Situs Media Informasi Kantor Imam Ali Khamenei

Rahbar: Inggris Biang Penyulut Perpecahan Umat

Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatollah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei hari ini (15/2) dalam pertemuan dengan Presiden Turki Abdullah Gul dan rombongan, menyebut Republik Islam Iran dan Turki sebagai dua negara muslim yang bersahabat dan bersaudara.

Beliau mengatakan, "Hubungan yang sudah terjalin antara Iran dan Turki di bidang politik dan ekonomi dibanding masa-masa sebelumnya sudah mencapai tahap yang istimewa. Peluang bersejarah ini mesti dimanfaatkan untuk mengaktualisasi segenap potensi yang dimiliki kedua negara."

Menyinggung keputusan kedua negara untuk meningkatkan volume perdagangan sampai tiga kali lipat, Ayatollah al-Udzma Khamenei menandaskan, "Kami meyakini bahwa negara-negara yang menjalin hubungan dekat bisa menyatukan kerjasama politik dan ekonominya sehingga pengaruhnya akan lebih besar."

Seraya menyebut Turki sebagai negara yang saat ini memiliki posisi istimewa di tengah Dunia Islam dibanding kondisinya beberapa tahun yang lalu, beliau mengatakan, "Diantara faktor yang membuat Turki semakin dekat dengan umat Islam saat ini adalah kebijakan negara itu yang independen di depan Barat, menjauhi Rezim Zionis dan membela rakyat Palestina."

Pemimpin Besar Revolusi Islam menekankan, kebijakan ini adalah kebijakan yang benar, dan semakin mendekatnya Turki kepada Dunia Islam yang besar ini akan semakin menguntungkan negara ini dan menguntungkan Dunia Islam.

Menjelaskan kedekatan pandangan Iran dan Turki dalam berbagai permasalahan di tingkat regional dan global khususnya menyangkut Afghanistan, Irak, Lebanon dan Palestina, Rahbar mengutarakan, "Transformasi terkini di Mesir juga termasuk penting. Transformasi ini bisa mendatangkan kebaikan bagi rakyat Mesir dan kawasan secara umum."

Beliau menyebut kekuasaan Amerika Serikat (AS) dan Rezim Zionis Israel di Mesir yang berlangsung puluhan tahun dan penghinaan terhadap rakyat di negara itu sebagai faktor utama yang melahirkan gerakan kebangkitan rakyat. "Rakyat Mesir adalah rakyat yang muslim dan memiliki semangat keislaman yang kuat," jelas beliau.

Lebih lanjut Ayatollah al-Udzma Khamenei mengatakan, ketika rakyat sudah terjun ke tengah medan maka konstelasi akan berubah. Sarana politik dan militer yang konvensional tidak lagi efektif, dan kini rakyat Mesir sudah terjun ke tengah medan.

Beliau menambahkan, "AS berusaha merebut kendali gerakan agung rakyat Mesir. Republik Islam Iran menentang segala bentuk intervensi asing di Mesir seraya meyakini bahwa rakyat di negara itulah yang harus membuat keputusan sendiri."

Masalah yang paling penting di Dunia Islam saat ini menurut beliau adalah menjaga dan memperkokoh persatuan umat Islam, dan menghindar dari jebakan musuh yang ingin menebar perselisihan. "Jika Dunia Islam menyadari kemampuan dan potensinya yang besar maka kondisi akan berubah. Sebagai kekuatan yang paling berpengaruh, Dunia Islam bisa memainkan peranan yang besar dalam percaturan internasional," tegas beliau.

Rahbar menyebut Inggris sebagai faktor utama yang memicu perpecahan di tengah umat Islam, seraya menandaskan, seluruh kebijakan negara-negara Islam mesti dibuat untuk memperkokoh persatuan dan meningkatkan kekuatan Dunia Islam.

"Barat selalu melecehkan Dunia Islam. Setiap negara dan bangsa yang hendak melawan penghinaan ini dan ingin menunjukkan kemampuan dan kekuatannya pasti akan berhadapan dengan gangguan dari Barat," kata beliau menjelaskan.

Seraya mengingatkan janji Allah untuk menolong umat Islam, Ayatollah al-Udzma Khamenei mengatakan, "Jika kita memperhatikan kondisi di kawasan dan adidaya dunia lalu membandingkannya dengan kondisi di masa lalu maka pertolongan Allah itu akan terlihat dengan jelas."

Beliau lantas menambahkan, AS dan kubu adidaya Barat dalam 30 tahun terakhir menjadikan kawasan ini sebagai pijakannya. Namun apa yang terjadi dengan mereka saat ini? Bagaimana kondisi Rezim Zionis Israel saat ini dan perbandingannya dengan kondisi 30 tahun lalu? Bandingkan pula Iran saat ini dengan Iran 30 tahun yang lalu, demikian juga Turki yang hari ini jauh berbeda dengan Turki 30 tahun lalu. Irak dan Palestina saat ini juga sangat berbeda dibanding dengan kondisi di masa lalu. Semua ini menunjukkan adanya pertolongan Allah dan proses ini berjalan dengan cepat.

Pada pertemuan itu yang juga dihadiri oleh Presiden Republik Islam Ieran Mahmoud Ahmadinejad, Presiden Turki Abdullah Gul menyampaikan suka citanya atas kesempatan bertatap muka dengan Pemimpin Besar Revolusi Islam. Gul menyebut Turki dan Iran sebagai dua negara yang memiliki hubungan bersejarah.

Seraya menyinggung perundingannya dengan Presiden Republik Islam Iran, Abdullah Gul mengatakan, "Perundingan di Tehran berlangsung baik dan kami berharap kerjasama bilateral kedua negara di berbagai bidang khususnya di sektor swasta bisa menjadi pembuka bagi kerjasama yang lebih besar."

Mengenai perkembangan di kawasan Presiden Turki menuturkan, seluruh bukti menunjukkan bahwa kawasan ini sedang mengalami perubahan. Diharapkan perubahan ini menguntungkan rakyat dan negara-negara kawasan.

Abdullah Gul juga berbicara tentang persatuan negara-negara Islam yang merupakan isu terpenting di kawasan.

700 /