Hari ini, seiring dengan tibanya tahun baru 1390 Hijriyah Syamsiyah, Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatollah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei di hari pertama tahun ini dalam pidato di depan puluhan ribu pezairah Imam Ali Ridha (as) di kota Mashhad menjelaskan kondisi terkini Iran dan transformasi di kawasan. Dalam pidatonya, beliau menyinggung berbagai program pembangunan yang sedang berjalan di Iran terutama program subsidi terarah.
Pada bagian awal pidatonya, Rahbar mengucapkan selamat atas tibanya hari raya Nouruz kepada rakyat Iran dan bangsa-bangsa lain di kawasan yang merayakan hari besar ini. Beliau lantas menjelaskan perjalanan negara ini sepanjang tahun 1389 HS dalam upaya mewujudkan slogan ‘Tahun Tekad Ganda dan Kerja Ekstra'. Beliau mengatakan, "Rakyat dan pemerintah benar-benar telah menunjukkan tekad yang tinggi dan berhasil dalam melaksanakan pekerjaan yang berlipat. Hasil dari kinerja ini akan nampak mengemuka dalam jangka panjang. Meski demikian dalam beberapa bulan terakhir dan jangka pendek tanda-tanda dari kinerja itu sudah bisa dirasakan di berbagai bidang."
Salah satu contoh nyatanya, kata Rahbar, adalah keberhasilan di bidang ilmu dan teknologi (iptek). Beliau mengutarakan, "Gerakan keilmuan menonjol yang sudah dimulai dalam beberapa tahun terakhir di negara ini berjalan dengan semakin cepat. Dan, gerakan keilmuan yang semakin berkembang ini ditujukan untuk meraih ilmu dan teknologi yang baru dan unggul di dunia."
Sebagai contohnya, imbuh beliau, adalah keberhasilan yang dicapai di bidang teknologi lingkungan, antariksa, teknologi nano, sel induk, radiofarmasi yang sangat penting, penemuan obat-obatan kanker, produksi motor turbine, dan kemajuan di bidang energi terbarukan yang kesemua itu adalah contoh dari sains dan teknologi unggul di dunia. Para ilmuan muda Iran terus maju dengan cepat di bidang-bidang itu. Lembaga-lembaga keilmuan dunia juga mengakui bahwa kemajuan yang dicapai Iran jauh melampaui kemajuan dunia.
Pemimpin Besar Revolusi Islam mengungkapkan bahwa gerakan pesat keilmuan ini didukung oleh para ilmuan muda dengan usia rata-rata 35 tahun. Mereka memiliki semangat dan rasa percaya diri yang tinggi. Poin menonjol lainnya adalah munculnya mata rantai upaya yang mengaitkan produksi ilmu dengan produksi kekayaan nasional.
"Jika mata rantai produksi ilmu yang kemudian diubah menjadi teknologi yang menghasilkan produk dan pada tahap selanjutnya dijadikan sebagai komoditas perdagangan ini berhasil disempurnakan maka proses perjalanan produksi ilmu akan berujung pada produksi kekayaan nasional yang bisa memenuhi kebutuhan bangsa ini,' kata beliau.
Pelaksanaan program subsidi terarah adalah satu lagi masalah yang beliau angkat sebagai contoh dari pelaksanaan slogan ‘Tekad Ganda dan Kerja Ekstra'. Pemimpin Besar Revolusi Islam mengatakan, "Pelaksanaan program subsidi terarah yang keharusan pelaksanaannya disepakati oleh para pakar ekonomi adalah salah satu impian yang sudah tertanam sejak lama. Berkat inayah Allah Swt program ini sudah mulai dijalankan pada tahun 1389 HS, kerjasama antara rakyat dan pemerintah sangat baik untuk menunjang pelaksanaan program ini."
Menurut beliau, hasil dari pelaksanaan program subsidi terarah akan dirasakan pada jangka panjang. "Dalam jangka pendek pun hasil dari pelaksanaan program ini sudah mulai terlihat," imbuh beliau.
Program subsidi terarah, jelas Rahbar, adalah distribusi subsidi pemerintah secara adil yang merupakan satu langkah penting untuk menegakkan keadilan sosial. "Tujuan lainnya adalah manajemen penggunaan energi, perbaikan pola konsumsi dan pembenahan struktur perekonomian negara," jelas beliau.
Ayatollah al-Udzma Khamenei menyinggung pula peningkatan ekspor non minyak dan semakin dekatnya target penting yang dicanangkan negara untuk menghentikan ketergantungan anggaran negara kepada pendapatan minyak. Hal ini menurut beliau adalah contoh lain dari terlaksananya ‘Tekad Ganda dan Kerja Ekstra' yang menjadi slogan tahun 1389 HS.
Contoh lain, tegas beliau, adalah tindakan yang cerdas dari pemerintah dan rakyat Iran dalam menghadapi embargo Barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat (AS). "Syukur Alhamdulillah, berkat kerja keras dan usaha para pejabat negara yang tanpa mengenal lelah di berbagai bidang, musuh berhasil dilumpuhkan dan kini Barat mengakui bahwa embargo tidak ada gunanya," kata beliau lagi.
Lebih lanjut, Rahbar menjelaskan penamaan tahun 1390 HS sebagai tahun ‘Jihad Ekonomi'. Beliau mengungkapkan, "Memang di negara ini ada banyak pekerjaan penting yang mesti dilaksanakan. Akan tetapi para ahli menyatakan bahwa salah satu masalah yang sangat mendesak dan terprioritaskan di masa ini adalah masalah ekonomi dan gerakan dengan semangat jihad di bidang ini. Sebab, jika pemerintahan Islam berhasil memperlihatkan kemampuannya mengatasi masalah ekonomi kepada dunia dan bangsa-bangsa lain, maka hal ini akan sangat berpengaruh pada kemajuan dan kehormatan bangsa ini."
Di bagian lain pidatonya, Pemimpin Besar Revolusi Islam mengangkat masalah transformasi di kawasan dan gerakan kebangkitan rakyat di Tunisia, Mesir, Bahrain, Yaman dan Libya. Beliau menyebut gerakan rakyat ini sebagai fenomena sangat penting yang memperlihatkan terjadinya transformasi fundamental di kawasan Dunia Arab dan Islam, serta kebangkitan Islam. Beliau mengatakan, "Ada dua unsur penting pada gerakan kebangkitan ini, yaitu keterlibatan rakyat di tengah gelanggang dan orientasi agama yang mengiringinya."
Ayatollah al-Udzma Khamenei menyatakan bahwa faktor utama yang memicu lahirnya gerakan massa di kawasan ini adalah rasa sakit hati rakyat di kawasan ini karena ulah para penguasa zalim yang menodai harga diri dan martabat mereka sebagai manusia. "Misalnya, tindakan Hosni Mubarak di Mesir yang mewakili orang-orang Zionis dalam melakukan tindak kejahatan paling keji khususnya dalam masalah Gaza. Demikian pula perbuatan Qaddafi di Libya yang dengan suka rela menyerahkan semua fasilitas nuklir negara itu kepada AS hanya karena gertakan dan iming-iming insentif yang remeh dari Barat. Hal itulah yang telah menodai perasaan rakyat di sana," jelas beliau.
Ayatollah al-Udzma Khamenei lebih lanjut lanjut menandaskan, sejak dahulu sampai sekarang Iran juga menghadapi ancaman dan tekanan Barat yang dipimpin oleh AS. Akan tetapi, menghadapi ancaman itu para pejabat Republik Islam Iran bukan hanya tak bersedia mundur bahkan setiap tahun semakin memperbanyak fasilitas nuklirnya.
Mengenai sikap AS terkait transformasi di kawasan, beliau mengatakan, pada awalnya, para pejabat AS nampak kebingungan dan tak mampu menganalisa perkembangan yang terjadi. Karena itu mereka terlihat menyatakan sikap-sikap yang kontradiktif.
Rahbar menegaskan bahwa kebijakan tetap AS adalah mendukung para diktator. Karena itu, sampai akhir pun Washington tetap membela Hosni Mubarak. Namun ketika menyadari bahwa Mubarak tidak bisa lagi dipertahankan, AS memperlakukannya seperti sapu tangan yang dibuang begitu saja. Fenomena ini hendaknya menjadi pelajaran bagi para penguasa yang bergantung kepada AS.
Beliau menyebut jatuhnya diktator Mesir sebagai pukulan berat bagi kebijakan AS di Timur Tengah. "Ketika tak bisa lagi mempertahankan Ben Ali dan Mubarak, AS turun untuk menebar gangguan dan kejahatan demi mempertahankan kerangka sistem kedikatotaran di Tunisia dan Mesir. Akan tetapi dengan berlanjutnya gerakan kebangkitan rakyat, tipu daya itu pun gagal."
Pemimpin Besar Revolusi Islam menambahkan, dengan gagalnya skenario itu, AS melaksanakan agenda berikutnya yaitu mencari-cari kesempatan. Modus inipun gagal
Beliau menyinggung skenario AS untuk menggelar gerakan massa menentang sistem pemerintahan Islam di Iran. "Mereka berusaha menggunakan anasir-anasir yang sudah terjebak dalam hawa nafsu untuk menciptakan karikatur menggelikan dari gerakan rakyat di Iran. Tapi rakyat Iran telah menampar muka mereka dan menggagalkan tipu muslihat ini," tegas beliau.
Ayatollah al-Udzma Khamenei lebih lanjut menyebut AS sebagai rezim munafik yang hipokrit dalam klaimnya membela bangsa-bangsa di dunia. Seraya menyinggung pernyataan Presiden AS baru-baru ini yang mengaku membela bangsa Iran, beliau menandaskan, "Kita tidak mengerti apakah Presiden AS memahami kata-kata yang diucapkannya sendiri atau ia sedang dalam kondisi linglung. Dia menyebut rakyat Iran di Bundaran Azadi Tehran sama dengan rakyat Mesir di Bundaran Tahrir. Padahal yel-yel utama yang dipekikkan oleh rakyat Iran di Bundaran Azadi tanggal 22 Bahman setiap tahunnya adalah slogan ‘Mampus Amerika'."
Rahbar menegaskan bahwa klaim AS tentang dukungan kepada bangsa-bangsa di dunia tak lebih dari kebohongan semata sebab rezim AS tak pernah menaruh belas kasihan kepada bangsa-bangsa di kawasan bahkan kepada rakyatnya sendiri. "Bahkan di saat keterpurukan ekonomi di negara itu, pemerintah AS justeru mengeluarkan biaya miliaran USD dari uang rakyatnya untuk memenuhi saku para produsen senjata dan minyak," ungkap beliau.
Terkait Libya beliau mengatakan, "Dalam masalah Libya, Republik Islam Iran mengecam keras tindakan rezim negara itu dalam membantai rakyatnya sekaligus mengutuk agresi militer Barat dan AS ke negara itu."
Klaim bahwa serangan militer AS dan Barat dimaksudkan untuk membela rakyat Libya ditolak oleh Rahbar seraya menandaskan, jika mereka jujur dalam membela rakyat Libya, mengapa dalam sebulan ini mereka hanya menonton pembantaian rakyat di sana tanpa melakukan tindakan apapun?
Beliau menambahkan, AS dan Barat hanya mengincar minyak di Libya dan berambisi mencari pijakan kaki di sana untuk bisa mengendalikan pemerintahan baru yang akan terbentuk di Tunisia dan Mesir.
Pemimpin Besar Revolusi Islam menyebut sikap Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam masalah Libya sebagai noktah hitam bagi organisasi dunia ini seraya mengungkapkan, PBB bukannya bertindak membela bangsa-bangsa di dunia tapi malah berlaku layaknya alat kepentingan bagi AS dan Barat.
Mengenai transformasi di Bahrain, beliau menegaskan, secara substansial, kebangkitan rakyat di Bahrain tidak berbeda dengan kebangkitan rakyat di Mesir, Tunisia, Libya dan Yaman. Mereka menghendaki hak untuk memilih dengan bebas, dan tuntutan ini tidak berlebihan.
Ayatollah al-Udzma Khamenei menyebut dikotomi Syiah dan Sunni dalam masalah Bahrain yang dihembuskan oleh AS dan Barat adalah alasan untuk melakukan intervensi di kawasan. Beliau menyatakan, "AS berusaha mengangkat isu Syiah dan Sunni di Bahrain untuk mencegah bantuan dan dukungan masyarakat dunia kepada kebangkitan rakyat Bahrain."
Beliau lebih lanjut menyatakan prihatin atas sikap sebagian kalangan yang terjebak dalam perangkap AS ini. "Mengangkat isu dikotomi Syiah dan Sunni dalam masalah Bahrain adalah pengabdian yang terbesar kepada AS dan musuh-musuh umat Islam," ungkap beliau.
Pemimpin Besar Revolusi Islam menyinggung bantuan dan dukungan Republik Islam Iran kepada rakyat Palestina khususnya dalam Perang 22 Hari di Gaza seraya menambahkan, "Republik Islam Iran mendukung gerakan rakyat Palestina dan gerakan kebangkitan rakyat di Tunisia, Mesir, Libya dan Yaman padahal mereka bukan Syiah. Sebab dalam masalah ini, tidak ada tempat untuk mengangkat isu Syiah dan Sunni. Karena itu, tidak benar jika mengambil sikap bungkam terkait masalah Bahrain dengan alasan bahwa rakyat di negara itu menganut faham Syiah."
Terkait intervensi pemerintah Arab Saudi dalam masalah Bahrain, beliau mengatakan, puncak dari kekejian sikap AS dan kaki tangannya di kawasan adalah pernyataan yang tidak menyebut intervensi Arab Saudi dengan tank-tanknya di Bahrain sebagai intervensi sementara sikap kecaman para marji dan ulama terhadap pembantaian rakyat di Bahrain mereka sebut sebagai intervensi Iran.
Ayatollah al-Udzma Khamenei menyebut intervensi militer pemerintah Arab Saudi di Bahrain sebagai kesalahan besar seraya mengatakan, tindakan ini justeru akan membuat pemerintah Arab Saudi dibenci di kawasan dan tentunya hal itu akan sangat merugikan negara itu.
Sebagai kesimpulan dari transformasi yang terjadi di kawasan, beliau menegaskan, gerakan kebangkitan telah lahir di kawasan ini, yaitu gerakan umat Islam menuju cita-cita Islam. Dan seperti yang sudah dijanjikan Allah Swt, gerakan ini pasti akan mencapai kemenangan dan berkat taufik Ilahi rangkaian mata rantai kegagalan AS di kawasan akan terus bersambung.
"Sikap Republik Islam dalam masalah ini adalah membela bangsa-bangsa di kawasan dan hak-hak mereka serta menentang para diktator dan kaum arogan," tegas beliau.
Di bagian lain pembicaraannya, Rahbar menyebut hari raya Nouruz sebagai kesempatan yang baik untuk melaksanakan ajaran dan hukum Islam. Beliau mengatakan, sejak dulu khususnya setelah kemenangan revolusi Islam, rakyat Iran memanfaatkan moment hari raya Nouruz untuk memacu spiritualitas, makrifat dan kedekatan kepada Allah Swt yang salah satu contohnya yang menonjol adalah pembacaan doa dan tawassul di tempat-tempat ziarah dan pusat keagamaan yang dihadiri dengan semarak oleh masyarakat saat tibanya waktu pergantian tahun.
Di awal pertemuan itu, Ayatollah Waez Tabasi, Wakil Wali Fakih dan Penanggung Jawab Makam Suci Imam Ali Ridha (as) dalam kata sambutannya menyampaikan ucapan selamat atas tibanya tahun baru Hijriyah Syamsiah dan menyampaikan ucapan selamat datang kepada Pemimpin Besar Revolusi Islam.
Pada bagian awal pidatonya, Rahbar mengucapkan selamat atas tibanya hari raya Nouruz kepada rakyat Iran dan bangsa-bangsa lain di kawasan yang merayakan hari besar ini. Beliau lantas menjelaskan perjalanan negara ini sepanjang tahun 1389 HS dalam upaya mewujudkan slogan ‘Tahun Tekad Ganda dan Kerja Ekstra'. Beliau mengatakan, "Rakyat dan pemerintah benar-benar telah menunjukkan tekad yang tinggi dan berhasil dalam melaksanakan pekerjaan yang berlipat. Hasil dari kinerja ini akan nampak mengemuka dalam jangka panjang. Meski demikian dalam beberapa bulan terakhir dan jangka pendek tanda-tanda dari kinerja itu sudah bisa dirasakan di berbagai bidang."
Salah satu contoh nyatanya, kata Rahbar, adalah keberhasilan di bidang ilmu dan teknologi (iptek). Beliau mengutarakan, "Gerakan keilmuan menonjol yang sudah dimulai dalam beberapa tahun terakhir di negara ini berjalan dengan semakin cepat. Dan, gerakan keilmuan yang semakin berkembang ini ditujukan untuk meraih ilmu dan teknologi yang baru dan unggul di dunia."
Sebagai contohnya, imbuh beliau, adalah keberhasilan yang dicapai di bidang teknologi lingkungan, antariksa, teknologi nano, sel induk, radiofarmasi yang sangat penting, penemuan obat-obatan kanker, produksi motor turbine, dan kemajuan di bidang energi terbarukan yang kesemua itu adalah contoh dari sains dan teknologi unggul di dunia. Para ilmuan muda Iran terus maju dengan cepat di bidang-bidang itu. Lembaga-lembaga keilmuan dunia juga mengakui bahwa kemajuan yang dicapai Iran jauh melampaui kemajuan dunia.
Pemimpin Besar Revolusi Islam mengungkapkan bahwa gerakan pesat keilmuan ini didukung oleh para ilmuan muda dengan usia rata-rata 35 tahun. Mereka memiliki semangat dan rasa percaya diri yang tinggi. Poin menonjol lainnya adalah munculnya mata rantai upaya yang mengaitkan produksi ilmu dengan produksi kekayaan nasional.
"Jika mata rantai produksi ilmu yang kemudian diubah menjadi teknologi yang menghasilkan produk dan pada tahap selanjutnya dijadikan sebagai komoditas perdagangan ini berhasil disempurnakan maka proses perjalanan produksi ilmu akan berujung pada produksi kekayaan nasional yang bisa memenuhi kebutuhan bangsa ini,' kata beliau.
Pelaksanaan program subsidi terarah adalah satu lagi masalah yang beliau angkat sebagai contoh dari pelaksanaan slogan ‘Tekad Ganda dan Kerja Ekstra'. Pemimpin Besar Revolusi Islam mengatakan, "Pelaksanaan program subsidi terarah yang keharusan pelaksanaannya disepakati oleh para pakar ekonomi adalah salah satu impian yang sudah tertanam sejak lama. Berkat inayah Allah Swt program ini sudah mulai dijalankan pada tahun 1389 HS, kerjasama antara rakyat dan pemerintah sangat baik untuk menunjang pelaksanaan program ini."
Menurut beliau, hasil dari pelaksanaan program subsidi terarah akan dirasakan pada jangka panjang. "Dalam jangka pendek pun hasil dari pelaksanaan program ini sudah mulai terlihat," imbuh beliau.
Program subsidi terarah, jelas Rahbar, adalah distribusi subsidi pemerintah secara adil yang merupakan satu langkah penting untuk menegakkan keadilan sosial. "Tujuan lainnya adalah manajemen penggunaan energi, perbaikan pola konsumsi dan pembenahan struktur perekonomian negara," jelas beliau.
Ayatollah al-Udzma Khamenei menyinggung pula peningkatan ekspor non minyak dan semakin dekatnya target penting yang dicanangkan negara untuk menghentikan ketergantungan anggaran negara kepada pendapatan minyak. Hal ini menurut beliau adalah contoh lain dari terlaksananya ‘Tekad Ganda dan Kerja Ekstra' yang menjadi slogan tahun 1389 HS.
Contoh lain, tegas beliau, adalah tindakan yang cerdas dari pemerintah dan rakyat Iran dalam menghadapi embargo Barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat (AS). "Syukur Alhamdulillah, berkat kerja keras dan usaha para pejabat negara yang tanpa mengenal lelah di berbagai bidang, musuh berhasil dilumpuhkan dan kini Barat mengakui bahwa embargo tidak ada gunanya," kata beliau lagi.
Lebih lanjut, Rahbar menjelaskan penamaan tahun 1390 HS sebagai tahun ‘Jihad Ekonomi'. Beliau mengungkapkan, "Memang di negara ini ada banyak pekerjaan penting yang mesti dilaksanakan. Akan tetapi para ahli menyatakan bahwa salah satu masalah yang sangat mendesak dan terprioritaskan di masa ini adalah masalah ekonomi dan gerakan dengan semangat jihad di bidang ini. Sebab, jika pemerintahan Islam berhasil memperlihatkan kemampuannya mengatasi masalah ekonomi kepada dunia dan bangsa-bangsa lain, maka hal ini akan sangat berpengaruh pada kemajuan dan kehormatan bangsa ini."
Di bagian lain pidatonya, Pemimpin Besar Revolusi Islam mengangkat masalah transformasi di kawasan dan gerakan kebangkitan rakyat di Tunisia, Mesir, Bahrain, Yaman dan Libya. Beliau menyebut gerakan rakyat ini sebagai fenomena sangat penting yang memperlihatkan terjadinya transformasi fundamental di kawasan Dunia Arab dan Islam, serta kebangkitan Islam. Beliau mengatakan, "Ada dua unsur penting pada gerakan kebangkitan ini, yaitu keterlibatan rakyat di tengah gelanggang dan orientasi agama yang mengiringinya."
Ayatollah al-Udzma Khamenei menyatakan bahwa faktor utama yang memicu lahirnya gerakan massa di kawasan ini adalah rasa sakit hati rakyat di kawasan ini karena ulah para penguasa zalim yang menodai harga diri dan martabat mereka sebagai manusia. "Misalnya, tindakan Hosni Mubarak di Mesir yang mewakili orang-orang Zionis dalam melakukan tindak kejahatan paling keji khususnya dalam masalah Gaza. Demikian pula perbuatan Qaddafi di Libya yang dengan suka rela menyerahkan semua fasilitas nuklir negara itu kepada AS hanya karena gertakan dan iming-iming insentif yang remeh dari Barat. Hal itulah yang telah menodai perasaan rakyat di sana," jelas beliau.
Ayatollah al-Udzma Khamenei lebih lanjut lanjut menandaskan, sejak dahulu sampai sekarang Iran juga menghadapi ancaman dan tekanan Barat yang dipimpin oleh AS. Akan tetapi, menghadapi ancaman itu para pejabat Republik Islam Iran bukan hanya tak bersedia mundur bahkan setiap tahun semakin memperbanyak fasilitas nuklirnya.
Mengenai sikap AS terkait transformasi di kawasan, beliau mengatakan, pada awalnya, para pejabat AS nampak kebingungan dan tak mampu menganalisa perkembangan yang terjadi. Karena itu mereka terlihat menyatakan sikap-sikap yang kontradiktif.
Rahbar menegaskan bahwa kebijakan tetap AS adalah mendukung para diktator. Karena itu, sampai akhir pun Washington tetap membela Hosni Mubarak. Namun ketika menyadari bahwa Mubarak tidak bisa lagi dipertahankan, AS memperlakukannya seperti sapu tangan yang dibuang begitu saja. Fenomena ini hendaknya menjadi pelajaran bagi para penguasa yang bergantung kepada AS.
Beliau menyebut jatuhnya diktator Mesir sebagai pukulan berat bagi kebijakan AS di Timur Tengah. "Ketika tak bisa lagi mempertahankan Ben Ali dan Mubarak, AS turun untuk menebar gangguan dan kejahatan demi mempertahankan kerangka sistem kedikatotaran di Tunisia dan Mesir. Akan tetapi dengan berlanjutnya gerakan kebangkitan rakyat, tipu daya itu pun gagal."
Pemimpin Besar Revolusi Islam menambahkan, dengan gagalnya skenario itu, AS melaksanakan agenda berikutnya yaitu mencari-cari kesempatan. Modus inipun gagal
Beliau menyinggung skenario AS untuk menggelar gerakan massa menentang sistem pemerintahan Islam di Iran. "Mereka berusaha menggunakan anasir-anasir yang sudah terjebak dalam hawa nafsu untuk menciptakan karikatur menggelikan dari gerakan rakyat di Iran. Tapi rakyat Iran telah menampar muka mereka dan menggagalkan tipu muslihat ini," tegas beliau.
Ayatollah al-Udzma Khamenei lebih lanjut menyebut AS sebagai rezim munafik yang hipokrit dalam klaimnya membela bangsa-bangsa di dunia. Seraya menyinggung pernyataan Presiden AS baru-baru ini yang mengaku membela bangsa Iran, beliau menandaskan, "Kita tidak mengerti apakah Presiden AS memahami kata-kata yang diucapkannya sendiri atau ia sedang dalam kondisi linglung. Dia menyebut rakyat Iran di Bundaran Azadi Tehran sama dengan rakyat Mesir di Bundaran Tahrir. Padahal yel-yel utama yang dipekikkan oleh rakyat Iran di Bundaran Azadi tanggal 22 Bahman setiap tahunnya adalah slogan ‘Mampus Amerika'."
Rahbar menegaskan bahwa klaim AS tentang dukungan kepada bangsa-bangsa di dunia tak lebih dari kebohongan semata sebab rezim AS tak pernah menaruh belas kasihan kepada bangsa-bangsa di kawasan bahkan kepada rakyatnya sendiri. "Bahkan di saat keterpurukan ekonomi di negara itu, pemerintah AS justeru mengeluarkan biaya miliaran USD dari uang rakyatnya untuk memenuhi saku para produsen senjata dan minyak," ungkap beliau.
Terkait Libya beliau mengatakan, "Dalam masalah Libya, Republik Islam Iran mengecam keras tindakan rezim negara itu dalam membantai rakyatnya sekaligus mengutuk agresi militer Barat dan AS ke negara itu."
Klaim bahwa serangan militer AS dan Barat dimaksudkan untuk membela rakyat Libya ditolak oleh Rahbar seraya menandaskan, jika mereka jujur dalam membela rakyat Libya, mengapa dalam sebulan ini mereka hanya menonton pembantaian rakyat di sana tanpa melakukan tindakan apapun?
Beliau menambahkan, AS dan Barat hanya mengincar minyak di Libya dan berambisi mencari pijakan kaki di sana untuk bisa mengendalikan pemerintahan baru yang akan terbentuk di Tunisia dan Mesir.
Pemimpin Besar Revolusi Islam menyebut sikap Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam masalah Libya sebagai noktah hitam bagi organisasi dunia ini seraya mengungkapkan, PBB bukannya bertindak membela bangsa-bangsa di dunia tapi malah berlaku layaknya alat kepentingan bagi AS dan Barat.
Mengenai transformasi di Bahrain, beliau menegaskan, secara substansial, kebangkitan rakyat di Bahrain tidak berbeda dengan kebangkitan rakyat di Mesir, Tunisia, Libya dan Yaman. Mereka menghendaki hak untuk memilih dengan bebas, dan tuntutan ini tidak berlebihan.
Ayatollah al-Udzma Khamenei menyebut dikotomi Syiah dan Sunni dalam masalah Bahrain yang dihembuskan oleh AS dan Barat adalah alasan untuk melakukan intervensi di kawasan. Beliau menyatakan, "AS berusaha mengangkat isu Syiah dan Sunni di Bahrain untuk mencegah bantuan dan dukungan masyarakat dunia kepada kebangkitan rakyat Bahrain."
Beliau lebih lanjut menyatakan prihatin atas sikap sebagian kalangan yang terjebak dalam perangkap AS ini. "Mengangkat isu dikotomi Syiah dan Sunni dalam masalah Bahrain adalah pengabdian yang terbesar kepada AS dan musuh-musuh umat Islam," ungkap beliau.
Pemimpin Besar Revolusi Islam menyinggung bantuan dan dukungan Republik Islam Iran kepada rakyat Palestina khususnya dalam Perang 22 Hari di Gaza seraya menambahkan, "Republik Islam Iran mendukung gerakan rakyat Palestina dan gerakan kebangkitan rakyat di Tunisia, Mesir, Libya dan Yaman padahal mereka bukan Syiah. Sebab dalam masalah ini, tidak ada tempat untuk mengangkat isu Syiah dan Sunni. Karena itu, tidak benar jika mengambil sikap bungkam terkait masalah Bahrain dengan alasan bahwa rakyat di negara itu menganut faham Syiah."
Terkait intervensi pemerintah Arab Saudi dalam masalah Bahrain, beliau mengatakan, puncak dari kekejian sikap AS dan kaki tangannya di kawasan adalah pernyataan yang tidak menyebut intervensi Arab Saudi dengan tank-tanknya di Bahrain sebagai intervensi sementara sikap kecaman para marji dan ulama terhadap pembantaian rakyat di Bahrain mereka sebut sebagai intervensi Iran.
Ayatollah al-Udzma Khamenei menyebut intervensi militer pemerintah Arab Saudi di Bahrain sebagai kesalahan besar seraya mengatakan, tindakan ini justeru akan membuat pemerintah Arab Saudi dibenci di kawasan dan tentunya hal itu akan sangat merugikan negara itu.
Sebagai kesimpulan dari transformasi yang terjadi di kawasan, beliau menegaskan, gerakan kebangkitan telah lahir di kawasan ini, yaitu gerakan umat Islam menuju cita-cita Islam. Dan seperti yang sudah dijanjikan Allah Swt, gerakan ini pasti akan mencapai kemenangan dan berkat taufik Ilahi rangkaian mata rantai kegagalan AS di kawasan akan terus bersambung.
"Sikap Republik Islam dalam masalah ini adalah membela bangsa-bangsa di kawasan dan hak-hak mereka serta menentang para diktator dan kaum arogan," tegas beliau.
Di bagian lain pembicaraannya, Rahbar menyebut hari raya Nouruz sebagai kesempatan yang baik untuk melaksanakan ajaran dan hukum Islam. Beliau mengatakan, sejak dulu khususnya setelah kemenangan revolusi Islam, rakyat Iran memanfaatkan moment hari raya Nouruz untuk memacu spiritualitas, makrifat dan kedekatan kepada Allah Swt yang salah satu contohnya yang menonjol adalah pembacaan doa dan tawassul di tempat-tempat ziarah dan pusat keagamaan yang dihadiri dengan semarak oleh masyarakat saat tibanya waktu pergantian tahun.
Di awal pertemuan itu, Ayatollah Waez Tabasi, Wakil Wali Fakih dan Penanggung Jawab Makam Suci Imam Ali Ridha (as) dalam kata sambutannya menyampaikan ucapan selamat atas tibanya tahun baru Hijriyah Syamsiah dan menyampaikan ucapan selamat datang kepada Pemimpin Besar Revolusi Islam.