Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran Ayatullah Al-Udzma Sayyid Ali Khamenei hari Rabu (25/11) bertemu dengan ribuan Basij dari seluruh negeri. Dalam pertemuan ini beliau menyebut Basij sebagai rahasia resistensi dan menjadi kebanggaan nasional. Seraya menasihati kepada seluruh media, aktivis politik dan para pejabat untuk menghindari perselisihan parsial dan tidak prinsip beliau menegaskan, “Hari ini prioritas utama negara adalah menghadapi perang lunak yang tujuannya menciptakan keraguan, perselisihan dan buruk sangka di antara masyarakat. Cara paling penting untuk menghadapi serangan ini adalah menjaga dan memperkokoh kepekaan hati, semangat basiji, harapan akan masa depan dan benar-benar waspada dalam mengidentifikasi pelbagai masalah.”
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran menyebut Basij sebagai pengecualian dan peristiwa luas biasa yang terjadi di negara ini. Ditambahkannya, “Bila di sebuah negara masyarakat dengan seluruh keberadaannya dan dengan unsur-unsur terbaik dan mukminnya membela negaranya dengan segala kekuatan tanpa mengharapkan sesuatu, maka keistimewaan itu hanya milik Revolusi Islam Iran. Hati penuh cahaya Imam Khomeini ra berhasil mencapai hakikat besar ini dan merealisasikannya dengan bantuan ilahi.”
Seraya menyinggung peran dan ujian besar yang berhasil dilalui Basij di pelbagai medan Revolusi Rahbar mengingatkan, “Satu dari medan ini adalah pembelaan terhadap kemerdekaan dan kejayaan negara. Bila kehadiran Basij tidak terbentuk di masa Perang Pertahanan Suci, hari ini nasib bangsa ini pasti berada dalam bentuk lain.” Beliau menegaskan, “Pasca perang delapan tahun ternyata Basij masih tetap menunjukkan dirinya sebagai perintis dan yang terdepan.”
Ayatullah Sayyid Ali Khamenei tidak lupa menyinggung peran Basij dalam menstabilkan kekuatan dan resistensi politik di bidang budaya, pembangunan dan keilmuan dan menambahkan, “Kini segala kebanggaan yang diraih negara merupakan hasil dari partisipasi pribadi-pribadi yang memiliki jiwa melayani, punya kemampuan dan tidak ingin menonjolkan dirinya di pelbagai bidang. Bila hakikat ini tidak dikenal dengan benar berarti telah menzalimi Basij.”
Beliau memandang Basij sebagai institusi lintas lembaga dan instansi kemiliteran, seraya mengingatkan, “Sekalipun aspek militer merupakan bagian terbaik Basij, namun Basij yang sebenarnya berasal dari pelbagai tingkat masyarakat yang hadir di segala bidang, kokoh dan tidak pernah berhenti. Mereka tidak punya kebergantungan uang, kedudukan dan perintah dari atas. Tolok ukur Basij adalah kepekaan hati dan iman.”
Sembari menekankan bahwa lembaga Basij saat ini dengan ciri khasnya yang tidak dapat diulangi dan ditiru di lembaga lain Rahbar mengatakan, “Basij adalah satu kenyataan yang punya pengaruh. Basij yang kuat dan kokoh ini pada saat yang sama juga terzalimi.” Diingatkan oleh beliau, “Keterzaliman tidak bermakna kelemahan. Sama seperti Revolusi Islam yang termasuk fenomena paling kokoh dan berpengaruh sejarah kontemporer, namun pada saat yang samat juga terzalimi. Atau pribadi Imam Khomeini ra yang memiliki kekuatan dan kekokohan jiwanya tergolong manusia paling terzalimi di masanya.”
Rahbar menegaskan pentingnya memperkokoh dan memperluas pengaruh Basij dan mengatakan, “Selama Basij masih eksis, Republik Islam Iran tidak akan menghadapi ancaman apapun dan masalah ini merupakan pilar utama.”
Belia memandang perlu evaluasi, mengenal kekurangan dan penyakit juga prediksi demi meraih kemajuan yang lebih bagi Basij. Ditekankannya, “Dengan mencermati kekalahan kekuatan hegemoni saat menghadapi keteguhan Republik Islam Iran di dekade pertama Revolusi, kini musuh mengubah taktiknya dengan menggunakan perang lunak. Dan sebaliknya, prioritas utama kita saat ini adalah menghadapi perang lunak.” Dalam menjelaskan apa itu perang lunak Rahbar mengatakan, “Dalam perang lunak musuh berusaha memanfaatkan alat-alat budaya dan teknologi komunikasi canggih demi menciptakan perselisihan, keraguan dan buruk sangka di tengah masyarakat dengan menyebarkan isu, kebohongan dan sejumlah alasan lainnya.”
Ayatullah Sayyid Ali Khamenei menyebut peristiwa pasca pemilu presiden sebagai contoh gamblang metode perang lunak yang dipakai musuh. Beliau kembali mengingatkan, “Dalam peristiwa ini, dengan alasan pemilu mereka berhasil mengotori hati masyarakat dan menciptakan keraguan dan perselisihan di antara mereka dan aparat negara. Dalam kondisi keruh dan kacau semacam ini anasir dan para pengkhianat mulai menjalankan aksi-aksi destruktifnya, namun dikarenakan kepekaan hati masyarakat upaya ini berhasil digagalkan.”
Seraya menekankan masalah kepekaan hati beliau menambahkan, “Alasan saya memberikan penekanan yang berulang-ulang soal pentingnya kepekaan hati di tengah-tengah masyarakat itu pun dalam kondisi saat ini agar masyarakat mengetahui apa sebenarnya yang tengah terjadi dan mampu mengidentifikasi siapa sebenarnya pelaku utama dan membedakan anasir pengkhianat dan masyarakat biasa.”
Rahbar kembali mengingatkan, “Setiap langkah yang menimbulkan kebingungan dan kondisi saling tuduh, buruk sangka dan ragu sangat merugikan negara.” Ditambahkannya, “Saya selama ini berharap dan bersikeras agar masyarakat dan pelbagai aliran politik dapat bersatu menghadapi segelintir orang yang menentang prinsip Revolusi dan kemerdekaan negara. Karena tujuan mereka adalah menghadiahkan negara kepada Amerika dan kekuatan hegemoni.”
Beliau juga menekankan perlunya memilah antara masyarakat baik umum maupun khusus dengan segelintir orang yang telah menjual dirinya sambil mengingatkan, “Jangan sampai menciptakan kondisi yang membingungkan hanya dikarenakan sebagian ucapan dan pernyataan. Karena hal ini membuat masyarakat kebingungan yang akhirnya memunculkan buruk sangka kepada para pejabat dan tokoh. Perilaku seperti ini bukan perbuatan yang benar.”
Ayatullah Sayyid Ali Khamenei mengritik keras sebagian media dan lembaga yang selalu berusaha menciptakan perselisihan, buruk sangka dan menyebarkan isu. Ditambahkannya, “Saya menasihati mereka yang masih menginginkan maslahat negara agar tidak mengindahkan perbedaan kecil dan tidak prinsip.”
Beliau juga mengritik kondisi saling tuduh dan penyebaran isu anti para pejabat negara dan menegaskan, “Perilaku semacam ini searah dengan yang diinginkan musuh. Karena para pejabat negara; baik Presiden, Ketua Parlemen, Ketua Mahkamah Agung, Ketua Badan Penentu Kebijakan Negara semua adalah pribadi-pribadi yang memimpin negara dan masyarakat harus mempercayai dan berbaik sangka terhadap mereka.”
Sekaitan dengan peristiwa pasca pemilu presiden dan upaya meragukan kinerja para pejabat resmi pemilu baik itu dari Departemen Dalam Negeri atau Dewan Garda Konstitusi, Rahbar mengatakan, “Upaya penyebaran keraguan terkait masalah ini sangat merugikan dan musuh benar-benar menginginkan hal ini.”
Kembali pada masalah Basij, Rahbar menyeru para pemuda basiji agar mempekokoh keimanan, kepekaan hati dan memperhatikan tolok ukur dalam mengidentifikasi satu masalah. Beliau mengingatkan, “Tidak boleh menamakan seorang munafik hanya dikarenakan satu kesalahan. Begitu juga tidak boleh menyebut seseorang anti-Wilayatul Faqih hanya dikarenakan perbedaan pandangan.” Ditambahkannya, “Saya ingin menasihati anak-anak Basij. Selain berusaha menjaga sekuat tenaga motifasi, keimanan, harapan akan masa depan, hendaknya kalian benar-benar waspada dalam mengidentifikasi pelbagai masalah dan kasus. Karena ketidakjelian dalam mengidentifikasi kasus terkadang berdampak sangat merugikan.”
Rahbar menilai beragamnya aktivitas Basij sebagai satu hal yang penting dan menambahkan, “Di akhir-akhir ini perhatian lebih terhadap sains, kemajuan ilmu dan aktivitas budaya yang ditunjukkan Basij patut diapresiasi dan penuh berkah. Karena negara membutuhkan beragam aktivitas yang hanya dapat direalisasikan dengan semangat basiji.” Rahbar menegaskan, “Selama Basij, semangat kejujuran dan keakraban dan pelayanan tanpa pamrih masih ada di tengah masyarakat, khususnya para pemuda, musuh tidak akan pernah mampu menggoncang negara, Revolusi dan Republik Islam Iran.”
Ayatullah Sayyid Ali Khamenei mengingatkan, “Mereka yang ingin melawan Republik Islam Iran, Undang Undang Dasar dan gerakan agung rakyat dengan isyarat, dorongan dan senyuman musuh harus tahu betapa mereka tengah membenturkan kepalanya ke batu dan upaya yang mereka lakukan selama ini hanya sia-sia.”
Di bagian lain dari pembicaraanya, Ayatullah Sayyid Ali Khamenei mengucapkan belasungkawa atas syahadah Imam Muhammad Baqir as dan menilai masa di mana Imam hidup merupakan periode kemunculan kembali kehidupan Islam murni dalam menghadapi segala bentuk penyelewengan. Seraya menyinggung semakin dekatnya Idul Adha dan Idul Ghadir beliau menambahkan, “Dua ied besar Islam ini merupakan dua bagian penting terkait masalah Imamah. Karena dalam Idul Adha, Nabi Ibrahim as setelah melewati sejumlah ujian berat berhasil mencapai derajat Imam dan di hari Idul Ghadir, Imam Ali as setelah melewati beragam ujian besar juga berhasil mencapai derajat tinggi Imamah.”