Bismillahir Rahmanir Rahim
Saya sampaikan selamat datang kepada semua saudara saudari; kaum buruh yang tercinta, khususnya kepada saudara saudari yang datang dari luar kota dan telah menempuh perjalanan yang jauh. Juga kepada kalian semua saya sampaikan ucapan selamat atas Pekan Buruh yang merupakan sebab bagi kita untuk mengungkapkan penghormatan kepada kaum buruh.
Sejak awal Revolusi sampai sekarang ini, kaum buruh negeri ini telah membuktikan kerja mereka di hadapan Allah, kaum Mukminin dan malaikat-malaikat terdekat Allah sang pencatat amal perbuatan; baik dalam perjuangan akhir yang berakhir dengan Revolusi, dalam masa-masa sebelum perang [Iran-Irak] (yaitu ketika musuh-musuh politik [di dalam] telah menyiapkan diri mereka untuk menyusup ke dalam tubuh kaum buruh dan menghentikan gerakan pembentukan negara Republik Islam ini, justru kaum buruhlah yang menghantam dan menyingkirkan mereka. Ini kenyataan yang saya saksikan dari dekat; ini bukan mitos dan dongeng), juga dalam masa-masa perang dimana mereka telah membuktikan [loyalitas] dan berdiri di samping berbagai lapisan masyarakat di daerah-daerah, desa-desa, kalangan mahasiswa, alim ulama, pegawai negeri, kalangan pengusaha; bersama-sama saling bahu membahu dalam barisan-barisan yang sangat sulit dan berbahaya untuk mempertahankan negara dan Revolusi. Kaum buruh juga demikian di tengah medan perang maupun di pabrik yang merupakan pos dan lini belakang perang yang sebenarnya. Kalau suatu hari, penulis-penulis yang obyektif ingin menggambarkan secara cermat garis negara Republik Islam ini yang menjulur sepanjang dua puluh sekian tahun ini, ketika itulah akan jelas apa yang telah dilakukan kaum buruh negeri kita untuk revolusi dan bagaimana mereka itu meneguhkan diri mereka dengan tanggung jawab Ilahi dan berusaha wajah mereka menjadi putih berseri di hadapan Allah SWT. Itu suatu pekerjaan yang agung; dan sekarang ini juga masih seperti itu.
Berkenaan dengan masalah buruh, kalaulah hal-hal yang baru saja disampaikan oleh Bapak Menteri yang terhormat, insya Allah, terlaksana dengan kerja keras pemerintahan ini, maka banyak persoalan yang akan tertuntaskan. Hanya saja, harus diperhatikan agar semua itu tidak terhenti hanya pada batas pembicaraan, akan tetapi harus ditindaklanjuti sehingga hal-hal itu terlaksana. Mereka harus berusaha mengatasi persoalan-persoalan yang terkait secara khusus dengan kaum buruh, hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan kaum buruh atau dengan kehormatan buruh, status buruh atau dengan keahlian buruh atau dengan keamanan kerja buruh. Seluruh masalah yang kita semua tahu dan kalangan pejabat pemerintah juga, alhamdulillah, telah mendatanya, semua itu harus ditindaklanjuti. Persoalan-persoalan ini yang muncul dari masalah-masalah asuransi jaminan sosial, atau dari kontrak-kontrak sementara dan semacamnya, atau masalah yang muncul akibat lemahnya manajemen sebagian direktur pabrik-pabrik sehingga membuat sejumlah buruh kehilangan pekerjaan, semua hal-hal ini harus dipecahkan satu per satu dengan ketekunan, dengan pengelolaan dan dengan tindak-lanjut yang terus menerus. Persoalan-persoalan kaum buruh pasti akan tertangani.
Ada satu masalah yang berkaitan dengan hubungan dan jalinan emosi antara buruh dan pemilik modal. Dalam Islam, hubungan ini tidak sama dengan hubungan buruh dan investor di ajaran-ajaran materialistik. Dalam paham materialistik, entah itu paham Kapitalisme -yang secara penuh memihak pemodal dan memandang buruh tak ubahnya seperti alat kerja dan mesin,- ataupun paham Komunisme -yang menganggap diri mereka memihak kaum buruh dan meyakinkan orang bahwa mereka akan menghadirkan surga untuk kaum buruh di dunia ini, tapi hasil usaha mereka telah menunjukkan betapa neraka kehidupan ini semakin mendidih bukan hanya untuk kaum buruh, tetapi bahkan untuk lapisan masyarakat yang lain- dalam kedua sistem ini (sistem Kapitalisme maupun sistem Komunisme), hubungan buruh dan pemodal adalah hubungan permusuhan. Dalam sistem Kapitalisme, hubungan itu adalah eksploitasi dan penekanan kerja dari pihak [pemodal]. Dalam sistem Komunisme juga pemodal itu digambarkan seperti setan yang menjelma dan monster menakutkan. Penyebabnya juga jelas; mereka ingin menyerahkan kendali semua bahan-bahan mentah produksi dan pabrik-pabrik kepada negara lalu mereka sendiri menjadi mandor besar. Inilah yang justru mereka lakukan dan ini pula yang telah membuat mereka sengsara dan hancur; mereka menghancurkan diri mereka sendiri juga menyengsarakan bangsa-bangsa mereka.
Dalam Islam, tidak demikian. Dalam Islam, hubungan buruh dan pemodal bukan hubungan dua musuh, tapi hubungan dua partner, juga bukan hubungan eksploitasi. Artinya, pemodal bukanlah tuan yang menjadi penguasa terhadap buruh. Dalam sistem kapitalisme Barat, penguasa segala sesuatu adalah pemodal. Ya, karena kemaslahatan tertentu, boleh jadi mereka memberikan keuntungan-keuntungan untuk buruh supaya dia tidak kehilangan kerja. Akan tetapi [pada intinya], hubungan itu beginilah. Buruh itu tak ubahnya dengan alat kerja. Cara pandang mereka terhadap buruh tidak sebagaimana terhadap seorang manusia, [tapi] tetapi memandangnya sama seperti sebuah mesin. Islam dengan tegas menolak ini. Buruh dan pemodal adalah dua unsur agen; salah satu saja tidak ada, pekerjaan pasti terbengkalai. Buruh ialah orang yang secara langsung menghasilkan kerja dan produk usaha, sedangkan pemodal ialah orang yang menyiapkan lahan kerja. Kalau buruh itu tidak ada, pekerjaan akan lumpuh. Juga kalau pemodal itu tidak ada, pekerjaan akan lumpuh. Mereka tak ubahnya dengan dua partner, dua kawan pejuang. Inilah persepktif Islam. Kedua belah pihak harus saling percaya, cinta dan setia; baik pemodal kepada buruh; juga buruh kepada pemodal. Kedua-duanya saling menjaga hak masing-masing. Kalau sudah demikian, sebagaimana pandangan Islam, maka kehormatan pemodal dan pengusaha terjaga utuh, juga kehormatan buruh dan tukang pekerja yang berada di lapangan. Kehormatan dan hak masing-masing terjaga, dan negara pun melangkah maju dan unggul. Beginilah hubungan buruh dan pemodal. Kaum buruh harus menghargai jasa kaum pemodal, juga kaum pemodal harus menyukuri jasa kaum buruh. Mereka tak ubahnya dengan dua prajurit; kalau salah satunya cedera, yang lain juga akan cedera. Beginilah duduk persoalannya. Pengaturan hubungan ini juga berada pada tanggung jawab pejabat-pejabat negara; baik mereka yang membuat undang-undang maupun mereka yang menjalankan undang-undang. Ini satu masalah yang harus diperhatikan.
Satu masalah lainnya ialah semua kaum buruh -baik buruh profesional dan terdidik tingkat tinggi ataupun buruh tingkat menengah ataupun buruh biasa- harus menyadari bahwa pekerjaan itu sendiri menurut Islam adalah amal shaleh. Dalam firman Allah,
انّ الانسان لفى خسر الاّ الّذين امنوا و عملوا الصالحات
"Sesungguhnya manusia benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan berbuat amal-amal shaleh".
Amal shaleh yang menyelamatkan manusia dari kerugian bukan hanya shalat, puasa, ziarah dan dzikir. Akan tetapi, di samping amalan-amalan ini, melakukan tugas dalam kehidupan juga amal yang shaleh, dan salah satu yang terpenting di antaranya ialah ‘kerja'.
Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa apabila Rasulullah SAW melihat ada seorang anak muda dan mampu bekerja tetapi malah duduk bermalas-malasan dan tidak mau bekerja. Beliau SAW bersabda, ‘Dia tidak ada harganya di mataku.' Kerja adalah amal shaleh. Kalian juga pernah mendengar Rasulullah Saw. melihat tangan seorang sahabatnya kasar dan kebal rasa, lantas beliau bertanya, ‘Kenapa tanganmu seperti ini?' Ia menjawab, ‘Ya Rasulullah, aku bekerja dengan tangan ini.' Maka Rasulullah SAW meraih tangan sahabat itu lalu menciumnya dan bersabda, ‘Inilah tangan yang tak akan tersentuh neraka.' Adakah amal shaleh yang lebih tinggi dari ini?! Beginilah kalian bekerja. Pada saat kalian pergi ke pabrik, pergi ke ladang, pergi ke lapangan untuk melakukan apa saja yang namanya ‘kerja' -baik kerja buruh yang profesional dan spesialis tingkat tinggi yang alhamdulillah tidak sedikit buruh-buruh profesional yang kita miliki sekarang, maupun buruh-buruh kelas menengah juga buruh-buruh biasa -buruh biasa juga tidak ada bedanya-, yakni ketika hendak bekerja di salah satu sudut pabrik, semua harus menyadari bahwa pekerjaan yang sekarang ingin ia kerjakan adalah pekerjaan yang akan dibalas oleh Allah SWT dengan pahala. Kerja itu sendiri sudah punya nilai, selain juga ‘kerja' adalah alat mencukupi hidup dan penghasilan hidup dimana ini juga satu hal yang penting dan sebuah ibadah tersendiri.
Kalian perhatikan, kalau dalam sebuah negara, masyarakat unum di negara itu memandang kerja dengan kesadaran bahwa kerja itu adalah ibadah, ketika itulah kemajuan ekonomi dan ilmu pengetahuan negara itu sudah begitu pesatnya. Ini logika Islam. Oleh karena itu, kecintaan dan kepedulian kita kepada buruh di tingkat apapun bukanlah melebih-lebihkan. Itu karena memang di balik perasaan cinta dan penghormatan ini ada sebuah budaya Islam yang mendalam dan kaya.
Alhamdulillah, beginilah lapisan kaum buruh kita. Tentu saja, di dalam negeri, kita punya persoalan lapangan kerja. Dan persoalan pengangguran di dalam negeri harus dientaskan habis secara bertahap, insya-Allah, dengan usaha dan kerja keras pemerintah dan pejabat-pejabat pengabdi negara ini dan dengan perencanaan cermat mereka -dimana saya menyaksikan mereka ini terus bekerja keras siang dan malam-. Pengangguran-pengangguran yang terjadi ini lantaran manajemen yang lemah dan ketaklayakan direktur atau lantaran motif-motif (wal iyadzu billah) keuntungan pribadi, sebagian pabrik-pabrik mengalami kondisi sedemikian rupa sehingga membuat buruh jadi kehilangan pekerjaan dan menganggur. Para [pejabat] harus meneliti hal-hal ini dan mengatasinya. Masyarakat kita tidak tahan menanggung beban masalah ini. Kita ini sekarang dengan kuat dan mantap sedang bergerak maju dari liku-liku yang tajam. Kita sekarang ini tidak sedang berhenti. Masyarakat kita adalah sebuah masyarakat yang sedang melangkah maju dengan mantap. Lihat kekuatan-kekuatan arogansi dunia, bagaimana mereka merobek kerah baju diri mereka sendiri! Sikap-sikap yang dinyatakan oleh orang-orang seperti Bush dan kawan-kawannya hanyalah merobek kerah sendiri. Mereka itu sedang merobek kerah diri mereka sendiri. Itu karena kalian ini sedang melangkah maju dengan kuat. Masyarakat Iran tidak pernah berhenti. Revolusi telah meletus, membukakan jalan dan menambah kekuatan rasa percaya diri. Sebelum kemenangan Revolusi, mereka itu tidak hanya menutup pintu kemajuan, tapi juga mengguncang dan melemahkan motivasi lalu dengan mengatakan, ‘Tuan, orang Iran tidak bisa apa-apa! Orang Iran tidak punya potensi!' Orang-orang besar dan penguasa lah yang justru mengatakan ini dan mengatakannya dengan lugas. Mereka menanamkannya ke dalam mental generasi pemikul beban dan penuh potensi ini. Inilah salah satu pengkhianatan terbesar mereka. Ya, Revolusi telah datang; membuka jalan juga mengatakan, ‘Tuan, Anda semua bisa.' Kita bergerak dan kita lihat ternyata [para pejuang Revolusi] itu sedang mengatakan yang benar, ‘Kita ini bisa.' Selama bertahun-tahun lamanya, namun hanya beberapa bendungan di negara ini dibangun, itupun semua digarap oleh pihak-pihak asing; siapa yang bisa percaya kalau negara ini satu hari akan menjadi yang pertama dalam proyek pembuatan bendungan di kawasan [Timur Tengah] ini, baik dari aspek teknologi, kapasitas ilmu, kapabilitas pengukuran teknis dan lain-lainnya! Negara yang dulu mayoritas daerahnya saja tidak dapat mengakses energi listrik biasa, siapa yang bisa percaya kalau sekarang negara ini sedang menempuh jalan untuk pengadaan energi dan teknologi nuklir; itupun dilakukan oleh dirinya sendiri; tanpa mengandalkan pihak lain, supaya dapat menyediakan energinya sendiri dengan fasilitas canggih dunia! Siapa yang bisa menduga begini?! Kita bergerak dan kita lihat ternyata bisa kita tempuh. Kita melangkah dan kita lihat ternyata kita ini bisa. Bangsa ini punya pengalaman ini. Setelah ini juga akan terus demikian.
Semua anak-anak muda bangsa, semua pakar dan tokoh bangsa, laki-laki dan perempuan, harus tertekad untuk berperan serta dalam perjuangan bangsa ini yang besar dan menyeluruh , dan ini bisa dilakukan. Di manapun kalian berada dan di manapun kalian bekerja, sadarilah bahwa di situlah ada satu sudut dari front perjuangan yang luas ini. Kalau di sudut itu kalian bekerja dengan baik, disiplin, komit dan terampil, kalian telah berperan serta dalam perjuangan ini. Tentunya, musuh kita tidak menginginkan ini, jadi ini juga harus kalian perhatikan. Musuh-musuh kita dan kekuatan arogansi jahat internasional sudah paham bahwa mereka tidak bisa berkonfrontasi langsung dengan bangsa dan Republik Islam Iran dalam medan perang militer, karena mereka akan mengalami kerugian yang besar. Memang benar demikian, dan mereka sudah tepat memahaminya. Sekarang mereka sedang mengalokasikan anggaran dan berusaha menciptakan pertikaian di antara lapisan-lapisan masyarakat, di antara mahasiswa, di antara kaum buruh, di antara instansi-instansi negara, di antara pegawai, di antara berbagai kalangan masyarakat, sehingga mereka tidak akan membiarkan negara ini melanjutkan jalan yang sedang ditempuhnya. Sekarang, target musuh kita itu ini. Jadi, semua harus waspada. Kewajiban Ilahi yang ada di pundak kita semua ialah masing-masing kita -di manapun kita berada- harus selalu memasang mata dan telinga kita, dan kita harus melihat apa yang direncanakan oleh musuh untuk titik [kemajuan] yang sedang kita capai ini, jangan biarkan mereka berhasil dalam perencanaan itu. Ini adalah kewajiban kita.
Suatu kali, mereka mengancam Republik Islam dan bangsa Iran dengan penyerangan militer, perang dan hal-hal semacam itu. Sekarang juga kadangkala mereka masih saja mengancam, bukannya tidak berhenti. Tapi mereka sendiri tahu betapa upaya ini merugikan mereka sendiri. Dan saya katakan sekarang bahwa pejabat-pejabat Amerika tetap menyuarakan nada-nada ancaman mereka dan terus mengancam untuk mendapatkan kemajuan dalam upaya mereka itu. Mereka itu selalunya begitu; bukan hanya terhadap kita, tetapi juga terhadap seluruh dunia. Sebagian negara dan bangsa mengalami inferioritas, mereka kehilangan diri di hadapan ancaman Amerika dan menyerah. Mereka bahkan didukung agar selalu melancarkan ancaman. Sebuah bangsa yang sadar, sebuah bangsa yang punya kepercayaan diri, sebuah bangsa yang punya tekad yang kuat tidak akan peduli dengan ancaman-ancaman ini. Pejabat-pejabat negara mereka juga demikian. Pemerintahan yang percaya pada rakyat, negara yang didukung dan dilindungi oleh rakyatnya sendiri tidak akan kuatir dengan ancaman.
Di sini dan sekarang ini saya katakan bahwa pejabat-pejabat Amerika harus sadar; jika mereka melancarkan serangan terhadap Republik Islam Iran, Republik Islam Iran akan melancarkan serangan terhadap kepentingan-kepentingan mereka di titik dunia manapun yang mereka miliki. Kita bukanlah orang-orang yang duduk diam ketika dipukul lalu tidak membalas pukulannya. Kita ini suka perdamaian, kita suka ketenangan dan kita tidak akan menyerang kepada siapapun, karena alasannya juga sudah sangat jelas. Coba perhatikan, negara mana yang pernah kita serang? Dengan negara mana kita pernah memulai perang? Negara mana yang pernah kita ancam? Kita bukan orang yang suka hal-hal semacam ini. Kita adalah orang yang jika dipukul pihak lain akan membalas dua kali lipat kerasnya pukulan itu.
Saya sampaikan kepada saudara saudari tercinta bahwa cara perjuangan yang terbaik melawan kekuatan arogansi dan musuh-musuh ialah cara ini; yaitu kita berusaha sebisa mungkin dalam membangun dan memajukan negara kita; kemajuan ilmu pengetahuan, kemajuan teknologi, kemajuan moral, solidaritas nasional, pengokohan basis keimanan dan motivasi spiritual. Seberapa pun kita melangkah maju dalam bidang-bidang ini, musuh semakin menarik mundur, dan ini adalah perjuangan terbaik bangsa Iran.
Saya memohon kepada Allah SWT semoga memberikan taufik kepada kalian dan kita semua sehingga kita dapat melaksanakan tugas-tugas yang ada di pundak kita dengan baik, dan membahagiakan hati suci Wali Ashr (Imam Mahdi [jiwa kami sebagai tebusannya]) dengan kita, serta membahagiakan ruh kudus Imam [Khomeini] dan para syahid tercinta dengan kita, karena apa saja yang kita miliki ini dari mereka.
Wassalamualiakum warahmatullahi wabarakatuhu