Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatollah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei hari ini (12/5) dalam pertemuan dengan sejumlah penyair dan pelantun puisi Ahlul Bait (as) menyebut penamaan hari kelahiran Sy Fathimah Zahra (as), putri tercinta Nabi Saw, dengan nama Hari Perempuan dan Hari Ibu sebagai penamaan yang mengandung banyak pelajaran penting yang abadi khususnya bagi kaum perempuan di masyarakat Muslim. Penamaan ini mendorong kaum perempuan untuk menghias diri dengan ketaqwaan, kesusilaan, ilmu, keberanian, keteguhan, pendidikan anak secara benar, kepedulian terhadap keluarga dan untuk meneladani Sy. Fathimah Zahra (as).
Beliau menyatakan bahwa pikiran dan kata-kata manusia tak akan pernah mampu mengungkap seluruh keutamaan, kemuliaan, dan keagungan putri Nabi Saw ini.
"Manusia secara umum tak akan pernah mempu mencapai ketinggian kata-kata dan perilaku kehidupan wanita agung ini dan para Imam suci Ahlul Bait (as). Berbeda dengan model keteladanan yang dikenal di tengah dunia materialis, para Imam suci (as) menunjukkan kepada manusia jalan kehidupan yang sebenarnya. Mereka sendiri berada di puncak semua kemuliaan dan menyeru umat manusia untuk mengikuti jejak mereka," kata beliau.
Ayatollah al-Udzma Khamenei mengajak semua orang terutama kaum wanita untuk melangkah di jalan kemuliaan maknawi yang telah ditunjukkan oleh para Imam suci Ahlul Bait (as). Beliau juga menyinggung perjalanan sejarah kaum wanita Iran dan keterlibatan mereka di berbagai medan revolusi Islam, sejak masa revolusi konstitusi sampai kemenangan revolusi Islam dan Perang Pertahanan Suci.
"Partisipasi ini menunjukkan bahwa kaum perempuan bisa aktif berperan dengan tetap menjaga jilbab yang sempurna. Dengan gagah berani kaum perempuan melaksanakan apa yang sudah menjadi tugas mereka. Contoh paling nyata adalah peran ibu para syuhada yang mulia," imbuh beliau.
Seraya mengingatkan akan kerja keras musuh untuk memanfaatkan titik-titik lemah yang ada, Pemimpin Besar Revolusi Islam menegaskan, "Manusia selalu berada dalam ancaman bahaya. Karena itu, kita harus selalu mawas diri dan memperhatikan semua perilaku kita. Kita harus sadar bahwa sebagian perilaku menonjolkan diri, ketidaktaqwaan, ketidakpedulian akan jilbab dan kesusilaan akan menimbulkan akibat destruktif yang dampaknya akan melekat pada perilaku etika dan politik masyarakat. Dalam kaitan ini, kaum perempuan harus lebih bisa menjaga diri."
Jilbab, menurut Rahbar, menunjukkan kepribadian perempuan dan faktor yang memberinya kehormatan dan wibawa. Beliau menambahkan, "Kesusilaan perempuan memberinya kebanggaan, keagungan nilai, dan kehormatan di tengah masyarakat. Karena itu perempuan harus berterima kasih kepada Islam yang sangat peduli dengan jilbab."
Di bagian lain pembicaraannya, Ayatollah al-Udzma Khamenei menyebutkan salah satu nikmat teragung yang diberikan Allah karena telah mengenalkan kita akan Ahlul Bait (as).
"Memuji Ahlul Bait (as) lewat syair atau ungkapan berbentuk prosa adalah satu nikmat lain yang dianugerahkan Allah. Untuk itu para pelantun syair harus menyadari keagungan nikmat ini," tandas beliau.
Pemimpin Besar Revolusi Islam mengingatkan bahwa keutamaan Ahlul Bait (as) harus terus dikenalkan kepada masyarakat sebagai teladan yang agung. Langkah ini akan membuahkan hasil di tengah masyarakat jika dilakukan dengan niat yang tulus dan untuk Allah. Karena itu, pelantun syair pujian untuk Ahlul Bait harus pandai melihat keutamaan apa saja yang bisa membawa pendengarnya kepada hidayah dan kekhusyukan di hadapan Allah Swt. Dengan cara itu dia bisa menyeru masyarakat untuk meneladani Ahlul Bait (as).
Rahbar menambahkan, mengkombinasikan berbagai seni akan menimbulkan kesan yang berlipat ganda. Karena itu diperlukan pemikiran dan latihan.
Di awal pertemuan, sejumlah penyair dan pelantun syair pujian membacakan bait-bait puisi yang mengenalkan keagungan pribadi Fathimah Zahra (as), putri Nabi Saw. Sebagian membawakan bait-bait pujian untuk Imam Khomeini yang tanggal kelahirannya bertepatan dengan hari kelahiran Az-Zahra (as).