Situs Media Informasi Kantor Imam Ali Khamenei

Rahbar di Konferensi Tehran:

Wujudkan Umat Yang Satu dan Peradaban Islam Yang Baru

Ratusan ulama, cendekiawan, intelektual, sosiolog dan sejarahwan Muslim dari berbagai belahan dunia, khususnya Dunia Islam hari ini memulai pertemuan pertama Konferensi Internasional Tehran yang membahas kebangkitan dunia Islam. Konferensi dibuka hari Ahad (18/9) dengan pidato Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatollah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei.

Dalam pidatonya, Rahbar menyebut kebangkitan Islam dan kematangan umat Islam sebagai fenomena yang mendobrak dinding-dinding kepungan arogansi dan kediktatoran. Beliau menjelaskan identitas kebangkitan rakyat dan revolusi yang terjadi di kawasan seraya mengungkapkan patologi dan tantangan yang menghadang di tengah perjalanan gerakan agung ini serta solusi untuk mengatasi permasalahan yang ada.

"Kebangkitan umat yang penuh berkah ini berhasil menyentak setan-setan di kawasan dan menjatuhkan kekuasaan boneka-boneka musuh yang berbahaya. Meski demikian, dengan tawakkal kepada Allah, mengambil pelajaran dari sejarah kontemporer Dunia Islam dan mengandalkan akal, tekad dan keberanian, fenomena yang mengalir di kawasan ini harus dimenej dengan baik untuk sampai ke tujuan," kata beliau.

Seraya menyinggung bahwa transformasi sosial yang besar memerlukan dukungan faktor sejarah dan peradaban, Ayatollah al-Udzma Khamenei menyebut keterlibatan figur-figur pemikiran dan jihad di tengah medan yang menentukan dalam sejarah 150 tahun negeri-negeri Muslim dan kegagalan rezim-rezim dependen kepada Barat dan Timur sebagai faktor yang melahirkan kondisi saat ini.

"Dalam kaitan ini, kemenangan revolusi Islam (di Iran) dan pengaruh pemerintahan Republik Islam yang kokoh, kuat, berani dan maju tak diragukan telah menjadi babak baru yang signifikan dalam menganalisa dan mengabadikan hakikat sejarah yang terjadi saat ini di Dunia Islam," imbuh beliau.

Pemimpin Besar Revolusi Islam lebih lanjut menyatakan bahwa keterlibatan rakyat secara aktif di medan amal, perjuangan dan jihad adalah unsur terpenting yang membentuk transformasi saat ini. Mengenai perbedaan mendalam antara gerakan yang melibatkan massa dengan gerakan sosial lainnya, beliau menegaskan, "Transformasi yang mengandalkan rakyat ibarat kalimah tayyibah Ilahi dimana partisipasi rakyat yang menentukan akan membentuk masa depan yang ideal dan tak memberi peluang bagi terjadinya penyimpangan dan konspirasi kalangan elit dan anasir susupan yang kotor dengan musuh."

Beliau mengingatkan kembali akan slogan yang diusung rakyat dalam gerakan kebangkitan yang terjadi di kawasan. Menurut beliau, slogan-slogan itu menunjukkan prinsip, nilai dan tujuan dari gerakan-gerakan revolusi di kawasan. "Di antara prinsip utama gerakan revolusi di kawasan adalah menghidupkan kembali kehormatan dan harga diri yang sudah dinistakan oleh para diktator dan korup dan bergantung pada Barat dan Amerika Serikat (AS)," kata beliau.

Menurut beliau, pekikan slogan Islam yang membahana dalam revolusi-revolusi ini membuktikan dalamnya keimanan dan keyakinan rakyat di kawasan.

Prinsip lain dari gerakan revolusi ini adalah kegigihan dalam melawan pengaruh dan hegemoni AS dan Eropa yang menghinakan serta semangat perlawanan anti rezim penjajah Zionis. Kepada para peserta konferensi, beliau mengatakan, "Zionis dan Barat mengerahkan segenap kekuatan untuk menolak kenyataan ini. Tetapi, realita tak mungkin bisa diubah dengan pengingkaran dan penolakan."

Rahbar mengecam keras tindakan Barat yang berusaha memperoleh bagian dari gerakan revolusi rakyat di kawasan seraya menandaskan, "Kubu hegemoni yang mati-matian berupaya mempertahankan kekuasaan rezim-rezim korup, diktator dan dependen tidak berhak menuntut bagian dari kemenangan revolusi ini."

Beliau juga mempersoalkan intervensi AS dan NATO di Libya dan menyebut tindakan itu telah menghancurkan infrastrukur Libya dan menimbulkan kerugian yang sangat besar. "Jika tidak ada intervensi ini, mungkin rakyat Libya akan sedikit lebih lambat dalam memperoleh kemenangan. Akan tetapi pembunuhan warga sipil dalam jumlah besar ini tak akan pernah terjadi, selain itu, pihak-pihak yang sebelumnya bersahabat dengan Qaddafi tak bisa menuntut hak dari kemenangan rakyat yang mazlum ini," tegas beliau.

Di bagian kedua pidato pembukaan ini, Pemimpin Besar Revolusi Islam membahas patologi dan tantangan yang ada dalam gerakan revolusi. Seraya menjelaskan pengalaman bangsa Iran dalam menghadapi berbagai tantangan, beliau membagi tantangan dan patologi revolusi ke dalam dua kategori, yaitu ancaman internal dan ancaman yang dirancang oleh musuh.

Seraya mengingatkan bahwa kesenangan pasca kemenangan yang berujung pada melemahnya tekad dan semangat adalah bahaya internal pertama dari gerakan kebangkitan Islam. "Bahaya yang lebih besar muncul ketika sejumlah orang berambisi meraih bagian dan keuntungan sendiri," imbuh beliau.

Beliau menambahkan, bahaya internal lainnya adalah rasa gentar menghadapi kekuatan lawan, percaya kepada musuh dan terjebak dalam jerat senyum dan tipuannya, kelalaian akan makar musuh, kesombongan, perselisihan di antara sesama, dan kekacauan di belakangan front perjuangan. "Semua masalah ini harus dihindari sekuat mungkin dan dengan mengerahkan keberanian, kearifan, tekad dan kegigihan, seluruh kekuatan yang Allah berikan mesti dimanfaatkan untuk meraih kemenangan-kemenangan yang datang silih berganti," kata beliau.

Ayatollah al-Udma Khamenei mengingatkan akan konspirasi musuh untuk memasang boneka-boneka baru di kawasan seraya menegaskan,, "Jika skenario musuh ini berhasil dipatahkan oleh rakyat, kubu hegemoni akan menggunakan cara-cara yang lain untuk kembali menguasai keadaan."

Kepada para cendekiawan Dunia Islam beliau mengatakan, "Jika taktik-taktik yang ada tidak membuahkan hasil, musuh akan membuat skenario lain seperti menebar kekacauan, melakukan teror, mengadu domba di antara berbagai kelompok bahkan menyulut perang antara satu negara dengan negara tetangga. Musuh juga akan melakukan embargo ekonomi, menebar perang urat saraf yang gencar dan memburukkan citra kubu-kubu yang baik dan benar dengan tujuan membuat rakyat kecewa dan putus asa. Dengan cara itu mereka berusaha menggagalkan revolusi-revolusi ini."

Dalam pembicaraannya, Rahbar menekankan soal tawakkal kepada Allah Swt, yakin akan kebenaran janji pertolongan Ilahi, penggunaan logika yang benar, mengerahkan tekad dan keberanian, kehadiran selalu di tengah medan, tak mengenal kata letih dalam berjuang dan berkorban di jalan Allah, menghindari kelalaian dan kesombongan serta syukur kepada Allah.

"Jangan pernah mempercayai AS dan NATO serta senyuman dan iming-iming yang ditebarkan rezim-rezim yang keji seperti Inggris, Italia dan Perancis. Tolak resep yang mereka tawarkan dan carilah solusi yang benar dari Islam dan sumber-sumbernya," tegas beliau.

Ayatollah al-Udzma Khamenei mengimbau semua pihak agar menghindari perselisihan kelompok, suku, dan madzhab untuk bisa mengatasi masalah-masalah yang ada.

Kepada kalangan cendekiawan Dunia Islam beliau berpesan untuk mengakui adanya perbedaan lalu mengendalikannya dengan benar. "Kesepahaman di antara madzhab-madzhab Islam adalah kunci keselamatan. Mereka yang sibuk mengkafirkan pihak-pihak lain dan menebar api fitnah perselisihan, sadar atau tidak, telah menjadi kaki tangan setan."

Di bagian lain pembicaraannya, Pemimpin Besar Revolusi Islam mengatakan, "Kita harus menentukan tujuan akhir yaitu mewujudkan umat yang satu, membentuk peradaban Islam baru yang dilandasi agama, logika, ilmu dan akhlak."

Rahbar juga menyebut pembebasan Palestina dari cengkeraman kaum Zionis sebagai salah satu tujuan yang besar. "Generasi muda Islam di negeri-negeri Muslim punya potensi untuk mewujudkan cita-cita ini. Untuk itu rasa percaya diri harus dihidupkan pada diri mereka," kata beliau.

Pada kesempatan itu, beliau memaparkan dua hal penting, yaitu pertama, peran serta rakyat dalam mengelola negara dengan menerapkan sistem kerakyatan yang agamis, dan kedua pemisahan yang cermat antara keislaman dengan kejumudan dan ekstrimisme.

Di bagian akhir, Rahbar menyatakan, kebangkitan Islam adalah sebuah fenomena yang menyeluruh saat ini di kawasan yang mesti di kelola dengan benar.

"Ketaqwaan dalam maknanya yang tinggi, luas, dan mendalam, penolakan terhadap dikte kaum kafir dan munafik, dan tawakkal kepada Allah adalah panduan Ilahi untuk semua masa khususnya di masa-masa yang menentukan untuk umat Islam seperti ini. Jika diamalkan dengan baik, maka kebangkitan Islam ini dengan izin Allah akan sampai ke tujuan dan cita-citanya," tegas beliau.

Setelah menyampaikan pidato ini, Ayatollah al-Udzma Khamenei menemui para cendekiawan Dunia Islam dan terlibat berbincangan dengan para peserta Konferensi Internasional Tehran.
700 /