Situs Media Informasi Kantor Imam Ali Khamenei

Rahbar:

Palestina Seutuhnya untuk Seluruh Rakyat Palestina

Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatollah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei menegaskan, bangsa-bangsa Muslim hendaknya mengupayakan pembebasan seluruh wilayah negeri Palestina, bukan hanya sebagian darinya. Namun untuk mencapai target yang penting ini diperlukan kerja keras, perjuangan, kesabaran dan kearifan.

Dalam pidato pembukaan Konferensi Internasional ‘Membela Intifadah Palestina' Ke 5, (1/10), beliau menyebut isu Palestina sebagai masalah paling penting dibanding isu-isu kolektif lainnya yang dihadapi oleh negara-negara Muslim. Beliau menyatakan bahwa setiap prakarsa operasional harus dibuat berdasarkan prinsip ‘Seluruh Palestina untuk semua rakyat Palestina'.

Pemimpin Besar Revolusi Islam menyebut kebijakan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) saat ini sebagai ketundukan kepada keinginan kaum Zionis dan penistaan terhadap hak-hak para pengungsi Palestina.

"Hak rakyat Palestina akan terwujud bukan dengan pembebasan sebagian wilayah Palestina tetapi pembebasan seluruh wilayah negeri Palestina dengan makna yang sesungguhnya, mulai dari sungai hingga laut,' kata beliau.

Ayatollah al-Udzma Khamenei menegaskan, setiap prakarsa yang ingin memecah belah Palestina harus ditolak mentah-mentah.

Beliau menandaskan, prakarsa dua negara yang menjadi anggota PBB yang seakan benar, tak lain adalah pengakuan akan kemauan orang-orang Zionis, pengakuan akan eksistensi pemerintahan Zionis di negeri Palestina, penistaan hak bangsa Palestina, menutup mata dari hak bersejarah para pengungsi Palestina, bahkan ancaman terhadap hak warga Palestina yang hidup di dalam wilayah pendudukan tahun 1948.

"Ini berarti membiarkan kanker ganas dan bahaya yang selalu mengancam tubuh umat Islam, khususnya bangsa-bangsa di kawasan dan pengulangan derita berkepanjangan bangsa yang tertindas ini," imbuh beliau.

Menyinggung proses pembentukan regu-regu perlawanan dan perubahan haluan sebagian kelompok untuk melakukan perundingan damai dengan Rezim Zionis Israel, Rahbar menyatakan bahwa sikap menyerah berbau pengkhinatan yang dilakukan oleh sejumlah rezim Arab terhadap rezim Zionis dan kesepakatan yang terjadi di Camp David telah memantik pembentukan gerakan perlawanan di tengah rakyat Palestina untuk merebut kembali hak-hak mereka yang dinistakan. Transformasi penting berupa kekalahan tentara Zionis di Lebanon selatan dan kegagalannya di Gaza, menurut beliau, adalah prestasi gemilang perjuangan rakyat Palestina dalam membela hak-haknya.

Untuk menyelesaikan isu Palestina, Ayatollah al-Udzma Khamenei menyatakan bahwa Iran telah mengajukan prakarsa yang jelas, logis dan sesuai dengan aturan yang diterima oleh opini umum dunia saat ini.

Kami, kata beliau, tidak mengusulkan perang klasik dengan mengerahkan tentara dari berbagai negara Islam, tidak mengusulkan untuk membuang para imigran Yahudi ke laut dan tidak pula meminta PBB atau lembaga internasional lainnya untuk menyelesaikan masalah ini.

"Iran mengusulkan referendum yang menyertakan semua rakyat Palestina. Sama seperti bangsa-bangsa lain, bangsa Palestina juga berhak menentukan sendiri nasib dan sistem pemerintahan di negeri mereka. Seluruh rakyat Palestina baik yang Muslim, Kristen atau Yahudi -bukan para imigran asing- di manapun mereka berada supaya mengikuti referendum ini. Nasib para imigran Yahudi yang datang ke Palestina akan diputuskan berikutnya," kata beliau.

Di bagian lain pembicaraannya Pemimpin Besar Revolusi Islam menyinggung pernyataan Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama yang menyebut keamanan Israel sebagai garis merahnya. Rahbar lantas bertanya, "Siapakah yang menentukan garis merah ini? Apakah ia dibuat berdasarkan kepentingan rakyat AS atau kebutuhan Presiden AS kepada dukungan lobi Zionis supaya bisa terpilih kembali untuk periode kedua kepresidenan dan mempertahankan kekuasaan?"

Konferensi Internasional ‘Membela Intifadah Palestina' Ke 5, digelar di Tehran dengan dihadiri oleh perwakilan dari parlemen negara-negara Islam dan sejumlah cendekiawan, tokoh dan pejabat berbagai negara Muslim dan non-Muslim. Konferensi dua hari ini dibuka hari Sabtu, 1 Oktober 2011, dengan pidato pembukaan yang disampaikan oleh Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatollah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei.
700 /