusi; ini juga sangat penting; ini [juga] fenomenal. Elemen-elemen mukmin dan revolusioner dalam dewan-dewan ilmiah harus dihargai. Ini saya tujukan kepada para manajer tercinta kita, kepada para pejabat Kementerian Pendidikan Tinggi dan Kementerian Kesehatan dan Pendidikan Kedokteran; hargailah ini! Para menteri terhormat dan dewan-dewan direksi di berbagai kementerian, harus menghargai kehadiran para profesor mukmin dan dosen-dosen yang komitmen pada nilai-nilai agama yang bersikeras pada pendapat benar mereka dan tidak gentar menghadapi gelombang propaganda dan gangguan-gangguan dahsyat—yang banyak di antaranya kami juga mengetahui—dan pantang mundur. Para manajer yang terhormat! Hargailah elemen-elemen mukmin dan para profesor mukmin di universitas-universitas. Ini poin pertama tentang pentingnya [posisi] profesor. Jika saya bisa bertemu dengan semua 70.000 dosen yang tercinta di negara ini, pasti saya akan melakukannya, dan jika saya bisa mendengarkan penjelasan mereka, pasti saya akan melakukannya; hanya saja jelas saya tidak bisa dan ini bak kurma manis dan berharga di atas pohon yang sangat tinggi.
Poin kedua adalah tentang masalah ilmiah. Beruntung sekali sekarang gerakan ilmiah di negara telah berubah menjadi sebuah arus; ini adalah arus yang telah terbukti di negara, dan tidak diragukan lagi. Dalam 10-15 tahun terakhir para dosen kita, para ilmuwan kita, [dan] para pemuda kita telah berjuang di bidang ini; dan pengaruhnya disaksikan pada peningkatan ranking ilmiah negara. Kita telah mencapai peringkat ke-16 ilmiah dunia, ini sangat penting; sebelumnya ranking kita berada jauh di bawah dan sangat rendah dari ini; mereka telah mengantarkan negara ke peringkat ke-16 dan ini satu hal yang sangat bernilai.
Ada beberapa poin dalam hal ini: Poin pertama adalah bahwa pencapaian kita ke peringkat tinggi ilmiah, adalah hasil dari kecepatan kerja yang luar biasa. Berdasarkan statistik global, kecepatan kemajuan ilmiah di negara kita, 13 kali lipat lebih cepat dari rata-rata negara dunia; ini telah diumumkan oleh pusat-pusat sains dunia yang sebelumnya saya telah mengungkapkannya berulangkali. Sekarang, kecepatan tersebut berkurang. Ada sebagian pihak yang menyatakan kita tertinggal dari sisi kemajuan ilmiah, sebagian lain menyatakan tidak, kita tidak tertinggal dan kedua pihak menyodorkan data statistik, poinnya adalah: benar, secara lahiriyah kita memang tidak turun dari peringkat 16 atau 15—ini memang benar—akan tetapi seharusnya kita meningkat; yakni kecepatan tersebut seharusnya berlanjut; kecepatan itu sekarang telah berkurang. Saudara-saudara dan para pejabat tercinta di semua kementerian harus memperhatikan poin ini; kecepatan itu tidak ada sekarang. Kalian harus berupaya agar kecepatan kemajuan sains tidak meredup; kembali dengan istilah militer perang keras, gerakan ini jangan sampai melemah. Tentunya saya mengetahui bahwa semakin kita maju, pasti kecepatan tersebut akan berkurang; yakni ketika kita sangat tertinggal, banyak kapasitas yang belum teraktualisasikan dan ketika kita semakin maju, kapasitas-kapasitas tersebut pastinya semakin berkurang, karena dimanfaatkan—ini saya ketahui—namun kecepatan yang diperlukan dan proporsional dalam kemajuan sains negara tidak boleh berkurang.
Poin keduanya adalah bahwa lingkungan akademis negara harus dijauhkan dari penciptaan isu-isu marginal. Jangan sampai salah [mengartikan], saya tidak mengatakan bahwa tidak boleh ada politik di lingkungan universitas—mungkin banyak yang ingat bahwa di tahun-tahun lalu pada pertemuan bulan Ramadhan seperti ini di depan para profesor, saya menggunakan ungkapan keras kepada pihak-pihak yang ingin mengekang politik di universitas dan di antara para mahasiswa, yang menjadi keluhan banyak pihak—tidak, saya meyakini bahwa lingkungan universitas, adalah lingkungan pemahaman politik, analisa politik, ilmu politik, kesadaran politik; saya tidak melarang ini; tidak [melainkan saya menyatakan] jangan bermain politik, jangan mempolitisir, jangan menciptakan isu-isu marginal. Penciptaan isu-isu marginal ini akan mengganggu tugas utama yaitu tugas iilmiah dan kemajuan sains dengan seluruh kriteria yang ada dalam masalah ini.
Salah satu hal yang paling fatal yang terjadi dalam satu-dua tahun terakhir, adalah masalah beasiswa. Jika seandainya benar—yang tentunya setelah penyelidikan, diketahui tidak benar seperti itu; tidak seperti yang dimainkan oleh koran-koran; telah disampaikan kepada saya berbagai laporan terperinci berdasarkan penyelidikan—bukan seperti ini caranya kita mengungkapnya di koran-koran. Sekelompok orang secara ilegal mendapat keistimewaan; Baiklah, ada jalan-jalan hukum: hak-hak istimewa itu dicabut; tidak perlu berkoar-koar. Menciptakan keributan adalah menciptakan isu-isu marginal [tidak penting] dan ini menjadi racun bagi lingkungan akademis yang perlu ketenangan dalam aktivitasnya. Ini adalah racun yang disayangkan sebagian pihak menyuapkannya kepada universitas berdasarkan pandangan yang berporos pada politisasi dan permainan politik. Mengapa? Selain telah terjadi kezaliman—banyak orang yang terzalimi—juga bertentangan dengan hukum, bertentangan dengan kebajikan, bertentangan dengan akhlak, kemudian selalu berbicara tentang akhlak. Mengapa para pengimbau taubat itu lebih kurang bertaubat! Apakah ini berakhlak? Jangan sampai menciptakan isu-isu marginal. Jangan sampai lingkungan pendidikan tinggi terbelenggu oleh isu-isu marginal tersebut.
Masalah berikutnya adalah masalah humaniora. Kita tertinggal di bidang humaniora. Rekan-rekan yang berbicara tentang humaniora, sejatinya benar untuk menekankan pentingnya disiplin humaniora bahkan dalam industri. Statistik yang dipaparkan oleh saudara tercinta kita ini sangat menarik bagi saya, yang mengatakan bahwa dalam perkembangan industri, katakanlah sekitar 40 persen—atau 50 persen—berhubungan dengan masalah-masalah teknis, sekitar 50-60 persen berhubungan dengan humaniora—seperti manajemen, kerjasama, [dan] kerja keras—memang benar adanya, ini sangat penting. Di bidang humaniora, sekarang beruntung sekali beberapa saudara menyampaikan topik baik, yang ada di hati saya; tentunya ungkapan saya juga; masalah-masalah tersebut sebagiannya telah saya kemukakan. Humaniora sangat penting. Perubahan [besar] dalam disiplin humaniora sangat penting dan urgen atas banyak alasan, memerlukan dinamika internal dan dukungan eksternal. Beruntung sekali dinamika internal itu sekarang ada. Saya melihat [berbagai laporan kerja] baik di Dewan Tinggi Revolusi Budaya—dewan perubahan ini dan rekan-rekan yang bertugas di sana—juga di universitas-universitas, juga seperti yang telah kalian saksikan hari ini [dalam pernyataan] sebagian saudara tentang humaniora, [semuanya] menunjukkan bahwa telah ada dinamika internal di dalam universitas-universitas dari insan-insan bijaksana dan ilmuwan; dukungan eskternal juga harus ada—berbagai macam dukungan—yang salah satu dari bukti dukungan tersebut adalah kepatuhan universitas dan kementerian terhadap ketetapan dewan perubahan. Ada sebuah ketetapan yang hari ini baru saja dijelaskan oleh seorang rekan, sekadar yang telah diupayakan itu, sebesar itu harus dioperasionalkan. Sebesar apapun yang telah diupayakan, dikerjakan, ini harus diimplementasikan dan dioperasionalkan. Jangan hanya tersimpan di berbagai catatan, buku dan map-map saja—menurut beliau di seluk-beluk lorong kementerian atau Dewan Tinggi Revolusi Budaya—harus dioperasionalkan; ini benar-benar tepat. Kementerian harus memperhatikan hal ini. Bapak Doktor Farhadi juga hadir di sini, ini semua saya tekankan kepadanya secara khusus agar ditindaklanjuti, tugas ini adalah tugas besar. Sekarang disiplin ilmu di dalam negeri dan disiplin ilmu di universitas dalam negeri, ada di tangan rekan-rekan kita; ini semua harus ditindaklanjuti dengan makna kalimat yang faktual dan kepedulian.
Satu poin lain adalah masalah porsi anggaran riset. Tentunya dalam masalah-masalah yang akan saya kemukakan, ada beberapa penjelasan penting hanya saja waktu sudah mendekati azan dan saya tidak bisa memperpanjang pembahasan. Porsi anggaran riset sangat penting; sudah beberapa tahun pada kesempatan seperti ini dan berbagai kesempatan lain dan juga dalam pertemuan khusus dengan para pejabat eksekutif negara, saya telah menekankan masalah ini, sayangnya informasi yang diserahkan kepada saya dan laporan yang diberikan kepada saya, menunjukkan bahwa tidak, penekanan saya hanya seperti nasehat; seperti nasehat seorang yang naik ke mimbar dan memberikan wejangan; dipandang seperti ini; tidak demikian; harus diupayakan. Sekarang dalam visi [perencaan], telah ditetapkan empat persen dari bujet publik untuk sektor riset; sementara upaya kita dalam jangka pendek untuk hal ini tidak sedemikian tinggi; akan tetapi 1,5 persen atau dua persen yang memungkinkan dan telah dibicarakan; harus dilaksanakan; hingga kini bujet-bujet yang tersedia untuk riset, hanya nol koma beberapa persen; ini satu masalahnya. Masalah lainnya adalah penggunaan benar dan terencana sumber-sumber dana riset; harus dibelanjakan dengan benar dan diletakkan tepat pada tempatnya.
Poin berikutnya adalah masalah peta jalan komprehensif sains; Peta jalan komprehensif sains telah disempurnakan berkat upaya dan kerja keras rekan-rekan dan telah rampung dan telah tersusun sebuah dokumen komprehensif positif untuk negara yang sangat berharga. Mereka, para pakar, setelah peta jalan komprehensif sains itu tersempurnakan—sebagaimana yang diinformasikan dan disampaikan kepada saya—mengakui [peta jalan tersebut]; Yakni bahwa tidak ada cacat, tidak ada cacat besar dalam apa yang telah disusun oleh Dewan Tinggi Revolusi Budaya ini, tidak, tidak ada yang demikian; yakni [peta jalan] itu telah diakui; hanya saja peta jalan komprehensif sains ini harus dioperasionalkan di mana langkah awalnya adalah membangun wacana. Saya dengar rekan-rekan yang berkunjung ke daerah, berada di berbagai universitas, menyatakan bahwa banyak profesor—apalagi mahasiswa—dan bahkan para direktur, yang mendapat informasi benar tentang peta jalan komprehensif sains itu. Bahkan salah satu di antara rekan di sini menyatakan bahwa banyak pihak yang tidak mengetahui tentang ekonomi muqawama yang Anda sampaikan; Iya ini adalah salah satu kelemahan kita. Jika kita ingin mewujudkan sebuah harapan, langkah pertamanya adalah harapan tersebut harus kita jadikan sebagai sebuah wacana yang telah diterima; masalah sains juga demikian, menjadi sebuah wacana dan secara alami menyusup dalam arus operasional, teroperasionalkan, dan menjadi sebuah arus; masalah ini juga demikian. Berbagai masalah yang berkaitan dengan peta jalan komprehensif sains negara harus diubah menjadi sebuah wacana dan dilaksanakan dengan serius; ini salah satu poin.
Di antara masalah yang terkait, yang juga penting, adalah dokumen persiapan ujian tinggi. Bahwa seorang rekan menyinggung “jika semua hal yang kita canangkan adalah perioritas kita, maknanya adalah kita sama sekali tidak memiliki prioritas”, ini adalah ungkapan benar, ini adalah ungkapan yang tegas. Bahwa disebutkan “kita di sejumlah sektor industri, secara spesifik kita sebutkan di bidang-bidang ini kita ingin maju dan melakukan investasi sumber daya manusia, finansial, tekad dan berbagai kemampuan”, ini adalah ungkapan yang benar. Pada satu waktu saya menyampaikan hal ini terkait olahraga; saya katakan bahwa kita bisa berada di posisi pertama atau kedua dunia di beberapa cabang olahraga; baik, kita harus mengacunya; di sebagian cabang olahraga tidak demikian, kita tidak punya harapan untuk berada di posisi pertama atau kedua; maksud saya dalam olahraga kejuaraan dan dalam turnamen internasional. Mereka benar-benar melakukannya, yakni beberapa langkah diambil dalam hal ini serta terbukti efektif dan berpengaruh. Begitu juga dengan di bidang ini. Kita harus melihat disiplin ilmu mana, di universitas mana, di wilayah mana yang memiliki prioritas; persiapan sains teritorial negara itu maknanya seperti ini. Kita harus mengacu pada disiplin ilmu apa dan di universitas mana untuk berinvestasi demi mendapat jawaban dan menuntut hasil dari mereka. Ini juga satu masalahnya di mana dokumen ini harus disempurnakan, dioperasionalisasikan dan dikerjakan.
Apa yang akan saya sampaikan pada bagian akhir, adalah saudara dan saudari yang terhormat! Hargailah tugas yang sedang kalian laksanakan ini! Saat ini tidak ada tugas lebih bernilai dan terhormat yang dapat dicari, melebihi tugas-tugas yang ada di tangan kita. Kalian memikul tugas-tugas besar dan sedang kalian laksanakan. Di Kementerian Sains, tekad dan semangat harus semakin meningkat setiap hari, jika kita ingin tugas ini terlaksana.
Di antara poin-poin yang telah saya catat adalah masalah peningkatan jumlah mahasiswa di berbagai jenjang pasca sarjana—yang alhamdulillah dalam beberapa tahun terakhir, meningkat tajam dan ini merupakan sebuah keunggulan luar biasa—hanya saja harus dilakukan perencanaan dengan benar terkait ouput masalah penting ini. Pada berbagai jenjang pasca sarjana, para mahasiswa berusaha meneliti satu hal, menulis tentang satu hal, menyusun sebuah skripsi; ini memerlukan sebuah sistem, memerlukan sebuah perspektif makro, sebuah bimbingan menyeluruh yang jika tersusun, negara dapat memanfaatkannya. Jika tidak berhasil, maka kita telah menyia-nyiakan aset; baik profesor, mahasiswa, dana, manajemen dan berbagai fasilitas lain. Perspektif makro ini, perencanaan makro, kedisiplinan makro pada masalah-masalah yang berkaitan dengan kementerian sains, adalah tugas utama yang harus dilaksanakan dan masalah-masalah negara insya Allah dapat terselesaikan melalui hal ini.
Apa yang kalian, para profesor, lakukan adalah tugas penting. Apa yang dilakukan oleh lembaga-lembaga manajemen sains negara—yang sebagian besarnya kementerian dan departemen sains presiden—adalah tugas penting; ini harus dipentingkan; harus dilakukan evaluasi analisa faktual dalam hal ini; kita harus tahu tugas penting apa yang harus dilaksanakan.
Sebagaimana yang telah disinggung oleh sebagian rekan dalam pernyataan mereka, tujuan musuh bangsa Iran adalah tidak mengijinkan negara ini dan bangsa ini mencapai posisinya yang proporsional, posisi [sejati] peradabannya, [karena] mereka merasa gerakan itu telah dimulai di negara ini; sanksi-sanksi [diberlakukan] karena ini. Iya, saya juga sependapat bahwa tujuan sanksi-sanksi bukan hanya masalah nuklir saja, bukan juga masalah hak asasi manusia, bukan masalah terorisme. Mereka mengatakan, mengapa si polan tidak menangis untuk ratapan duka untuk Ali Asghar yang dibacakan? Dikatakan, dia sendiri telah membunuh 100 Ali Asghar; lalu dia harus menangis untuk ratapan duka Ali Asghar? Mereka sendiri adalah pembiak teroris, mereka sendiri adalah anti-hak asasi manusia; lalu mereka berupaya menekan sebuah negara lain demi hak asasi manusia? Masalahnya bukan ini; Masalahnya adalah sebuah perhitungan yang lebih tinggi dan lebih besar dari itu semua; yakni sebuah bangsa, sebuah gerakan, tercipta sebuah identitas yang berdasarkan sumber-sumber dan prinsip-prinsip yang berlawanan dengan prinsip-prinsip orde imperialis dan orde zalim-terzalimi; mereka tidak menginginkan ini terjadi; kita berada di posisi seperti ini; kita berada di kedudukan seperti ini. Kita harus bergerak, harus berusaha. Sanksi-sanksi juga tentunya menciptakan kesulitan, akan tetapi tidak dapat menghalangi kemajuan; kita [harus] memanfaatkan seluruh kapasitas kita. Dan dalam hal ini, kalian para profesor punya peran; kementerian sains dan kementerian-kementerian terkait sains, memiliki peran vital dan penting; hargai peran-peran tersebut dan tindaklanjutilah dan insyaallah Tuhan akan membantu. Ayat ini yang dibacakan rekan-rekan
اِن تَنصُرُوا اللهَ یَنصُرکُم وَ یُثَبِّت اَقدامَکُم
Ini adalah janji tak terbantahkan Allah Swt.
Ya Allah! Atas berkah hari-hari dan malam-malam ini, atas berkah darah Amirul Mukminin as, dan darah suci yang tertumpahkan di jalan Allah Swt selama tahun-tahun lalu—di negara kita muncul para syuhada—atas berkah darah-darah ini, atas berkah berbagai perjuangan ini, atas berkah kekudusan ini, tingkatkanlah kemuliaan bangsa kami hari demi hari dan dekatkanlah dengan kebahagiaan hakiki; Ya Allah! Para pejuang jalan ini, termasuk para profesor terhormat dan para mahasiswa serta mereka yang berjuang di jalan sains, limpahkan kesuksesan bagi mereka; satukanlah ruh Imam Khomeini dan arwah para syuhada bersama arwah para syuhada di awal Islam.