Pemimpin Besar Revolusi Islam mengucapkan selamat hari raya Nouruz dan tahun baru Hijri Syamsi kepada rakyat Iran. Beliau mengatakan, "Adanya jutaan pemuda yang ‘pandai, penuh semangat dan terpelajar', pengalaman sangat berharga yang dimiliki oleh para ‘tokoh, pejabat dan pelaksana' dalam menghadapi berbagai masalah sepanjang tiga dekade terakhir yang lantas memicu lahirnya sejumlah keputusan penting seperti program pelaksanaan Pasal 44 Konstitusi, kegigihan untuk mengarahkan subsidi, kunjungan para pejabat pemerintahan ke seluruh provinsi dan daerah-daerah terpencil di negara ini, serta kesiapan infrastruktur di berbagai bidang ‘sains serta jaringan informasi dan transportasi', semua itu adalah bagian dari unsur-unsur kesiapan yang luas bagi sebuah gerakan yang cepat di negara ini. Dengan demikian, dekade keempat yang telah dimulai sejak tahun ini benar-benar akan menjadi dekade kemajuan dan keadilan, dengan adanya program terarah, kerja keras dan kegigihan."
Seraya menekankan bahwa kemajuan harus dibarengi dengan keadilan, Rahbar menegaskan, diantara parameter keadilan adalah berkurangnya kesenjangan sosial, pemerataan kesempatan dalam memanfaatkan fasilitas yang ada, dan menurunnya tingkat perbedaan kesejahteraan seluruh daerah di negeri ini. Beliau mengatakan, "Cita-cita ini sulit diwujudkan tetapi bukan sesuatu yang mustahil. Kita harus meraih cita-cita itu dengan tekad, kegigihan dan kerja keras semua pihak."
Mengenai keadilan yang tak bisa dipisahkan dari perjuangan gigih, berkesinambungan dan tak kenal lelah dalam mengikis penyelewengan ekonomi dan kerusakan sosial, beliau menjelaskan bahwa untuk mewujudkan kemajuan dan keadilan diperlukan para pejabat yang mukmin, pemberani, bijak, tulus, dan memiliki tekad baja.
Pemimpin Besar Revolusi Islam mengangkat soal keharusan untuk mengubah pola konsumsi seperti yang telah dijelaskan dalam pesan tahun baru Nouruz, seraya menambahkan, "Gerakan ini adalah langkah utama dalam proses perjalanan ke arah kemajuan dan keadilan. Sebab, israf adalah penyakit yang dari sisi ekonomi, sosial, dan budaya menimbulkan beragam masalah dan mengancam masa depan negara ini."
Hemat, menurut beliau, adalah memanfaatkan sarana yang ada dengan baik dan benar. "Harus diakui bahwa kebiasan, adat istiadat dan berbagai cara yang salah telah menimbulkan pemborosan dalam mengkonsumsi, sehingga jika dibandingkan antara produksi dan konsumsi akan nampak ketidakmampuan sektor produksi dalam memenuhi kebutuhan konsumsi. Dalam kasus roti sepertiga produksi roti dan dalam kasus air seperlima air yang didapatkan dengan segala kesulitan harus terbuang sia-sia. Di Iran rata-rata penggunaan energi lebih banyak 2 kali lipat dibanding rata penggunanan energi di dunia. Di saat yang sama tingkat ketinggian energi di negara kita, dalam arti perbandingan energi yang digunakan untuk memproduksi, -amat disayangkan- mencapai delapan kali lipat lebih besar dibanding kondisi di negara-negara maju," kata beliau menjelaskan.
Karena itulah, Rahbar menekankan untuk mengubah pola konsumsi dan menghindari israf seperti yang dianjurkan oleh agama dan logika. Menyangkut pola konsumsi israf di tingkat nasional dan di kalangan pejabat, beliau menyinggung soal jaringan pipa penyalur air yang sudah tak layak, juga jaringan listrik, penggunaan fasilitas secara berlebihan di perkantoran, safari yang tak ada gunanya, dan pola hidup mewah di kalangan pejabat. Beliau mengatakan, "Memerangi pemborosan dan berlaku hemat dengan benar tidak akan terlaksana lewat kata-kata. Lembaga legislatif dan eksekutif harus merumuskan undang-undang yang benar lalu melaksanakan dan menindaklanjutinya dengan tegas, sehingga pola konsumsi ‘dari tahap produksi hingga konsumsi dan daur ulang' bisa diperbaiki."
Di bagian lain pidatonya di hadapan puluhan ribu peziarah di Mashad, beliau mengulas soal pemilihan presiden yang akan datang. Rahbar menyebut pemilihan umum sebagai salah satu pondasi yang mengokohkan bangunan pemerintahan Islam. Demokrasi agama, menurut beliau, tidak bisa terlaksana hanya dengan kata-kata, tetapi demokrasi agama memerlukan partisipasi, kehadiran, tekad rakyat dan perpaduan ‘pemikiran, logika, dan emosi' dengan perkembangan yang terjadi di dalam negeri. Hal ini hanya bisa terwujud melalui pemilu yang benar, umum, dan dengan partisipasi luas seluruh masyarakat. "Pemilu adalah modal besar dan investasi bangsa ini dalam mengelola negara dan merajut masa depan yang cerah. Setiap satu suara yang masuk ke kotak suara memiliki nilai yang penting dan akan kian menambah modal investasi bangsa ini," tambah beliau.
Kepada para kandidat presiden, Ayatollah Al-Udzma Sayyid Ali Khamenei berpesan, "Perhatikan bahwa pemilu bukan hanya media untuk meraih kekuasaan semata, tetapi sarana untuk meningkatkan kemampuan negara, meninggikan kekuatan nasional dan meraih harga diri bangsa. Karena itu, dalam berkampanye dan dalam perilaku masalah ini harus diperhatikan. Jangan sampai saat berkampanye ada yang membuat pernyataan yang bisa dimanfaatkan oleh musuh."
Persaingan dan kritik yang obyektif adalah masalah lain yang disinggung Rahbar dalam pidato di Mashad. Beliau menandaskan, "Masing-masing dari kalian pasti punya ide untuk dibicarakan, dan tentu berseberangan dengan apa yang dikatakan oleh rivalnya. Tetapi dalam hal ini, sisi obyektifitas jangan sampai dilupakan dan jangan menutup-nutupi fakta."
Ayatollah Al-Udzma Khamenei menyebutkan bahwa pintu untuk terjun ke kancah pemilu terbuka lebar bagi semua orang. Beliau mengimbau para kandidat presiden untuk mengenalkan diri kepada rakyat sehingga rakyat secara cerdas dapat menentukan pilihan.
Beliau mengungkapkan adanya pihak-pihak yang sejak saat ini telah melakukan tindakan sia-sia untuk merusak persepsi rakyat tentang pemilu tanggal 22 Khordad (12 Juni 2009) mendatang. Beliau menegaskan, "Sampai sekarang di negara ini telah diselenggarakan sekitar 30 kali pemilihan umum. Para pejabat selalu menjamin bahwa pemilu berlangsung sehat dan jujur. Karena itu rakyat tidak akan pernah terpengaruh oleh kata-kata mereka yang berusaha menebar keraguan tentang pemilu presiden."
Pemimpin Besar Revolusi Islam menambahkan, "Saya juga menekankan kepada para pejabat terkait untuk menyelenggarakan pemilu yang jujur dan penuh amanat, dan para kandidat mendapat kesempatan yang cukup untuk berkampanye. Rakyat pun dengan partisipasi luasnya akan menentukan pilihannya secara bebas."
Mengenai sikap Rahbar dalam pemilu, beliau mengingatkan tentang adanya pernyataan di sana sini yang dinisbatkan kepada beliau. "Saya punya satu suara yang akan saya masukkan ke dalam kotak suara nanti. Saya tidak akan pernah menyuruh siapapun juga untuk memilih atau meninggalkan orang tertentu. Rakyat punya kebebasan untuk menentukan pilihannya," jelas beliau.
Ayatollah Al-Udzma Khamenei menuturkan, "Sebagian orang menafsirkan pembelaan saya kepada pemerintah dengan penafsiran yang tidak benar lalu mereka membuat isu. Padahal sudah menjadi kewajiban saya untuk mendukung dan membela pemerintah dan pengabdi negara, apalagi bila pemerintah itu mencurahkan banyak perhatian untuk mengatasi masalah kaum lemah, tegas menghadapi kaum zalim dan arogan, serta secara tidak adil menjadi sasaran serangan. Apa yang saya lakukan tidak ada kaitannya dengan pemilihan umum, dan bukan pengumuman sikap terkait pemilu."
Di bagian lain pidatonya, Pemimpin Besar Revolusi Islam membahas soal hubungan Iran dan AS. Beliau menyebut perlakuan pemerintah AS sejak awal kemenangan revolusi Islam sebagai ujian besar bagi rakyat Iran dan pemerintahan Republik Islam. Seraya menyebutkan berbagai perlakuan buruk dan permusuhan berkelanjutan yang dilakukan oleh para pemimpin AS -baik dari kubu Republik maupun Demokrat- terhadap revolusi Islam dan bangsa Iran, Rahbar mengatakan, "Memprovokasi kelompok pembangkang, membantu gerakan pemisahan dan kelompok teroris, adalah tindakan pertama yang dilakukan orang-orang Amerika dalam permusuhannya dengan Republik Islam. Berdasarkan informasi yang terpercaya, langkah dan kebijakan itu masih berlanjut dalam bentuk hubungan anasir AS dengan para pengacau di wilayah perbatasan Iran dengan Pakistan."
Rahbar menyinggung pembekuan aset Republik Islam Iran dalam jumlah milyaran US Dolar juga pembekuan barang dan harta kekayaan bangsa Iran, pemberian lampu hijau kepada Saddam Husein untuk menginvasi Iran, dukungan penuh kepada rezim Baath Irak selama berlangsungnya delapan tahun perang yang dipaksakan yang telah menjatuhkan korban lebih dari 300 ribu syuhada dari anak-anak muda negeri ini, serangan roket yang tragis terhadap pesawat komersial Iran di tahun terakhir perang hingga menewaskan sekitar 300 wanita, pria dan anak-anak, semua itu disebut Rahbar adalah contoh dari perlakuan AS yang penuh permusuhan terhadap bangsa Iran. "Mungkinkah bangsa Iran dapat melupakan semua peristiwa itu?" ungkap beliau.
Lebih lanjut Ayatollah Al-Udzma Khamenei mengangkat masalah sanksi yang dijatuhkan AS terhadap Iran selama tiga puluh tahun, juga dukungan AS kepada kelompok teroris yang telah melakukan banyak kejahatan di Iran, tindakan Washington yang menciptakan huru-hara di kawasan, dan dukungan penuhnya kepada kejahatan kaum Zionis serta ancaman serangan militer ke Iran yang berulang kali ditebar, semua itu adalah indikasi permusuhan AS terhadap bangsa Iran yang tak pernah berhenti. Beliau mengatakan, "Selama tiga puluh tahun ini, para pejabat AS berulang kali melecehkan bangsa dan para pejabat Iran. Bahkan ada diantara mereka yang mengusulkan untuk menghabisi bangsa yang besar dan terhormat ini hingga ke akarnya."
Mengenai pergantian pemimpin dan naiknya Presiden dengan pemerintahan yang baru di AS, Rahbar mengatakan, "Mereka mengaku telah mengulurkan tangan kepada Iran. Tapi kita menegaskan, jika di balik sarung tangan beludrunya AS menyembunyikan cakar yang tajam, tentu tindakan mereka itu tidak akan ada artinya."
Beliau mencontohkan ucapan selamat hari raya Nouruz yang disampaikan oleh para pejabat AS kepada rakyat Iran. Beliau mengatakan, "Dalam mengucapkan pesan selamat Nouruz pun mereka tetap menyebut bangsa Iran sebagai bangsa yang mendukung teroris dan berambisi memperoleh senjata nuklir. Lantas yang mereka sampaikan itu pesan selamat ataukah kelanjutan dari tuduhan yang sudah berjalan selama ini?"
Rahbar menambahkan, "Sungguh kita tak tahu siapakah yang sebenarnya membuat keputusan di AS, Presiden, Kongres atau anasir di balik tabir? Tapi yang jelas, saya tegaskan bahwa terkait dengan masalahnya sendiri, bangsa Iran adalah bangsa yang penuh perhitungan, logis dan tidak emosional."
Menyangkut wacana perundingan dan slogan yang diusung Presiden baru AS tentang perubahan, Pemimpin Besar Revolusi Islam menjelaskan, "Tunjukkan kepada kami jika ada perubahan dalam gaya bahasa Anda, meski hanya sedikit. Apakah permusuhan Anda dengan bangsa Iran telah berakhir? Apakah Anda telah mencairkan kekayaan Iran yang kalian bekukan? Sudahkah kalian mencabut embargo atas Iran? Apakah Anda sudah mengakhiri retorika dan propaganda buruk terhadap Iran? Sudahkah Anda mengakhiri dukungan dan pembelaan penuh kepada rezim zionis Israel?"
Ayatollah Al-Udzma Khamenei lebih lanjut menandaskan, "Perubahan tidak seharusnya terbatas pada kata-kata sementara niat di hati tidak benar. Jika kalian tetap mempertahankan agenda sebelumnya tetapi dengan mengubah kebijakan dan taktik semata, berarti kalian telah menipu, bukan melakukan perubahan. Jika kalian memang menginginkan perubahan yang hakiki tentu perubahan itu akan dapat disaksikan secara nyata. Singkatnya, semua pejabat AS dan yang lain hendaknya tahu bahwa bangsa Iran bukanlah bangsa yang bisa ditipu atau ditakut-takuti."
Menurut beliau, para petinggi AS terpaksa melakukan perubahan di negara itu. "Jika kalian tidak berubah, yakinlah bahwa sesuai dengan sunnah Allah, bangsa-bangsa di dunialah yang bakal mengubah kalian," tegas beliau.
Pemimpin Besar Revolusi Islam menasehati para petinggi AS untuk memikirkan dan merenungkan faktor apa saja yang membuat negara mereka dibenci oleh opini umum dunia. Beliau menambahkan, berlanjutnya kebijakan arogansi, sikap yang memaksakan kehendak terhadap bangsa-bangsa lain, kebijakan standar ganda dalam menyikaspi berbagai masalah dunia, semua itu adalah bagian dari faktor-faktor yang membuat AS dibenci. Kepada para pejabat tinggi AS, beliau mengatakan, "Ambillah pelajaran dari kenyataan ini. Demi kebaikan kalian dan negara kalian, hentikan kebijakan dan perilaku ini. Jika hal itu kalian lakukan, citra kalian di mata dunia akan berubah."
Ayatollah Al-Udzma Khamenei menambahkan, "Renungkan dengan seksama kata-kata saya, tapi jangan kalian suruh orang-orang Zionis untuk menerjemahkan kata-kata saya. Mintalah saran dari orang-orang yang layak dan benar."
Menyimpulkan semua materi yang telah disampaikannya, Rahbar mengatakan, "Pernyataan tegas kami adalah bahwa selama pemerintah AS masih melanjutkan cara-cara, kebijakan, perilaku dan sikap permusuhannya yang sudah berjalan tiga puluh tahun lamanya, maka bangsa kita tetap menjadi bangsa yang [mereka kenal] selama tiga puluh tahun ini, bahkan hari demi hari bertambah kuat, semakin matang dan kian berpengalaman."
Beliau menegaskan, "Bangsa kita tidak suka diperlakukan dengan bahasa ancaman atau iming-iming. Kita tentunya belum banyak mengenal Presiden dan pemerintahan baru di AS saat ini. Karena itu kita akan mengambil keputusan sesuai dengan perilaku mereka."
Ayatollah Al-Udzma Khamenei di bagian akhir pidatonya menyampaikan rasa duka yang dalam atas wafatnya istri mulia Imam Khomeini (ra). Seraya mengucapkan bela sungkawa kepada rakyat Iran dan keluarga Imam Khomeini atas wafatnya wanita yang mulia ini, Rahbar menyifati kepribadian istri Imam dengan mengatakan, "Beliau adalah sosok manusia mulia yang telah melewati masa-masa sulit dan semua ujian dengan kesabaran dan keteguhannya di sisi Imam. Kita memohon kepada Allah SWT untuk membangkitkan Imam Khomeini, istrinya yang mulia dan putra-putra mereka bersama para auliya Allah, dan semoga bangsa kita dapat selalu menghargai jasa Imam Khomeini."
Dalam kesempatan itu, sebelum Pemimpin Besar Revolusi Islam menyampaikan pidatonya, Ayatollah Waez Tabasi, wakil Wali Faqih di Khorasan dan Penanggungjawab komplek makam suci Imam Ridha as, dalam kata sambutannya mengucapkan selamat atas tibanya hari raya Nouruz. Ayatollah Tabasi lebih lanjut menyebut penamaan tahun ini dengan nama tahun ‘Perubahan Pola Konsumsi' sebagai peluang emas untuk mempercepat gerakan yang terarah untuk mewujudkan target Dokumen Perspektif 20 Tahun.