Rahbar atau Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam Ayatollah Al-Udzma Sayyid Ali Khamenei menyebut kebutuhan paling penting bagi dunia Islam khususnya bangsa Iran saat ini adalah persatuan dan kewaspadaan dalam menghadapi tipu daya musuh yang berusaha menebar perpecahan. Hal itu dikatakan beliau dalam pidatonya di depan ribuan orang di Huseiniyah Imam Khomeini (ra) Tehran hari ini (6/7) pada acara peringatan milad Imam Ali bin Abi Thalib (as).
Menyinggung peran Islam dan Revolusi Islam dalam mempersatukan bangsa Iran, beliau menyerukan agar persatuan yang tercipta ini dijaga dan dipertahankan. Lebih lanjut beliau mengulas soal pemilu presiden periode kesepuluh di Iran yang terselenggara secara meriah tanggal 12 Juni lalu dan diikuti oleh 85 persen rakyat pemegang hak pilih. "Partisipasi luas masyarakat ini membuktikan bahwa revolusi Islam yang kini telah berusia 30 tahun mampu memobilisasi rakyat. Karena itu, musuh pun bergerak untuk menebar fitnah perpecahan di tengah rakyat. Sedikit banyak mereka meraih sukses, tetapi bangsa Iran harus mematahkan tipu daya ini," tegas beliau.
Rahbar menjelaskan bahwa pemerintahan Republik Islam memliki aturan dan kebijakan yang jelas, dan persaingan antar kandidat presiden adalah kompetisi dalam sebuah keluarga. Beliau menambahkan, "Terkadang persaingan seperti ini menimbulkan emosi, tapi yang jelas, semua itu tak ada kaitannya dengan dunia luar."
Pemimpin Besar Revolusi Islam mengingatkan Barat dan pihak asing untuk tidak campur tangan dalam urusan internal Iran. Menurut beliau pemilihan umum presiden tanggal 12 Juni di Iran adalah pesta demokrasi yang sesungguhnya. Partisipasi hampir 40 juta warga dalam pemilu adalah anugerah Ilahi yang patut disyukuri. Untuk mensyukurinya bangsa ini harus menjaga persatuan, kasih sayang antar sesama, mempertahankan semangat, dan melanjutkan gerak laju revolusi serta tak salah dalam menentukan kawan dan lawan.
Ayatollah Al-Udzma Khamenei menjelaskan bahwa intervensi musuh ditujukan untuk menciptakan perpecahan di tengah bangsa ini. Beliau mengatakan, "Sejumlah pemimpin dan pejabat tinggi di sejumlah negara Barat termasuk Presiden, Perdana Menteri dan Menteri Luar Negeri secara jelas dan transparan melakukan intervensi dalam urusan internal Iran yang tak ada sangkut pautnya dengan mereka. Anehnya, mereka tetap mengaku tidak campur tangan, padahal mereka secara jelas memprovokasi para pengacau dan menyebut bangsa Iran sebagai bangsa perusuh."
Pemimpin Besar Revolusi Islam menegaskan kembali bahwa para pengacau keamanan pasca pemilu hanya berjumlah segelintir orang yang menerima uluran dana dari pihak Barat untuk menjalankan misi tertentu sebagai imbalannya. Beliau menegaskan, "Wajar jika ada sekelompok orang yang terpukul dan sedih ketika kandidat yang dijagokannya tak memenangi pemilu. Tapi ini bukan berarti kerusuhan. Sebab, pemilu menentukan mayoritas dan minoritas dalam sebuah negara yang memiliki aturan. Karena itu tak benar jika lantas media-media Amerika dan Eropa yang notabene dikuasai orang-orang Zionis menyebut rakyat Iran sebagai perusuh. Ini jelas pelecehan terhadap bangsa Iran."
Rahbar dengan keras memperingatkan para pemimpin Barat dan mengatakan, "Mereka harus berhati-hati dalam berucap dan bersikap. Sebab rakyat Iran pasti akan mereaksi setiap ucapan dan sikap mereka."
"Kita", kata beliau, "akan memperhitungkan seluruh pernyataan dan sikap intervensi negara-negara Barat, dan pasti, untuk ke depan penilaian kita akan berdampak negatif pada hubungan Republik Islam Iran dengan mereka."
Menyebut bangsa Iran sebagai bangsa yang kuat dan pemerintahan Islam sebagai pemerintahan yang berakar kokoh, beliau menandaskan, "Mungkin saja ada perselisihan di antara para petinggi Republik Islam Iran, namun dalam menghadapi musuh dan demi mempertahankan kemerdekaan negara mereka pasti bersatu. Musuh harus sadar bahwa tak mungkin mereka bisa memecah belah bangsa Iran."
Ayatollah Al-Udzma Khamenei menambahkan, "Para penguasa di negara-negara arogan hendaknya sadar bahwa bangsa ini akan segera menanggalkan segala perselisihan di antara mereka jika harus berhadapan dengan musuh yang sama. Mereka akan bersama-sama melayangkan pukulan telak ke arah musuh."
Pemimpin Besar Revolusi Islam mengingatkan resistensi bangsa Iran selama 30 tahun usia revolusi Islam dalam menghadapi tipu daya dan makar musuh-musuhnya. Kepada para pemimpin di Dunia Barat beliau mengatakan, "Jangan sangka dengan membela satu kelompok politik atau memuji salah satu nama lantas kalian akan memperoleh pembelaan dan dukungannya. Tidak. Sebab, bangsa Iran telah mengenal kebohongan kalian. Bangsa ini sadar bahwa kalian berambisi menebar sikap buruk sangka antara rakyat dan elit negara. Kalian ingin rakyat ini menjauh dari pemerintahan Islam."
Keruntuhan pemerintahan Islam di Iran, disebut oleh beliau, sebagai impian kosong pihak arogansi dunia. "Pemerintahan Islam yang independen dan resisten ini tak mungkin tunduk di hadapan arogansi mereka," tegas beliau. Ayatollah Al-Udzma Khamenei mengungkapkan, "Aksi mendukung kelompok tertentu dan menolak kelompok lain yang dilakukan oleh Barat tak lebih dari sekedar penipuan. Sebab bagi mereka, siapapun di negeri ini yang mengakui pemerintahan Islam, meyakini undang-undang dasar dan mendukung penuh cita-cita luhur bangsa Iran adalah musuh bagi mereka."
Ayatollah Al-Udzma Khamenei menambahkan, "Pemerintahan Islam ini telah mendulang pengalaman sepanjang tiga puluh tahun dengan kegigihan dan resistensinya. Pukulan telak yang disarangkan bangsa Iran ke muka sejumlah negara Barat ternyata belum menyadarkan mereka. Mereka tetap rakus terhadap negeri dan bangsa ini. Mereka salah dan harus siap membayar kesalahan dengan mahal."
Menyinggung adanya orang bayaran asing di dalam negeri yang ikut menyuarakan propaganda destruktif dan permusuhan terhadap Republik Islam, beliau mengatakan, "Pihak-pihak seperti ini sudah ada sejak dulu. Tetapi hendaknya mereka tahu bahwa bagi musuh kita yang bak serigala buas, mereka hanya akan dimanfaatkan selagi memberi keuntungan dan setelah itu mereka akan dicampakkan."
Rahbar mengingatkan semua kalangan untuk selalu waspada dan mengenal lawan dan kawan dengan benar. Beliau mengungkapkan, "Antek-antek asing di dalam negeri memberikan sinyal-sinyal yang salah kepada musuh, dan musuh kita pun tertipu dengan sinyal-sinyal tersebut. Namun demikian, rakyat dan kalangan elit bangsa ini dari seluruh kubu politik hendaknya waspada jangan sampai salah dalam menentukan mana lawan dan mana kawan. Jangan salah memperlakukan kawan layaknya lawan."
Ayatollah Al-Udzma Khamenei mengingatkan kembali untuk memisahkan para perusuh dari masyarakat umum. Beliau mengatakan, "Negara dengan pemerintahan Islam berkewajiban menindak tegas siapa saja yang mengacaukan kehidupan dan ketenangan rakyat serta mengancam para pemuda. Namun jangan sampai salah menentukan kawan dan lawan. Jangan menganggap kawan sebagai lawan hanya karena satu kesalahan yang dilakukannya."
Beliau menambahkan, "Dari pihak lain juga harus ada kewaspadaan, sehingga jangan sampai menganggap lawan sebagai kawan dan tertipu oleh ucapannya."
Setiap fitnah, tegas beliau, pasti akan sirna jika berhadapan dengan kebenaran dan bangsa yang sadar. Berkat kemurahan Allah, fitnah baru-baru ini yang telah membesarkan harapan di hati lawan berhasil teratasi.
Pemimpin Besar Revolusi Islam menjelaskan bahwa setelah berakhirnya fitnah dan redanya debu-debu yang beterbangan, hakikat akan tersingkap. "Hakikat itu adalah pelaksanaan pemilihan umum yang sangat meriah dengan partisipasi hampir 40 juta warga Iran, yang menunjukkan bahwa dukungan rakyat ini kepada pemerintahan Islam tetap membara setelah 30 tahun berlalu. Kini, rakyat telah memilih seorang presiden dengan dukungan lebih dari 24 juta suara," tegas beliau.
Rahbar menandaskan bahwa pemilu ini adalah anugerah besar Ilahi yang harus disyukuri oleh rakyat dan para pejabat negara. "Di hadapan dukungan besar rakyat, tugas yang diemban para pejabat dan presiden terpilih adalah pengabdian secara penuh dan kerja keras untuk mengatasi kesulitan rakyat serta berusaha secara maksimal untuk memajukan negara dan menjaga persatuan bangsa yang besar ini."
Rakyat, kata beliau, harus menjaga persatuan, kewaspadaan, kasih sayang antar sesama, tetap bersemangat dan melanjutkan gerak laju revolusi, dan tentunya hal itu akan menggembirakan hati Imam Mahdi (as).
Di bagian lain pidatonya, Pemimpin Besar Revolusi Islam menjelaskan kedudukan tinggi Imam Ali bin Abi Thalib (as) di sisi Rasulullah SAW. Seluruh lembar kehidupan Imam Ali adalah panutan untuk pendidikan Islam dan penuh dengan pelajaran bagi kebahagiaan dan kesempurnaan umat Islam. Rahbar mengatakan, "Salah satu pelajaran berharga dari lembar kehidupan Imam Ali adalah jiwa perjuangannya untuk menegakkan keadilan dan menjaga persatuan di tengah masyarakat muslim. Di jalan ini, Imam Ali (as) berjuang dengan pengorbanan tinggi dan gigih dalam menghadapi berbagai kesulitan. Sering beliau merelakan haknya terampas demi kebaikan dan kepentingan Islam."
Ayatollah Al-Udzma Khamenei mengingatkan kembali upaya musuh dalam menebar perpecahan di tengah umat Islam, khususnya antara Syiah dan Sunni. Beliau mengatakan, "Mengingat kebutuhan dan cita-citanya yang tinggi, Dunia Islam saat ini memerlukan persatuan. Jika umat Islam menjaga persatuan, musuh tak akan pernah bisa memanfaatkan kelemahan yang ada untuk meraih kepentingan mereka."
Dalam pertemuan tersebut hadir sejumlah mahasiswa ilmu hukum, para imam jamaah Tehran, relawan Basij dan keluarga para syuhada dari berbagai kota termasuk Mashhad, Ahwaz, Bushehr, Sanandaj, Varamin, Mehriz, Anar, Mobarakeh, Hormoz, Najafabad, Kashan, Arak, Shahr-e Rey, dan Sabzavar.