Bismillahir Rahmanir Rahim
Sampai detik ini kami merasakan pertemuan dengan Anda sekalian, para sahabat dan pejabat yang terhormat, selalu menjadi pertemuan yang baik, dan saya telah menyimak dengan cermat laporan yang telah disampaikan tadi oleh saudara-saudara; laporan yang sungguh transparan dan jelas.
Saya mengucapkan selamat kepada Anda semua atas tibanya bulan Sya'ban yang pada hari ketiganya ini kita, alhamdulillah, dapat menyelenggarakan pertemuan ini. Saya juga mengucapkan salam dan takzim atas peringatan gugurnya Syahid Raja'i dan Syahid Bahonar; dua tokoh kita yang meskipun telah menjalani masa jabatan yang singkat tetapi mereka memperlihatkan tindakan yang patut diteladani oleh kita semua. Sungguh, keduanya telah berjuang keras, memikul beban yang amat berat, dan berpegang teguh pada akidah dan keimanan sehingga kita layak menampilkan keduanya sebagai teladan yang ideal bagi kita. Singkatnya, kita patut memahami hakikat yang terkandung dari kebesaran pribadi keduanya. Ini sangat penting.
Mengenai berbagai laporan yang telah disampaikan tadi, saya menilai laporan Bapak Presiden sebagai laporan yang baik, komprehensif serta layak untuk dipublikasikan. Ini merupakan laporan yang mencakup berbagai aspek penting. Meskipun bersifat global, tetapi telah merefleksikan banyak hal. Laporan ini hendaknya dipublikasikan, karena baik sekali.
Dalam kesempatan ini saya ingin mengingatkan bahwa masa yang sedang Anda jalani sebagai penanggung jawab pemerintahan sekarang ini adalah satu momen yang spesial dan jarang kita dapatkan sejak era revolusi Islam sampai sekarang karena beberapa sebab. Pertama, program-program pemerintah serta tujuan yang mereka canangkan sepenuhnya sejalan dengan prinsip revolusi Islam dan prinsip yang dideklarasikan oleh Imam Khomaini ra. Kedua, di tengah masyarakat telah tumbuh sebuah aspirasi yang telah menjadi faktor utama simpati mereka kepada pemerintah dan Bapak Presiden yang terhormat. Masyarakat dahaga akan keadilan, haus akan pemberantasan korupsi, serta haus akan konsistensi kepada prinsip-prinsip revolusi. Karena itu, ketika muncul figur yang secara jujur mengumandangkan aspirasi ini, masyarakat segera mencurahkan perhatian kepadanya. Adalah satu anugerah besar manakala idealisme tersebut menjadi sebuah aspirasi yang dominan dan terus menggelinding di tengah masyarakat dan -alhamdulillah- terus menguat sejak naiknya pemerintahan baru ini.
Secara alamiah, ketika Anda semakin baik, optimal, komitmen, dan teguh kepada prinsip, praktis kepercayaan masyarakat akan semakin membesar dan kian sulit untuk dikendalikan oleh tangan-tangan asing. Atas dasar ini, kesempatan yang ada sekarang sungguh merupakan kesempatan emas. Rakyat percaya kepada pemerintah, dan pemerintahpun merasa dirinya sebagai bagian dari rakyat. Di mata internasionalpun, Iran kini memiliki integritas pada level yang jarang terjadi sebelumnya. Wibawa pemerintahan Islam, keagungan bangsa Iran, efesiensi dan transparansi misi dan cita-cita Republik Islam Iran kini juga semakin terpandang di tengah Dunia Islam dan bahkan di tengah masyarakat non-Muslim. Martabat dan wibawa bangsa kita semakin menjulang. Ini diakui oleh semua orang dan ini dapat kita mengerti dari reaksi internasional. Alhasil, sekarang adalah peluang yang amat krusial.
Sehubungan dengan ini, saya ingin menekankan bahwa kita semua harus ingat dan waspada agar kesempatan ini jangan sampai hilang. Dari laporan pemerintah yang telah disampaikan kepada saya sehubungan dengan momentum ini, saya telah menyimak kerja keras pemerintah untuk tidak menyia-nyiakan momentum ini barang sehari. Ini sangat tepat. Saya sendiri sangat berharap agar satu haripun jangan sampai terlalui dengan sia-sia. Seluruh hari yang tersedia dalam sisa tiga tahun masa pemerintahan ini harus digunakan semaksimal mungkin. Naudzubillah, jika kita sampai gagal merealisasikan apa yang diharapkan rakyat dari komunitas kita, maka kerugian besar akan menimpa komunitas dan haluan ini. Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as berkata;
"Jarang sekali sesuatu yang sudah berlalu akan datang lagi."
Gelombang yang datang kemudian pergi tak akan mudah untuk dapat kembali lagi. Harus ada kerja keras agar selalu terbuka peluang bagi sambutan dan konsentrasi yang sudah ada sekarang. Kesempatan ini jangan sampai hilang. Lantas apa konsekwensinya? Konsekwensinya ialah Anda dan semua pihak yang memiliki sensibilitas untuk negara ini harus membantu pemerintah merealisasikan target-target yang sudah dicanangkannya. Demi ini semua pihak harus komitmen penuh.
Saya juga perlu menyinggung bahwa pemerintahan Iran sekarang dikenal sebagai pemerintahan "fundamentalis" (teguh pada prinsip, pent.). Pada kenyataannya, sampai sekarang pemerintah ini memang menunjukkan perilaku dan statemen yang mencerminkan fundamentalistik yang -insya Allah- justru akan membawa berkah untuk negara dan kita semua. Indikator-indikator fundamentalistik adalah sesuatu yang penting dan harus mendapat perhatian sebagaimana yang akan saya singgung. Indikator itu ada dalam berbagai statemen Anda; Anda membicarakannya secara repetitif dan menanamkannya dalam program-program Anda. Ketika indikator-indikator itu terbentuk dengan pengertiannya yang kongkret, pemerintah pun lantas dikenal sebagai pemerintah yang fundamentalistik.
Indikator pertama ialah "penegakan keadilan". Isu ini mudah dibicarakan, tetapi susah sekali dipraktikkan karena memerlukan banyak persiapan. Banyak sekali yang harus dikerjakan agar keadilan bisa terwujud. Keadilan geografis, keadilan strata, keadilan ekonomi, keadilan kultural, keadilan serah terima jabatan, keadilan dalam berbagai pengambilan keputusan kita yang bukan hanya berupa putusan hakim di pengadilan melainkan juga berupa semua keputusan kita menyangkut orang lain dan kasus-kasus di luar, semua ini adalah persoalan yang bersangkut paut dengan soal keadilan. Aspirasi penegakan keadilan harus meliputi semua bidang tersebut.
Namun, keadilan yang paling diperlukan oleh negara kita sekarang adalah keadilan ekonomi. Sebabnya adalah fakta adanya kesenjangan yang terwariskan oleh masa lalu dan yang seharusnya dapat diatasi ternyata belum teratasi. Ini harus diatasi, tapi tentu dengan mekanisme yang logis dan sesuai dengan metode yang dianjurkan oleh Islam. Kita tidak ingin membicarakan pola-pola yang irasional, absurd, dan utopia. Yang kita bicarakan adalah apa yang dikatakan oleh Islam yaitu bahwa kesempatan dan fasilitas yang tersedia harus diberikan kepada semua orang. Dengan demikian, penegakan keadilan yang merupakan satu indikator saja sudah memiliki skup yang sangat luas.
Indikator lain ialah "pemberantasan korupsi". Kesehatan akidah dan moralitas pejabat, khususnya pejabat tinggi di level kabinet serta jajaran wakil dan asistennya, sangatlah penting. Indikator lain untuk fundamentalistik ialah kebanggaan dalam menjalankan ajaran Islam. Dalam kurun waktu 27 tahun ini, kita tahu ada sebagian pejabat yang merasa malu dan segan untuk mengekspresikan hukum Islam atau haluan Islam dalam kata-kata. Padahal kita berada di posisi sebagai penggugat. Saya berulangkali menegaskan bahwa dalam "isu perempuan" kita bukanlah pihak yang harus memberikan penjelasan kepada Barat. Sebaliknya, Baratlah yang harus memberikan keterangan kepada kita. Kitalah yang menggugat Barat. Begitu pula dalam "isu HAM"; kitalah yang menyoal orang-orang yang secara hipokrit dan berstandar ganda mengaku peduli kepada HAM. Jadi kita harus bangga kepada Islam. Kita harus bangga dengan apa yang diajarkan Islam kepada kita. Selagi kita dapat mempelajarinya dengan benar dan tidak terjebak pada pola berpikir yang dangkal, menyimpang, dan keliru, maka kita harus bangga dengan itu.
Indikator lain adalah "performa sederhana dan populis" yang -alhamdulillah- telah Anda miliki. Indikator berikutnya adalah "tawadhu' dan tidak terjebak pada kesombongan. Kita semua memiliki probabilitas untuk terjebak pada kesombongan. Saudara dan saudari yang mulia, Anda semua berada di papan atas sehingga selalu dihormati orang. Orang yang datang menghadap Anda akan selalu berusaha takzim dan berbicara sesuatu yang sekiranya dapat menyenangkan Anda, padahal belum tentu apa yang dia bicarakan itu keluar dari hati yang tulus. Kita mesti berhati-hati untuk tidak mudah percaya kepada sanjungan dan pujian orang lain terhadap kita. Kita harus melihat diri kita sendiri;
"Manusia lebih mengetahui dirinya sendiri."
Yang harus lebih kita perhatikan dan sadari adalah berbagai kekurangan yang ada pada diri kita, dan jangan sampai kita terbuai oleh sanjungan. Orang yang terbuai akan mudah sekali terjebak pada kesombongan. Orang yang tidak becus dalam menilai dirinya sendiri tidak akan pernah bisa menggapai keselamatan.
"Menghindari pemborosan" adalah bagian dari program Anda yang sangat positif. "Rasionalisme, perencanaan secara matang, dan kearifan dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan" adalah bagian dari kebutuhan Anda dan kita semua. Dalam hal ini, ada beberapa hal yang nanti akan saya jelaskan lebih lanjut secara ringkas. "Tanggungjawab" pada setiap bidang yang kita tangani adalah kelaziman yang harus kita terima. Sebab itu, kita harus memiliki responsibilitas pada setiap skup yang kita pimpin. Berada di tempat manapun yang disana sudah ditetapkan bagaimana tanggungjawabnya, kita harus menerima tanggungjawab ini.
Indikator lain untuk fundamentalistik ialah "kepedulian kepada ilmu dan kemajuan saintifik". Perhatikan bagaimana ketika Islam justru masih belum lama muncul, sudah ada hadist Rasulullah SAW;
"Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap Muslim dan Muslimat".
Selain itu, bersamaan dengan terbitnya kewajiban solat, zakat, dan lain sebagainya, terbit pula hadist Nabi SAW;
اُطْلُبُوْا الْعِلْمَ وَلَوْ بِالصِّيْنِ
"Tuntutlah ilmu walaupun di negeri Cina."
Saya berulangkali menegaskan bahwa ini semua adalah karena masyarakat tidak mungkin bisa menggapai cita-citanya tanpa didukung oleh ilmu. Ini adalah ibarat orang yang ingin mengungkapkan kebenaran, tetapi tidak menguasai bahasa yang dapat dimengerti orang lain. Ini sama dengan orang yang tak berilmu. Ilmu akan membuat kita mampu mengungkapkan cita-cita, aspirasi, garis kebenaran dan jalan lurus yang kita miliki dan dengan begitu kita akan dapat menggiring lebih banyak lagi manusia ke jalan yang benar. Ini tidak bisa dilakukan tanpa ilmu. Dengan demikian, ilmu adalah sarana kemajuan bangsa dan umat manusia serta sarana untuk dapat tampil istimewa di tengah komunitas manusia. Ilmu adalah perangkat yang lazim dan harus mendapat kepedulian yang besar.
"Lapang dada dalam menghadapi lawan pendapat" juga merupakan salah satu ciri khas fundamentalistik. Manusia terkadang tidak suka terhadap pendapat orang lain sehingga terkadang merasa terpukul. Bahkan mungkin juga mengeluh kepada Tuhan; "Ya Allah, Engkau Maha Mengetahui realitas yang sebenarnya, dan betapa jauhnya mereka dari realitas ini." Padahal orang juga harus memiliki kesabaran (hilm). Hilm adalah kapasitas dan kemampuan untuk bersikap lapang di depan lawan pendapat. Tapi tentu -mungkin nanti akan saya jelaskan- bahwa ini bukan berarti bahwa pemerintah tidak boleh membela kinerjanya. Sebaliknya, pemerintah harus membela kebijakannya.
"Menghindari hawa nafsu", baik yang bersifat individual maupun yang bersifat kolektif. Masalah ini tadi sudah disinggung oleh Bapak Presiden, dan ini adalah poin yang menarik. Alhamdulillah, komponen pemerintah kita tidak terikat pada kelompok, faksi, dan aliansi manapun. Ini sangat penting. Waspadalah untuk tidak menisbatkan satu pendapat dan statemen kepada kelompok dan faksi tertentu, karena tindakan demikian sangat rawan terkontaminasi hawa nafsu. Hawa nafsu kolektif tak ubahnya dengan hawa nafsu pribadi. Sebagaimana hawa nafsu pribadi, hawa nafsu kolektif juga dapat membuat seseorang terseret kesana kemari tanpa banyak pertimbangan sehingga mudah tergelincir dari rel yang benar.
Secara obyektif harus diakui bahwa pemerintah juga cukup menonjol dalam menerapkan "profesionalisme", "pengawasan terhadap kinerja struktur" dan "kerja keras dalam memberikan pengabdian". Kita semua melihat bagaimana pemerintah bekerja keras tanpa henti. Jerih payah seluruh anggota pemerintahan, terutama Presiden sendiri, menandai besarnya arti pemerintahan ini. Indikator berikutnya adalah "penegakan supremasi hukum", serta "keberanian dan ketegasan dalam mengekspresikan dan menerapkan kebenaran."
"Kedekatan dengan Allah", "keakraban dengan Al-Quran", dan "senantiasa memohon pertolongan kepada Allah" adalah indikator terakhir yang keberadaannya pasti menjamin keberadaan indikator-indikator sebelumnya. Jangan sampai melupakan dzikir kepada Allah SWT. Cukup sering saya menegaskan bahwa pengabdian para pejabat lebih mulia dari ibadah apapun. Ini saya tegaskan dengan sungguh-sungguh tanpa ada niat untuk membesar-besarkan. Tapi ketahuilah, pengabdian hakiki, murni, dan sejati hanya bisa terjadi apabila hati Anda dekat dengan Allah SWT. Sebaliknya, jika hati sudah abai terhadap Allah SWT dan kehilangan ikatan dzikir dan khusyu'-nya kepada Allah SWT, maka pengabdian yang tadi kita sebut sebagai ibadah yang paling mulia akan menjadi pengabdian yang tercemar oleh ambisi dan hawa nafsu.
Jihad dan keterlibatan seseorang di medan laga yang kita tahu sedemikian agungnya, jika tidak disertai dengan tujuan dan motif Ilahiah atau tidak ada kaitan dengan Allah SWT hanya akan menjadi pekerjaan yang tak bernilai dan adakalanya kontra-nilai! Karena itu saya sangat menekankan masalah ini, terutama pada bulan Sya'ban ini.
Dalam shalawat bulan Sya'ban yang dibaca pada awal waktu Dhuhur terdapat bacaan;
"Ya Allah, limpahkan salawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad yang merupakan pohon kenabian dan tempat risalah".
Sampai kemudian bacaan;
"Dan ini adalah bulan nabi-Mu dan nabi junjungan para utusan-Mu, yaitu bulan Sya'ban yang Engkau rindangkan dengan rahmat dan keridaan dari-Mu."
Sampai kemudian tiba pada kalimat;
"Bulan dimana Rasulullah SAW rajin menunaikan puasa Sya'ban, mendirikan solat pada setiap malam dan siang bulan Sya'ban, dan ikhlas kepada-Mu dalam memuliakan dan mengagungkan Sya'ban sampai akhir hayatnya."
Hingga akhir hayatnya, Rasulullah SAW terus menjaga kebiasaannya di bulan Sya'ban. Begitu Sya'ban tiba, beliau mengisinya dengan ibadah puasa di siang hari, dan solat malam serta dzikir dan munajat pada setiap pertengahan malam. Meski Rasulullah SAW sudah sedemikian agung dan mencapai derajat kemaksuman yang tertinggi, beliau tetap saja bermujahadah dalam ibadah dan dzikir sampai ajal datang menjemput beliau. Ini karena beliau terus menjalankan proses kesempurnaan (perfeksi) dari hari ke hari.
Nabi Muhammad SAW di tahun pertama masa bi'tsah (diutusnya beliau sebagai rasul, pent.) berbeda dengan Nabi Muhammad SAW di tahun ke-23 masa bi'tsah. Selama 23 itu beliau justru semakin gigih menjalankan proses perfeksi dan pendekatannya kepada Allah SWT. Bahkan pada tahun terakhir kehidupannya -dimana akal manusia tak dapat membayangkan ketinggian derajat dan maqam yang sudah beliau capai sebagai insan kamil saat itu- beliau masih larut dalam dzikir dan khusyu' kepada Allah SWT. Sedangkan kita yang masih sangat jauh tertinggal dan jauh lebih membutuhkan proses perfeksi daripada Nabi SAW ternyata tidak sedemikian serius beribadah. Alhasil, jangan sampai Anda lupa menjalin keakraban dengan Al-Quran dan membacanya setiap hari, menunaikan solat di awal waktunya, berdzikir dan memohon pertolongan kepada Allah SWT, terutama untuk meringankan problema dan beban-beban yang berat.
Sekarang ada beberapa poin lagi yang ingin saya kemukakan. Kita bersyukur karena pemerintah sudah memulai evaluasi kerjanya dalam satu tahun, dan dalam hal ini Bapak Presiden tampak lebih kompeten. Nilailah titik-titik kekuatan dan titik-titik kelemahan Anda. Untuk penilaian ini, manfaatkanlah orang-orang yang memiliki sensibilitas. Atasilah dengan berbagai cara pihak-pihak yang kinerjanya lemah dan tak memuaskan, dan di saat yang sama berilah semangat pihak-pihak yang dapat bekerja dengan baik. Artinya, saran saya dalam hal ini ialah bahwa meskipun kita memang melihat adanya ekspresi keprihatinan para pejabat dan Bapak Presiden terhadap berbagai kelemahan yang ada, tetapi di saat yang sama juga harus ada ekspresi senyum, stimulasi, dan perhatian kepada orang-orang yang bisa bekerja dengan baik. Jadi, evaluasi serta berbagai konsekwensinya terhadap kinerja yang ada haruslah sesuai dengan jenis dan tingkatan kinerja tersebut.
Poin berikutnya ialah bahwa bagaimanapun juga masa pemerintahan Anda serta fasilitas yang Anda miliki dalam memerintah sangatlah terbatas. Fasilitas negara memang sangat banyak, tetapi pada akhirnya eskalasi kebutuhan dan tuntutan yang sebagian diantaranya merupakan sisa akumulasi dari masa sebelumnya dan sebagian lain muncul secara alamiah di masa sekarang juga terlampau besar dan luas. Manusia yang beriman tentu harus intens dan serius dalam berusaha mengatasi berbagai problema tersebut. Hanya saja, tidak pasti apakah realitas yang ada memungkinkan pemerintah untuk mengatasi semua problema itu selama masa baktinya. Karena itu, Anda perlu menetapkan skala prioritas, walaupun ini sama sekali bukan berarti bahwa Anda mesti mengabaikan pekerjaan-pekerjaan non-prioritas. Pastikan sektor-sektor menonjol yang sekiranya berimplikasi pada sektor-sektor lain, baik di sektor ekonomi, budaya, maupun sektor-sektor lainnya dan jadikan sektor-sektor penting itu sebagai patokan. Jika terjebak pada pilihan antara sektor-sektor penting itu dan sektor-sektor lainnya, maka pilihlah sektor-sektor yang penting.
Poin selanjutnya ialah perhatikanlah secara kontinyu dokumen program masa depan. Ini penting, dan jangan sampai dokumen atau kebijakan-kebijakan garis besar ini dibayangkan sebagai keadaan di mana ada orang-orang tertentu sedang duduk dan menyusun. Memang, ini merupakan suatu proses dan bermula dari titik-titik tertentu, tetapi orang yang bekerja, berpikir, dan mengambil keputusan dalam hal ini adalah Pemimpin Revolusi (Rahbar) sendiri. Kebijakan ini adalah kebijakan Rahbar. Ini merupakan sesuatu yang sudah dipertimbangkan dengan memperhatikan berbagai aspek kemudian muncul menjadi dokumen program masa depan dan lantas diumumkan berdasarkan kebijakan-kebijakan umum yang berjalan selama ini. Ini harus diperhatikan dalam setiap program dan jangan sampai dilanggar.
Bisa jadi ada taktik-taktik tertentu yang sepintas tampak tidak singkrun dengan kebijakan tersebut, tetapi jika dicermati lebih jauh taktik itu pada akhirnya tetap kembali kepada kebijakan atau dokumen program masa depan. Kita tidak menutup diri untuk kemungkinan seperti ini. Ini ibarat Anda mengendarai mobil ke arah timur kemudian di lokasi tertentu Anda melintas di jalan menyerong; jika dilihat sepintas jalan itu menuju ke arah barat, utara, atau selatan, padahal ini hanyalah kelokan yang wajar untuk sebuah perjalanan. Ketika sudah melintasinya, mobil akan kembali kepada arahnya yang semula. Saya tentu tidak menyangsikan gerakan dan manuver-manuver taktis seperti ini. Saya hanya mengingatkan bahwa dokumen program masa depan harus dijadikan sebagai pedoman.
Poin lainnya ialah bahwa kalian harus selalu memperhatikan masalah kecepatan. Cepat di sini bukan berarti tergesa-gesa; beda antara cepat dan ketergesa-gesaan. Cepat yang didasari kecermatan adalah tindakan yang masuk akal dan benar. Sedangkan cepat tanpa kecermatan tak lain adalah tindakan tergesa-gesa. Jadi, hati-hati jangan sampai terburu-buru dalam mengambil keputusan dan bekerja. Terkadang pejabat di berbagai bidang didorong oleh pihak-pihak tertentu -entah itu tokoh, anggota masyarakat, atau oleh pihak yang terkait langsung- untuk bertindak secara terburu-buru. Padahal ini bisa kontraproduktif; akibat terburu-buru orang yang mestinya bisa melakukan suatu pekerjaan pada kesempatan tertentu akhirnya malah tidak bisa sama sekali atau setidaknya akan terlambat. Lagi pula, dengan begitu bisa sering terjadi kesalahan dan dengan hasil yang sia-sia. Bagi saya, kecepatan yang terlihat dalam kinerja pemerintah patut dihargai. Tapi ingat, kecepatan ini jangan sampai berubah bentuk menjadi ketergesa-gesaan. Kecepatan harus diimbangi dengan kecermatan. Perencanaan secara matang dan cerdas dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaannya tentu merupakan kaidah umum bagi kita semua.
Kemudian, satu poin yang juga perlu saya kemukakan ialah bahwa masyarakat sangat mengharapkan pelaksanaan keputusan-keputusan yang diambil dalam kunjungan ke daerah. Usahakan untuk dapat memenuhi harapan ini. Di bidang apapun, jangan sampai menunjukkan sikap yang dapat memancing frustasi rakyat. Alhamdulillah, masyarakat sekarang sedang optimis sebagaimana yang dapat kami baca dari berbagai jalur dan indikasi. Saya tidak melihat laporan hanya pada lingkup kumpulan ini saja. Pengalaman kita pada tahun-tahun ini tidak sedikit. Dari berbagai jalur kami dapat menyimpulkan bahwa masyarakat optimis, dan optimisme ini merupakan satu modal besar yang jangan sampai lepas dari tangan kita. Bagaimana bisa lepas? Optimisme ini bisa melayang apabila suatu proyek pada suatu bidang dibayangkan oleh masyarakat akan terwujud ternyata tidak terwujud atau terwujud tapi ternyata tidak berguna. Jadi Anda harus berhati-hati. Ada yang menyebutkan bahwa beberapa sektor tertentu sedang ditindaklanjuti oleh sejumlah instansi pemerintah. Ini tentu kabar baik; tindaklanjut ini harus dilakukan dengan sungguh-sungguh.
Salah satu cara untuk mencegah hilangnya optimisme masyarakat ialah berterus terang kepada masyarakat sejak awal. Kalau suatu proyek memang tidak akan direalisasikan maka katakan terus terang kepada masyarakat. Dengan begitu masyarakat justru tetap akan percaya kepada Presiden dan pemerintah. Mereka akan memaklumi jika Anda berterus terang tidak mampu merealisasikan suatu rencana, misalnya dengan mengatakan bahwa bujet dan fasilitas negara ternyata tidak cukup untuk merealisasikannya. Tidak ada masalah seandainyapun Anda terbentur kondisi demikian pada berbagai kasus, walaupun kasus-kasus ini tergolong apa yang kita ingatkan tadi bahwa kita jangan sampai tergesa-gesa dalam bertindak hanya karena tekanan pihak lain.
Saran penting lainnya ialah jangan sampai mengabaikan program-program jangka panjang lantaran terbentur berbagai problematika yang terjadi sehari-hari dan datang menerpa pemerintah secara susul menyusul. Seperti kita katakan tadi, banyak tuntutan yang terakumulasi dari masa lalu dan sampai sekarang tak kunjung terpenuhi, entah karena usaha yang tak maksimal atau memang karena tidak mampu atau karena faktor-faktor lain, sementara masyarakat masih terus menuntut. Kondisi ini juga jangan lantas memaksa kita abai terhadap pekerjaan-pekerjaan signifikan, infrastruktural, dan berjangka panjang.
Apa yang saya sebutkan tadi mengenai harapan rakyat maksudnya ialah bahwa Anda mesti menyusun komitmen sesuai dengan kemampuan yang ada, dan tak usah mengumbar janji-janji yang sebenarnya di luar kemampuan. Memang, sekarang ini ada pihak-pihak yang sengaja membangkitkan tuntutan-tuntutan tersebut hanya lantaran mereka bersikap oposan terhadap pemerintah. Semua ini terlihat dan terasa, dan sedang kita saksikan bersama. Mereka menyoal mengapa pemerintah tidak mengungkit soal harapan-harapan masyarakat, padahal mereka sendiri kenyataannya malah mengumbar janji dan slogan-slogan yang absurd dan utopis. Anda harus memanfaatkan semaksimal mungkin kepercayaan masyarakat kepada Anda. Katakan terus terang kepada masyarakat apa saja yang sebenarnya tidak mungkin terlaksana dan tidak realistis. Katakan kepada mereka bahwa ini tidak realistis karena tidak sepadan dengan kemampuan negara. Rakyat pasti dapat memahaminya. Dalam satu persoalan saya sendiri pernah menyarankan kepada Bapak Presiden supaya mengatakan kepada masyarakat bahwa hal ini tidak dapat direalisasikan, walaupun tadinya Bapak Presiden pernah berjanji untuk merealisasikannya tetapi ternyata tidak realistis. Masyarakat pasti akan maklum.
Saran berikutnya adalah menyangkut profesionalisme kerja. Kepada pemerintahan-pemerintahan sebelumnya dan mungkin juga kepada sebagian diantara kalian saya sering mengatakan dalam rapat-rapat khusus maupun umum bahwa tidak tertutup kemungkinan adanya tenaga-tenaga profesional yang ambisius dan bersembunyi di balik baju pejabat. Sebagai profesional mereka bisa menjadikan selembar kertas di atas meja sebagai jebakan untuk orang lain dan sebagai dokumen supaya orang itu ditindak tanpa seorangpun tahu dari mana jebakan itu berasal. Saya melihat adanya kasus seperti ini. Tapi ini hanyalah satu sisi, sedangkan pada sisi lain kita akui bahwa kita memerlukan tenaga-tenaga profesional. Pekerjaan akan mandul dan kandas tanpa profesionalisme. Apa yang saya katakan tadi jangan lantas menyebabkan kita menyepelekan pekerjaan yang profesional. Di negara ini tak kurang tenaga-tenaga profesional yang jujur dan baik di berbagai instansi maupun di komunitas sumber daya manusia yang ada. Anda harus memanfaatkan profesionalisme tenaga-tenaga yang jujur dan beriman tersebut. Jangan sampai melakukan pekerjaan secara tidak profesional.
Saran berikutnya yang juga sangat penting ialah soal interaksi antarlembaga negara. Anda dan Majelis Permusyawaran serta Lembaga Peradilan adalah satu kesatuan. Karena itu mau tidak mau harus ada interaksi, dan ini tidak akan menyebabkan tindakan saling lempar tanggungjawab atas segala kekurangan masing-masing. Saya yang berdasarkan UU bertanggungjawab mensinergikan lembaga-lembaga negara ini ketika dihadapkan pada kondisi demikian akan menyalahkan masing-masing lembaga. Dengan begitu, masing-masing harus mengatasi kekurangannya.
Tanpa kerjasama antarlembaga, Anda tidak mungkin bisa bekerja secara optimal. Anda harus dapat menciptakan interaksi, keharmonisan, dan rasa saling percaya. Betapapun demikian, jelas bahwa ketika Anda ingin berinteraksi dengan pihak lain -yang tentunya juga memiliki ekspektasi-ekspektasi tersendiri- hendaknya tidak usah mengharapkan keinginan dan tanggapan pihak itu akan selalu mengindahkan kepercayaan dan perilaku terpuji yang telah Anda tunjukkan. Tidak harus begitu, karena bagaimanapun juga di bagian tertentu akan ada suara minor. Tapi yang harus dijadikan prinsip ialah bahwa pihak sana harus percaya kepada Anda, dan Anda pun juga harus percaya pihak sana. Ikrar kita semua adalah UUD. Tugas masing-masing sudah ditentukan oleh UUD; Majelis bertanggungjawab melakukan suatu tugas yang kemudian harus dijalankan oleh pemerintah, dan pemerintahpun memiliki wewenang sendiri yang tidak boleh diintervensi oleh Majelis atau lembaga lain. Masing-masing sudah ditentukan batas wewenang dan tanggungjawabnya, dan karena itu mereka harus saling berinteraksi. Yang jelas, UU, Majelis, dan lain-lain sama pentingnya.
Poin selanjutnya adalah interaksi dengan para tokoh yang tulus dan sepemikiran. Tadi Bapak Presiden menyinggung bahwa di berbagai penjuru negeri ini, termasuk di Teheran, terdapat banyak tokoh yang patut dijadikan sebagai mitra interaksi. Dalam hal ini, duduk dan bangkit bersama dalam kunjungan-kunjungan saja tentu tidak cukup. Harus ada tindakan yang lebih dari itu. Banyak orang yang sehati dan sepemikiran dengan Anda, dan mereka kenyataannya memang tokoh intelektual dan memiliki pandangan-pandangan yang bernas. Jangan sampai Anda tidak menjalin interaksi dengan mereka, tidak memanfaatkan keberadaan mereka, dan mengabaikan kapabilitas mereka dalam pengelolaan negara.
Bagaimanapun juga selama ini kita memiliki banyak figur yang sangat terlatih dalam mengatur roda pemerintahan. Keterlatihan mereka tentu sangat bernilai dan merupakan kapasitas yang harus dimanfaatkan. Pada level jabatan manapun Anda harus memanfaatkan keterlatihan mereka. Bahwa di sana ada orang tertentu yang berpotensi melakukan praktik pembangkangan dan makar serta lebih mengedepankan tindakan destruktif, sudah tentu orang seperti ini tidak layak dipakai. Adapun para pimpinan yang berkualifikasi, tulus, dan peduli kepada negara dan cita-cita pemerintahan Islam jelas harus dimanfaatkan. Mereka terkumpul secara gradual dan jangan sampai terbiarkan begitu saja.
Saran berikutnya adalah soal pembinaan kesehatan instansi pemerintah, yaitu upaya mengatasi gangguan. Menurut saya, ini merupakan pekerjaan yang sangat berat. Sesuai pengalaman kami, membina kesehatan lembaga birokrasi yang begitu besar ini adalah salah satu pekerjaan yang teramat berat. Jika problema ini dapat Anda atasi, sungguh ini merupakan tindakan yang patut diacungi jempol.
Soal lain yang saya kira juga bermanfaat untuk saya kemukakan di sini ialah menyangkut tindakan pemerintah di luar wewenangnya. Ini juga merupakan isu penting dimana Anda harus menghindari tindakan yang bukan merupakan wewenang Anda. Biarkan masyarakat sendiri yang mengurusnya. Contohnya sekarang adalah isu tentang Pasal 44 atau tentang ketetapan yang diajukan sebagai interpretasi dan penjelasan Pasal 44 dimana Poin C-nya kini sedang menjadi bahan polemik seperti yang disinggung tadi oleh Bapak Presiden. Tapi yang kita bicarakan di sini sebagai sesuatu yang sangat penting adalah Poin A dan B yang melarang keterlibatan pemerintah dalam penanaman modal baru dan kepengurusan baru. Ini bukan berarti akses pemerintah ditutup sepenuhnya, melainkan sudah ditetapkan rambu-rambu yang mesti diindahkan oleh pemerintah.
Masalah berikutnya adalah desentralisasi yang merupakan salah satu program yang dikampanyekan oleh pemerintah sekarang. Ini tentu baik, tapi harus ada kejelasan tentang bentuk dan pola desentralisasi itu sendiri. Karena bagaimanapun juga setiap propinsi memiliki karakteristik ekologis dan etniknya masing-masing yang harus diperhatikan. Dalam proyek logistik tanah, misalnya, apa tindakan yang akan dilakukan untuk mengubah suatu kawasan? Bisa jadi proyek logistik tanah sama sekali tidak diperlukan untuk kawasan itu, walaupun anggaplah gubernur, anggota parlemen, imam Jumat, atau sebagian anggota masyarakat mendesak untuk itu. Dengan demikian, pada proyek ini Anda harus memperhatikan ciri khas ekologis dan etnik setempat dalam menerapkan desentralisasi dan penyerahan tanggungjawab kepada pemerintah propinsi, sebagaimana Anda juga harus memperhatikan UUD dan garis besar kebijakan negara.
Poin lain yang patut diindahkan di sektor perekonomian, termasuk soal Saham Keadilan, perampungan proyek setengah jadi, penerapan keadilan dalam pemberian fasilitas perbankan, dana Mehr Reza dan lain sebagainya, ialah bahwa pemerintah harus bisa mensosialisasikan secara benar kandungan dan kegunaan semua itu agar masyarakat bisa mengetahuinya. Saya sudah berulang kali mengingatkan bahwa datang dalam pertemuan dan bicara di podium di depan kamera saja masih belum cukup. Harus ada tindakan yang lebih terencana dan terampil.
Poin selanjutnya adalah ketegasan dalam memberantas korupsi. Alhamdulillah, pemerintah dan Bapak Presiden telah menunjukkan sikap dan perilaku yang dapat menciutkan nyali orang yang memendam niat untuk bertindak korupsi. Hanya saja, jika ini tidak dibarengi dengan tindakan yang kongkret dan realistis, kegamangan para peminat korupsi lambat laun akan memudar, dan wibawa tidak akan tersisa lagi. Godaan untuk berbuat korupsi selalu ada, karena itu jangan segan-segan untuk menindak tegas praktik korupsi dan pelanggaran keuangan. Namun, ini tidak lantas berarti bahwa tindakan terhadap praktik itu dilakukan tanpa basis kecerdasan. Ketegasan dan kecerdasan harus diintegrasikan secara seimbang.
Masalah penting lainnya ialah soal mempertahankan aset nasional. Tadi ada sebagian rekan yang menyinggung soal pembangunan dan pengembangan kota-kota besar, terutama Teheran. Sejak 15 atau 16 tahun lalu yaitu sejak pembangunan di sekitar kota Teheran merebak dengan kecepatan yang menyerupai gerakan kanker, kami sudah berulangkali memberikan masukan kepada seluruh jajaran pemerintah kota. Tapi kesimpulan yang kami capai kemudian ialah bahwa ini bukan semata-mata urusan pemerintah kota. Ada pejabat-pejabat sumber daya alam yang melakukan pelanggaran besar. Lantaran ada sponsor, relasi, dan kiat-kiat tertentu untuk mendapatkan dukungan dari sana dan sini, sumber daya alam diserahkan begitu saja kepada tokoh, kelompok, pejabat -baik yang beserban atau tidak-, lembaga revolusioner dan lain sebagainya. Artinya, mereka lebih mementingkan kepentingan jangka pendek dan tidak melihat aspek lainnya.
Pemandangan di dataran tinggi wilayah utara Teheran kini sungguh mengerikan. Di situ ada lokasi-lokasi yang setiap kali saya pergi ke sana saya selalu pulang dengan penuh rasa kecewa meskipun di sana merupakan lingkungan untuk bergerak, berwisata, dan berolahraga. Setiap kali ke sana saya melihat ada saja proyek-proyek baru. Yang harus bertanggungjawab tentunya pemerintah, baik itu Departemen Perumahan, Departemen Pertanian, maupun instansi-instansi lain, termasuk Departemen Dalam Negeri dan pemerintah kota. Ini seharusnya tidak sampai terjadi, tetapi kenyataannya malah terjadi di mana-mana. Di kota-kota lain juga demikian, bukan hanya di Teheran yang ada di depan mata kita dan kita saksikan setiap saat. Di sejumlah daerah juga terjadi peristiwa serupa. Upayakan agar aset nasional tidak rusak sedemikian rupa.
Masalah kebudayaan juga sangat krusial. Tapi saya tidak akan terlalu membicarakannya karena saya tahu Anda sangat konsen pada masalah kebudayaan dan -alhamdulillah- saya juga dapat merasakan betapa Departemen Kebudayaan mementingkan masalah ini. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, dalam setiap pertemuan dengan pemerintah sebelum ini masalah kebudayaan selalu menjadi salah satu topik yang paling saya tekankan. Jadi, signifikansi masalah kebudayaan jangan sampai disepelekan. Minimnya kerja di bidang ini tak dapat dibenarkan, sebab upaya musuh untuk mempengaruhi masyarakat, rakyat, dan negara kita banyak terfokus pada koridor kebudayaan. Ini bukan membesar-besarkan; jalur kebudayaan adalah jalur yang lebih efektif dan maksimal dibanding jalur politik dan keamanan. Musuh lebih konsentrasi pada jalur kebudayaan karena mereka tahu bahwa jika mereka berhasil mengatasi revolusi Islam melalui jalur kebudayaan, maka semua jalur lain akan mudah mereka kendalikan. Kita jangan sampai berhenti. Kita harus bergerak maju dan tidak boleh berpikir dan bekerja secara artifisial di bidang kebudayaan. Di bidang ini kita harus bekerja secara terencana, cermat, sungguh-sungguh, dan memanfaatkan keberadaan orang-orang yang memiliki integritas dan kualifikasi di berbagai bidang kebudayaan.
Di samping kerja kebudayaan, masalah penelitian, sains, dan teknologi juga harus mendapat porsi perhatian. Dalam pertemuan dengan para rektor yang berlangsung sekitar dua pekan lalu, saya menerima laporan bahwa jumlah anggaran untuk penelitian lebih sedikit dari jumlah dan persentase yang direncanakan sebelumnya. Dalam berbagai laporan saya mendengar statemen, "Kita sedang berusaha menangani masalah penelitian." Tapi menurut laporan itu sendiri anggaran penelitian merosot menjadi 0,6 %. Padahal kita harus bisa mencapai 1,5 % dan bahkan angka final 3%. Kenyataannya kita bukan saja tidak mencapai 1,5 %, tapi malah kurang dari 1%.
Atau misalnya Lembaga Intektual yang waktu itu saya utarakan sambil mengajukan kritikan. Menurut saya, kritikan ini penting dan Anda harus dapat meresponnya. Atau juga Dana Logistik Para Peniliti yang akhirnya terwujud setelah kami selalu memberikan penekanan terhadapnya selama masa pemerintahan-pemerintahan sebelumnya. Semua ini jangan sampai terhenti karena ini merupakan pekerjaan besar. Atau juga pengadaan Kantor Hubungan Sains dan Industri yang selama 15 atau 16 tahun terakhir ini saya kemukakan bersama dua orang Bapak Presiden yang mulia. Saya sangat konsen pada masalah ini tapi ternyata tidak terlaksana. Kantor itu harus bisa dioperasikan. Ini adalah pekerjaan penting yang mesti dilakukan dengan koordinasi antarinstansi dan harus bernaung di bawah Kantor Presiden; tidak bisa bernanung di bawah Kementerian Riset atau Departemen Pendidikan dan Tarbiyah atau instansi-instansi lainnya. Ini harus berada di bawah pengawasan Lembaga Kepresidenan dan dikendalikan di sana.
Di bidang politik juga banyak sekali pekerjaan yang sudah dilakukan dan diberi penjelasan. Kamipun juga sangat menekankan masalah-masalah semisal gerakan diplomatik secara terarah, terencana matang, efiesen dan efektif. Kita pasti akan lebih baik jika gerakan kita di bidang diplomatik semakin optimal. Kunjungan kenegaraan, pertemuan ataupun perundingan via telefon adalah pekerjaan yang kini sudah menjadi satu kelaziman. Akan semakin baik jika ini mengalami peningkatan kuantitas dan kualitas. Diplomasi penting, tapi seperti yang kami katakan; harus terarah. Kita harus tahu persis tujuan dan target yang harus kita capai. Dengan lima, enam, atau sepuluh pekerjaan yang berbeda seseorang terkadang bisa mencapai tujuan yang dicari walaupun masing-masing dari pekerjaan ini tidak dengan sendirinya terlihat membidik tujuan tersebut. Gunakan asumsi bahwa suatu prestasi bertaraf regional atau kemajuan bertaraf internasional bisa diwujudkan melalui lima, enam, atau sepuluh pekerjaan. Dan diplomasi harus dikoneksikan dengan kerja perekonomian internasional.
Salah satu kelemahan utama kita di masa pemerintahan-pemerintahan sebelumnya ialah tidak adanya koneksi antara instansi-instansi perekonomian kita dengan Departemen Luar Negeri kita. Mereka bekerja untuk pihaknya sendiri dengan gambaran, misalnya, seseorang pergi ke suatu negara lain dan di situ dia meneken sebuah kontrak penting, tapi Dubes kita di sana sama sekali tidak mengetahuinya. Ini jelas merupakan satu aib besar. Ini jangan sampai terjadi pada pemerintahan sekarang.
Yang jelas, Allah SWT pasti menolong jerih payah Anda dan ini sedang kita saksikan dan rasakan. Langkah-langkah kita berjalan dan maju satu persatu adalah berkat pertolongan Ilahi. Situasi internasional, situasi regional, serta semakin melemahnya musuh bebuyutan pemerintahan Republik Islam, yaitu AS dan Zionisme, semua ini adalah bagian dari pertolongan Ilahi. Semua ini telah kita manfaatkan dan akan terus kita manfaatkan semaksimal mungkin. Saya ikut berdoa untuk Anda semua. Salah satu doa yang sering saya panjatkan adalah doa untuk Bapak Presiden dan segenap pejabat negara agar beban berat yang mereka pikul bisa dihantar kepada tujuan yang diinginkan dengan pertolongan Allah SWT, dan negara ini beserta revolusi Islam-nya bisa terus melangkah maju.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh