Sejumlah seniman,
penulis, penyair dan sutradara film hari Selasa (15/9) bertatap muka dengan
Pemimpin Besar Revolusi Islam. Dalam pertemuan itu sejumlah seniman diantaranya
para penulis naskah, sutradara dan kritikus film-film bertema Perang Pertahanan
Suci menyampaikan pandangan masing-masing.
Di awal pertemuan:
Habib Ahmad Zadeh,
penulis cerita dan penulis skenario sastra Pertahanan Suci
Morteza Sarhanggi,
kepala kantor seni dan sastra Paidari
Ensiyeh Shah
Hosseini, sutradara film Pertahanan Suci
Hamid Sharifi, pematung
Saeed Ghasemi,
aktivis dunia budaya Pertahanan Suci
Farasti, kritikus
film dan televisi
Sanggari, peneliti
dunia sastra Pertahanan Suci
Majid Majidi,
sutradara film
Nader Taleb Zadeh,
sutradara film dokumenter
Sayyid Mahdi Shojai,
penulis cerita dan naskah teater
Hossein Mosafer
Astanah, aktivis dunia teater
Masoud Deh Namaki,
sutradara film
Menyampaikan
pandangan mereka terkait dunia budaya dan seni, khususnya mengenai Pertahanan
Suci. Wacana yang mereka sampaikan berkisar pada:
Sastra Pertahanan
Suci membutuhkan penelitian dan riset
Cara pandang detil
dan komprehensif terhadap semua dimensi Pertahanan suci di bidang seni
Pentingnya menyusun
strategi kebudayaan
Administrasi
kebudayaan dan seni harus dipegang oleh mereka yang mengenal seni
Kebutuhan akan
harmonisasi bidang aktivitas dan pusat-pusat seni dan budaya
Perhatian lebih kepada
pelbagai lembaga-lembaga sosial institusi kebudayaan
Penjelasan lebih
program budaya dalam program utama negara
Para pejabat harus
lebih perhatian untuk berkonsultasi terkait dunia budaya dan seni
Tidak ikut-ikutan
membuat festival dan terjatuh ke dalam jebakan festival Barat
Mendukung serius
para akvitis sastra Pertahanan Suci
Perhatian pada
terjemahan karya-karya budaya dan seni sastra Pertahanan Suci
Secepatnya
memastikan arsitektur budaya
Pentingnya membuat
bank informasi bidang sastra Revolusi Islam dan Pertahanan Suci
Tidak mempolitisasi
dunia budaya
Menyiapkan
kesempatan menyampaikan pandangan dan teori terkait sastra Revolusi dan
Pertahanan Suci
Mendukung potensi
para pemuda di bidang budaya dan seni
Perhatian lebih
kepada cita-cita dan nilai-nilai Revolusi Islam dan meninggalkan tampakan luar
dan slogan-slogan
Memberi kesempatan
adanya kritikan serius dan bukan basa-basi di pelbagai bidang
Perhatian lebih kepada
karya-karya dokumentasi dan memperkenalkan karya dokumentasi yang menarik.
Memperhatikan kisah
kehidupan para syuhada di dunia seni
Medukung serius seni
teater.
Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam
Ayatollah Al-Udzma Sayyid Ali Khamenei dalam pertemuan itu menyebut karya-karya
seni bertema Perang Pertahanan Suci sebagai hasil seni yang unggul. Beliau
mengatakan, "Mengisahkan dan mengenalkan lewat seni kekayaan besar berupa
nilai-nilai mulia kemanusiaan yang ada selama delapan tahun masa perang
pertahanan suci termasuk kategori jihad yang besar, dan tentunya karya seni ini
akan menghasilkan pengaruh yang besar."
Beliau menyatakan bahwa perang pertahanan suci yang
berlangsung delapan tahun lamanya di negeri ini bukan hanya peristiwa yang
dampak dan kesannya terbatas pada masa tertentu. "Delapan tahun pertahanan
suci telah menumbuhkan dan menampilkan sifat-sifat mulia, budaya yang tinggi
dan aktuliasasi aqidah dan ajaran agama dalam kehidupan. Para perawi yang
menceritakan hal-hal tersebut tak ubahnya bagai cermin yang memantulkan cahaya
keagungan dan keindahan," kata beliau.
Ayatollah Al-Udzma Khamenei menambahkan, perang
pertahanan suci telah menjadi pentas perjuangan, spiritualitas, ketaatan kepada
agama, perjuangan untuk cita-cita agung, pengorbanan, resistensi, kegigihan,
kearifan dan aktualisasi potensi. Setiap bangsa pasti berbangga memiliki
orang-orang yang menggambarkan dan meriwayatkan kembali kisah-kisah heroik dan
insani ini.
Para seniman telah melakukan banyak hal yang patut
dihargai terkait tema perang pertahanan suci. Menurut Rahbar upaya yang telah
dilakukan itu menunjukkan peningkatan yang signifikan. Beliau mengungkapkan,
"Setelah revolusi Islam, masyarakat menyambut hangat karya seni yang
berhubungan dengan perang pertahanan suci yang tertuang dalam bentuk film,
buku, cacatan, dan novel. Karena itu, medan ini layak untuk memperoleh
investasi dan kerja keras sebesar-besarnya."
Lebih lanjut Pemimpin Besar Revolusi Islam
menyayangkan minimnya publikasi karya-karya seni ini di tingkat dunia. Beliau
mengakui bahwa kebijakan festival seni tingkat internasional memang tidak
sejalan dengan nilai-nilai revolusi Islam dan Perang Pertahanan Suci. Namun
demikian, beliau menandaskan bahwa audien karya-karya seni ini bukan hanya
peserta festival.
Di bagian lain pembicaraannya, Rahbar mengimbau
para aktivis dan seniman bidang Perang Pertahanan Suci untuk lebih
memperhatikan sisi riset dan penelitian serta melestarikan dokumen-dokumen
penting yang berkenaan dengan ini. Kepada para pejabat yang bertugas di sektor
budaya dan seni, beliau meminta untuk memperhatikan pandangan para pelaku seni
Perang Pertahanan Suci.
Para seniman menurut Ayatollah Al-Udzma Khamenei
adalah insan-insan yang diberi anugerah jiwa yang lembut dan pandangan yang
tajam menyangkut masalah-masalah sosial. "Para seniman harus mawas diri
jangan sampai pandangan realistis dan jiwa sensitif yang mereka miliki menjadi
sarana menebar kekecewaan dan rasa keputusasaan. Sebab, sektor budaya dan seni
di negara kita memerlukan insan-insan pekerja keras yang tak kenal lelah, penuh
kreativitas dan optimis kepada masa depan. Kegetiran harus juga ditatap bersama
keindahan."