Hari ini, Rabu 10 Oktober 2012 menjadi hari yang tak akan terlupakan bagi provinsi Khorasan Utara dan warganya. Setelah menantikan selama beberapa minggu sejak diumumkan secara resmi, akhirnya Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatollah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei Rabu pagi tiba di Bojnourd, ibukota provinsi Khorasan Utara.
Rahbar yang tiba di bandar udara Bojnourd pada pukul 9.30 pagi disambut oleh lautan manusia yang sudah menantikan kedatangan sang Pemimpin sejak beberapa jam sebelumnya. Warga dari berbagai suku Turki, Kurdi, Turkaman, Fars, dan Tat juga warga Sunni dan Syiah yang memenuhi jalan-jalan kota Bojnourd larut dalam suasana suka cita menyambut kedatangan Ayatollah al-Udzma Khamenei.
Tiba di lapangan olahraga Takhti kota Bojnourd, di depan puluhan ribu warga, Pemimpin Besar Revolusi Islam menyampaikan analisanya secara komprehensif tentang kondisi negara saat ini seraya menekankan bahwa Iran telah bergerak ke arah kemajuan materi dan spiritual. Beliau menegaskan, "Berkat inayah dan pertolongan Allah dan dengan mengandalkan pengalaman dan kapasitasnya yang semakin besar, bangsa Iran akan berhasil melewati semua kesulitan dan akan kembali membuat kubu arogansi dan istikbar tertegun menyaksikan kegagalannya menghadapi bangsa ini."
Seraya mengingatkan bahwa cita-cita revolusi Islam sejak awal adalah meraih kemajuan menyeluruh yang meliputi sisi materi dan spiritual, Rahbar mengatakan, "Kemajuan seperti inilah yang diilhami oleh logika Islam dan berbeda dengan konsep kemajuan materi versi Barat."
Beliau menambahkan, kemajuan ala Barat adalah kemajuan berdimensi tunggal yang hanya mementingkan masalah materi. Sementara dalam logika Islam, kemajuan mencakup dimensi materi dan spiritual yang meliputi kemajuan di ranah ilmu, akhlak, keadilan, kesejahteraan umum, ekonomi, kehormatan, legitimasi internasional, independensi politik dan kedekatan kepada Allah Swt.
Lebih lanjut Ayatollah al-Udzma Khamenei menjelaskan bahwa keistimewaan lain dari kemajuan versi Islam adalah keuniversalannya. Beliau menjelaskan, "Dalam logika Islam, program kerja di dunia mesti dibuat sedemikian rupa sehingga ufuknya meliputi generasi-generasi mendatang dan mencakup puluhan tahun ke depan. Namun di sisi lain, untuk urusan akhirat amalan harus dilakukan seakan-akan perjalanan ke alam akhirat tidak menyisakan banyak waktu lagi."
Pemimpin Besar Revolusi Islam menandaskan bahwa kemajuan versi Islam meniscayakan pengenalan akan kekuatan dan kelemahan yang ada, program kerja yang sesuai dengan kondisi, evaluasi langkah menuju target tahap demi tahap, dan memberikan penjelasan kepada masyarakat akan peta jalan, kesulitan dan tantangan yang menghadang di tengah jalan. "Tugas-tugas ini ada di pundak elit masyarakat yang meliputi elit politik, keilmuan dan agama," kata beliau selanjutnya.
Setelah menjelaskan makna kemajuan versi Islam dan apa saja yang diperlukan untuk mencapainya, Rahbar menerangkan gerakan pemerintahan Islam dalam upaya mencapai kemajuan komprehensif sesuai dengan logika Islam. Beliau mengatakan, "Dalam 33 tahun ini, pemerintahan Islam selalu bergerak ke arah kemajuan, dan tentunya gerak langkah ini diwarnai oleh pasang naik dan pasang surut."
Untuk mencapai kemajuan, kata Rahbar, diperlukan tekad yang kuat, semangat, gairah, kerja keras dan kecerdasan. Jika semua itu terlaksana, maka semua kesulitan akan teratasi dan musuh akan dipaksa bertekuk lutut. Selain itu, diperlukan evaluasi yang cermat, logis dan jauh dari slogan dalam memandang kondisi negara.
"Sejak awal kemenangan revolusi Islam, bangsa Iran berhadapan dengan jaringan zionisme jahat yang di dalamnya ada sejumlah negara Barat terutama Amerika Serikat (AS) yang tak segan dalam memusuhi bangsa ini," tandas beliau.
Menyinggung kesulitan yang dialami Iran saat ini seperti melambungnya harga-harga barang dan tingginya angka pengangguran, Ayatollah al-Udzma Khamenei menjelaskan, "Kesulitan-kesulitan ini dirasakan oleh semua orang, tapi semua itu bukan masalah yang tak bisa diatasi. Sebab, dalam 33 tahun ini banyak masalah lebih besar yang berhasil diatasi oleh bangsa Iran."
Beliau mengingatkan sejumlah masalah besar yang pernah dihadapi bangsa Iran di awal kemenangan revolusi Islam seperti konflik antar suku, perang yang dipaksakan selama delapan tahun, dan beragam embargo. "Dengan resistensi dan kecerdasannya, bangsa ini berhasil menyelesaikan semua masalah itu," tegas beliau.
Mengenai embargo dan sanksi yang dijatuhkan musuh terhadap Iran, Pemimpin Besar Revolusi Islam mengatakan, "Embargo bukan masalah yang baru. Sejak awal kemenangan revolusi Islam, sudah ada embargo. Tapi saat ini musuh berusaha mengesankan embargo sebagai masalah besar, dan sayangnya, di dalam negeri ada sejumlah kalangan yang beretorika seperti mereka."
Menurut beliau, penerapan sanksi secara bertahap terhadap bangsa Iran menunjukkan bahwa sanski ini tidak membuahkan hasil apapun. "Dengan dustanya, AS dan sejumlah negara Eropa mengaitkan embargo dengan masalah energi nuklir. Padahal sanksi seperti ini sudah ada sejak awal kemenangan revolusi Islam ketika belum ada pembahasan apapun tentang isu nuklir," kata beliau.
Menurut Ayatollah al-Udzma Khamenei, faktor utama pemicu permusuhan kubu arogansi adalah resistensi bangsa Iran yang berkat Islam dan al-Qur'an pantang menyerah kepada musuh. Masalah ini telah mendorong kubu lawan untuk memusuhi Islam dan menghujat Nabi Muhammad Saw.
Rahbar menambahkan, "Mereka berbohong ketika mengaku siap mencabut sanksi jika bangsa Iran melepaskan hak mengembangkan energi nuklir. Sebab, faktor utama yang mendasari sanksi yang tidak logis dan brutal ini adalah kebencian dan dendam mereka terhadap bangsa Iran."
Ditegaskan oleh beliau bahwa penetapan sanksi ini sama dengan perang terhadap satu bangsa. Tapi berkat taufik Ilahi, musuh juga akan menelan kekalahan menghadapi bangsa Iran dalam perang ini.
Pemimpin Besar Revolusi Islam menyatakan bahwa beragam sanksi ini memang memunculkan banyak masalah, dan mungkin juga kesalahan dalam mengelola negara akan semakin menambah persoalan. Tapi yang jelas, semua kesulitan ini bukanlah masalah yang tak bisa ditangani oleh Republik Islam Iran.
Menyinggung krisis moneter dan melonjaknya nilai tukar mata uang asing di Iran yang direaksi musuh dengan kegembiraan, beliau mengatakan, "Sekitar dua atau tiga jam, sekelompok orang membakar tong-tong sampah di dua jalan kota Tehran. Tindakan itu langsung direaksi oleh para petinggi sejumlah negara Barat dengan kegembiraan ala kanak-kanak yang mengesampingkan tata krama diplomatik. Yang harus ditanyakan kepada mereka adalah, apakah kondisi perekonomian Iran lebih buruk dari kondisi negara-negara Eropa yang dilanda demonstrasi jalanan sejak setahun lalu?"
Kepada negara-negara Eropa, Ayatollah al-Udzma Khamenei menegaskan, "Kesulitan kalian lebih pelik dari kesulitan yang dialami Iran. Sebab kondisi perekonomian kalian telah terkunci dan buntu."
Beliau mengingatkan bahwa salah satu topik yang diangkat dalam kampanye pemilihan presiden di AS adalah kesulitan rakyat AS dan gerakan 99 persen.
Rahbar menambahkan, "Ketahuilah bahwa Republik Islam Iran tidak akan lumpuh dengan kesulitan yang ada saat ini. Dengan inayah Allah, bangsa ini akan mampu mengatasi kesulitannya dan akan kembali membuat musuh gigit jari."
Untuk itu beliau mengimbau rakyat dan para pejabat negara untuk bersama-sama melaksanakan apa yang menjadi kewajiban mereka dalam upaya menyelesaikan masalah yang ada.
"Salah satu tugas penting yang dipikul rakyat adalah menjaga kearifan dan bijak dalam membaca situasi," imbuh beliau.
Pemimpin Besar Revolusi Islam menjelaskan, "Ketika di Tehran sekelompok orang turun ke jalanan dan membuat keonaran dengan mengatasnamakan orang-orang pasar, para pelaku pasar yang terhormat segera merilis statemen yang menyatakan berlepas tangan dari tindakan kelompok itu. Ini adalah tindakan yang tepat dan arif dari para pelaku pasar."
Beliau lebih lanjut mengingatkan fitnah pasca pemilu 2009 dan mengatakan, "Setelah pemilu 2009 yang berlangsung meriah, sejumlah kalangan menentang hasil pemilu lalu sekelompok orang yang mengatasnamakan mereka memanfaatkan kesempatan untuk menebar kerusuhan. Seharusnya mereka saat itu mengeluarkan statemen yang menyatakan berlepas tangan, tapi itu tidak mereka lakukan."
Ayatollah al-Udzma Khamenei memandang penting sikap arif yang jeli dalam membaca setiap peristiwa. Kearifan itulah yang mendorong orang membuat keputusan spontan saat diperlukan.
Beliau menyeru para pejabat negara untuk mempertahankan persatuan dan kekompakan, menyusun program yang terarah, menjaga batasan konstitusional, dan memupuk rasa tanggung jawab. "Jangan limpahkan kesalahan ke pihak lain," kata beliau.
Rahbar menekankan bahwa Undang-undang Dasar sudah menentukan wewenang dan tugas parlemen, pemerintah, presiden dan lembaga yudikatif. Karena itu, semua pihak harus melaksanakan apa yang menjadi tugasnya dan menjaga solidaritas dan persatuan.
Beliau menyatakan, "Alhamdulillah, berkat inayah Allah, dalam hal ini, tak ada masalah di negara kita. Sebab, semua pejabat negara baik kepala tiga lembaga tinggi maupun pejabat teras di masing-masing lembaga punya kepedulian besar kepada nasib negara ini."
Namun beliau menggarisbawahi, tentunya mungkin ada kesalahan yang sudah dilakukan tapi kesalahan itu bisa diperbaiki. Perjalanan bangsa Iran, menurut beliau, bisa mengubah sejarah dunia sebagaimana andilnya dalam mengubah sejarah kawasan saat ini.
Pemimpin Besar Revolusi Islam menyebut transformasi di kawasan sebagai fenomena yang merugikan Barat khususnya AS dan menjadi ancaman bagi eksistensi rezim Zionis Israel. Mengenai pernyataan para petinggi Zionis beliau menegaskan, "Omong kosong mereka tak layak ditanggapi. Tapi negara-negara Eropa yang mengekor langkah AS harus tahu bahwa mengekor AS adalah langkah yang tidak bijak dan satu tindakan bodoh."
Beliau menambahkan, "Bangsa Iran tidak punya pengalaman masa lalu yang buruk dengan kebanyakan negara Eropa, kecuali Inggris. Bangsa Iran menyebutnya dengan sebutan Inggris yang keji."
Ayatollah al-Udzma Khamenei mengingatkan, "Negara-negara Eropa hendaknya menyadari bahwa langkah mengikuti AS hanya akan membuat bangsa Iran membenci mereka."
Mengenai solusi mengatasi kesulitan ekonomi, beliau meyakini bahwa masalah ini bisa diatasi secara mendasar dengan mendukung produksi lokal dan membela pekerjaan dan modal Iran. Sebab, hal ini akan membuat bangsa Iran memiliki jiwa yang tidak bergantung kepada pihak lain.
Di bagian lain pembicaraannya, Rahbar menyatakan gembira atas kunjungan ke provinsi Khorasan Utara yang oleh beliau disebut sebagai Bab Al-Ridha (as) atau pintu menuju Imam Ridha (as). Dalam kesempatan itu beliau menjelaskan keistimewaan menonjol yang ada pada warga provinsi ini serta potensi alam dan geografi Khorasan Utara. Menurut beliau pesona alam yang ada di provinsi ini bisa menjadi daya tarik wisata yang besar, sementara kekayaan alam serta potensi pertanian dan penernakan adalah keistimewaan yang dimiliki provinsi ini.
"Provinsi ini memiliki warga yang religius, penuh semangat, siap bekerja keras, patriotik, punya banyak potensi yang unggul, berani, toleran dan ramah di antara berbagai kelompok suku dan madzhab. Ini merupakan keistimewaan menonjol yang ada di provinsi Khorasan Utara," ujar beliau.
Sebelum pidato Ayatollah al-Udzma Khamenei, Imam Jum'ah Bojnourd Hojjatol Islam wal Muslimin Yaqubi menyampaikan kata sambutan dan mengucapkan selamat datang kepada Pemimpin Besar Revolusi Islam.
Rahbar yang tiba di bandar udara Bojnourd pada pukul 9.30 pagi disambut oleh lautan manusia yang sudah menantikan kedatangan sang Pemimpin sejak beberapa jam sebelumnya. Warga dari berbagai suku Turki, Kurdi, Turkaman, Fars, dan Tat juga warga Sunni dan Syiah yang memenuhi jalan-jalan kota Bojnourd larut dalam suasana suka cita menyambut kedatangan Ayatollah al-Udzma Khamenei.
Tiba di lapangan olahraga Takhti kota Bojnourd, di depan puluhan ribu warga, Pemimpin Besar Revolusi Islam menyampaikan analisanya secara komprehensif tentang kondisi negara saat ini seraya menekankan bahwa Iran telah bergerak ke arah kemajuan materi dan spiritual. Beliau menegaskan, "Berkat inayah dan pertolongan Allah dan dengan mengandalkan pengalaman dan kapasitasnya yang semakin besar, bangsa Iran akan berhasil melewati semua kesulitan dan akan kembali membuat kubu arogansi dan istikbar tertegun menyaksikan kegagalannya menghadapi bangsa ini."
Seraya mengingatkan bahwa cita-cita revolusi Islam sejak awal adalah meraih kemajuan menyeluruh yang meliputi sisi materi dan spiritual, Rahbar mengatakan, "Kemajuan seperti inilah yang diilhami oleh logika Islam dan berbeda dengan konsep kemajuan materi versi Barat."
Beliau menambahkan, kemajuan ala Barat adalah kemajuan berdimensi tunggal yang hanya mementingkan masalah materi. Sementara dalam logika Islam, kemajuan mencakup dimensi materi dan spiritual yang meliputi kemajuan di ranah ilmu, akhlak, keadilan, kesejahteraan umum, ekonomi, kehormatan, legitimasi internasional, independensi politik dan kedekatan kepada Allah Swt.
Lebih lanjut Ayatollah al-Udzma Khamenei menjelaskan bahwa keistimewaan lain dari kemajuan versi Islam adalah keuniversalannya. Beliau menjelaskan, "Dalam logika Islam, program kerja di dunia mesti dibuat sedemikian rupa sehingga ufuknya meliputi generasi-generasi mendatang dan mencakup puluhan tahun ke depan. Namun di sisi lain, untuk urusan akhirat amalan harus dilakukan seakan-akan perjalanan ke alam akhirat tidak menyisakan banyak waktu lagi."
Pemimpin Besar Revolusi Islam menandaskan bahwa kemajuan versi Islam meniscayakan pengenalan akan kekuatan dan kelemahan yang ada, program kerja yang sesuai dengan kondisi, evaluasi langkah menuju target tahap demi tahap, dan memberikan penjelasan kepada masyarakat akan peta jalan, kesulitan dan tantangan yang menghadang di tengah jalan. "Tugas-tugas ini ada di pundak elit masyarakat yang meliputi elit politik, keilmuan dan agama," kata beliau selanjutnya.
Setelah menjelaskan makna kemajuan versi Islam dan apa saja yang diperlukan untuk mencapainya, Rahbar menerangkan gerakan pemerintahan Islam dalam upaya mencapai kemajuan komprehensif sesuai dengan logika Islam. Beliau mengatakan, "Dalam 33 tahun ini, pemerintahan Islam selalu bergerak ke arah kemajuan, dan tentunya gerak langkah ini diwarnai oleh pasang naik dan pasang surut."
Untuk mencapai kemajuan, kata Rahbar, diperlukan tekad yang kuat, semangat, gairah, kerja keras dan kecerdasan. Jika semua itu terlaksana, maka semua kesulitan akan teratasi dan musuh akan dipaksa bertekuk lutut. Selain itu, diperlukan evaluasi yang cermat, logis dan jauh dari slogan dalam memandang kondisi negara.
"Sejak awal kemenangan revolusi Islam, bangsa Iran berhadapan dengan jaringan zionisme jahat yang di dalamnya ada sejumlah negara Barat terutama Amerika Serikat (AS) yang tak segan dalam memusuhi bangsa ini," tandas beliau.
Menyinggung kesulitan yang dialami Iran saat ini seperti melambungnya harga-harga barang dan tingginya angka pengangguran, Ayatollah al-Udzma Khamenei menjelaskan, "Kesulitan-kesulitan ini dirasakan oleh semua orang, tapi semua itu bukan masalah yang tak bisa diatasi. Sebab, dalam 33 tahun ini banyak masalah lebih besar yang berhasil diatasi oleh bangsa Iran."
Beliau mengingatkan sejumlah masalah besar yang pernah dihadapi bangsa Iran di awal kemenangan revolusi Islam seperti konflik antar suku, perang yang dipaksakan selama delapan tahun, dan beragam embargo. "Dengan resistensi dan kecerdasannya, bangsa ini berhasil menyelesaikan semua masalah itu," tegas beliau.
Mengenai embargo dan sanksi yang dijatuhkan musuh terhadap Iran, Pemimpin Besar Revolusi Islam mengatakan, "Embargo bukan masalah yang baru. Sejak awal kemenangan revolusi Islam, sudah ada embargo. Tapi saat ini musuh berusaha mengesankan embargo sebagai masalah besar, dan sayangnya, di dalam negeri ada sejumlah kalangan yang beretorika seperti mereka."
Menurut beliau, penerapan sanksi secara bertahap terhadap bangsa Iran menunjukkan bahwa sanski ini tidak membuahkan hasil apapun. "Dengan dustanya, AS dan sejumlah negara Eropa mengaitkan embargo dengan masalah energi nuklir. Padahal sanksi seperti ini sudah ada sejak awal kemenangan revolusi Islam ketika belum ada pembahasan apapun tentang isu nuklir," kata beliau.
Menurut Ayatollah al-Udzma Khamenei, faktor utama pemicu permusuhan kubu arogansi adalah resistensi bangsa Iran yang berkat Islam dan al-Qur'an pantang menyerah kepada musuh. Masalah ini telah mendorong kubu lawan untuk memusuhi Islam dan menghujat Nabi Muhammad Saw.
Rahbar menambahkan, "Mereka berbohong ketika mengaku siap mencabut sanksi jika bangsa Iran melepaskan hak mengembangkan energi nuklir. Sebab, faktor utama yang mendasari sanksi yang tidak logis dan brutal ini adalah kebencian dan dendam mereka terhadap bangsa Iran."
Ditegaskan oleh beliau bahwa penetapan sanksi ini sama dengan perang terhadap satu bangsa. Tapi berkat taufik Ilahi, musuh juga akan menelan kekalahan menghadapi bangsa Iran dalam perang ini.
Pemimpin Besar Revolusi Islam menyatakan bahwa beragam sanksi ini memang memunculkan banyak masalah, dan mungkin juga kesalahan dalam mengelola negara akan semakin menambah persoalan. Tapi yang jelas, semua kesulitan ini bukanlah masalah yang tak bisa ditangani oleh Republik Islam Iran.
Menyinggung krisis moneter dan melonjaknya nilai tukar mata uang asing di Iran yang direaksi musuh dengan kegembiraan, beliau mengatakan, "Sekitar dua atau tiga jam, sekelompok orang membakar tong-tong sampah di dua jalan kota Tehran. Tindakan itu langsung direaksi oleh para petinggi sejumlah negara Barat dengan kegembiraan ala kanak-kanak yang mengesampingkan tata krama diplomatik. Yang harus ditanyakan kepada mereka adalah, apakah kondisi perekonomian Iran lebih buruk dari kondisi negara-negara Eropa yang dilanda demonstrasi jalanan sejak setahun lalu?"
Kepada negara-negara Eropa, Ayatollah al-Udzma Khamenei menegaskan, "Kesulitan kalian lebih pelik dari kesulitan yang dialami Iran. Sebab kondisi perekonomian kalian telah terkunci dan buntu."
Beliau mengingatkan bahwa salah satu topik yang diangkat dalam kampanye pemilihan presiden di AS adalah kesulitan rakyat AS dan gerakan 99 persen.
Rahbar menambahkan, "Ketahuilah bahwa Republik Islam Iran tidak akan lumpuh dengan kesulitan yang ada saat ini. Dengan inayah Allah, bangsa ini akan mampu mengatasi kesulitannya dan akan kembali membuat musuh gigit jari."
Untuk itu beliau mengimbau rakyat dan para pejabat negara untuk bersama-sama melaksanakan apa yang menjadi kewajiban mereka dalam upaya menyelesaikan masalah yang ada.
"Salah satu tugas penting yang dipikul rakyat adalah menjaga kearifan dan bijak dalam membaca situasi," imbuh beliau.
Pemimpin Besar Revolusi Islam menjelaskan, "Ketika di Tehran sekelompok orang turun ke jalanan dan membuat keonaran dengan mengatasnamakan orang-orang pasar, para pelaku pasar yang terhormat segera merilis statemen yang menyatakan berlepas tangan dari tindakan kelompok itu. Ini adalah tindakan yang tepat dan arif dari para pelaku pasar."
Beliau lebih lanjut mengingatkan fitnah pasca pemilu 2009 dan mengatakan, "Setelah pemilu 2009 yang berlangsung meriah, sejumlah kalangan menentang hasil pemilu lalu sekelompok orang yang mengatasnamakan mereka memanfaatkan kesempatan untuk menebar kerusuhan. Seharusnya mereka saat itu mengeluarkan statemen yang menyatakan berlepas tangan, tapi itu tidak mereka lakukan."
Ayatollah al-Udzma Khamenei memandang penting sikap arif yang jeli dalam membaca setiap peristiwa. Kearifan itulah yang mendorong orang membuat keputusan spontan saat diperlukan.
Beliau menyeru para pejabat negara untuk mempertahankan persatuan dan kekompakan, menyusun program yang terarah, menjaga batasan konstitusional, dan memupuk rasa tanggung jawab. "Jangan limpahkan kesalahan ke pihak lain," kata beliau.
Rahbar menekankan bahwa Undang-undang Dasar sudah menentukan wewenang dan tugas parlemen, pemerintah, presiden dan lembaga yudikatif. Karena itu, semua pihak harus melaksanakan apa yang menjadi tugasnya dan menjaga solidaritas dan persatuan.
Beliau menyatakan, "Alhamdulillah, berkat inayah Allah, dalam hal ini, tak ada masalah di negara kita. Sebab, semua pejabat negara baik kepala tiga lembaga tinggi maupun pejabat teras di masing-masing lembaga punya kepedulian besar kepada nasib negara ini."
Namun beliau menggarisbawahi, tentunya mungkin ada kesalahan yang sudah dilakukan tapi kesalahan itu bisa diperbaiki. Perjalanan bangsa Iran, menurut beliau, bisa mengubah sejarah dunia sebagaimana andilnya dalam mengubah sejarah kawasan saat ini.
Pemimpin Besar Revolusi Islam menyebut transformasi di kawasan sebagai fenomena yang merugikan Barat khususnya AS dan menjadi ancaman bagi eksistensi rezim Zionis Israel. Mengenai pernyataan para petinggi Zionis beliau menegaskan, "Omong kosong mereka tak layak ditanggapi. Tapi negara-negara Eropa yang mengekor langkah AS harus tahu bahwa mengekor AS adalah langkah yang tidak bijak dan satu tindakan bodoh."
Beliau menambahkan, "Bangsa Iran tidak punya pengalaman masa lalu yang buruk dengan kebanyakan negara Eropa, kecuali Inggris. Bangsa Iran menyebutnya dengan sebutan Inggris yang keji."
Ayatollah al-Udzma Khamenei mengingatkan, "Negara-negara Eropa hendaknya menyadari bahwa langkah mengikuti AS hanya akan membuat bangsa Iran membenci mereka."
Mengenai solusi mengatasi kesulitan ekonomi, beliau meyakini bahwa masalah ini bisa diatasi secara mendasar dengan mendukung produksi lokal dan membela pekerjaan dan modal Iran. Sebab, hal ini akan membuat bangsa Iran memiliki jiwa yang tidak bergantung kepada pihak lain.
Di bagian lain pembicaraannya, Rahbar menyatakan gembira atas kunjungan ke provinsi Khorasan Utara yang oleh beliau disebut sebagai Bab Al-Ridha (as) atau pintu menuju Imam Ridha (as). Dalam kesempatan itu beliau menjelaskan keistimewaan menonjol yang ada pada warga provinsi ini serta potensi alam dan geografi Khorasan Utara. Menurut beliau pesona alam yang ada di provinsi ini bisa menjadi daya tarik wisata yang besar, sementara kekayaan alam serta potensi pertanian dan penernakan adalah keistimewaan yang dimiliki provinsi ini.
"Provinsi ini memiliki warga yang religius, penuh semangat, siap bekerja keras, patriotik, punya banyak potensi yang unggul, berani, toleran dan ramah di antara berbagai kelompok suku dan madzhab. Ini merupakan keistimewaan menonjol yang ada di provinsi Khorasan Utara," ujar beliau.
Sebelum pidato Ayatollah al-Udzma Khamenei, Imam Jum'ah Bojnourd Hojjatol Islam wal Muslimin Yaqubi menyampaikan kata sambutan dan mengucapkan selamat datang kepada Pemimpin Besar Revolusi Islam.