Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatollah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei hari ini (26/6) dalam pertemuan dengan Presiden Sudan Omar al-Bashir dan rombongan menyebut gerakan rakyat akhir-akhir ini di kawasan sebagai awal dari sebuah transformasi besar di Dunia Islam dan kawasan. Beliau mengatakan, tak lama lagi kita akan menyaksikan terciptanya Pakta Islam yang kuat di kawasan Afrika utara.
Ayatollah al-Udzma Khamenei menyambut dengan suka cita perkembangan yang terjadi dengan munculnya kebangkitan Islam di Mesir, Tunisia, dan Libya. Beliau menyebut gerakan rakyat ini sebagai fenomena yang bertentangan dengan kemauan dan kepentingan Amerika Serikat (AS), Barat dan kaum Zionis. "Karena itu, dituntut kecerdasan untuk mencegah AS dan Barat memalingkan gerakan rakyat ini dari jalurnya dan merampas untuk kepentingannya," tambah beliau.
Pemimpin Besar Revolusi Islam menandaskan bahwa dalam jangka pendek AS dan Barat tidak bisa berbuat apa-apa. Meski demikian semua pihak diimbau untuk waspada.
Beliau lebih lanjut menyorot perkembangan Mesir sebagai trasformasi yang sangat penting di kawasan seraya mengatakan, "Pangkalan AS dan Rezim Zonis Israel yang kokoh di Mesir sudah runtuh. Kini AS dan rezim-rezim dependen tengah berusaha supaya dalam jangka panjang bisa menyimpangkan gerakan ini ke arah lain."
Menyinggung proses penyimpangan secara bertahap yang terjadi pada sejumlah tokoh dan gerakan revolusi dalam sejarah, Rahbar menjelaskan, jangan dibiarkan hal itu terjadi dalam perkembangan di kawasan ini.
Terkiat Libya beliau menegaskan, "Kami sangat mencemaskan perkembangan yang terjadi di Libya. Sebab, yang terjadi di Libya adalah gerakan kebangkitan rakyat yang sebenarnya, dan Barat bertekad untuk tidak membiarkan gerakan rakyat ini membuahkan hasil."
Mengenai intervensi militer Barat di Libya, Pemimpin Besar Revolusi Islam mengatakan, Barat mengkhawatirkan lahirnya pemerintahan dengan kecenderungan Islam di Libya, negara yang terletak berdekatan dengan Eropa. Karena itu, mereka berusaha mencegahnya.
Di bagian lain pembicaraannya, Ayatollah al-Udzma Khamenei menyinggung masalah Sudan dan tekanan Barat terhadap negara ini seraya menandaskan, Republik Islam Iran mendukung pemerintahan Islam, pemerintah dan rakyat Sudan yang telah bertekad untuk mempertahankan kemerdekaan, keislaman dan kesatuan tanah airnya.
Rahbar menambahkan, resistensi dan kegigihan pemerintah dan rakyat Sudan dalam menghadapi konspirasi dan tekanan AS, Rezim Zionis dan Barat layak dipuji. "Dalam kondisi seperti saat ini, seluruh faksi dan kelompok di Sudan harus bersikap cerdas dan bersatu," imbuh beliau.
Dalam pertemuan yang juga dihadiri oleh Presiden Mahmoud Ahmadinejad itu, Presiden Sudan Omar al-Bashir menyebut hubungan bilateral Sudan dan Iran sebagai hubungan yang baik dan kokoh. Seraya memuji dukungan Republik Islam Iran, Al-Bashir mengatakan, meski menghadapi berbagai tekanan dari Barat, pemerintah dan rakyat Sudan tetap resisten dan optimis memandang masa depan.
Mengenai transfrmasi di kawasan, Presiden Sudan menyebutnya sebagai fenomena yang menguntungkan negara-negara Islam. "Kondisi di kawasan ni pasti tak pernah kembali ke masa sebelum kebangkitan rakyat. AS dan Rezim Zionis Israel-lah pihak yang dirugikan oleh transfromasi yang ada," katanya.
Ayatollah al-Udzma Khamenei menyambut dengan suka cita perkembangan yang terjadi dengan munculnya kebangkitan Islam di Mesir, Tunisia, dan Libya. Beliau menyebut gerakan rakyat ini sebagai fenomena yang bertentangan dengan kemauan dan kepentingan Amerika Serikat (AS), Barat dan kaum Zionis. "Karena itu, dituntut kecerdasan untuk mencegah AS dan Barat memalingkan gerakan rakyat ini dari jalurnya dan merampas untuk kepentingannya," tambah beliau.
Pemimpin Besar Revolusi Islam menandaskan bahwa dalam jangka pendek AS dan Barat tidak bisa berbuat apa-apa. Meski demikian semua pihak diimbau untuk waspada.
Beliau lebih lanjut menyorot perkembangan Mesir sebagai trasformasi yang sangat penting di kawasan seraya mengatakan, "Pangkalan AS dan Rezim Zonis Israel yang kokoh di Mesir sudah runtuh. Kini AS dan rezim-rezim dependen tengah berusaha supaya dalam jangka panjang bisa menyimpangkan gerakan ini ke arah lain."
Menyinggung proses penyimpangan secara bertahap yang terjadi pada sejumlah tokoh dan gerakan revolusi dalam sejarah, Rahbar menjelaskan, jangan dibiarkan hal itu terjadi dalam perkembangan di kawasan ini.
Terkiat Libya beliau menegaskan, "Kami sangat mencemaskan perkembangan yang terjadi di Libya. Sebab, yang terjadi di Libya adalah gerakan kebangkitan rakyat yang sebenarnya, dan Barat bertekad untuk tidak membiarkan gerakan rakyat ini membuahkan hasil."
Mengenai intervensi militer Barat di Libya, Pemimpin Besar Revolusi Islam mengatakan, Barat mengkhawatirkan lahirnya pemerintahan dengan kecenderungan Islam di Libya, negara yang terletak berdekatan dengan Eropa. Karena itu, mereka berusaha mencegahnya.
Di bagian lain pembicaraannya, Ayatollah al-Udzma Khamenei menyinggung masalah Sudan dan tekanan Barat terhadap negara ini seraya menandaskan, Republik Islam Iran mendukung pemerintahan Islam, pemerintah dan rakyat Sudan yang telah bertekad untuk mempertahankan kemerdekaan, keislaman dan kesatuan tanah airnya.
Rahbar menambahkan, resistensi dan kegigihan pemerintah dan rakyat Sudan dalam menghadapi konspirasi dan tekanan AS, Rezim Zionis dan Barat layak dipuji. "Dalam kondisi seperti saat ini, seluruh faksi dan kelompok di Sudan harus bersikap cerdas dan bersatu," imbuh beliau.
Dalam pertemuan yang juga dihadiri oleh Presiden Mahmoud Ahmadinejad itu, Presiden Sudan Omar al-Bashir menyebut hubungan bilateral Sudan dan Iran sebagai hubungan yang baik dan kokoh. Seraya memuji dukungan Republik Islam Iran, Al-Bashir mengatakan, meski menghadapi berbagai tekanan dari Barat, pemerintah dan rakyat Sudan tetap resisten dan optimis memandang masa depan.
Mengenai transfrmasi di kawasan, Presiden Sudan menyebutnya sebagai fenomena yang menguntungkan negara-negara Islam. "Kondisi di kawasan ni pasti tak pernah kembali ke masa sebelum kebangkitan rakyat. AS dan Rezim Zionis Israel-lah pihak yang dirugikan oleh transfromasi yang ada," katanya.