Republik Islam Iran bagaikan singa yang gagah berani siap membela kepentingan bangsa Iran. Hal itu ditegaskan Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatollah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei dalam pertemuan dengan ribuan peziarah di makam suci Imam Ali bin Musa al-Ridha (as) di kota Mashhad Selasa (21/3) sore di hari pertama tahun baru atau Nouruz 1391 HS. Dalam kesempatan itu, beliau menyampaikan ucapan selamat atas tibanya tahun baru hijriyah syamsiah seraya menjelaskan kondisi Iran saat ini.
Menyinggung propaganda gencar musuh dan ancaman serangan militer oleh AS atau sekutunya terhadap Iran, Rahbar menyebutnya sebagai taktik musuh untuk menggertak, menebar pesimisme dan menghentikan langkah bangsa Iran. Beliau mengatakan, "Tahun 1390 HS, mereka mengerahkan semua daya dan kemampuan untuk meyakinkan bangsa yang pemberani, hidup dan penuh semangat ini bahwa mereka ‘tidak bisa berbuat'. Tapi bangsa yang sudah berbekal bimbingan dan arahan Imam Khomeini ini menunjukkan bahwa ‘kami mampu'."
Seraya menyatakan bahwa secara umum nilai positif yang ada pada bangsa ini lebih besar dibanding nilai negatif, Pemimpin Besar Revolusi Islam memuji pelaksanaan program subsidi terarah dan kerjasama rakyat untuk menyukseskan program yang pelaksanaannya oleh para pakar ekonomi diyakini sebagai satu keharusan. Diantara hasil dari pelaksanaan program ini, kata beliau, adalah pembagian subsidi secara lebih adil dan perbaikan kondisi kehidupan masyarakat kelas bawah.
Dalam pembicaraannya beliau menyinggung pengelolaan energi yang diikuti dengan penghematan dan penurunan konsumsi bahan bakar hingga mendekati angka produksi bensin dalam negeri. Hal ini, imbuh beliau, adalah prestasi gemilang yang dicapai di saat musuh menerapkan sanksi atas Iran. Prestasi membanggakan ini sekaligus berhasil mematahkan konspirasi musuh.
Ayatollah al-Udzma menjelaskan pula kemajuan Iran tahun 1390 HS di bidang sains dan teknologi serta pengaruhnya terhadap sektor perekonomian. Kemajuan sains, kata beliau, adalah pilar utama untuk membangun kekuatan ekonomi dan politik. Berdasarkan pengakuan lembaga-lembaga sains dunia, kemajuan Iran di bidang sains jauh lebih besar dari apa yang sudah dipublikasikan. Pesatnya kemajuan sains Iran tercatat paling tinggi di dunia dengan pertumbuhan 20 persen. Tahun 1390 HS, di tingkat regional Iran menempati urutan pertama sementara di tingkat global negara ini bertengger di peringkat 17. Keberhasilan ini dicapai di saat musuh terus berupaya melumpuhkan Iran dengan berbagai cara.
Di antara kemajuan sains yang dicapai Iran terkait bidang teknologi nano, lingkungan dan eurospace. "Tahun 1390 HS, para ilmuan muda kita berhasil mengayakan uranium sampai 20 persen dan ini yang membuat musuh tercengang," imbuh beliau.
Rahbar mengingatkan apa yang dilakukan AS dua tahun lalu saat mengusulkan kepada Iran untuk menyerahkan uranium yang sudah diperkaya kepada pihak ketiga untuk diganti dengan uranium dengan tingkat pengayaan 20 persen untuk memenuhi kebutuhan farmasi. "Sekarang, kita bisa melakukan pekerjaan yang besar dan sulit ini," tandas beliau.
Keberhasilan lain yang dicapai Iran tahun 1390 HS adalah pembuatan lempengen bahan bakar nuklir. Dengan berbekal semangat dan jiwa perjuangan ditambah dengan kepercayaan diri yang tinggi, para tenaga ahli Iran juga berhasil membuat sendiri apa yang diperlukan di sektor perminyakan. Mereka mampu mengubah sanksi menjadi peluang berkat kreativitas dan kerja keras.
Seraya menjelaskan hubungan langsung kemajuan sains dengan kemajuan ekonomi, beliau menambahkan, "Semua kemajuan yang dicapai ini adalah bentuk nyata dari jihad ekonomi."
Lebih lanjut Pemimpin Besar Revolusi Islam mempersoalkan permusuhan kubu arogansi dan istikbar terhadap Republik Islam Iran seraya menafikan isu hak asasi manusia atau program nuklir sebagai alasannya. Menurut beliau, faktor pemicu permusuhan ini adalah karena pemerintahan Islam dengan tegar melindungi kekayaan minyak dan gas bangsa Iran.
Mengenai ketergantungan negara-negara Barat kepada minyak dan gas, beliau mengatakan, "Mereka sadar bahwa lima tahun ke depan mereka akan kehabisan cadangan minyak. Urat nadi kehidupan mereka bergantung pada sumber minyak khususnya yang ada di kawasan Timur Tengah. Karena itu, menguasai negara-negara pemilik minyak di kawasan ini, khususnya Iran, sangat berarti dan punya nilai strategis yang tinggi."
Beliau menandaskan, "Kekuatan arogansi ingin negara-negara pemilik sumber minyak bisa diperlakukan semaunya. Tapi Republik Islam laksana singa yang gagah menentang ambisi mereka yang tak legal."
Ayatollah al-Udzma Khamenei memperingatkan AS untuk tidak gegabah melakukan kesalahan terhadap Iran. Sebab, kesalahan apapun akan mengakibatkan balasan yang setimpal. "Karena itu, sebaiknya AS bersikap hormat terhadap bangsa Iran," tegas beliau.
Rahbar mengingatkan bahwa di balik kepongahannya AS saat ini berada dalam kondisi yang lemah dan rentan. Selain menanggung utang yang menggunung dan berbagai kesulitan lainnya, AS juga didera kebuntuan sosial dengan munculnya gerakan pendudukan Wall Street dan kegagalan politik di Iran, Afghanistan, Pakistan, Mesir dan negara-negara utara Afrika.
Pemimpin Besar Revolusi Islam mengatakan, "Mungkin saja AS akan bertindak gegabah dan melakukan aksi gila. Dengan tetap menyatakan tidak memiliki senjata atom dan tidak membuatnya, kami tegaskan, menghadapi kemungkinan serangan dari AS atau Rezim Zionis, kami akan menyerang balik yang setara dengan serangan mereka."
Dalam sunnah Allah, kata beliau, kubu kebatilan akan kalah menghadapi kebenaran. "Bangsa Iran yang siap siaga, serta penuh tekad dan semangat tak pernah berpikir mengagresi pihak lain. Bangsa ini sangat mencintai eksistensi, kekayaan, identitas, keislaman dan pemerintahan Republik Islamnya dan selalu siap untuk membelanya," tambah beliau.
Di bagian lain pembicaraannya, Rahbar menerangkan sejumlah hal terkait penamaan tahun 1391 HS dengan nama tahun ‘Produksi Nasional; Perlindungan Kerja dan Modal Iran', seraya menyatakan bahwa semua pihak bertanggung jawab untuk mewujudkan target yang sangat penting ini.
Tak lupa beliau menekankan pentingnya menjaga persatuan sebagai salah satu kebutuhan yang sangat mendesak. Seraya mengimbau untuk bersikap ramah, beliau menambahkan, "Perbedaan pandangan jangan sampai menjadi faktor pemecah-belah."