Situs Media Informasi Kantor Imam Ali Khamenei

Pemimpin Besar Revolusi Islam

Pidato Rahbar pada Hari Bi’tsah Rasulullah SAW

Bismillahir Rahmanir Rahim

Saya mengucapkan selamat datang kepada saudara dan saudari sekalian yang hadir di sini. Saya juga mengucapkan selamat atas tibanya peringatan hari bi'tsah (pengutusan) nabi terakhir, Muhammad SAW, Rasul pembawa cahaya yang menerangi sejarah umat manusia. Di samping itu, kami juga mengucapkan selamat kepada Anda semua dan segenap umat Islam atas kemenangan saudara-saudara kita di Libanon dalam berperang melawan rezim Zionis Israel. Yaitu kemenangan yang pada hakikatnya merupakan kemenangan Islam. Saudara-saudara kita di Libanon telah berada di barisan terdepan umat Islam dalam berjuang melawan agresi Zionis.

Pertemuan ini adalah majelis yang sangat penting dan agung. Anda telah datang ke tempat ini dari berbagai kawasan Dunia Islam. Tak syak lagi, masa depan Dunia Islam haruslah dicatat sebagai salah satu program para tokoh cendekiawan, para pemuka agama, dan para tokoh politik Dunia Islam. Para pemuka dan tokoh Dunia Islam jika dapat mencermati umat Islam dengan realistis dan peka terhadap penderitaannya lalu serius memikirkan penyembuhannya, sudah tentu umat ini akan dapat menyongsong masa depan yang elok. Sebaliknya, jika kita tidak memahami tugas dan kewajiban kita atau enggan menunaikannya, maka Dunia Islam harus lebih lama lagi didera oleh penderitaan seperti yang dialaminya sekarang. Kita memikul tugas dan kewajiban yang amat berat.

Topik pembicaraan kita di sini ialah kondisi warga Muslim yang minoritas di negara-negara non-Muslim. Ini tentu merupakan tema penting yang layak dipikirkan secara mendalam oleh Forum Pendekatan Antar-Mazhab Islam serta para tokoh Dunia Islam. Saya sungguh mengapresiasi apa yang telah Anda semua upayakan dalam masalah ini. Namun begitu, saya ingin mengemukakan satu poin bahwa masalah utama kita di Dunia Islam ialah "persatuan umat Islam". Banyak problema kita akan terselesaikan apabila kita dapat mengatasi konspirasi musuh dan rencana-rencananya untuk memecah belah umat Islam. Diantara problema yang akan terpecahkan itu ialah buruknya kondisi warga minoritas Muslim di negara-negara non-Muslim.

Kita semua sedang menderita penyakit kronis yang harus kita pikirkan dan kita sembuhkan sendiri. Pertikaian antar Dunia Islam, disharmoni antar sesama umat Islam, dan adanya upaya untuk memperparah kondisi ini adalah wabah penyakit yang sangat berbahaya. Kalau dulu penyakit ini masih relatif biasa menggeroti tubuh dunia dan umat Islam, maka sekarang penyakit ini sedang dikembang-biakkan di forum-forum politik. Kita kini melihat banyak contohnya yang terjadi di Dunia Islam secara mengerikan.

Kita tidak takut menyaksikan musuh-musuh nyata di luar. Sampai sekarang kita tidak pernah gamang menyaksikan wibawa AS dan kekuatan-kekuatan arogan dunia lainnya. Propaganda serta berbagai manuver politik, militer, dan ekonomi yang mereka kerahkan selama ini tak pernah dan tidak akan pernah membuat kita berada dalam posisi pasif. Yang membuat kita takut, gamang, dan miris ialah virus penyakit yang bersarang dalam tubuh Dunia Islam sendiri. Inilah harus segera kalian obati.

Sejak bendera Islam berkibar di Iran dan Republik Islam didirikan demi menggapai cita-cita Islam, barisan musuh Islam merancang dan menggarap rencana yang sangat matang untuk menyulut perpecahan Islam. Ini terjadi karena ketika umat Islam menemukan lagi kehormatannya, bendera Islam berkibar lagi, spirit Islam berkobar lagi, dan umat Islam di mana-mana memekikkan syiar Islam, musuh merasa bahwa ambisi dan kepentingannya di persada Islam yang luas ini sedang terancam bahaya serius.

Dengan populasi yang mencapai sekitar 1.5 milyar jiwa, dan didukung oleh kondisi iklim, geografis, sumber daya manusia, dan kekayaan alam yang kondusif, Dunia Islam bisa menjelma menjadi sebuah himpunan raksasa yang terpadu. Sudah lebih dari dua abad kekuatan-kekuatan imperialis memenuhi pundi-pundinya dari kekayaan kawasan Dunia Islam, baik di era kolonialisme maupun di era neo-imperialisme dan era modern sekarang. Kawasan ini menjadi lahan yang subur untuk ambisi politik kaum imperialis, khususnya AS.

Jika umat Islam memulihkan kesatuan barisannya, memperlihatkan kekuatan mereka yang sebenarnya, merealisasikan kemerdekaan Islam, yaitu kemerdekaannya yang sejati di kawasan ini, maka dominasi ekonomi, politik, dan kebudayaan musuh terhadap kawasan ini akan berakhir. Musuh tidak menginginkan umat Islam bersatu, kuat, dan merdeka. Mereka berusaha mati-matian agar ini tidak terjadi. Untuk itu mereka gencar menebar bibit perpecahan di tengah umat Islam. Tragisnya, bibit penyakit ini berhasil menjangkiti tubuh Dunia Islam. Atas dasar ini, kami mengimbau kepada Anda semua untuk serius memikirkan masalah ini.

Kita sudah sering mengumandangkan isu persatuan Islam dan persaudaraan antar sesama Muslim. Dalam praktiknya pun, para tokoh Dunia Islam juga merasakan hangatnya persaudaraan ini. Dalam pertemuan ini spirit ukhuwwah Islamiah sungguh bergelora. Kita sama-sama merasakan berada dalam satu tubuh dan tidak memandang adanya jarak antara kita. Ini realitas. Namun, kita bukan dalam kapasitas sebagai representasi dan indikator fakta-fakta Dunia Islam di kancah politik dan pemerintahan serta di level masyarakat umum. Musuh sangat cerdik dalam menebar bibit pertikaian antar umat Islam. Dan yang dijadikan sebagai media pengembang-biakannya ialah para politisi korup, para fanatis buta, dan orang-orang berpikiran dangkal, sempit, dan partisan.

Diantara saudara-saudara kita ada yang menyinggung masalah Irak. Perhatikan apa yang terjadi Irak. Di beberapa negara lain, ada pihak-pihak yang menempatkan Syiah dan Sunni di Irak dalam kondisi saling berhadap-hadapan. Mereka menganggap bahwa keduanya saling bermusuhan dan bahwa masing-masing saling memusuhi dengan niat untuk mendekatkan diri kepada Allah! Mengapa demikian?! Siapa yang menyuntik keduanya dengan motif yang batil ini?! Orang yang menyuntikkan doktrin demikian jelas bukan Islam. Mari kita realisasikan persatuan Islam. Mari kita susun suatu piagam yang direkomendasi dan disahkan oleh segenap alim ulama, cendikiawan Islam, dan para umara yang berhati ikhlas di Dunia Islam dan berjuang untuk merealisasikan persatuan agar tidak ada kelompok-kelompok Islam tertentu yang berani mengkafirkan Muslim lainnya yang menyuarakan tauhid dan berasal dari madzhab dan golongan lain, agar seluruh kaum muslimin merasa sebagai saudara.

Persatuan Islam bukan berarti menyatukan akidah dan aliran dalam Islam. Sebaliknya, biarkan setiap aliran dan mazhab memiliki ruang keyakinan teologis (kalam) dan fikihnya sendiri, dan kalaupun hendak didiskusikan maka ranahnya adalah ranah ilmiah. Perbedaan fikih dan keyakinan teologis jangan sampai berpengaruh pada wilayah realitas kehidupan dan politik. Yang kita maksudkan dari persatuan Islam ialah jangan sampai terjadi pertikaian sebagaimana firman Allah;

لاَ تَنَازَعُواْ فَتَفْشَلُواْ وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ
"Dan janganlah kalian bertikai, yang menyebabkan kalian menjadi gentar dan hilang kekuatan kalian ..." (QS.8.46)

وَاعْتَصِمُواْ بِحَبْلِ اللّهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُوا

"Dan berpeganglah kalian semua kepada tali Allah, dan janganlah kalian bercerai berai." (QS.3.103)

Berpegang teguh (i'tisham) kepada tali Allah adalah kewajiban bagi setiap Muslim. Tapi menurut Al-Quran, memerintahkan kita secara perseorangan agar berpegang kepada tali Allah masih belum cukup. Karena itu Al-Quran juga memerintahkan kita untuk berpegang kepada tali Allah secara kolektif. Semua harus bersama-sama berpegangan kepada tali Allah. Kebersamaan dan persatuan ini adalah satu kewajiban tersendiri. Dengan demikian, selain harus berpegang kepada tali Allah, setiap Muslim juga harus berkonsolidasi satu dengan yang lain dan membentuk satu kesatuan. Inilah i'tisham yang benar dan yang harus kita laksanakan. Allah SWT juga berfirman;

فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِن بِاللّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَىَ لاَ انفِصَامَ لَهَا

"Maka barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus." (QS.1.256)

Ayat ini menjelaskan kepada kita makna berpegang teguh kepada tali Allah. Yaitu berpegang teguh dengan cara beriman kepada Allah serta ingkar kepada Thaghut (penguasa zalim, kekuatan, atau berhala yang dipuja selain Allah, pent.) Thaghut terbesar di dunia sekarang adalah rezim AS, yaitu rezim yang menciptakan dan membeking Zionisme. Dalam hal ini AS telah menggantikan Thaghut terbesar sebelumnya, Inggris. Agresi AS dan para mitranya sekarang sudah terlampau banyak menyusahkan Dunia Islam. Kemajuan, pendirian, dan progresifitas Dunia Islam dari segi materi maupun spiritual berada dalam tekanan AS dan para mitranya. Dalam agresi Zionis ke Libanon pada satu bulan terakhir yang telah menciptakan gelegar semangat dan kemenangan di pihak Hizbullah, AS secara terbuka ikut melibatkan dirinya dalam peperangan. AS tidak cukup dengan memberikan dukungan mental, dana, dan politik. AS menyediakan dan memasok senjata untuk Zionis. Pada hakikatnya, AS-lah yang menghendaki dan memulai perang ini. Jadi, AS sekarang adalah Thaghut terbesar.

Dalam banyak hal, keimanan kepada Allah SWT ada di tengah umat Islam, tetapi tidak demikian dengan keingkaran kepada Thaghut. Padahal keingkaran ini sangat penting. Tanpa keingkaran kepada Thaghut, berpegang kepada tali Allah tidak mungkin bisa terjadi. Kita tidak bermaksud menyerukan kepada negara-negara dan bangsa-bangsa Muslim agar berperang melawan AS. Yang kami serukan ialah jangan sampai tunduk kepada AS, dan jangan sampai bekerjasama dan bersekongkol dengan musuh Islam. Salah satu bentuk penolakan kerjasama ini ialah tidak menggubris bisikan musuh soal persatuan Islam dan berusaha menjaga persatuan umat Islam.

Menurut hemat kami, masalah terpenting Dunia Islam sekarang adalah persatuan. Dengan bersatu kita bahkan bisa meraih kemajuan di bidang iptek, politik, dan lain sebagainya. Anda semua melihat sendiri bagaimana musuh melancarkan tekanan terhadap Iran di bidang energi nuklir. Mereka tahu persis bahwa kami tidak memburu senjata nuklir. Mereka hanya kecewa menyaksikan adanya tanda-tanda kemajuan iptek di sebuah negara Islam. Yaitu negara yang telah membuktikan ketidak tundukannya kepada ambisi politik AS, tidak takut kepada intimidasi AS. Di mata AS, negara Islam seperti ini jangan sampai berhasil meraih teknologi nuklir yang notabene teknologi paling vital di zaman sekarang. Inilah sebab mengapa mereka melancarkan tekanan sedemikian rupa.

Tapi kami sendiri sudah menancapkan tekad dan keputusan kami. Dalam kurun waktu 28 tahun pasca revolusi Islam, bangsa Iran sudah mengenyam pengalaman bahwa jalan satu-satunya untuk bebas dari konspirasi musuh ialah bertawakkal kepada Allah dan bersabar di medan mujahadah. Inilah jalan yang kami tempuh sampai detik ini, dan kami telah merasakan manisnya hasil dari perjuangan ini. Dengan izin dan kekuatan Ilahi, kami akan terus melanjutkan perjalanan ini dengan segenap ikhtiyar kami, dan nanti kami pasti akan menikmati hasilnya.

Saudara dan saudari yang terhormat, Dunia Islam kini berada dalam situasi yang sangat krusial dan bahkan merupakan momen yang dinantikan oleh Dunia Islam sejak beberapa abad silam. Sekarang kesempatan besar ada di depan kita. Bangsa-bangsa Muslim sedang bangkit. Kebangkitan Islam merebak ke seluruh pelosok Dunia Islam. Bangsa-bangsa Muslim sudah mulai menyadari hak-haknya. Tak sedikit pemimpin negara-negara Muslim yang benci dan muak terhadap AS, walaupun sikap ini tidak mereka ekspresikan. Para pemimpin, politisi, dan pejabat di banyak negara Islam kecewa dan kesal menyaksikan tingkah laku AS dan kekuatan-kekuatan arogan lainnya.

Ini merupakan kesempatan emas yang harus dimanfaatkan baik-baik oleh Dunia Islam. Para politisi serta para elit pemikiran dan budayawan memiliki tugasnya masing-masing dimana tugas budayawan tidak kalah pentingnya dengan tugas para politisi. Para ulama, cendikiawan, dan pemikir terkemuka Dunia Islam serta mereka yang menguasai sarana komunikasi dengan publik dan dapat mencetak opini memiliki tugas besar menjelaskan kekuatan nasional dan rakyat di Dunia Islam. Sejak beberapa abad silam, yaitu sejak era kolonialisme sampai sekarang kaum imperialis berusaha meyakinkan bangsa-bangsa Muslim dengan asumsi bahwa bangsa-bangsa Muslim tidak bisa berbuat apa-apa, dan tidak memiliki daya apapun untuk melawan mereka. Kaum imperialis memang berhasil menanamkan asumsi itu ke dalam pikiran sejumlah besar masyarakat Muslim. Mereka berhasil antara lain karena terbantu oleh pengkhianatan sebagian politisi bangsa-bangsa Muslim. Asumsi kotor itu menghasilkan berbagai malapetaka, terutama masalah Baitul Maqdis dan Palestina.

Sudah hampir 60 tahun Palestina yang notabene rumah Islam dan tempat kiblat pertama umat Islam terampas dari tangan umat ini. Penduduknya diusir dan mengungsi ke negara-negara lain, atau terlunta-lunta di negerinya sendiri. Mereka ditindas oleh rezim perampas yang dengan segala kecongkakannya telah menduduki seluruh bagian Palestina. Dan aksi ini didukung penuh oleh musuh-musuh Islam lainnya. Ini merupakan tragedi dan bencana besar karena telah menyebabkan umat Islam kehilangan rasa percaya diri.

Seandainya kesadaran Dunia Islam seperti sekarang ini ada pada dekade 1930 dan 1940-an, tentu tidak akan terjadi tragedi Palestina. Inggris saat itu tidak akan berani merampas sebuah negara Islam dari penduduknya untuk diserahkan kepada imigran asing. Sekarang kita harus menebus secara bertahap kerugian-kerugian yang sudah kita derita. Ini dapat dilakukan dengan menyusun program, siasat, manajemen, dan tekad yang bulat. Sikap pasif dan mudah menyerah sama sekali tidak akan menghantarkan Dunia Islam kepada cita-citanya. Apa yang didambakan oleh umat dan Dunia Islam juga tidak dapat direalisasikan dengan rasa takut kepada musuh dan tidak percaya kepada kekuatan rakyat.

Jutaan rakyat yang ada di negara-negara Islam adalah kekuatan raksasa yang jika diaktifkan maka tidak ada kekuatan asing manapun yang dapat menghadangnya. Contoh dan bukti yang sudah ditunjukkan Allah SWT kepada kita semua adalah peristiwa Libanon. Kemenangan Hizbullah adalah salah satu realisasi dari firman Allah SWT;

كَم مِّن فِئَةٍ قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيرَةً بِإِذْنِ اللّهِ وَاللّهُ مَعَ الصَّابِرِينَ

"Berapa banyak golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah bersama orang-orang yang sabar." (QS.2.249)

Musuh tentu saja mengingkari eksistensi kekuatan rakyat agar para pemimpin politik tidak memiliki keyakinan kepada kekuatan ini. Tapi di mata kami, salah satu kepiawaian pemimpin besar kami, Imam Khomeini, ialah kesadarannya akan keberadaan kekuatan ini. Beliau telah mengungkap dan menggunakan kekuatan ini. Beliau percaya kepada kekuatan rakyat.

Iran pra revolusi Islam berada dalam kondisi yang mengenaskan. Rakyat saat itu tidak mengerti akan tugas dan kewajibannya. Dominasi musuh merajalela. Iran menjadi pangkalan dan tempat pelesiran para gembong Zionis yang datang dan pergi dengan seenaknya sambil menikmati fasilitas politik dan keuangan yang ada. Di saat negara-negara Arab memutuskan untuk menggunakan minyak sebagai senjata untuk menekan Israel, Syah Iran malah berusaha menentramkan para Zionis dengan janji akan menjamin suplai minyak kepada mereka. Inilah kondisi Iran saat itu, dan tak seorangpun berharap lain. Tapi ketika pemimpin besar kami (semoga Allah merahmati arwahnya yang suci) membulatkan tekadnya untuk mengobarkan perjuangan, tak ada kekuatan apapun di lapangan kecuali kekuatan rakyat. Beliau mengungkap tabir kekuatan ini, bertumpu padanya, dan Allah SWT yang segala sesuatu ada di tangan-Nya sesuai firman Ilahi;

وَمَا رَمَيْتَ إِذْ رَمَيْتَ وَلَـكِنَّ اللّهَ رَمَى
"Dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar." (QS.8.17)

akhirnya memutar balik hati setiap orang kepada hakikat ini. Akibatnya, kekuatan megakolosal turun ke gelanggang, mengguncang, dan menggilas kekuatan rezim Thaghut Syah Pahlevi yang bergantung pada kekuatan asing. Pemerintahan Islampun kemudian berdiri tegak di Iran. Kami berada dalam situasi yang paling krusial untuk Dunia Islam. Kami berada di persimpangan jalan dimana kepercayaan AS dan para arogan dunia lainnya di kawasan Timur Tengah saat itu banyak tercurah kepada rezim Syah Pahlevi.

Kekuatan rakyat harus dikenal sebagai kekuatan raksasa. Dan untuk dapat memobilisasikannya, diperlukan tekad, kehendak, keikhlasan, dan mujahadah. Jika rakyat turun dan para umara' pun bergandengan erat dengan jutaan rakyat mereka, maka tidak akan ada kekuatan apapun yang dapat menghadang dan mengancam mereka. Hanya saja, tanpa jihad dan kesiapan untuk menanggung beban berat, orang tidak dapat meraih apa-apa. Umat Islam harus siap mengenyam derita perjuangan agar bisa meraih cita-cita. Ini adalah tugas penting kita semua saat ini untuk Dunia Islam.

Kita bersyukur kepada Allah SWT yang telah memberi petunjuk jalan yang lurus kepada sejumlah besar bangsa Muslim serta para tokoh dan ulama mereka. Prinsip kita ialah jangan sampai bangsa-bangsa Muslim putus asa, cakrawala mereka menggulita, hati dan tekad mereka terpasung oleh bayang-bayang kaum imperialis, dan pertikaian melumpuhkan kekuatan mereka. Sungguh naif, dalam kondisi seperti ini kita melihat masih ada elit-elit politik di Dunia Islam yang menjadi penyambung lidah AS dan Inggris! Mereka merefleksikan kehendak AS dan Inggris, dan ikut mengadu domba Syiah dengan Sunni serta menyulut pertikaian antar mazhab di Dunia Islam. Mereka bertindak persis seperti apa yang dikehendaki oleh musuh-musuh Islam. Tindakan ini harus diperangi.

Kita memohon kepada Allah SWT agar kita mendapatkan taufik dalam melaksanakan segala sesuatu yang mendatangkan keridhaan-Nya, memperoleh pertolongan dalam melaksanakan tugas dan kewajiban kita. Kami di Republik Islam Iran bergembira dengan sepenuh jiwa atas terealisasinya janji-janji Allah. Kami menyaksikan janji-janji Allah satu demi satu menjadi kenyataan. Memang kami selalu dibayangi ancaman yang tak ada habisnya. Tapi ini bukanlah perkara baru, karena musuh mengumbar ancaman terhadap Republik Islam sejak awal revolusi. Republik Islam senantiasa resisten sehingga berhasil dan akan selalu berhasil mengatasi ancaman demi ancaman. Negara Muslim manapun jika berani melawan segala ancaman imperialis dan pantang menyerah juga pasti akan mengenyam pengalaman seperti ini dan menyaksikan terealisasinya janji-janji Allah SWT.

Kami mengulurkan tangan persaudaraan kepada seluruh umat Islam, dan seluruh tokoh pemikiran dan pemimpin politik Dunia Islam. Kami berharap dari mereka untuk lebih memperkuat lagi tali persaudaraan ini. Kita berharap kepada Allah SWT agar memeriahkan Dunia Islam dengan kemenangan dan prestasi lebih banyak lagi di berbagai bidang. Insya Allah.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuhu.

700 /