Rabu (17/8) sore para pajabat bidang ekonomi, industri, pertanian, perbankan, teknologi informasi dan para pelaku ekonomi sektor swasta bertemu dan berdialog dengan Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatollah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei. Pertemuan yang berlangsung selama lebih dari tiga jam itu membahas berbagai masalah ekonomi.
Dalam pembicaraannya pada pertemuan itu, Rahbar menekankan untuk bekerja keras secara terprogram dan cepat untuk mencapai target yang dicanangkan dalam Program Kerja 20 Tahun. Beliau mengatakan, "Pihak lawan menggunakan senjata yang tumpul berupa sanksi untuk memukul bangsa Iran dan pemerintahan Islam. Tetapi, berkat gerakan jihad ekonomi yang melibatkan para pejabat negara dan rakyat, agenda permusuhan mereka bisa digagalkan. Sementara, rakyat Iran yang besar dengan optimisme yang tinggi akan masa depan akan berhasil mencapai posisi yang layak baginya."
Ayatollah al-Udzma Khamenei menyebut pertemuan dengan para pelaku ekonomi baik pihak pemerintah maupun swasta pada periode yang urgen saat ini sebagai langkah simbolik yang menunjukkan perhatian pemerintahan Islam kepada masalah masalah ekonomi dan kemajuan ekonomi. "Pertemuan hari ini membawa pesan akan keharusan bagi para pejabat dan pelaku ekonomi juga rakyat untuk peduli dengan masalah ekonomi," ungkap beliau.
Rahbar menambahkan bahwa tujuan lain dari penyelenggaraan pertemuan ini adalah untuk mendengarkan laporan tentang kondisi ekonomi negara dari para pelaku dan aktivis ekonomi. "Seperti yang bisa difahami dari pembicaraan para aktiivis ekonomi tadi, dengan adanya otak pemikir, tokoh cendekiawan dan teknisi, kemajuan di berbagai bidang produksi, jasa, pertanian, dan industri dasar banyak prestasi yang berhasil dicapai yang sayangnya tidak banyak diketahui oleh masyarakat umum. Keberhasilan yang menjadi kebanggaan bangsa Iran ini harus dipublikasikan kepada rakyat," imbuh beliau.
Beliau menggarisbawahi bahwa publikasi prestasi-prestasi yang sudah dicapai bukan berarti menutup mata dari kelemahan dan kekurangan yang ada. "Akan tetapi, mengungkapkan kekurangan harus dilakukan dengan retorika yang konstruktif supaya realita yang ada di negara ini tidak diungkap secara salah dan terbalik," kata beliau.
Pemimpin Besar Revolusi Islam menandaskan, "Salah satu modus lawan dalam perang urat saraf saat ini adalah dengan menebar pesimisme di tengah rakyat, khususnya generasi muda dan aktif di negara ini. Karena itu, prestasi yang dicapai dan kapasitas besar yang ada di negara ini harus dijelaskan dengan baik kepada rakyat."
Ketika menjelaskan alasan penamaan tahun ini sebagai ‘Tahun Jihad Ekonomi', beliau menyinggung program front arogansi untuk menundukkan bangsa Iran dan pemerintahan Islam lewat jalur ekonomi, seraya mengatakan, "Dengan mengenal target, sarana dan senjata lawan kita harus melawannya dengan jihad ekonomi."
Mengenai kriteria jihad ekonomi, Rahbar menjelaskan bahwa jihad ini perlu kesinambungan, menyeluruh, cerdik dan tulus. "Jihad ekonomi sebenarnya adalah gerakan yang terarah untuk melawan langkah musuh," tegas beliau.
Ayatollah al-Udzma Khamenei menyebut embargo dan sanksi sebagai alat untuk melumpuhkan perekonomian Iran, seraya menambahkan, "Faktor sebenarnya yang menyebabkan jatuhnya sanksi bukan isu nuklir. Sebab, embargo sudah diterapkan musuh sejak 32 tahun lalu ketika belum ada isu yang bernama nuklir."
Masih mengenai embargo, beliau menandaskan, "Jika embargo bisa memberi hasil bagi lawan, tentu target pihak arogansi sudah tercapai sejak tahun-tahun pertama revolusi, apalagi kini bangsa Iran dan pemerintahan Islam sudah semakin tangguh menghadapi sanksi."
Menurut beliau, embargo ini berhasil dipatahkan dengan menjadikannya peluang dan memanfaatkan potensi di dalam negeri. "Dalam melawan embargo ini, pemerintahan Islam akan terus mengukir keberhasilan," imbuh beliau.
Pemimpin Besar Revolusi menekankan untuk berusaha keras mewujudkan target Program Kerja 20 Tahun yang akan mengubah Iran menjadi negara terdepan di kawasan di sektor-sektor yang urgen. Beliau mengingatkan bahwa negara-negara lain juga ikut berpacu. Karena itu untuk mewujudkan target ini diperlukan kecepatan, manajemen dan gerakan terarah yang lebih, dan dengan kata lain diperlukan jihad ekonomi.
Target menjadi nomor satu di kawasan, kata beliau, bukan didasarkan pada ambisi tetapi karena kebutuhan yang hakiki dan menentukan. "Dengan kondisi dunia dan kawasan saat ini, setiap negara yang tidak berhasil membangun ekonomi, keilmuan dan infrastrukturnya secara layak akan menjadi korban penindasan yang tanpa ampun. Karena itu, dengan memperkokoh kondisi internal dan kemajuan ekonomi, target dari Porgram Kerja ini harus diwujudkan," ungkap beliau.
Kepada para pejabat negara, Ayatollah al-Udzma Khamenei mengimbau untuk menindak tegas praktik korupsi dan penyimpangan ekonomi sekecil apapun. Sebab korupsi dan penyimpangan ini ibarat penyakit wabah yang menular dengan cepat.
Mengenai sektor ekspor, beliau menyinggung pertumbuhan ekspor non migas yang menggembirakan dalam beberapa tahun terakhir. "Diharapkan, pertumbuhan nilai ekspor non migas bisa melampaui nilai impor sehingga kita tak lagi memerlukan pendapatan dari penjualan minyak," kata beliau.
Bergantung kepada pendapatan dari ekspor minyak, menurut beliau, adalah salah satu petaka bagi negara. Rahbar mengingatkan kembali pembicaraan beliau beberapa tahun lalu tentang penghentian kebergantungan kepada pendapatan minyak sehingga memungkinkan bagi negara ini untuk menutup pipa-pipa minyaknya kapan saja dimaukan. "Lepasnya ekonomi dari pendapatan minyak akan menjadi awal bagi kekuatan dan kemajuan bangsa Iran dan pemerintahan Islam ini," jelas beliau.
Pemimpin Besar Revolusi Islam lebih lanjut menyeru untuk melipatgandakan kinerja dan semangat dalam jihad ekonomi, seraya mengatakan, "Masa depan negara ini adalah masa depan yang baik. Latar belakang sejarah, warisan budaya, potensi rakyat, dan kapasitas alam di Iran semuanya menunjukkan bahwa dengan kerja keras tanpa henti dari para pejabat dan rakyat, Iran akan mencapai posisinya yang tinggi dan ideal."
Dalam pembicaraannya pada pertemuan itu, Rahbar menekankan untuk bekerja keras secara terprogram dan cepat untuk mencapai target yang dicanangkan dalam Program Kerja 20 Tahun. Beliau mengatakan, "Pihak lawan menggunakan senjata yang tumpul berupa sanksi untuk memukul bangsa Iran dan pemerintahan Islam. Tetapi, berkat gerakan jihad ekonomi yang melibatkan para pejabat negara dan rakyat, agenda permusuhan mereka bisa digagalkan. Sementara, rakyat Iran yang besar dengan optimisme yang tinggi akan masa depan akan berhasil mencapai posisi yang layak baginya."
Ayatollah al-Udzma Khamenei menyebut pertemuan dengan para pelaku ekonomi baik pihak pemerintah maupun swasta pada periode yang urgen saat ini sebagai langkah simbolik yang menunjukkan perhatian pemerintahan Islam kepada masalah masalah ekonomi dan kemajuan ekonomi. "Pertemuan hari ini membawa pesan akan keharusan bagi para pejabat dan pelaku ekonomi juga rakyat untuk peduli dengan masalah ekonomi," ungkap beliau.
Rahbar menambahkan bahwa tujuan lain dari penyelenggaraan pertemuan ini adalah untuk mendengarkan laporan tentang kondisi ekonomi negara dari para pelaku dan aktivis ekonomi. "Seperti yang bisa difahami dari pembicaraan para aktiivis ekonomi tadi, dengan adanya otak pemikir, tokoh cendekiawan dan teknisi, kemajuan di berbagai bidang produksi, jasa, pertanian, dan industri dasar banyak prestasi yang berhasil dicapai yang sayangnya tidak banyak diketahui oleh masyarakat umum. Keberhasilan yang menjadi kebanggaan bangsa Iran ini harus dipublikasikan kepada rakyat," imbuh beliau.
Beliau menggarisbawahi bahwa publikasi prestasi-prestasi yang sudah dicapai bukan berarti menutup mata dari kelemahan dan kekurangan yang ada. "Akan tetapi, mengungkapkan kekurangan harus dilakukan dengan retorika yang konstruktif supaya realita yang ada di negara ini tidak diungkap secara salah dan terbalik," kata beliau.
Pemimpin Besar Revolusi Islam menandaskan, "Salah satu modus lawan dalam perang urat saraf saat ini adalah dengan menebar pesimisme di tengah rakyat, khususnya generasi muda dan aktif di negara ini. Karena itu, prestasi yang dicapai dan kapasitas besar yang ada di negara ini harus dijelaskan dengan baik kepada rakyat."
Ketika menjelaskan alasan penamaan tahun ini sebagai ‘Tahun Jihad Ekonomi', beliau menyinggung program front arogansi untuk menundukkan bangsa Iran dan pemerintahan Islam lewat jalur ekonomi, seraya mengatakan, "Dengan mengenal target, sarana dan senjata lawan kita harus melawannya dengan jihad ekonomi."
Mengenai kriteria jihad ekonomi, Rahbar menjelaskan bahwa jihad ini perlu kesinambungan, menyeluruh, cerdik dan tulus. "Jihad ekonomi sebenarnya adalah gerakan yang terarah untuk melawan langkah musuh," tegas beliau.
Ayatollah al-Udzma Khamenei menyebut embargo dan sanksi sebagai alat untuk melumpuhkan perekonomian Iran, seraya menambahkan, "Faktor sebenarnya yang menyebabkan jatuhnya sanksi bukan isu nuklir. Sebab, embargo sudah diterapkan musuh sejak 32 tahun lalu ketika belum ada isu yang bernama nuklir."
Masih mengenai embargo, beliau menandaskan, "Jika embargo bisa memberi hasil bagi lawan, tentu target pihak arogansi sudah tercapai sejak tahun-tahun pertama revolusi, apalagi kini bangsa Iran dan pemerintahan Islam sudah semakin tangguh menghadapi sanksi."
Menurut beliau, embargo ini berhasil dipatahkan dengan menjadikannya peluang dan memanfaatkan potensi di dalam negeri. "Dalam melawan embargo ini, pemerintahan Islam akan terus mengukir keberhasilan," imbuh beliau.
Pemimpin Besar Revolusi menekankan untuk berusaha keras mewujudkan target Program Kerja 20 Tahun yang akan mengubah Iran menjadi negara terdepan di kawasan di sektor-sektor yang urgen. Beliau mengingatkan bahwa negara-negara lain juga ikut berpacu. Karena itu untuk mewujudkan target ini diperlukan kecepatan, manajemen dan gerakan terarah yang lebih, dan dengan kata lain diperlukan jihad ekonomi.
Target menjadi nomor satu di kawasan, kata beliau, bukan didasarkan pada ambisi tetapi karena kebutuhan yang hakiki dan menentukan. "Dengan kondisi dunia dan kawasan saat ini, setiap negara yang tidak berhasil membangun ekonomi, keilmuan dan infrastrukturnya secara layak akan menjadi korban penindasan yang tanpa ampun. Karena itu, dengan memperkokoh kondisi internal dan kemajuan ekonomi, target dari Porgram Kerja ini harus diwujudkan," ungkap beliau.
Kepada para pejabat negara, Ayatollah al-Udzma Khamenei mengimbau untuk menindak tegas praktik korupsi dan penyimpangan ekonomi sekecil apapun. Sebab korupsi dan penyimpangan ini ibarat penyakit wabah yang menular dengan cepat.
Mengenai sektor ekspor, beliau menyinggung pertumbuhan ekspor non migas yang menggembirakan dalam beberapa tahun terakhir. "Diharapkan, pertumbuhan nilai ekspor non migas bisa melampaui nilai impor sehingga kita tak lagi memerlukan pendapatan dari penjualan minyak," kata beliau.
Bergantung kepada pendapatan dari ekspor minyak, menurut beliau, adalah salah satu petaka bagi negara. Rahbar mengingatkan kembali pembicaraan beliau beberapa tahun lalu tentang penghentian kebergantungan kepada pendapatan minyak sehingga memungkinkan bagi negara ini untuk menutup pipa-pipa minyaknya kapan saja dimaukan. "Lepasnya ekonomi dari pendapatan minyak akan menjadi awal bagi kekuatan dan kemajuan bangsa Iran dan pemerintahan Islam ini," jelas beliau.
Pemimpin Besar Revolusi Islam lebih lanjut menyeru untuk melipatgandakan kinerja dan semangat dalam jihad ekonomi, seraya mengatakan, "Masa depan negara ini adalah masa depan yang baik. Latar belakang sejarah, warisan budaya, potensi rakyat, dan kapasitas alam di Iran semuanya menunjukkan bahwa dengan kerja keras tanpa henti dari para pejabat dan rakyat, Iran akan mencapai posisinya yang tinggi dan ideal."