Mengenai perubahan strategi musuh-musuh revolusi Islam seiring dengan kian kokohnya akar pemerintahan Islam di Iran, Ayatollah Al-Udzma Khamenei mengatakan, "Selama tiga puluh tahun pemerintahan Islam ini telah menumpuk segudang pengalaman dalam menghadapi berbagai tantangan. Semakin maju negara ini semakin canggih pula makar yang ditebar musuh. Langkah-langkah musuh itu harus dikenali dengan baik untuk dapat menyusun strategi mengalahkannya."
Pemimpin Besar Revolusi Islam menyinggung ancaman serangan militer terhadap Iran dan menyebutnya sebagai kemungkinan yang sangat kecil dalam kondisi saat ini. Beliau mengatakan, "Untuk saat ini, musuh menggunakan cara perang urat saraf atau yang lazim disebut dengan istilah perang lunak untuk melawan pemerintahan Islam. Target perang ini adalah mengubah titik kuat dan kesempatan yang dimiliki negara Islam ini menjadi titik lemah dan ancaman."
Beliau menambahkan, "Dalam perang lunak ini, secara masif musuh-musuh pemerintahan Islam menggunakan mesin-mesin propaganda dan media komunikasi untuk menyerang keimanan, marifat, keteguhan, serta dasar dan lembaga-lembaga negara. Untuk melawannya kita perlu bermain cerdas, waspada, matang dan tampil di medan dengan bijak. Tentunya dengan demikian kita akan mendapat pertolongan dari Allah SWT."
Rahbar lebih lanjut menerangkan garis-garis besar agenda musuh dalam perang lunak melawan pemerintahan Republik Islam. "Mereka berupaya mengubah sinar harapan di tengah rakyat menjadi pesimisme dan keragu-raguan, menebar anggapan adanya kebuntuan, mengesankan suasana yang kelam, dan berikutnya menggembosi gerak laju masyarakat. Ini adalah salah satu garis besar dalam agenda mereka," jelas beliau.
Pemimpin Besar Revolusi Islam menyebut partisipasi 85 persen rakyat Iran dalam pemilihan presiden yang lalu sebagai bukti kepercayaan mereka kepada pemerintahan Islam yang telah berumur 30 tahun. "Terpilihnya presiden dengan suara yang spektakuler dan terbesar sepanjang sejarah revolusi Islam merupakan poin positif yang sangat penting. Musuh berusaha mengubah poin positif ini menjadi keraguan dan apatisme," kata beliau.
Banyak hal di Iran yang dinilai Rahbar sebagai faktor yang dapat menumbuhkan optimisme di tengah rakyat. "Infra struktur yang kokoh dan kesiapan negara ini untuk bergerak dengan lompatan yang jauh, kemajuan mengagumkan di ranah ilmu, pengalaman yang didapat selama 30 tahun usia revolusi Islam, generasi muda yang energik, terpelajar dan percaya diri, adanya pedoman program pembangunan negara yang jelas sampai tahun 2025, semua itu memberikan rasa optimisme kepada rakyat. Para penentang Republik Islam berusaha mengubahnya menjadi kelemahan dan pesimisme dengan cara mengesankan situasi yang kelam dan kebuntuan di negara ini," tambah beliau.
Garis besar lainnya yang ada di agenda musuh dalam perang lunak ini adalah menciptakan perselisihan di semua lapisan. Ayatollah Al-Udzma Khamenei mengatakan, "Saat ini persatuan umum dan solidaritas nampak jelas di tengah masyarakat, yang salah satu buktinya adalah kehadiran masyarakat secara luas dalam momen shalat Jum'at di bulan Ramadhan, partisipasi besar mereka dalam pawai hari Al-Quds dan membludaknya jemaah shalat Iedul Fitri di seluruh penjuru negeri." Beliau mengimbau semua pihak agar ikut larut dalam persatuan dan berusaha untuk semakin mengokohkannya.
Beliau lebih lanjut menyebut pernyataan dan tindakan sejumlah kalangan yang menyulut pertikaian sebagai hal yang terjadi akibat kebodohan dan kelalaian. "Apa saja yang bisa melestarikan dan memperkuat persatuan agama dan persatuan bangsa harus diupayakan," tegas beliau.
Garis besar lainnya dalam agenda perang lunak ini adalah upaya keras yang dibarengi dengan modal besar dari musuh untuk memalingkan masyarakat umum dan kalangan ellit dari permusuhan yang sebenarnya dengan mereka. Rahbar mengungkapkan, "Masalah ini bukan berarti kita menutup mata dari problema masyarakat akibat kesalahan pribadi atau kesalahan sosial. Namun yang jelas jangan sampai kita lalai akan agenda dan langkah musuh-musuh kita yang nampak jelas di depan mata."
Beliau dalam menjelaskan agenda musuh pasca pemilu mengatakan, "Dapatkah kita menutuo mata dari kesenangan musuh akibat terjadinya rangkaian peristiwa pasca pemilu dan lantas kita bersikap seolah tidak terjadi apa-apa? Rezim penguasa di Inggris yang punya sejarah kelam 200 tahun di Iran, juga rezim Amerika Serikat (AS) dan sejumlah negara lainnya, rezim-rezim itu memuji sikap sejumlah pihak dan mengaku sebagai pembela bangsa Iran. Padahal, rakyat menghendaki pemerintahan Islam. Karena itu, kita jangan sampai melupakan permusuhan lawan-lawan kita yang selalu berusaha menebar tipu daya dan makar."
Beliau mengingatkan semua pihak khususnya kalangan elit untuk selalu mewaspadai tutur kata dan tindakan masing-masing supaya tidak menjadi penyempurna agenda musuh-musuh pemerintahan Islam.
Pemimpin Besar Revolusi Islam meminta kalangan elit masyarakat dan para aktivits dunia politik untuk mengasah ketajaman pandangan hati. Beliau mengatakan, "Ketika musuh secara terbuka terlibat adalam aksi kerusuhan pasca pemilu bagaimana kita bisa mengingkari fakta yang nampak dengan jelas ini? Karena itu pandangan hati adalah hal yang sangat penting. Adanya pandangan hati pada diri seseorang akan mengubah banyak perilakunya."
Beliau menekankan bahwa pemahaman yang benar akan esensi pemerintahan Republik Islam adalah salah satu hal yang diperlukan untuk melestarikan pemerintahan ini. Republik Islam adalah satu kesatuan yang menghimpun banyak hal. Untuk itu semua dimensi yang ada pada pemerintahan Islam ini harus mendapat porsi perhatian yang sama.
Republik Islam adalah pemerintahan yang menggabungkan dua hal yaitu kerakyatan dan keislaman. Sisi kerakyatan dan demokrasi pada sistem pemerintahan ini lahir dari dalam kandungan Islam itu sendiri. Karenanya melemahkan satu sisinya akan berujung pada penggembosan kesatuan itu.
Ayatollah Al-Udzma Khamenei menegaskan bahwa tugas utama seorang pemimpin (Wali Faqih) dalam pemerintahan Islam adalah menjaga kelestarian kesatuan ini. Beliau menambahkan, "Dengan perspektif seperti ini, individu dan masyarakat, syariat dan logika, spiritualitas dan keadilan, kasih sayang dan ketegasan, semuanya akan berdiri sejajar. Menyimpangkan kesatuan ini akan mengakibatkan penyimpangan pada sistem pemerintahan Islam."
Pemimpin Besar Revolusi Islam menjelaskan bahwa Islam yang diserukan oleh Imam Khomeini (ra) adalah Islam murni yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. "Ada Islam yang berhubungan dengan kerajaan, Islam sempalan, Islam sosialis dan beragam Islam lainnya yang tidak mengindahkan esensi Islam yang sebenarnya. Semua itu layak untuk disebut Islam Amerika," tegas beliau.
Lebih lanjut Rahbar mengungkapkan bahwa masyarakat khususnya kalangan elit saat ini memerlukan keberanian dalam pemahaman seiring dengan keberanian dalam bertindak. Beliau mengatakan, "Ketakutan akan harta, jiwa dan harga diri, ketakutan akan situasi, sikap reaktif menghadapi lawan, semua itu akan membuat orang keliru dalam memahami banyak hal. Karena itu dalam menyampaikan sikap yang benar jangan takut akan tudingan dan hal-hal yang lain."
Beliau mengingatkan kembali bahwa para penyulut fitnah dalam berbagai periode berusaha menebar rasa takut di tengah masyarakat khususnya kalangan elit. Untuk itu beliau mengimbau kalangan elit masyarakat untuk tidak menarik diri dari medan kala terjadi fitnah, sebab meninggalkan medan dalam banyak kasus justeru membantu maraknya fitnah. "Dengan bantuan Allah, fitnah dan tipu daya musuh ini akan kandas," kata beliau.
Di bagian lain pernyataannya, Rahbar menyinggung serangan teror yang menimpa Syahid Mamusta Mulla Mohammad Sheikhul Islam, wakil rakyat Kurdistan di Dewan Ahli kepemimpinan. "Kepergian ulama yang menyerukan persatuan dan meyakini dasar-dasar pemerintahan Islam ini adalah musibah besar. Mereka yang melakukan aksi kejahatan ini harus tahu bahwa aksi teror dan kekerasan tidak akan membuahkan hasil apapun. Apa yang ditargetkan musuh-musuh pemerintahan Islam tidak akan tercapai," tegas beliau.
Rahbar menambahkan, "Benang merah aksi kejahatan ini pasti bersumber di luar sana dan yang terlibat di dalamnya adalah agen-agen intelijen musuh. Yang pasti, kalangan rohaniawan Sunni dan warga Kurdi akan meneruskan jalan Sang Syahid dengan penuh kerinduan."
Di awal pertemuan Ketua Dewan Ahli Kepemimpinan Ayatollah Hashemi Rafsanjani menyampaikan ucapan terima kasih yang dalam kepada Rahbar atas kesempatan yang diberikan kepada para anggota Dewan Ahli untuk bertemu dengan Ayatollah Al-Udzma Khamenei. Rafsanjani menyebut statemen-statemen yang dibuat Rahbar selalu menjadi penyelesai masalah. "Pertemuan Dewan Ahli meski diadakan pasca terjadinya rangkaian peristiwa yang baru lalu, namun pertemuan ini berlangsung secara memuaskan dan berhasil membicarakan berbagai topik menarik," katanya.
Usai kata sambutan Ketua Dewan Ahli, Ayatollah Mahmoud Hashemi Shahroudi membacakan laporan pertemuan keenam Dewan Ahli Kepemimpinan periode keempat. Dalam hal ini Ayatollah Shahroudi menggantikan posisi Ayatollah Yazdi yang tak hadir karena sakit.
Dalam laporan itu disebutkan bahwa para anggota Dewan Ahli Kepemimpinan memuji partisipasi luas rakyat Iran dalam pemilu dan pawai hari Al-Quds Sedunia. Dewan tersebut juga menekankan kembali kedudukan khusus Wali Faqih dalam melestarikan persatuan dalam tubuh pemerintahan Islam dan di tengah rakyat. Dewan Ahli mengimbau rakyat Iran untuk menjaga persatuan dan solidariats nasional.