Situs Media Informasi Kantor Imam Ali Khamenei

Pemimpin Besar Revolusi Islam

Pidato Rahbar Dalam Pertemuan Para Pejabat Negara Pada Peringatan Bi’tsah Rasul SAW

Bismillahir Rahmanir Rahim

Kami mengucapkan selamat kepada segenap umat Islam dunia, kepada bangsa Iran, dan kepada saudara dan saudari sekalian yang hadir di sini, khususnya para tamu dan para pendamba persatuan Islam, serta kepada para duta besar negara-negara Islam atas hari raya besar yang merupakan puncak segala hari raya umat manusia ini.

Tahun ini di Iran dinamai sebagai tahun Nabi yang agung SAW, dan hari ini adalah hari diutusnya beliau sebagai rasul. Dalam sebuah hadits mutawatir dan terkenal beliau bersabda;

اِنَّمَابُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الْاَخْلَاقِ
"Sesungguhnya aku diutus adalah untuk menyempurnakan keutamaan-keutamaan akhlak".

Pengutusan Rasulullah SAW di muka bumi adalah untuk membumikan dan menyempurnakan keutamaan akhlak dan rohani manusia. Ini adalah tugas besar dan penting yang tidak mungkin dilimpahkan oleh Allah SWT kecuali kepada sosok manusia yang sempurna akhlaknya. Karena itu sejak awal pengutusan, Allah SWT berfirman kepada rasul-Nya:

وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ
"Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung." (QS.68.4)

Sebelum diutus sebagai Rasul, Nabi Muhammad SAW telah tertempa sedemikian rupa agar beliau terbukti sebagai manusia yang memang layak menerima wahyu. Diriwayatkan bahwa ketika Nabi Muhammad SAW masih muda dan terlibat aktivitas perniagaan sehingga memiliki penghasilan yang besar, beliau menggunakan penghasilan itu di jalan Allah dengan cara mendermakannya kepada fakir miskin. Pada saat itu pula, yaitu ketika beliau menjalani tahap-tahap terakhir perfeksinya menjelang turunnya wahyu dan pengutusan, beliau menyendiri di dalam Gua Hira untuk merenungkan tanda-tanda kebesaran dan keagungan Ilahi. Beliau mengamati langit, bintang-bintang, bumi, serta aneka ragam makhluk yang hidup di bumi dengan indera dan caranya masing-masing.

Beliau melihat semua itu sebagai tanda-tanda keberadaan dan kebesaran Allah SWT. Maka dari itu, hari demi hari beliau larut dalam ketundukan kepada Yang Maha Benar, kepada perintah dan larangan Allah SWT, sehingga benih-benih akhlak yang mulia terus bersemai dalam kalbunya. Dalam sebuah riwayat disebutkan;

كاَنَ اَعْقَلَ النَّاسِ وَ اَكْرَمَهُمْ
"Dia (Muhammad) adalah orang paling berakal dan mulia".

Dengan menyaksikan tanda-tanda kebesaran Ilahi, beliau terus menjalani proses kesempurnaan spiritual hingga mencapai usia 40 tahun. Diriwayatkan;

فَلَمَّا اسْتَكْمَلَ اَرْبَعِيْنَ سَنَةً وَ نَظَرَاللَّهُ عَزَّوَجَلَّ اِلَى قَلْبِهِ فَوَجَدَهُ اَفْضَلَ الْقُلُوْبِ وَ اَجَلَّهَا وَ اَطْوَعَهَا وَ اَخْشَعَهَا وَ اَخْضَعَهَا
"Ketika dia berusia genap 40 tahun dan Allah Azza wa Jalla pun memandang hatinya, maka Allah mendapatinya sebagai kalbu yang paling mulia, paling agung, paling ta'at, paling khusyu', dan paling tunduk."

اَذِنَ لِاَبْوَابِ السَّمَاءِ فَفَتَحَتْ وَ مُحَمَّدٌ يَنْظُرُ اِلَيْهَا
"Allah memperkenankan pintu-pintu langit sehingga terbuka, dan Muhammad pun menatap pintu-pintu itu."

Ketika beliau tiba pada suatu jenjang yang merupakan puncak kesempurnaan spiritual, Allah SWT membukakan kepadanya pintu-pintu langit dan alam gaib, dan beliau pun menatap alam itu.

وَ اَذِنَ لِلْمَلاَئِكَةِ فَنَزَلُوْا وَ مُحَمَّدٌ يَنْظُرُ اِلَيْهِمْ
"Dan Allah memperkenankan para malaikat turun ke bumi, dan Muhammad melihat mereka."

Beliau menyaksikan mereka dan bercengkrama dengan mereka. Beliau mendengar kata-kata mereka sampai malaikat Jibril al-Amin turun dan berseru;

اِقْرَأ
"Bacalah!" (QS.96.1)

Makhluk tiada tanding dan manusia sempurna yang telah menaklukkan puncak kesempurnaan sebelum mendapatkan wahyu Ilahi ini sejak diutus sebagai Rasul telah memulai jihad miltimensional yang sangat berat. Beliau menjalankan jihad yang serba berat ini selama 23 tahun. Jihad melawan hawa nafsu sendiri, jihad berupa mencerdaskan masyarakat yang buta hakikat, dan jihad memerangi suasana kegelapan yang mutlak sebagaimana dilukiskan oleh Imam Ali bin Abi Thalib (as) dalam kitab Nahjul Balaghah;

فِى فِتَنٍ دَاسَتْهُمْ بِاَخْفَافِهَا وَ وَطَأَتْهُمْ بِأَظْلَافِهَا وَ قَامَتْ عَلَى سَنَابِكِهَا
"(Beliau) berada di tengah petaka yang mereka (kaum jahiَliyah) tebar dengan segala kehinaannya, yang mereka jalani dengan segala kebatilannya, dan yang berdiri di sisi-sisi jurangnya."

Beliau berjuang di tengah segala tekanan angkara murka yang melanda masyarakat berupa pemujaan kepada dunia, perbudakan oleh syahwat, kezaliman, penistaan martabat, kebobrokan moral yang ada dalam diri setiap individu, dan penindasan para penguasa yang berlangsung tanpa hambatan apapun terhadap kaum lemah. Penindasan ini bukan hanya berlangsung di Mekkah dan Jazirah Arab, tetapi bahkan mewarnai peradaban-peradaban termaju di dunia saat itu yaitu, peradaban imperium Romawi dan imperium Persia.

Sejarah mencatat betapa kehidupan seluruh umat manusia saat itu terpasung dalam tirani. Tapi sejak Rasulullah SAW diutus dan mengemban risalah Ilahi, beliau memulai perjuangan gigih dan dahsyat melawan kekuatan raksasa itu. Sepanjang itu, wahyu turun susul menyusul ke dalam kalbu beliau bagaikan air jernih yang mengalir ke tanah yang subur. Beliau mengerahkan segenap kemampuannya untuk menggulung dunia dalam sebuah transformasi besar, dan beliaupun berhasil.

Sel-sel inti tubuh umat Islam pada hari-hari terberat Mekkah saat itu dibina dengan sangat terampil oleh Rasul SAW sehingga menjadi pilar-pilar bangunan umat Islam. Mereka adalah orang-orang yang pertama kali beriman, mengerti, berani, memiliki cahaya nurani yang peka terhadap risalah Nabi SAW, dan menambatkan hati kepada beliau. Allah SWT berfirman;

مَن يُرِدِ اللّهُ أَن يَهْدِيَهُ يَشْرَحْ صَدْرَهُ لِلإِسْلاَمِ
"Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk Islam." (QS.6.125)

Rasulullah SAW membina jiwa-jiwa yang siap menerima makrifat dan ajaran Ilahi sehingga merekapun tercerahkan dan memiliki tekad serta nyali yang tangguh. Dalam kondisi inilah komunitas kecil yang kian hari kian membesar ini dihadapkan pada berbagai ujian yang sangat berat dan tak terbayangkan untuk orang-orang seperti kita. Suasana saat itu adalah suasana dimana segala normanya adalah norma-norma jahiliyah; fanatisme, egoisme, kebencian, kecongkakan, kekejian, kezaliman, dan syahwat membaur menjadi satu serta membebani dan mengepung kehidupan masyarakat. Di tengah sahara gersang dan tandus ini, tumbuh tunas-tunas hijau seperti dikatakan oleh Imam Ali bin Abi Thalib as;

وَ اِنَّ الشَّجَرَةَ البَرِّيَّةِ اَصْلَبُ عُوْداً وَ اَقْوَى وُقُوْداً
"Sesungguhnya pohon gurun adalah yang lebih tangguh dahannya dan lebih kuat pokoknya."

Tak ada badai yang dapat membabat tanaman, tunas, dan pohon yang tumbuh dan mengakar di atas batu. 13 tahun berlalu dan di atas pondasi yang kokoh itu sebuah masyarakat Islam, masyarakat madani dan nabawi didirikan. Itupun sepuluh tahun umat ini dibina, diantaranya menyangkut kehidupan berpolitik. Mereka juga dibina dengan tarbiyah sebagaimana firman Allah SWT;

هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِّنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ
"Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah ." (QS.62.2)

"Mensucikan" maksudnya ialah bahwa Rasulullah SAW mendidik kalbu setiap orang dari kaumnya. Beliau mengajarkan kepada mereka ilmu dan pengetahuan. "Dan mengajarkan kepada mereka al-Kitab dan hikmah"; hikmah adalah satu jenjang pengetahuan yang tertinggi. Beliau tidak hanya menerapkan undang-undang, ketentuan, dan hukum, melainkan juga mengajarkan hikmah kepada mereka. Beliau membukakan mata mereka untuk menyaksikan hakikat-hakikat alam semesta. 10 tahun beliau bergerak di bidang ini. Dari sisi lain, beliau juga bergerak di bidang politik, administrasi pemerintahan, pertahanan masyarakat Islam, dan eskalasi wilayah Islam, serta membukakan pintu bagi masyarakat di luar Madinah untuk masuk ke wilayah nurani dan makrifat Islam.

Saudara dan saudari yang mulia, tarbiyah dan politik tidak dapat dipisahkan. Sebagian orang beranggapan bahwa Islam hanya menyangkut masalah-masalah pribadi. Mereka menceraikan politik dari Islam. Di sejumlah besar masyarakat Islam dan dalam wacana ofensif dunia imperialisme, dikembangkan paham bahwa Islam adalah agama yang steril dari politik. Mereka merenggut politik dari Islam, padahal berpolitik adalah tindakan yang pertama kali dilakukan Rasulullah SAW pada permulaan hijrah dan pada awal keberhasilan beliau bebas dari gangguan masyarakat Mekkah. Pembinaan masyarakat Islam, pembentukan pemerintahan dan tentara Islam, pengiriman surat kepada para penguasa besar dunia, dan terjun ke pentas politik besar umat manusia saat itu tak lain adalah tindakan berpolitik.

Lantas bagaimana mungkin Islam dapat diceraikan dari politik?! Apakah patut politik dipahami sebagai dunia yang mesti dikendalikan oleh konsep-konsep di luar Islam?! Atau oleh orang-orang yang disebutkan al-Quran sebagai;

الَّذِينَ جَعَلُوا الْقُرْآنَ عِضِينَ
"Mereka yang menjadikan al-Quran tercabik-cabik" (QS.15.91)

يُؤْمِنُ بِبَعْضٍ وَ يَكْفُرُ بِبَعْضٍ
"Orang yang beriman kepada sebagian dan mengingkari sebagian lainnya."

Mereka beriman kepada ajaran Al-Quran tentang ibadah kepada Allah SWT, tetapi tidak beriman kepada ajaran Al-Quran tentang politik. Allah SWT berfirman;

لَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنَاتِ وَأَنزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتَابَ وَالْمِيزَانَ لِيَقُومَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ
"Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca supaya manusia dapat menegakkan keadilan." (QS.57.25)

Apa yang dimaksud dengan keadilan di sini? Keadilan di sini tak lain ialah penegakan keadilan sosial di tengah masyarakat. Siapa yang dapat menunaikan kewajiban ini? Pembentukan masyarakat yang adil adalah pekerjaan yang identik dengan politik; pekerjaan yang hanya bisa dilakukan oleh pengelola negara. Penegakan keadilan bahkan bukan hanya misi nabi kita saja, melainkan juga merupakan misi para nabi lain. Nabi Isa, Musa, Ibrahim, serta para nabi dan rasul lainnya datang untuk berpolitik dan mendirikan tatanan Islami. Naifnya, ada orang-orang tertentu yang merasa bangga karena tidak berpolitik. Suara propaganda tendensius dari Barat ikut terjun ke lapangan dan menyatakan bahwa agama harus dipisahkan dari politik, agama harus diceraikan dari pemerintahan. Kalau kita memang Muslim yang sejati, ketahuilah bahwa agama dan pemerintahan adalah sesuatu yang tunggal dan bukan merupakan dua dunia yang berintegrasi satu sama yang lain. Agama dan pemerintahan adalah entitas yang satu.

Agama dan pemerintahan dalam Islam mengalir dari satu sumber yang sama, yaitu wahyu Ilahi. Inilah ajaran al-Quran dan Islam. Celakanya lagi, di saat ada satu pihak memisahkan politik dari Islam, ada pula pihak lain yang memandang Islam hanya sebagai komoditas dan permainan politik belaka. Mereka menyepelekan akhlak, maknawiyah, kecintaan, keutamaan, dan kemuliaan yang merupakan misi terbesar dari pengutusan Rasulullah SAW. Merekalah yang disebutkan al-Quran sebagai "orang-orang yang menjadikan al-Quran tercabik-cabik", dan orang yang berkata;

نُؤْمِنُ بِبَعْضٍ وَنَكْفُرُ بِبَعْضٍ
"Kami beriman kepada yang sebagian dan kami ingkar terhadap sebagian". (QS.4.150)

Mereka menyederhanakan Islam dalam jargon-jargon politik yang menyentak dan menyengat sambil mengabaikan dimensi kekhusukan, zikir, keikhlasan, spiritual, ketundukan dan keterikatan kalbu kepada Allah SWT, kucuran air mata di depan keagungan Ilahi, pengharapan akan rahmat Ilahi, kesabaran, kelapangan hati, keberanian, kedermawanan, kepemaafan, rasa persaudaraan, dan kasih sayang. Mereka menggunakan Islam hanya sebagai label dalam berpolitik. Ini sama menyimpangnya dengan sikap yang pertama.

Firman Allah "mensucikan mereka dan mengajarkan mereka al-Kitab dan hikmah" menunjukkan bahwa selain mendidik, Rasulullah juga mensucikan umat. Obyek tarbiyah agama adalah hati, akal, dan raga kita semua. Allah SWT berfirman;

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ جَاهِدِ الْكُفَّارَ وَالْمُنَافِقِينَ وَاغْلُظْ عَلَيْهِمْ
"Hai Nabi, perangilah orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, dan bersikaplah keras terhadap mereka".(QS.9.73)

Kekuatan dan kekerasan diperlukan untuk menghadapi musuh yaitu, para agresor dan pihak-pihak yang menghalangi pembumian ruhani dan wahyu Ilahi. Allah SWT berfirman;

وَأَنزَلْنَا الْحَدِيدَ فِيهِ بَأْسٌ شَدِيدٌ وَمَنَافِعُ لِلنَّاسِ
"Dan Kami turunkan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia." (QS.57.25)

Musuh harus dihadapi dengan tangan besi dan mental baja. Ini merupakan obat untuk menyembuhkan penyakit yang diderita umat Islam zaman sekarang. Umat Islam sekarang sangat memerlukan pemerintahan Islam dalam pengertiannya yang sejati. Pemerintahan Islam tak lain adalah pemerintahan yang memperjuangkan suara hati nurani umat manusia, memperjuangkan kecerdasan dan kemajuan ilmu pengetahuan mereka, memperjuangkan keberdayaan mereka, dan mengendalikan politik secara benar di tengah-tengah mereka. Inilah yang sekarang amat diperlukan oleh umat Islam.

Umat Islam terpuruk sejak agama disterilkan dari pemerintahan; akhlak disisihkan dari pengurusan masyarakat. Dulu terdapat raja-raja yang disebut sebagai khalifah di Baghdad, Syam, dan berbagai penjuru dunia lainnya. Mereka mengibarkan bendera Islam, tetapi aroma yang menyengat di bawah bendera ini justru aroma hawa nafsu, birahi, ambisi, takabur, kecongkakan, materialisme, korupsi dan individualisme sehingga membuka peluang bagi keterbelakangan Dunia Islam. Rasulullah SAW beserta para sahabatnya yang mulia telah gigih berjuang untuk mempercepat proses pembumian Islam. Hasilnya ialah kejayaan Islam di bidang politik dan ilmu pengetahuan sampai abad keempat dan kelima Hijriah.

Naifnya, di saat yang sama juga terdapat proses penanaman benih-benih penyakit, keterbelakangan, kebobrokan, dan kemunafikan yang terjadi di dalam istana dinasti-dinasti yang berkuasa. Benih-benih ini kemudian tumbuh menjalar dan menjerat kaki umat Islam dimana hasilnya kini kita rasakan dengan darah dan daging kita setelah proses itu berjalan selama sekian abad. Pada abad ke-19 dan 20 Masehi kita bangsa-bangsa Muslim menjadi mangsa imperialisme musuh dan tertinggal oleh kereta ilmu pengetahuan. Musuh sudah sedemikian kuat, sedangkan kita kian hari kian melemah. Mereka menambah kekuatan antara lain dengan menghisap darah kita. Kita kekurangan darah dan lemah. Akibatnya, nasib umat Islam, khususnya bangsa-bangsa Muslim di kawasan Timur Tengah, jatuh ke dalam genggaman kekuatan zalim Inggris sebelum kemudian pindah ke dalam cengkraman Si Setan Besar abad modern yaitu, rezim AS. Alhasil, musuh telah memanfaatkan kelemahan Dunia Islam.

Para penguasa AS sekarang bicara tentang berbagai persoalan Dunia Islam laiknya seorang raja! Silahkan mencermati statemen-statemen Presiden AS tentang Libanon, Palestina, Irak, Suriah, Iran, dan negara-negara lain. Mereka bicara seakan-akan mereka mengantongi sertifikat kepemilikan atas negara-negara itu! Mengapa mereka sampai mendapat kesempatan untuk berbuat demikian? Mengapa mereka sampai memiliki peluang untuk bersikap sedemikian angkuh?

Perilaku kaum kafir itu adalah akibat dari kesalahan kita sendiri; kita enggan mendemonstrasikan kekuatan kita di atas pentas. Kita sebenarnya sangat kuat dan perkasa. Perhatikan rakyat dan para pejuang Hizbullah Libanon. Libanon adalah negara Timur Tengah yang paling sepele di mata AS dan Israel. Tapi bagaimana Libanon ternyata berhasil menyungkurkan batang hidung Zionis ke tanah. Inilah hasilnya jika kita menggunakan kekuatan yang kita miliki. Sebaliknya, jika lapangan kita serahkan kepada musuh dan para pemimpin negara kita pun mengurung diri dalam rumah atau para politisi, pejabat, dan para insan pers kita hanya memikirkan kepentingan pribadi, hasilnya ialah ketertindasan bangsa-bangsa kita dan keterasingan masyarakat kita dari medan perjuangan.

Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada Pemimpin Besar kami, Imam Khomeini ra, yang telah membangkitkan dan membawa kita ke medan perjuangan. Kami dulu juga merupakan bangsa yang tertindas. Di kota Teheran ini, berbagai jenis kemungkaran kelas berat terjadi dan tak seorangpun berani menyoalnya. Kota ini didatangi oleh musuh Islam yang terbesar dan mereka bercokol di sini seakan mereka tinggal di kampung halaman mereka sendiri. Keamanan mereka dijamin penuh. Mereka menjarah harta kekayaan negeri ini, membawa minyak, menghadang kemajuan bangsa kami, memaksakan program-program pengkhianatan, sedangkan para pemimpin negara ini, Mohammad Reza Syah dan para kroninya, malah merunduk kepada mereka. Secara lahiriah Syah dan kroninya tampak berwibawa, tetapi pada hakikatnya mereka selalu memohon izin dan restu kepada musuh. Di kota Teheran ini, penghuni istana Iran selalu berkonsultasi kepada Dubes AS dan Dubes Inggris untuk dapat mengambil keputusan-keputusan penting. Semua ini terdata dalam dokumen-dokumen yang kini ada di tangan kami.

Sayangnya, fakta-fakta seperti ini sekarang masih berlangsung di sejumlah besar negara Islam. Bangsa Iran yang memiliki latar belakang sejarah yang agung dan kini perkasa, cerdas, aktif di gelanggang ilmu pengetahuan, gigih di medan perjuangan, prima di kancah teknologi, dan bergelora di pentas politik dahulu adalah bangsa yang juga lemah dan tertindas. Imam Khomeini-lah yang menggiring rakyat Iran ke gelanggang. Beliau percaya kepada kemampuan rakyat, dan rakyatpun percaya diri. Ketika beliau percaya kepada rakyat, dan rakyatpun percaya kepada beliau, maka yang terjadi ialah bahwa Iran yang semula merupakan satu titik pengharapan kaum kafir ternyata berubah menjadi negara pengibar bendera Islam. Insya Allah, bangsa Iran akan terus melangkah maju di jalan ini.

Salah besar pihak yang beranggapan bahwa dengan semakin menuanya usia revolusi Islam dan dengan wafatnya Imam Khomaini, akan terjadi kesenjangan antara rakyat dan nilai-nilai revolusi Islam. Mereka sendiri sadar akan kesalahan ini. Kami konsisten kepada nilai-nilai kami. Kami meyakini nilai-nilai Islam sebagai sumber kehormatan bangsa kami. Dengan nilai-nilai inilah kami berhasil mengembangkan potensi-potensi kami. Dengan berkah Islam dan dengan pertolongan Ilahi, kami akan dapat bergerak dengan laju kecepatan yang luar biasa menuju penaklukan puncak ilmu pengetahuan. Kami akan sukses menaklukkan puncak ini. Kami akan mampu mengatasi kelemahan yang telah sekian lama dipaksakan terhadap kami.

Kaum imperialis dunia sudah tentu tidak rela menyaksikan realitas ini. Sebab itu mereka gencar menebar sensasi, provokasi, serta tekanan politik dan ekonomi untuk menghadang gerakan ini. Tapi mereka tidak akan pernah berhasil. Kami bangsa Iran tetap solid berdiri, dan bangsa-bangsa Muslim yang lain pun juga sudah terjaga. Hati bangsa-bangsa Muslim kini membara dalam kebencian kepada Zionis dan AS. Para pemuda Muslim di seantero Timur Tengah, utara Afrika, dan Asia sangat merindukan mencuatnya identitas Islam mereka. Kerinduan ini tumbuh mekar di tengah masyarakat bangsa-bangsa Muslim.

Dulu musuh berkhayal bahwa kami berniat mengekspor revolusi kami ke negara-negara lain. Kami disamakan dengan orang-orang Rusia yang pernah berharap dapat mengekspor revolusi mereka, termasuk dengan cara memotori kudeta dan konspirasi. Imam Khomeini (ra) telah membuktikan kekonyolan ilusi tersebut. Kini spirit Islam telah hidup dalam sanubari bangsa-bangsa Muslim. Para cendekiawan Islam, para politisi Muslim yang berakal sehat dan tak bergantung pada asing, dan para pemuda akademis Muslim telah memandang Islam dengan tatapan penuh harap. Kerinduan akan entitas Islam dan harga diri mengalir dalam diri mereka. Mereka mulai menyusuri jalannya. Para penguasa AS tak akan bisa berbuat apa-apa di depan sensibilitas bangsa-bangsa Muslim ini.

Mari kita tengadahkan tangan kita kepada Allah dan berucap; Ya Rabbi, kami menempuh jalan ini karena perintah-Mu dan karena ketaatan kepada firman-Mu. Kami menyusuri jalan ini bukan untuk memburu dunia, harta, kemewahan, dan tahta. Imam kami datang dengan jiwa yang bersih, dan pergi dengan jiwa yang bersih pula. Demikian para pemimpin negara kami melihat panutan mereka, dan akan terus mengikuti jejaknya. Rakyat kamipun lebih ikhlas, lebih tulus, dan lebih memiliki tekad daripada diri kami. Kami telah terjun ke jalan ini.

Maha benar janji Ilahi;
إِنَّ اللَّهَ يُدَافِعُ عَنِ الَّذِينَ آمَنُوا
"Sesungguhnya Allah membela orang-orang yang telah beriman." (QS.22.38)

وَتَمَّتْ كَلِمَتُ رَبِّكَ صِدْقًا وَعَدْلاً
"Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu sebagai kalimat yang benar dan adil." (QS.6.15)

Allah SWT pasti akan membela orang-orang beriman yang berjuang di jalanNya, bukan mereka yang diam berpangku tangan. Allah SWT pasti akan menolong kaum mukmin yang berjuang di jalan Allah dengan segenap esensi dan wujudnya, dengan segenap tekad, kemampuan, dan pikirannya, baik di pentas ilmu maupun di kancah ekonomi, politik, jihad, dan di mana saja mereka memerlukan pertolongan. Sampai sekarang Allah SWT selalu melindungi bangsa Iran. Sudah 27 tahun kaum arogan dunia mengerahkan segenap kemampuan mereka untuk menumbangkan pohon yang kami tanam ini. Tetapi mereka tak berdaya, walaupun mereka sudah berusaha sejak ketika akar pohon ini masih belum menjalar. Alhamdulillah, akar pohon ini sekarang menjalar luas ke berbagai penjuru dunia. Siapapun yang hendak melawan kehendak Ilahi pasti akan tergilas sunnatullah.

Kita memohon kepada Allah agar meneguhkan kita di jalan yang lurus, meneguhkan kita dalam berjuang mencari, mengikuti, dan mengamalkan kebenaran. Ilahi, limpahkan keridhaan dan kebahagian kepada hati suci Imam Wali ‘Asr atas kondisi kami, kumpulkan arwah para syuhada dan ruh Pemimpin Besar kami dengan arwah para kekasih-Mu.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakauhu.

700 /