Situs Media Informasi Kantor Imam Ali Khamenei

Pemimpin Besar Revolusi Islam

Pidato Rahbar di Depan Anggota Relawan (Basij)

Bismillahir Rahmanir Rahim

Saya mengucapkan selamat datang kepada saudara dan saudari sekalian, terutama yang datang kemari dari berbagai daerah Iran. Saya berharap tahun baru hijriyah syamsiah ini menjadi tahun prestasi, keceriaan dan kemajuan untuk Anda semua, termasuk para pemuda negeri tercinta kita ini. Dalam penamaan tahun ini sebagai tahun "Nabi yang agung" terkandung sebuah pesan yang harus kita pahami dengan sepenuhnya supaya dapat memacu kita untuk melesat maju dan bukan hanya sekedar kita mengharapkan berkah dari penamaan tahun ini dengan nama yang suci itu. Pesan itu ialah bahwa masyarakat kita, dari individu hingga komunitas, harus sedapat mungkin meneladani perjuangan dan jerih payah Nabi Besar Muhammad SAW. Tujuan-tujuan agung Nabi Muhammad SAW tentu tak dapat disimpulkan dalam satu kalimat. Namun demikian, kita dapat mencari titik-titik besarnya untuk kita jadikan pedoman bagi segala pekerjaan kita dalam satu tahun, satu dekade, atau bahkan satu sepanjang usia kita.

Salah satu titik besarnya ialah menyempurnakan kemuliaan akhlak kita. Rasulullah SAW bersabda:

بعثت لاتمّم مكارم الاخلاق

"Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurkan kemuliaan akhlak."

Masyarakat yang setiap individunya tidak memiliki akhlak yang baik tidak mungkin akan dapat menggapai tujuan-tujuan agung Rasulullah SAW. Akhlak yang terpuji adalah faktor yang dapat mengantarkan individu dan masyarakat kepada keagungan-keagungan insaniah. Akhlak yang baik bukan hanya menyangkut perilaku seseorang kepada masyarakat. Lebih luas lagi, akhlak ialah memelihara sifat-sifat terpuji dalam hati dan jiwa serta merefleksikannya dalam perbuatan.

Masyarakat yang anggotanya menderita penyakit saling dengki satu sama lain, saling berniat buruk, saling menipu, tamak kepada dunia, kikir, dan saling bermusuhan, tidak mungkin sejahtera walaupun undang-undang diterapkan dengan sepenuhnya. Masyarakat seperti ini bukanlah masyarakat idaman, walaupun mengalami kemajuan di bidang sains dan kejayaan dari segi peradaban dalam pengertiannya yang artifisial. Masyarakat tidak akan pernah tentram apabila setiap anggotanya satu sama lain merasa terusik, merasa menjadi sasaran kedengkian, kecurigaan, permusuhan, makar, dan ketamakan. Sebaliknya, masyarakat yang setiap pribadinya berbudi pekerti luhur, ramah, pemaaf, dermawan, penyabar, tidak tamak kepada dunia, tidak dengki, dan tidak saling jegal satu sama lain, sudah tentu akan menikmati ketentraman, ketenangan, dan kebahagiaan, walaupun seandainya dari segi materi tidak seberapa maju.

Akhlak adalah sesuatu yang sangat kita perlukan. Kita semua harus memelihara dan terus menumbuhkan akhlak Islami dalam diri kita. Undang-undang individual dan sosial Islam pada tempatnya yang proporsional adalah sarana untuk kebahagiaan umat manusia. Ini sudah jelas dan tak dapat diragukan lagi. Namun, penerapan undang-undang ini sendiri memerlukan akhlak yang baik.

Untuk menegakkan akhlak di tengah masyarakat kita memerlukan dua hal. Pertama, latihan dan usaha kita. Kedua, pendidikan akhlak yang harus diajarkan kepada semua orang oleh institusi-institusi pendidikan dan tarbiyah, pusat-pusat tarbiyah, dan pusat-pusat pendidikan dan ilmu pengetahuan pada semua jenjangnya. Ini adalah kewajiban mereka, dan merupakan satu pekerjaan penting di tahun ‘Nabi yang agung' ini. Kita harus membawa diri kita pada kemuliaan sebagai sosok mukmin, muslim, dan pengikut sejati Rasulullah SAW. Kita mesti dapat menyenaraikan sifat-sifat buruk lalu kita lihat apakah sifat-sifat itu atau sebagian diantaranya ada dalam diri kita. Jika ada maka kita harus segera mengenyahkannya. Kita juga harus dapat menyenaraikan perangai-perangai terpuji lalu kita melatih diri kita dengannya.

Tapi tentu, faktor kemajuan dalam upaya ini ialah kecintaan kepada Allah SWT, kepada Rasulullah SAW, kepada jalan ini, dan kepada para guru besar akhlak yaitu para nabi dan imam maksum as. Kecintaan ini dapat memacu gerak manusia di jalan tersebut. Sebab itu, kecintaan itu harus selalu dipupuk dalam diri kita sebagaimana disebutkan dalam sebuah doa;

اَللَّهُمَّ ارْزُقْنِى حُبَّكَ وَ حُبَّ مَنْ يُحِبُّكَ وَ حُبَّ كُلِّ عَمَلٍ يُوْصِلُنِى اِلَى قُرْبِكَ

"Ya Allah, anugerahkan kepadaku kecintaan kepada-Mu, kecintaan kepada orang yang mencintai-Mu, dan kecintaan kepada setiap perbuatan yang dapat mendekatkanku kepada-Mu."

Kecintaan seperti ini harus kita tanamkan dan kita pupuk dalam kalbu kita. Ini adalah satu diantara ajaran Rasulullah SAW yang patut kita ingat pada tahun ‘Nabi yang agung' ini.

Satu lagi ialah masalah resistensi dan kesolidan diri kita (istiqamah) dan keteguhan. Dalam Al-Quran surah Huud Allah SWT berfirman kepada Rasulullah SAW;

فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَمَن تَابَ مَعَكَ وَلاَ تَطْغَوْاْ

"Maka bertahanlah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan orang yang telah bertaubat bersamamu dan janganlah kalian melampaui batas." (QS. Hud: 112)

Kemudian ada riwayat yang menyebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda;

شَيَّبَتْنِى سُوْرَةُ هُوْد

"Surah Huud telah membuat rambutku memutih."

Rasulullah SAW menua lantaran beratnya beban beliau yang disebutkan dalam surah Huud. Surah Huud di bagian mana? Menurut riwayat, yang dimaksud ialah ayat ini; "Maka bertahanlah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan." Lantas mengapa beliau sampai menua karena ayat itu? Sebabnya ialah firman Allah SWT bahwa beliau harus bersiteguh, tabah, dan sabar di jalan Allah. Jadi keteguhan sendiri adalah pekerjaan yang sangat berat. Keteguhan merupakan jalan atau jembatan (sirath) yang gambarannya pada hari kiamat kelak ada di benak kita. Esensi perbuatan dan jalan kita ada di jembatan tersebut. Sekarang inilah kita sedang meniti jembatan sirath, sebab itu kita harus hati-hati dan cermat. Karena itu, seseorang akan menua jika dia senantiasa cermat terhadap segala tingkah laku dan perbuatannya.

Namun, menurut saya, yang tak kalah pentingnya ialah kata-kata berikutnya pada ayat itu; "..dan orang yang telah taubat bersamamu." Ini berarti bahwa bukan hanya Rasulullah SAW yang diperintahkan untuk teguh dan solid di jalan yang benar, melainkan juga setiap mukmin. Orang-orang yang dari satu sisi dihadapkan pada problema hidup serta gangguan musuh, dan dari sisi lain mendapat serangan hawa nafsunya sendiri dan godaan dunia tentu akan mudah oleng ke kanan dan kiri. Kecintaan kepada emas dan perak, uang, nafsu birahi, jabatan, dan lain sebagainya masing-masing adalah beban yang sangat berat bagi jiwa manusia. Jiwa manusia mudah tertarik oleh gravitasi godaan tersebut. Nah, di sinilah manusia harus resisten dan solid. Setiap mukmin (orang yang telah bertaubat bersamamu) pasti mendapat tekanan dari dua arah ini; dari musuh eksternal dan dari musuh internalnya. Keduanya adalah magnet yang saling tarik. Menjaga diri agar tidak oleng dalam menempuh sirath ini adalah pekerjaan berat. Menurut pandangan saya, kemungkinan besar firman Allah tentang mukmin inilah yang membuat Rasulullah SAW gelisah sehingga menua.

Rasulullah SAW telah membawa umat Islam, baik pada era Mekkah (13 tahun) maupun pada era berdirinya pemerintahan Islam di Madinah, dari jalan yang licin dan sulit menuju puncak keagungan. Ini merupakan pekerjaan besar yang belum pernah dilakukan oleh siapapun. Suatu masyarakat yang semula tidak tahu apapun tentang akhlak insani telah dicetak oleh Rasulullah SAW menjadi manusia-manusia agung yang sebagian diantaranya bahkan membuat para malaikat Allah segan dan merasa rendah di hadapan keagungan mereka.

Inilah yang disebut istiqamah dan keteguhan. Kita sangat memerlukan istiqamah. Dari satu sisi terdapat banyak daya tarik kehidupan yang mudah mambangkitkan hawa nafsu kita. Di era revolusi Islam kita, tak jarang kita melihat orang-orang memiliki hati dan keyakinan yang baik. Namun, mereka akhirnya tergelincir lantaran tak tahan menghadapi daya tarik hawa nafsu, kenikmatan duniawi, kekuasaan, pujian sana sini dan intimidasi musuh. Mereka ada yang sampai bergabung dengan kelompok kontra-revolusi atau bahkan penentang jalan Allah SWT. Atas dasar ini, keteguhan dan istiqamah adalah satu keharusan.

Di depan musuhpun keteguhan sangat diperlukan. Musuh selalu menebar ancaman dan intimidasi. Mereka gigih memaksakan pamornya kepada masyarakat Islam, berbicara dengan bahasa kekerasan yang sebagian diantaranya dipoles dengan iming-iming dan janji-janji indah untuk menjebak mangsa. Resistensi dan istiqamah di depan setiap ancaman musuh adalah satu ketrampilan besar yang jika suatu bangsa menguasainya niscaya akan dapat menaklukkan puncak kejayaan dimana musuh akan merasa sia-sia main ancam; musuh akan kompromi atau menyerah.

Dalam hal ini, bangsa kita sejak revolusi Islam sampai sekarang berhasil menerapkan istiqamah itu dengan baik. Salah satu contohnya terdapat pada Anda yang tergabung dalam Basij (pasukan relawan). Di era perang Pertahanan Suci, dunia Timur dan Barat bersatu untuk merongrong kita. Tapi bangsa Iran berdiri tegak dan Pemimpin Besar kita, Imam Khomeini ra, berdiri tegar laksana gunung yang kokoh. Bangsa Iran menyerukan kata "labbaika" untuk Imam Khomeini ra. Keteguhan ini telah membuat kita berhasil memenangi peperangan yang mendera selama delapan tahun, dan musuhpun terhina. Bahkan, kekuatan-kekuatan jahannam yang membeking Saddam terpaksa mengakui kebesaran dan keagungan bangsa Iran. Pengakuan itu dulu dengan satu bentuk dan kini dengan bentuk yang lain.

Main ancam adalah bagian dari pekerjaan dan cara yang dipraktikkan musuh. Pada kasus tertentu boleh jadi ancaman musuh itu akan membuahkan hasil. Namun, bangsa yang di medan konfrontasi mampu mempertahankan keagungan, martabat, kehormatan, jati diri, dan kepentingannya adalah bangsa yang teguh dan resisten.

فَمَا اسْتَقَامُواْ لَكُمْ فَاسْتَقِيمُواْ لَهُمْ

"Maka selagi mereka bersiteguh (pada sikap mereka) terhadap kalian, hendaklah kalian bersiteguh (pada sikap kalian) terhadap mereka."(QS 9:7)

Jadi, selagi musuh tetap menggunakan cara-cara dan sarananya untuk mengancam dan menakut-nakuti kita, kita pun juga harus tetap resisten dan istiqamah. Istiqamah juga dinyatakan dalam Al-Quran pada beberapa ayat lain. Setiap bangsa memiliki kepentingan yang sah, legal, rasional, dan logis. Mereka ingin menggapai kepentingan ini. Bangsa ini memiliki generasi muda yang sangat potensial, tanah yang penuh berkah, dan posisi geografis yang menonjol. Bangsa ini tentu berhak memanfaatkan semua ini. Namun, sejak dahulu kala sampai sekarang dunia tak pernah sepi dari arogansi kekuatan-kekuatan besar. Mereka terbiasa dengan tindakan melancangi dan merampas interes bangsa-bangsa lain. Kelancangan mereka lebih menjadi-jadi di negara-negara yang para pemimpinnya lemah. Di abad ke-19 Inggris merebut anak benua India dan menjarah harta kekayaan di sana seperti vampir menghisap darah. Inggris memperkuat dirinya sekaligus melemahkan India dengan cara itu. Beginilah jadinya jika suatu bangsa tidak berani melawan ketamakan musuh yang kuat. Ketakutan justru membukakan pintu bagi musuh.

Dalam kondisi seperti ini, jangan harap mereka akan mundur dan berbelas kasihan atau mempertimbangkan kembali tindakannya. Mundur adalah membuka kesempatan mereka untuk maju tanpa hambatan untuk kemudian dengan sekuat tenaga menancapkan cengkeraman dan kuku-kuku tajamnya ke kulit dan daging bangsa itu. Musuh tak segan-segan melakukan apa saja yang dapat diperbuat. Musuh melemahkan bangsa yang diincar sekaligus memperkuat dirinya sendiri.

Pada level rakyat, pada dasarnya semua bangsa siap melawan, tapi kuncinya ada di tangan para pemimpin mereka. Anda melihat bagaimana sekarang perlawanan rakyat Palestina. 50 tahun silam tidak ada perlawanan sehingga terjadilah petaka besar. Tapi begitu sekarang terjadi perlawanan sengit, musuh terpaksa mundur langkah demi langkah. Bangsa Iran sekarang adalah bangsa yang 100 tahun silam bertekuk lutut di depan musuh akibat sikap para pemimpinnya. Bukannya melawan, mereka malah membiarkan musuh datang untuk menancapkan dominasinya atas ekonomi, politik, serta kekayaan mineral dan minyak negara ini. Musuh dibiarkan bergerak maju tahap demi tahap. Yang pertama kali membukakan jalan adalah dinasti Qajar. Celakanya, dinasti ini malah dibalas dengan penggulingan yang menobatkan keluarga Pahlevi sebagai penguasa baru, yaitu dinasti yang lebih siap menerima segala titah dari tuannya. Akibatnya, dominasi musuh atas negeri ini kian merajalela.

Di era revolusi Islam, rakyat ini bangkit di bawah pimpinan Imam Khomeini. Beliau bergerak setelah sekian lama bangsa ini terjepit dalam akumulasi penderitaan di era rezim-rezim korup. Beliau berjuang sedemikian gigih hingga berhasil mengangkat martabat bangsa dari jurang kehinaan yang sempat terlupakan ini ke puncak keagungan. Bangsa Iran kini menjadi salah satu bangsa yang paling bermartabat di dunia. Ini bukan hanya di mata bangsa-bangsa Muslim, tetapi bahkan di mata musuh. Inilah makna istiqamah. Dan ini adalah jalan yang harus dipertahankan dengan segenap jiwa dan raga.

Dewasa ini isu teknologi nuklir diangkat sebagai sensasi. Seandainyapun isu ini tidak ada, musuh tetap akan mencari-cari topik lain untuk sensasi. Ini sudah menjadi kebiasaan musuh. Apapun yang menunjang kemajuan suatu bangsa pasti dianggap sebagai ancaman oleh kekuatan-kekuatan adidaya. Di mata mereka bangsa-bangsa lain tidak boleh maju. Sebab, jika suatu bangsa mampu mengeksplorasi dan menyuling minyaknya sendiri, atau mampu menciptakan berbagai produk minyak, maka tidak ada alasan lagi bagi Inggris untuk mengeksplorasi dan menyulingkan minyak bangsa itu sebelum kemudian menagih konsesi. Inggris yang dulu meraup keuntungan dari ketidakmampuan bangsa Iran sekarang harus kecewa lantaran bangsa ini sudah memiliki kemampuan sehingga ingin mandiri dalam mengelola negara, berproduksi, mengembangkan bakat, dan mengaktualisasikan semua potensinya untuk membangun negerinya sendiri.

Musuh nomor wahid bangsa Iran sekarang adalah AS dan Zionis, dan tentunya juga Inggris selaku penyulut konfrontasi. Hanya merekalah yang berseteru terhadap interes bangsa Iran, tetapi mereka dengan seenaknya memasang label konsensus dunia. Padahal konsensus dunia adalah penolakan terhadap aroganisme, intervensi, pendudukan, dan kebijakan perang AS di pelbagai penjuru dunia. Pekikan "mampus Amerika!" di Iran maknanya ialah bahwa bangsa negara ini, termasuk Anda generasi muda, tetap teguh bergerak maju ke dapan dengan prinsip ini.

Alhamdulillah, para pejabat negara kita pun terus melangkah mantap dan solid. Dalam isu teknologi nuklir sekarang, musuh dan jaringan Zionisme global mengobarkan perang propaganda dengan menebar sensasi bahwa Iran sedang berusaha membuat bom nuklir dan enggan bernegosiasi dengan negara-negara Eropa maupun non-Eropa. Tapi memang inilah yang bisa diperbuat oleh musuh. Mereka melakukan apapun yang dapat mereka lakukan.

Tapi duduk persoalannya sudah pasti bukan masalah bom nuklir. Kita tahu ini sebagaimana mereka juga tahu. Duduk persoalannya ialah penolakan mereka terhadap kemajuan bangsa Iran. Karena ketika Iran maju, maka selamanya tidak akan jalan bagi ambisi mereka terhadap Iran. Inilah yang mereka tolak. Di Masyhad juga saya katakan bahwa AS masih terkenang pada masa lalunya yang pernah berdominasi mutlak atas negeri ini. AS masih teringat bagaimana revolusi rakyat Iran membabat tangan-tangan AS di Iran. Hanya saja, AS masih berilusi untuk dapat berdominasi lagi.

Alhamdulillah, generasi muda kita dan seluruh lapisan masyarakat kita -laki-laki maupun perempuan- sudah sedemikian sadar dan mengetahui jalan yang harus mereka tempuh. Mereka pun kini terus bergerak maju. Begitu pula para pejabat; dengan keberanian dan strategi yang rapi, serta dengan berkat spirit umum para pemuda yang antuasias dalam kegiatan akademik, -dalam ilmu dana tindakan- mereka terus menjejakkan langkah ke depan. Insya Allah, negara ini akan tiba pada titik yang menimbulkan rasa frustasi pada musuh dalam melanjutkan konspirasinya.

Kita memohon kepada Allah SWT agar Anda, kaum muda, para anggota Basij, dan segenap bangsa Iran, senantiasa mendapat taufik, rahmat, dan inayah-Nya dengan berkah doa-doa suci Imam Wali ‘Asr (as). Insya Allah, dalam penggalan zaman ini dimana kesempatan adalah milik Anda, Anda semua mampu membangun negeri ini dalam bentuk yang sekiranya generasi-generasi mendatang akan berterima kasih kepada kalian dan merekapun akan senantiasa mengenang jasa-jasa kalian.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuhu

700 /