Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatollah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei Ahad (29/5) pagi dalam pertemuan dengan para anggota parlemen Majles Shura Islami Periode Kedelapan menjelaskan skenario musuh untuk melumpuhkan perekonomian Iran, menyulut perselisihan di antara para petinggi negara, serta melemahkan keimanan dan keyakinan kepada Islam. Seraya menekankan toleransi dan kerjasama antara parlemen dan pemerintah, beliau juga menyebut undang-undang sebagai penentu akhir dari setiap masalah.
Ayatollah al-Udzma Khamenei memuji sikap parlemen yang tegas, jelas dan membanggakan terhadap sikap ambisius Amerika Serikat (AS) dan kubu arogansi. Beliau menyebut kejelian rakyat Iran dalam memahami dengan baik konstelasi dunia dan ambisi busuk kubu hegemoni sebagai anugerah Ilahi. "Tujuan utama propaganda masif sistem kediktatoran intenasional adalah untuk mengeruhkan suasana dan mencegah kearifan dan kepandaian bangsa-bangsa dunia, tetapi bangsa Iran semakin hari semakin arif dan bijak," imbuh beliau.
Pemimpin Besar Revolusi Islam menekankan bahwa parlemen dan pemerintah harus tetap pada sikap dan pendiriannya yang tegas dan kokoh di hadapan musuh-musuh Islam dan Iran. Beliau mengatakan, konfrontasi antara Republik Islam dan kubu arogansi akan terus berlanjut sampai kaum arogan merasa putus asa untuk melumpuhkan revolusi Islam. Tentunya, berkat bimbingan dan inayah Ilahi, dan berkat resistensi rakyat dan pemerintah, dalam konfrontasi ini Republik Islam semakin kuat sementara posisi musuh kian melemah.
Menurut beliau, kejelian dalam memprediksi dan membaca skenario kubu hegemoni serta menyusun program dan bertindak secara benar dalam menghadapinya akan berujung pada kegagalan pasti pihak musuh. Mengenai skenario kubu arogansi saat ini, beliau menegaskan, "Musuh secara terbuka memfokuskan diri pada masalah ekonomi untuk melumpuhkan sendi-sendi perekonomian Iran dan membuat rakyat pesimis. Orientasi musuh yang terbuka ini semestinya menjadi peringatan bagi parlemen, pemerintah dan semua pejabat negara di seluruh instansi untuk memfokuskan diri pada apa saja yang mesti dilakukan pada tahun yang telah dinamakan sebagai Tahun Jihad Ekonomi ini."
Rahbar lebih lanjut menyatakan bahwa target kedua kubu hegemoni adalah menciptakan perselisihan di antara instansi-instansi pengelolaan negara. "Para pejabat negara harus sadar dan jangan membiarkan perbedaan pandangan berubah menjadi friksi dan konflik," kata beliau mengingatkan.
Menyinggung fitnah pasca pemilu 2009, beliau mengatakan, "Dengan pandangan yang paling lunak sekalipun, para pelaku fitnah tetap berdosa besar karena telah mengubah keraguan pikiran mereka menjadi isu untuk melawan pemerintahan dan melakukan tindakan yang merugikan pemerintahan dan negara."
Ayatollah al-Udzma Khamenei menyatakan bahwa menghindari perselisihan adalah kewajiban bangsa dalam membela Islam, revolusi dan Iran. Beliau menambahkan, "Kubu-kubu yang beragam di dalam parlemen harus mengesampingkan kecenderungan masing-masing demi melaksanakan kewajibannya untuk melawan konspirasi jahat musuh dalam menebar perselisihan di negara ini."
Target ketiga dari skenario musuh saat ini yang disinggung Rahbar dalam pembicaraan tersebut adalah upaya melemahkan keimanan dan keyakinan Islam serta penyusupan pemikiran sesat atau semi sesat di tengah rakyat Iran dan bangsa-bangsa Muslim. Mengenai hal ini beliau menyinggung propaganda media Barat dalam skala yang sangat luas untuk mempengaruhi pemikiran para pemuda Mesir, Tunisia dan berbagai negara lainnya di kawasan.
"Penyebaran berbagai jenis amoralitas dan pemaparan keraguan pada keyakinan agama adalah target jelas dari skenario kubu hegemoni yang komprehensif terhadap Iran dan gerakan kebangkitan Islam di kawasan," imbuh beliau.
Mengenai apa yang mesti dilakukan untuk melawan skenario ini, Pemimpin Besar Revolusi Islam mengatakan, "Tak diragukan bahwa pemerintahan Islam dengan kekayaan modal filosofis dan keimanannya yang kuat ditambah sumber daya manusia yang loyal dan cakap, punya kemampuan yang cukup untuk menghadapi skenario multidimensi ini, dengan syarat kita selalu memperhatikan dua hal."
Beliau menambahkan, dua hal yang harus diperhatikan dalam menghadapi serangan sistematis musuh adalah menghindari kelalaian dan takabur.
Rahbar mengingatkan, "Jika kita lalai akan tugas-tugas utama dan menyibukkan diri dengan masalah-masalah parsial atau merasa takabur dengan meremehkan musuh, maka bahaya nyata yang mengancam kita adalah kekalahan dalam menghadapi musuh."
Beliau mengimbau 290 anggota parlemen, seluruh pejabat pemerintahan dan lembaga kehakiman serta segenap rakyat Iran untuk bersikap pandai di arena ini. Beliau mengatakan, siapa saja dan dimana saja bertugas harus selalu merasa bahwa dirinya berada di arena konfrontasi besar bangsa Iran melawan musuh-musuh Islam dan revolusi. Dengan pandangan inilah ia mesti melaksanakan apa yang menjadi tugasnya.
Ayatollah al-Udzma Khamenei lebih lanjut menjelaskan keharusan untuk bersikap pandai dalam menghadapi agenda kubu hegemoni baik yang tersembunyi maupun yang diumumkan secara terbuka. Beliau menandaskan, seperti yang dikatakan Imam Khomeini, setiap tindakan yang membawa orang bergerak sesuai skenario yang dimaukan musuh dan menyebabkan kerugian bagi negara dan bangsa adalah dosa besar yang tak akan dibiarkan oleh Allah Swt. Sebab taubat untuk tindakan seperti ini dan mengganti kerugian yang dialami rakyat akibat kelalaian dan kesalahan ini tidak mungkin bisa terpenuhi.
Beliau mengingatkan, adalah realita yang alami jika musuh selalu mencari kesempatan untuk bisa memukul dan melumpuhkan bangsa Iran. "Karena itu, kejelian dan kesadaran harus tetap dijaga dan diperkuat," tegas beliau.
Pemimpin Besar Revolusi Islam di bagian lain pembicaraannya mengangkat masalah ketaqwaan kolektif yang harus mengiringi ketaqwaan individu. Beliau menjelaskan, setiap kelompok dan komunitas selain menjaga ketaqwaan masing-masing individunya juga harus memiliki ketaqwaan kolektif. Sebab, jika tidak demikian, orang yang bertaqwa di dalam sebuah kelompok bisa terseret ke dalam penyimpangan dan kesalahan karena kesalahan umum yang ada di komunitasnya.
Salah satu manifestasi dari ketaqwaan kolektif, menurut beliau, adalah program pengawasan parlemen terhadap parlemen. Beliau mengatakan, "Memang ada suara-suara yang menentang dam menyebut program ini bertentangan dengan kebebasan wakil rakyat. Tetapi faktanya bukan demikian. Sebab filosofis dari program ini adalah untuk mengawasi kinerja dan mencegah kemungkinan penyelewengan sebagian anggota parlemen. Program ini adalah upaya untuk mencegah jangan sampai lembaga negara yang sangat penting dalam konstitusi dan yang disebut oleh Imam Khomeini sebagai lembaga dengan kedudukan tinggi ternodai citranya karena perilaku sebagian oknum anggotanya."
Rahbar menyinggung pula pemilihan umum legislatif yang tak lama lagi akan diselenggarakan untuk memilih anggota parlemen periode kesembilan. Beliau mengatakan, "Anda semua harus mawas diri, jangan sampai tugas legislasi tersendat karena upaya mencari dukungan untuk kembali terpilih sebagai anggota parlemen periode mendatang."
Beliau juga menasehati semua pihak untuk tidak mendekati para pemilik kekuasaan dan kekayaan karena hal itu adalah bahaya yang besar. Beliau menandaskan, "Allah tak akan menutup mata dari perbuatan buruk orang yang mendekati para pemilik kekuasaan dan kekayaan hanya demi meraih kedudukan sebagai anggota parlemen periode mendatang. Balasan Allah pasti akan datang kepadanya. Tindakan seperti itu jelas akan menimbulkan kesan yang buruk di tengah masyarakat."
Ayatollah al-Udzma Khamenei menekankan kembali kerjasama dan toleransi yang mesti diperkokoh antara parlemen dan pemerintah.
Mengenai pemilu beliau menyatakan bahwa pelaksanaan 30 pemilu dalam tiga dekade revolusi Islam adalah kebanggaan bagi pemerintahan Islam yang menandakan bahwa pemerintahan ini dibangun di atas fondasi kerakyatan. Lebih lanjut beliau mengingatkan untuk menghormati pemilu dan hasilnya. "Tidak ada seorangpun yang berhak intervensi dalam masalah pemilu sehingga pemilihan umum bisa terlaksana sesuai aturan dan parlemen baru terbentuk dengan suara dan pilihan rakyat," kata beliau.
Di awal pembicaraan, Ketua Parlemen Ali Larijani menyampaikan laporan singkat tentang kinerja lembaga yang dipimpinnya selama tiga tahun ini. Larijani mengatakan, dalam tiga tahun masa tugasnya, parlemen periode kedelapan telah mengesahkan 238 undang-undang dan menyusun 42 laporan pengawasan lembaga-lembaga negara serta yang berkenaan dengan masalah-masalah penting di negara ini.
Larijani menegaskan bahwa parlemen berkomitmen untuk membela hak-hak rakyat dalam pelaksanaan undang-undang.
Ketua Parlemen menyinggung pula pernyataan sejumlah anggota parlemen terkait berbagai masalah terkini di Iran seraya mengatakan, para wakil rakyat memiliki sikap yang tegas menghadapi ambisi kubu hegemoni dan kerakusan AS dan komitmen untuk membela Islam dan revolusi.
Ayatollah al-Udzma Khamenei memuji sikap parlemen yang tegas, jelas dan membanggakan terhadap sikap ambisius Amerika Serikat (AS) dan kubu arogansi. Beliau menyebut kejelian rakyat Iran dalam memahami dengan baik konstelasi dunia dan ambisi busuk kubu hegemoni sebagai anugerah Ilahi. "Tujuan utama propaganda masif sistem kediktatoran intenasional adalah untuk mengeruhkan suasana dan mencegah kearifan dan kepandaian bangsa-bangsa dunia, tetapi bangsa Iran semakin hari semakin arif dan bijak," imbuh beliau.
Pemimpin Besar Revolusi Islam menekankan bahwa parlemen dan pemerintah harus tetap pada sikap dan pendiriannya yang tegas dan kokoh di hadapan musuh-musuh Islam dan Iran. Beliau mengatakan, konfrontasi antara Republik Islam dan kubu arogansi akan terus berlanjut sampai kaum arogan merasa putus asa untuk melumpuhkan revolusi Islam. Tentunya, berkat bimbingan dan inayah Ilahi, dan berkat resistensi rakyat dan pemerintah, dalam konfrontasi ini Republik Islam semakin kuat sementara posisi musuh kian melemah.
Menurut beliau, kejelian dalam memprediksi dan membaca skenario kubu hegemoni serta menyusun program dan bertindak secara benar dalam menghadapinya akan berujung pada kegagalan pasti pihak musuh. Mengenai skenario kubu arogansi saat ini, beliau menegaskan, "Musuh secara terbuka memfokuskan diri pada masalah ekonomi untuk melumpuhkan sendi-sendi perekonomian Iran dan membuat rakyat pesimis. Orientasi musuh yang terbuka ini semestinya menjadi peringatan bagi parlemen, pemerintah dan semua pejabat negara di seluruh instansi untuk memfokuskan diri pada apa saja yang mesti dilakukan pada tahun yang telah dinamakan sebagai Tahun Jihad Ekonomi ini."
Rahbar lebih lanjut menyatakan bahwa target kedua kubu hegemoni adalah menciptakan perselisihan di antara instansi-instansi pengelolaan negara. "Para pejabat negara harus sadar dan jangan membiarkan perbedaan pandangan berubah menjadi friksi dan konflik," kata beliau mengingatkan.
Menyinggung fitnah pasca pemilu 2009, beliau mengatakan, "Dengan pandangan yang paling lunak sekalipun, para pelaku fitnah tetap berdosa besar karena telah mengubah keraguan pikiran mereka menjadi isu untuk melawan pemerintahan dan melakukan tindakan yang merugikan pemerintahan dan negara."
Ayatollah al-Udzma Khamenei menyatakan bahwa menghindari perselisihan adalah kewajiban bangsa dalam membela Islam, revolusi dan Iran. Beliau menambahkan, "Kubu-kubu yang beragam di dalam parlemen harus mengesampingkan kecenderungan masing-masing demi melaksanakan kewajibannya untuk melawan konspirasi jahat musuh dalam menebar perselisihan di negara ini."
Target ketiga dari skenario musuh saat ini yang disinggung Rahbar dalam pembicaraan tersebut adalah upaya melemahkan keimanan dan keyakinan Islam serta penyusupan pemikiran sesat atau semi sesat di tengah rakyat Iran dan bangsa-bangsa Muslim. Mengenai hal ini beliau menyinggung propaganda media Barat dalam skala yang sangat luas untuk mempengaruhi pemikiran para pemuda Mesir, Tunisia dan berbagai negara lainnya di kawasan.
"Penyebaran berbagai jenis amoralitas dan pemaparan keraguan pada keyakinan agama adalah target jelas dari skenario kubu hegemoni yang komprehensif terhadap Iran dan gerakan kebangkitan Islam di kawasan," imbuh beliau.
Mengenai apa yang mesti dilakukan untuk melawan skenario ini, Pemimpin Besar Revolusi Islam mengatakan, "Tak diragukan bahwa pemerintahan Islam dengan kekayaan modal filosofis dan keimanannya yang kuat ditambah sumber daya manusia yang loyal dan cakap, punya kemampuan yang cukup untuk menghadapi skenario multidimensi ini, dengan syarat kita selalu memperhatikan dua hal."
Beliau menambahkan, dua hal yang harus diperhatikan dalam menghadapi serangan sistematis musuh adalah menghindari kelalaian dan takabur.
Rahbar mengingatkan, "Jika kita lalai akan tugas-tugas utama dan menyibukkan diri dengan masalah-masalah parsial atau merasa takabur dengan meremehkan musuh, maka bahaya nyata yang mengancam kita adalah kekalahan dalam menghadapi musuh."
Beliau mengimbau 290 anggota parlemen, seluruh pejabat pemerintahan dan lembaga kehakiman serta segenap rakyat Iran untuk bersikap pandai di arena ini. Beliau mengatakan, siapa saja dan dimana saja bertugas harus selalu merasa bahwa dirinya berada di arena konfrontasi besar bangsa Iran melawan musuh-musuh Islam dan revolusi. Dengan pandangan inilah ia mesti melaksanakan apa yang menjadi tugasnya.
Ayatollah al-Udzma Khamenei lebih lanjut menjelaskan keharusan untuk bersikap pandai dalam menghadapi agenda kubu hegemoni baik yang tersembunyi maupun yang diumumkan secara terbuka. Beliau menandaskan, seperti yang dikatakan Imam Khomeini, setiap tindakan yang membawa orang bergerak sesuai skenario yang dimaukan musuh dan menyebabkan kerugian bagi negara dan bangsa adalah dosa besar yang tak akan dibiarkan oleh Allah Swt. Sebab taubat untuk tindakan seperti ini dan mengganti kerugian yang dialami rakyat akibat kelalaian dan kesalahan ini tidak mungkin bisa terpenuhi.
Beliau mengingatkan, adalah realita yang alami jika musuh selalu mencari kesempatan untuk bisa memukul dan melumpuhkan bangsa Iran. "Karena itu, kejelian dan kesadaran harus tetap dijaga dan diperkuat," tegas beliau.
Pemimpin Besar Revolusi Islam di bagian lain pembicaraannya mengangkat masalah ketaqwaan kolektif yang harus mengiringi ketaqwaan individu. Beliau menjelaskan, setiap kelompok dan komunitas selain menjaga ketaqwaan masing-masing individunya juga harus memiliki ketaqwaan kolektif. Sebab, jika tidak demikian, orang yang bertaqwa di dalam sebuah kelompok bisa terseret ke dalam penyimpangan dan kesalahan karena kesalahan umum yang ada di komunitasnya.
Salah satu manifestasi dari ketaqwaan kolektif, menurut beliau, adalah program pengawasan parlemen terhadap parlemen. Beliau mengatakan, "Memang ada suara-suara yang menentang dam menyebut program ini bertentangan dengan kebebasan wakil rakyat. Tetapi faktanya bukan demikian. Sebab filosofis dari program ini adalah untuk mengawasi kinerja dan mencegah kemungkinan penyelewengan sebagian anggota parlemen. Program ini adalah upaya untuk mencegah jangan sampai lembaga negara yang sangat penting dalam konstitusi dan yang disebut oleh Imam Khomeini sebagai lembaga dengan kedudukan tinggi ternodai citranya karena perilaku sebagian oknum anggotanya."
Rahbar menyinggung pula pemilihan umum legislatif yang tak lama lagi akan diselenggarakan untuk memilih anggota parlemen periode kesembilan. Beliau mengatakan, "Anda semua harus mawas diri, jangan sampai tugas legislasi tersendat karena upaya mencari dukungan untuk kembali terpilih sebagai anggota parlemen periode mendatang."
Beliau juga menasehati semua pihak untuk tidak mendekati para pemilik kekuasaan dan kekayaan karena hal itu adalah bahaya yang besar. Beliau menandaskan, "Allah tak akan menutup mata dari perbuatan buruk orang yang mendekati para pemilik kekuasaan dan kekayaan hanya demi meraih kedudukan sebagai anggota parlemen periode mendatang. Balasan Allah pasti akan datang kepadanya. Tindakan seperti itu jelas akan menimbulkan kesan yang buruk di tengah masyarakat."
Ayatollah al-Udzma Khamenei menekankan kembali kerjasama dan toleransi yang mesti diperkokoh antara parlemen dan pemerintah.
Mengenai pemilu beliau menyatakan bahwa pelaksanaan 30 pemilu dalam tiga dekade revolusi Islam adalah kebanggaan bagi pemerintahan Islam yang menandakan bahwa pemerintahan ini dibangun di atas fondasi kerakyatan. Lebih lanjut beliau mengingatkan untuk menghormati pemilu dan hasilnya. "Tidak ada seorangpun yang berhak intervensi dalam masalah pemilu sehingga pemilihan umum bisa terlaksana sesuai aturan dan parlemen baru terbentuk dengan suara dan pilihan rakyat," kata beliau.
Di awal pembicaraan, Ketua Parlemen Ali Larijani menyampaikan laporan singkat tentang kinerja lembaga yang dipimpinnya selama tiga tahun ini. Larijani mengatakan, dalam tiga tahun masa tugasnya, parlemen periode kedelapan telah mengesahkan 238 undang-undang dan menyusun 42 laporan pengawasan lembaga-lembaga negara serta yang berkenaan dengan masalah-masalah penting di negara ini.
Larijani menegaskan bahwa parlemen berkomitmen untuk membela hak-hak rakyat dalam pelaksanaan undang-undang.
Ketua Parlemen menyinggung pula pernyataan sejumlah anggota parlemen terkait berbagai masalah terkini di Iran seraya mengatakan, para wakil rakyat memiliki sikap yang tegas menghadapi ambisi kubu hegemoni dan kerakusan AS dan komitmen untuk membela Islam dan revolusi.