Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatollah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei Senin (17/9) pagi dalam pidatonya saat menghadiri wisuda dan penyematan pangkat keperwiraan taruna Akademi Keperwiraan Tentara Republik Islam Iran menyinggung penistaan baru-baru ini terhadap kesucian Nabi Besar Muhammad Saw, seraya mengatakan, "Bangsa-bangsa dunia yang sudah mengenal sepak terjang kubu arogansi dan zionisme yang memusuhi Islam langsung mengarahkan tudingan kepada Amerika Seikat (AS) dan sejumlah negara Eropa. Para pemimpin negara-negara itu harus secara kongret menghentikan tindakan-tindakan gila seperti ini dan membuktikan bahwa mereka tidak terlibat dalam kejahatan dan dosa besar ini."
Seraya mengingatkan bahwa musuh-musuh Islam merasa kerdil saat menghadapi bangsa Iran yang besar dan gerakan kebangkitan Islam yang semakin menggelora, beliau menambahkan, "Masalah ini membuat musuh-musuh umat Islam melakukan tindakan gila seperti yang terjadi baru-baru ini."
Menurut Rahbar, peristiwa ini adalah salah satu momen sejarah yang terabadikan. "Para pemimpin sistem arogansi bukan hanya enggan mengecam kejahatan ini tapi juga tak mau melakukan tindakan apapun menghadapi kesalahan besar ini. Di saat yang sama, mereka mengaku tidak terlibat," tegas beliau.
Ayatollah al-Udzma Khamenei menambahkan, "Tentunya kami tidak bersikeras untuk membuktikan keterlibatan mereka dalam dosa besar ini. Tapi sepak terjang para pemimpin AS dan sejumlah negara Eropa telah membuat bangsa-bangsa di dunia meyakini kesalahan mereka. Untuk itu mereka harus membersihkan diri dari tuduhan ini, bukan dengan lisan tapi dengan tindakan."
Pemimpin Besar Revolusi Islam mengingatkan kembali akan sentimen anti Islam yang mengakar kuat di kubu arogansi dunia, seraya mengatakan, "Dengan adanya sentimen itulah para arogan dunia tidak pernah dan tak akan pernah mencegah aksi penistaan terhadap Islam dan kesucian-kesuciannya."
Beliau menyebut klaim para petinggi AS dan Barat yang menyatakan bahwa ‘mencegah penistaan terhadap Islam bertentangan dengan kebebasan berpendapat' sebagai kebohongan belaka. Beliau menjelaskan hal itu dengan membawakan beberapa hal yang membuktikan kebohongan klaim itu, yang salah satunya adalah garis merah yang jelas di Dunia Barat yang menentang segala bentuk penistaan terhadap asas arogansi.
Dalam penjelasannya Rahbar melontarkan pertanyaan, adakah orang yang percaya bahwa di negara-negara yang dengan kekerasan penuh mencegah pelanggaran terhadap asas-asas arogansi, langkah mencegah penistaan terhadap kesucian Islam dianggap menentang kebebasan berpendapat?
Beliau melanjutkan, "Di banyak negara Barat, tidak ada seorangpun yang berani mempertanyakan peristiwa Holocaust yang penuh misteri, dan tak ada pula yang berani menerbitkan tulisan tentang kebijakan kubu arogansi yang menjijikkan seperti yang menyangkut masalah homoseksualitas. Lalu mengapa dalam masalah-masalah seperti ini ‘kebebasan berpendapat' tidak mendapat tempat sementara penistaan terhadap kesucian Islam mereka bebaskan dengan alasan kebebasan berpendapat yang dibuat-buat."
Lebih lanjut Ayatollah al-Udzma Khamenei menyebut AS sebagai diktator. Seraya menyinggung dukungan AS selama puluhan tahun kepada rezim-rezim diktator seperti Hosni Mubarak di Mesir, Mohammad Reza Pahlevi di Iran dan diktator-diktator lainnya di kawasan, beliau menandaskan, "Dengan rapor hitam seperti ini bagaimana AS bisa tetap mengklaim diri sebagai pemerjuang demokrasi dan kebebasan?"
Rahbar menyebut demonstrasi massa di sejumlah negara yang memprotes pusat-pusat politik dan sosial AS sebagai bukti akan kebencian mereka terhadap kebijakan arogansi dan zionisme. "Bangsa-bangsa di dunia sudah dipenuhi kebencian terhadap AS. Karena itu, ketika muncul peristiwa seperti yang baru-baru ini terjadi, terasa ada celah untuk meluapkan kebencian umum itu," kata beliau.
Di bagian lain pidatonya, Pemimpin Besar Revolusi Islam menekankan, "Tak diragukan bahwa mentari Islam akan semakin bersinar terang menghadapi kaum arogan yang memusuhi agama ilahi ini, dan kemenangan akan diraih oleh umat Islam."
Dalam acara wisuda para taruna Akademi Keperwiraan Tentara Republik Islam Iran itu, Rahbar yang juga Panglima Tertinggi Seluruh Korps Angkatan Bersenjata menyebut keberadaan angkatan bersenjata termasuk tentara sebagai satu kebanggaan. "Para pemuda tercinta yang dengan semangat, cinta dan kearifan masuk ke medan ini berhak atas pujian bangsa dan akan memperoleh kehormatan duniawi dan pahala Ilahi," kata beliau.
Ayatollah al-Udzma Khamenei menyatakan bahwa Iran saat ini ibarat lautan yang penuh dengan gelora cinta meraih kemajuan dan keinginan untuk bergerak, berkreasi dan berinovasi. "Dengan bergulirnya waktu, signifikansi dan nilai historis dari kerja keras membangun Republik Islam dan memperkokoh bangunan ini akan semakin terungkap. Dalam hal ini, angkatan bersenjata memikul tugas dan tanggung jawab yang besar," tandas beliau.
Dalam kesempatan itu, Panglima Tentara Republik Islam Iran Mayor Jenderal Ataullah Salehi menyatakan, "Dengan kemampuannya yang mencapai puncak, tentara selalu siap membela wilayah kedaulatan Republik Islam dan bangsa Iran."
Sementara itu, Komandan dan Pimpinan Akademi Ilmu Kematiriman Imam Khomeini Jafari Tehrani dalam laporannya menjelaskan program pendidikan di akademi keperwiraan ini.