Bismillahir Rahmanir Rahim
Salah satu sebab mengapa saya tertarik pada forum pemuda ini ialah adanya rasa kebebasan para pemuda dan keberanian mereka untuk mengungkapkan pendapat. Ini sangat menarik, dan sebab itu saya mengucapkan terima kasih kepada saudara-saudara yang telah tampil tadi dan menyampaikan pembicaraannya.
Betapapun demikian, sesuai dengan kondisi saya, mengelola forum ini seperti yang saudara harapkan tadi hampir pasti tidak implementatif. Jika saya ingin mengambil keputusan tentang pertemuan seperti ini maka hal itu akan saya lakukan. Artinya, saya akan mengatakan supaya orang-orang lain tampil, meluangkan waktunya, dan bicara. Tapi ini memerlukan banyak waktu dan tidak sejalan dengan keterbatasan waktu saya.
Saya tentu mengetahui bagaimana opini para pemuda, mahasiswa, pelajar, dan putra-puteri terbaik, yaitu mereka yang memprakarsai forum ini atau orang-orang semisal mereka. Saya mengetahui ini melalui laporan dari berbagai jalur, dan saya tidak asing dari realitas yang ada. Hanya saja, saya merasa mendapat kehormatan ketika saya mendengarnya langsung dari Anda sendiri. Sayangnya, ini tidak dapat selalu dilaksanakan mengingat keterbatasan yang ada pada saya. Karena itu, untuk sementara ini kita merasa cukup dengan sejauh yang dapat kita lakukan.
* * *
Pertama saya mengucapkan terima kasih kepada saudara-saudari sekalian, terutama kepada para mereka yang telah menuangkan materi-materinya di sini. Apa yang telah Anda sampaikan tadi pasti terdata. Sebagian materi itu tampak menarik perhatian para pejabat yang hadir di sini, yaitu para menteri, wakil presiden, presiden sendiri, dan beberapa pejabat lainnya. Saya melihat mereka telah mencatatnya, dan memang sudah seharusnya mendapat perhatian dan tindak lanjut dari mereka. Materi-materi itu cukup realistis, walaupun mungkin sebagian diantaranya masih perlu dipertimbangkan lagi.
Yang jelas, materi-materi Anda tadi patut dipelajari dan diperhatikan. Beberapa diantaranya memang proporsional sehingga benar-benar mendapat perhatian. Soal Lembaga Pakar, misalnya, kita beruntung karena belakangan kita melihat lembaga ini telah bergerak secara lebih baik. Di samping itu, orang-orang yang dicanangkan terlibat dalam kepengurusan lembaga ini juga merupakan tokoh pakar, walaupun mereka adalah angkatan senior Anda. Jadi, kepengurusan bukan di tangan orang-orang yang tidak paham akan kepakaran itu sendiri atau tidak memiliki latar belakang kepakaran. Ini tidak akan terjadi. Insya Allah, segala sesuatunya akan membaik. Sekali lagi saya tegaskan bahwa masalah ini sangat penting.
Contoh lain adalah soal Pusat Penelitian Petrokimia. Materi tentang ini tadi tentu harus ditindaklanjuti oleh Bapak Dr. Davodi, mengingat Bapak Menteri Perminyakan tidak dapat hadir di sini. Ini juga penting dan saya sendiri sering menekankan pengkoneksian pusat-pusat ilmu pengetahuan dan riset dengan pusat-pusat pengguna sains dan riset. Kedua pihak ini harus saling memperhatikan dan memanfaatkan. Dengan begitu, satu pihak akan dapat mengarahkan penelitiannya, dan pihak lain dapat mengarahkan aktivitasnya.
Ada beberapa tanggapan dari saya untuk sejumlah materi saudara-saudara tadi yang tak ada salahnya kalau saya kemukakan di sini. Patut diingat bahwa gerakan hijrah ke luar negeri tidak semuanya buruk. Saya sering mengatakan bahwa gerakan itu tidak buruk selagi tidak berarti lari dari front. Yang buruk adalah lari dari front. Negara ini sedang bergerak dan menempuh satu langkah besar dalam menggalang kemajuan. Sebab itu, negara ini sekarang ibarat medan laga. Kabur dari medan laga ini adalah tindakan tercela. Yang tidak tercela adalah tindakan keluar dari arena untuk sementara dengan tujuan menyiapkan kemampuan dan bekal lebih banyak. Jadi tidak semua kepergian ke luar negeri saya pandang negatif, dan ini sudah berulangkali saya katakan dalam berbagai forum dan pertemuan dengan para pemuda.
Untuk sebagian orang, kepergian ke luar negeri justru baik dan sama sekali tidak aib. Yang tercela menurut kacamata akal sehat adalah orang-orang yang melupakan tanah airnya, kepentingan negara dan bangsanya, serta hanya memikirkan urusan mempertebal kantongnya sendiri. Mereka ini divonis salah oleh akal sehat, bukan oleh pengadilan karena memang tak ada satupun UU yang melarang itu. Yang memvonisnya salah adalah logika dan budi pekerti manusia serta hati nurani bangsa. Dan kebetulan mereka yang berbuat demikian sebenarnya juga bukan pakar, kecuali beberapa gelintir orang. Jadi jangan dibayangkan bahwa sekarang para pakar dan tokoh intelektual kita keluar dari Iran satu persatu. Karena itu, mereka yang hijrah ke luar negeri itu bukannya tak mendapat kesulitan di sana. Tentang ini kita memiliki banyak data bahwa mereka umumnya tidak mendapat sambutan yang baik di luar negeri. Padahal jika seandainya mereka memang pakar, mereka pasti direkrut dan dipakai seoptimal mungkin oleh pihak asing, walaupun nantinya tetap akan dibuang sebab pihak asing tak memiliki komitmen apapun untuk mereka.
Yang jelas, manusia harus punya keyakinan dan berguna untuk negara, bangsa, kerabat, serta tanah air yang merupakan bagian dari jatidirinya. Manusia harus berguna untuk generasi bangsanya, baik sekarang maupun di masa mendatang. Inilah yang harus dijadikan sebagai tujuan. Jika ini tujuannya, hijrah ke luar negeri jelas tidak masalah.
Tanggapan berikutnya adalah menyangkut soal "independensi budaya", isu yang tadi disinggung oleh beberapa rekan. Independensi budaya sudah dimulai di negara ini. Sejak pertengahan era dinasti Qajar, di tengah masyarakat terjadi proses westernisasi. Dalam hal ini tentu ada faktor-faktor yang memang berjalan secara alami dan kini bahkan semakin menguat. Proses westernisasi menemukan puncaknya di era dinasti Pahlevi, dan bahkan menjadi trend yang menata fondasi-fondasi kebudayaan kita. Pada konteks ini keiranan seakan-akan sudah dikodratkan sebagai "ketidak mampuan". Keiranan dipandang sebagai diskualifikasi di semua gelanggang sains dan kebudayaan. Semua masa lalu kebudayaan kita serta warisan sejarah dan ilmu pengetahuan kita dipandang negatif. Semua ini terjadi di negeri kita.
Anda tidak mengalami era itu. Kami mengalaminya, karena dengan usia kami yang terpaut sekitar setengah abad dengan Anda kami saat itu sudah cukup dewasa. Saat itu budaya Barat benar-benar merajalela. Budaya saat itu adalah bahwa "kita tidak bisa". Terjadi supremasi mutlak segala sesuatu yang berbau Barat atas segala sesuatu yang beraromakan Iran. Kalaupun ada yang dibanggakan dari Iran, maka ini tak lain adalah karena Barat sendirilah yang merencanakannya berdasarkan tendensi dan ambisi imperialistiknya. Barat menonjolkan hal-hal tertentu yang ada di negara kita dan ini lantas menjadi pusat perhatian rezim yang berkuasa di negeri ini. Inilah yang terjadi selama bertahun-tahun.
Revolusi Islam lantas menggelegar dan membangkitkan hati nurani rakyat. Revolusi membuat kita terjaga dari tidur serta sadar akan identitas dan kapabilitas kita. Slogan "kita mampu" lantas membahana. Kita terjun ke gelanggang, bergelut dengan pengalaman, dan lalu membuktikan sendiri betapa kita mampu. Yah, kita mampu. Sebab itu, sekarang independensi dan kemandirian kebudayaan kita terus merangkak maju. Kita semakin memiliki rasa percaya diri di bidang kebudayaan. Kita bersiteguh pada keyakinan bahwa kita harus berbuat. Atas dasar ini, Anda sebagai generasi muda harus memperhatikan animo ini. Ketahuilah bahwa Anda sudah mendapatkan hidayah, dan karena itu tataplah dengan sebelah mata segala sesuatu yang bertolak belakang dengan spirit kekayaan dan independensi budaya kita dan ketahuilah bahwa hal itu diarahkan oleh pihak asing.
Poin lainnya ialah menyangkut proses perkembangan sains di negara ini. Sebagian diantara kita mengatakan bahwa proses ini berjalan lamban. Tetapi saya mengatakan tidak, dan kebetulan proses kemajuan sains dan teknologi Iran justru melaju cepat dan termasuk yang tercepat di tingkat dunia. Ini dapat dibuktikan secara obyektif. Hanya saja, karena jarak masih terlampau jauh, hasilnya masih tidak seberapa terasa. Jika tingkat kecepatan ini bisa kita pertahankan sampai 10 atau 15 tahun ke depan, dengan taufik Ilahi hasilnya akan terlihat dengan sempurna.
Dalam hal ini tentu saya sudah banyak menyebutkan contoh yang mungkin sebagian diantaranya tidak terlihat di mata Anda, karena mungkin Anda tidak tahu banyak tentang data-data yang saya sebutkan. Sebab itu kita memilih contoh yang spektakuler, termasuk penelitian di bidang energi nuklir. Kita sukses di bidang ini setelah kita bergerak dari satu titik jarak dengan kejauhannya yang sangat memilukan. Tapi toh jarak ini berhasil kita tempuh. Di bidang biologi, kita berprestasi dalam penelitian nukleus. Dan di bidang produksi sarana militer, juga banyak penelitian yang sudah dan yang sedang kita lakukan. Anda tidak tahu banyak tentang apa yang terjadi. Dan karena informasi tentang ini bukan merupakan konsumsi publik, maka penjelasan tentang ini pun tidak akan begitu terasa untuk Anda.
Sudah sering saya singgung bahwa sebelum revolusi Islam jet-jet tempur yang sebagian besarnya kita beli dari AS ketika mengalami kerusakan pada bagian-bagian tertentunya sehingga memerlukan perbaikan atau masa pakainya sudah kadaluarsa -walaupun mungkin masih bisa dipakai tapi karena masa pakainya sudah ditentukan dan harus diganti jika sudah kadaluarsa- kita dilarang membuka dan melihat komponennya yang serba rumit dan terdiri dari, misalnya, 30 sampai 50 bagian. Artinya, para teknisi kita yang ada di Angkatan Udara tidak diizinkan menengok komponen itu. Tapi sekali dua kali ternyata ada yang melanggar larangan ini. Akibatnya si teknisi diseret ke Mahkamah Militer dan diminta pertanggungjawabannya atas keberaniannya mengecek, misalnya, bagian dari komponen jet tempur F-14. Sebab komponen itu harus diserahkan kepada konsultan AS dalam keadaan tersegel untuk kemudian dibawa ke AS dan diganti dengan komponen baru. Jadi AS tidak mengizinkan orang lain walaupun untuk sekedar tahu isi komponen itu dan di mana letak kerusakannya.
Nah, dari kondisi sedemikian rupa itu sekarang kita malah mampu menerbangkan jet tempur buatan sendiri. Anda sendiri tentu sudah menyaksikannya di televisi. Dan ini sebenarnya sudah merupakan generasi kesekian. Karena jet tempur generasi pertama buatan Iran sudah dilesatkan ke angkasa dalam sebuah manuver militer sekitar delapan atau sembilan tahun silam, dan saya sendiri ikut menyaksikannya. Sejak itu, jet tempur kita terus mengalami improvisasi dan proses penyempurnaan sampai berhasil seperti sekarang. Negara ini mampu memproduksinya dalam jumlah besar, jika ada nilai ekonomisnya.
Terlampau jauh dan mengerikan jarak yang terbentang di depan kita, dan sekarang berhasil kita tempuh berkat besarnya jerih payah kita. Dengan demikian, laju kecepatan kita cukup memuaskan, tapi ini harus kita jaga. Sebagai pemuda berwawasan, cerdas, dan potensial, Anda harus sadar sepenuhnya bahwa kecepatan ini harus dipertahankan. Para pejabat pun harus mementingkan masalah ini dan berpegang pada prinsip bahwa ini harus selalu ditindaklanjuti. Kalaupun pada saat-saat tertentu timbul problema menyangkut pola kecepatan kerja kita, maka itu hanya bersifat parsial dan dapat diatasi. Kita bukan tipe manusia yang mengingkari aib sendiri. Kita hanya tipe orang yang tidak percaya bahwa kita harus frustasi lantaran adanya aib. Kita tidak sudi bertipe demikian. Saya dan segenap pejabat yang berwenang di bidang-bidang ini menyatakan perang terhadap keputus-asaan. Kendala terbesar bagi setiap orang dan bangsa adalah kecenderungan berputus asa dan memandang cakrawala dengan kacap mata gelap. Tapi kita tidak; cakrawala terang benderang dan kita bisa melangkah maju!
Ada beberapa hal yang sudah saya utarakan sebelum Anda menyampaikan materi. Tentang materi Anda itu, tentu ada beberapa catatan lain dari saya, tapi sekarang tak ada kesempatan bagi saya untuk menjelaskannya. Sekarang saya hanya akan menyinggung satu poin saja. Tadi ada saudari yang mengeluh karena status sarjana bidang-bidang humaniora kurang menonjol. Saya katakan tidak demikian. Ketahuilah bahwa kalau Anda maju, insya Allah, di bidang-bidang humaniora seperti sejarah, sosiologi, dan psikologi maka nilai Anda di tengah masyarakat dan di level internasional tentu tak kurang dari seorang dokter yang maju. Bahkan bisa jadi Andalah yang lebih bernilai.
Diantara sekian banyak tokoh ternama dunia, bandingkan mana yang lebih banyak; dokter atau sosiolog dan sejarawan? Anda bisa melihat bahwa yang kedualah yang lebih banyak. Hanya saja, Anda perlu banyak bekerja agar bisa maju. Anda jangan pernah merasa cukup dengan apa yang sudah Anda capai sekarang. Anda juga jangan gampang merasa puas dengan sebutan sebagai pakar dan memiliki kapabilitas cemerlang. Sebagai akademisi terbaik, entah itu melalui seleksi mahasiswa atau berprestasi dalam olimpiade sains dan lain sebagainya, Anda telah terjun ke arena. Inilah kondisi riil Anda sekarang. Jika tidak bergerak, Anda akan tetap berkutat di posisi semula dan seakan-akan Anda belum terjun ke arena. Jadi yang terpenting bagi Anda ialah maju menjelajahi arena secepat mungkin dan tak kenal lelah. Insya Allah, Anda akan mencapai tempat yang layak bagi Anda.
Satu hal ingin saya ingatkan. Pertama, forum ini bukanlah untuk menyelesaikan masalah dan kesulitan. Memang, semua problema yang ada harus diselesaikan. Tapi pertemuan ini memiliki tujuan yang lebih dari itu. Saya sering mengingatkan bahwa forum ini umumnya bersifat simbolik. Yaitu untuk menunjukkan penghargaan pemerintahan Republik Islam Iran; pertama kepada ilmu, kedua kepada para penuntut ilmu, dan ketiga kepada signifikansi ilmu bagi kemajuan negara. Perbuatan yang bersifat simbolik bukan berarti kontradiksi dengan statusnya sebagai gerakan yang nyata. Hanya saja, forum ini lebih bersifat simbolik. Sama halnya dengan slogan-slogan Islam. Slogan bersifat simbolis, tapi ia sendiri juga merupakan satu gerakan yang kongkret. Hanya saja, pengaruhnya yang lebih menonjol adalah pengaruhnya yang bersifat simbolik. Manasik haji sebagian besar juga demikian. Allah SWT berfirman;
"Sesungguhnya Shafaa dan Marwah adalah bagian dari syiar Allah." (QS.2.158)
Shafaa dan Marwah dalam manasik haji adalah perbuatan yang bersifat simbolik. Di situ terdapat dua titik yang terpisah oleh suatu jarak kemudian manusia diperintahkan untuk menempuhnya selama beberapa kali. Di bagian tertentu dari dua titik itu, gerakan harus agak cepat. Ini jelas simbolik yang memperagakan keharusan seorang Muslim untuk senantiasa bergerak.
Begitu pula gerakan Tawaf mengelilingi Ka'bah. Tawaf adalah simbolisasi dari gerakan yang tak kenal henti pada satu poros. Tawaf tidak pernah berhenti, karena begitu Anda selesai bertawaf sudah ada orang lain yang memulai tawaf. Anda tidak akan pernah menyaksikan Ka'bah kosong dari gerakan manusia yang mengitarinya.
Semua ini adalah "syiar Allah" yang bersifat simbolik sebagai pembelajaran untuk umat manusia. Kita di Iran ingin memperlihatkan bahwa menuntut ilmu serta ilmu itu sendiri dan pengaruhnya untuk masa depan negara adalah sesuatu yang prinsipal di mata pemerintahan Republik Islam. Dan pada hakikatnya, hal yang prinsipal ini tertanam dalam pikiran bangsa Iran dan untuk bangsa ini. Kita dulu terpukul karena kita tertinggal di bidang sains.
Dahulu, sebuah gerakan ilmu pengetahuan mencuat di dunia. Gerakan keilmuan di dunia selalu berkisar pada ruang-ruang yang saling terkait satu sama lain. Bangsa dan masyarakat kita saling memanfaatkan ilmu yang mereka kuasai. Bangsa kita pernah menjadi sentra kebangkitan ilmu pengetahuan Dunia Islam dimana bangsa-bangsa Muslim tak perlu pergi ke Eropa atau Afrika atau kawasan lain manapun, dan tidak pula perlu menerapkan kolonialisme. Ilmu pengetahun yang dimiliki Dunia Islam kemudian merambah ke berbagai penjuru dunia dan dimanfaatkan oleh semua orang. Namun, pada epidose selanjutnya, yaitu sejak era renaissance dan seterusnya dimana sekelompok orang Eropa dan Barat mulai berkencan dengan ilmu pengetahuan, ilmu pengetahuan mulai diperlakukan secara tidak wajar.
Selama sekitar dua atau tiga abad wilayah Timur, yaitu sebagian besar wilayah Asia dan Eropa, jatuh ke dalam cengkraman kolonialisme. Barat bukan saja menggunakan ilmu pengetahuan sebagai media politik dan kolonialisme, tetapi bahkan sebagai instrumen untuk menekan bangsa-bangsa lain dan merampas fasilitas dan kekayaan mereka. Barat juga memanfaatkan keterbelakangan bangsa-bangsa lain di bidang sains untuk memaksakan kebudayaan Barat kepada mereka. Dan pemaksaan inilah yang malah menyebabkan mereka tidak bisa andil di bidang iptek. Alih-alih didorong untuk maju, mereka bahkan dihalang-halangi. Inilah proses yang berjalan.
Nah, kita sendiri sekarang harus menebus keterbelakangan sejarah kita. Kita sudah terpukul di bidang ilmu pengetahuan. Jika sekarang Dunia Islam tertinggal di bidang ekonomi, kebudayaan, dan politik, ini tak lain karena Barat selaku pihak rival telah berbekal senjata ilmu pengetahuan. Barat menggunakan ilmu pengetahuan sebagai bekal untuk merebut kemenangan di pentas politik, ekonomi, dan kebudayaan. Kita juga harus meraih senjata ini. Kita harus membekali diri dengan ilmu pengetahuan agar tekanan pihak rival - entah rival atau musuh karena pihak asing bukanlah satu jenis- tidak berdampak seperti yang terjadi sekarang. Menguasai ilmu pengetahuan adalah satu target strategis yang sangat penting dan vital bagi bangsa ini.
Ilmu pengetahuan harus dikuasai, tapi kita tahu bahwa ilmu pengetahuan saja tidak cukup. Ilmu pengetahuan harus bersanding secara harmonis dengan etika dan keimanan agar kita tidak terjerumus pada kubangan sebagaimana yang dialami Barat. Artinya, ilmu pengetahuan bukanlah sarana untuk menebar kezaliman, dekadensi moral, budaya menyesatkan dan mematikan. Kita jangan sampai bernasib demikian. Prinsip itu tentu kita jaga. Tapi prinsip lain yang sekarang sedang kita tekankan ialah bahwa ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang sangat vital. Dan sebab itu, dalam pertemuan ini kita ingin menunjukkan apresiasi kita kepada ilmu pengetahuan dan pendidikan serta penghormatan kepada putera-puteri yang berprestasi dalam belajar. Di sinilah letak simbolistik pertemuan kita ini.
Saya memiliki sedikit tela'ah tentang nasib dan sejarah bangsa-bangsa masa lalu maupun masa sekarang. Saya melihat ada dua faktor determinan untuk kemajuan nasional setiap negara; pertama, "kesiapan menanggung resiko", dan kedua, "kerja keras dan intensif". Saya ingin menjelaskan dua faktor ini.
Kesiapan menanggung resiko antonimnya adalah ketakutan. Takut tidak berhasil sehingga enggan berbuat sesuatu. Takut tidak diterima, takut menimbulkan masalah. Semua ini adalah lawan kata dari kesiapan menerima resiko. Salah satu keistimewaan Barat adalah kesiapannya menanggung resiko. -Ciri khas mereka yang baik maupun yang buruk semuanya kita saksikan dan tidak kita ingkari-. Kesiapan menanggung resiko adalah keistimewaan Barat yang kemudian juga diwarisi oleh orang-orang AS selaku pihak yang pertama kali menyerap kebudayaan Eropa.
Anda, para pemuda, harus menyiapkan diri. Takut gagal adalah sikap yang sangat buruk. Manusia terkadang mudah sekali frustasi ketika membayangkan suatu keadaan di masa depan. Menurut saya ini adalah satu kekurangan. Ada pertanyaan yang acapkali mengusik; Jika masuk ke universitas, belajar, meneliti, dan terlibat penuh di bidang riset dan penelitian, apakah nanti hasilnya akan diterima? Ataukah nanti justru akan membentur jalan buntu? Anda harus terjun dan berbuat. Sebuah syair Arab mengatakan;
"Keburukan yang terburuk ialah ketakutan mengalami keburukan."
Ketakutan terkena bencana adalah lebih buruk dari bencana itu sendiri. Sebab orang yang demikian akan selalu dihantui rasa cemas. Anda harus berani berbuat dan dengan begitu Anda akan melihat bahwa Anda ternyata bisa berbuat. Di semua bidang yang dapat menyuguhkan keberhasilan, baik materi maupun spiritual, keberanian menghadapi resiko gagal adalah faktor yang sangat determinan bagi kemajuan kita.
Adapun "kerja keras" antonimnya adalah "malas". Anda jangan sampai terbelit oleh godaan rasa malas, kecenderungan mencari kesenangan semata, dan alergi problema. Dari sekian banyak penemuan saintifik yang ada ini, tak ada satupun yang berhasil dicapai dengan kemalasan. Perhatikan bagaimana riwayat para penemu besar; bagaimana mereka ‘pantang tidur". Mereka terbiasa menghadapi kesulitan. Mereka dibentuk oleh kesulitan dan dengan ini mereka bergerak hingga mencapai titik krusial.
Memang, berbagai keberhasilan itu umumnya mendatangkan profit untuk mereka. Dengan keberhasilan itu mereka mendapatkan materi, uang, kesejahteraan hidup, dan lain sebagainya. Tapi pada awalnya mereka tidak bertujuan meraih keuntungan ini. Semula mereka hanya bertujuan meluapkan rasa keingintahuan mereka terhadap kedalaman obyek yang mereka teliti, dan akhirnya mereka berhasil. Inilah yang ingin saya pesankan kepada kalian.
Satu lagi poin yang ingin saya kemukakan ialah apa yang saya singgung tadi; ilmu pengetahuan hanya akan bermanfaat untuk manusia jika dibarengi dengan agama dan moral. Yakinlah bahwa sehebat apapun kemajuan ilmu pengetahuan tidak akan berguna untuk manusia jika terasing dari moralitas dan agama. Ini harus diperhatikan baik-baik oleh orang-orang yang mengatakan bahwa ilmu pengetahuan adalah demi meningkatkan kualitas manusia.
Tentu banyak contoh kasus yang sudah pernah Anda dengar dan karena itu saya tidak ingin mengulanginya lagi. Kita hanya perlu mencamkan lagi contoh-contoh bagaimana orang yang mengalami kemajuan pesat di bidang kimia lantas membuat bom kimia dan senjata-senjata destruksi massal. Atau orang yang maju di bidang teknologi nuklir lantas membuat bom nuklir. Ini adalah contoh-contoh yang sudah terlampau gamblang.
Perhatikan kondisi bangsa-bangsa dunia. Apakah bangsa yang telah menggapai puncak kemajuan iptek sudah benar-benar sentosa? Apakah keadilan di negara mereka sudah tegak? Apakah di sana sudah tidak ada lagi kemiskinan, diskriminasi, dan ketidakadilan? Apakah benar seperti yang mereka klaim bahwa rakyat di sana hidup tentram, bebas dari kekerasan, aman dari agresi dan pelanggaran hak? Jawabannya ialah semua keburukan ini tetap ada di sana walaupun iptek tumbuh subur di sana. Kemudian, apakah rasa tentram dan suasana saling percaya mewarnai kehidupan keluarga di sana? Apakah hati nurani anak-anak di sana terbina dengan baik di tangan ayah dan ibu mereka? Apakah di sana tidak ada pembunuhan, teror, dan kejahatan? Jawabannya justru lebih fatal lagi.
Di zaman sekarang ini, ketidak-amanan justru lebih menonjol di negara yang paling prestisius di bidang iptek, yaitu AS. Tak ada negara yang lebih rusuh dari AS, baik di Eropa maupun Asia. Ketidak-amanan merajalela di sana. Di sana paling sering terjadi kasus pembunuhan dan kekerasan antar sesama warga. Diskriminasi dan kesenjangan sosial dalam bentuknya yang paling parah juga terlihat di sana; ada kekayaan yang menggunung setinggi Himalaya, tetapi di sisinya terdapat kemiskinan dalam bentuknya yang terparah; mati karena kelaparan. Inilah kesenjangan di sana. Inilah makna dari realitas bahwa sesuatu yang paling dicita-citakan umat manusia dari awal sejarahnya sampai sekarang tidak bergeser dengan bergesernya zaman.
Yang paling didambakan oleh manusia adalah keadilan, keamanan, dan ketentraman hidup berdampingan satu sama lain. Adalah surga ketika manusia satu sama lain tidak saling menyakiti, ketika hati merasa tentram, ketika jiwa merasa bahagia menghayati kehidupan berumah tangga, ketika orang tua dapat menikmati keberadaan anak-anak, ketika anak-anak menikmati hangatnya dekapan orang tua. Semua ini adalah kebutuhan yang paling mendasar bagi manusia. Inilah yang diimpikan oleh manusia sejak dulu sampai sekarang. Dan ini ternyata sama sekali tidak ada di tengah masyarakat yang dari segi iptek sudah sangat maju.
Inilah hasilnya ketika gerak maju iptek yang tidak diimbangi dengan kemajuan kualitas iman dan akhlak. Ilmuwan yang taat kepada agama ilmunya pasti membuahkan manfaat yang sejati bagi masyarakat. Alih-alih menghalangi progresifitas ilmu pengetahuan, agama justru menstimulasi dan membantunya. Agama hanya akan menghalangi jika ilmu pengetahuan mungkin melanggar batas martabat kemanusiaan.
Atas dasar ini, saya berpesan kepada para pemuda; semakin jauh Anda berkonsentrasi pada ilmu pengetahuan, sejauh itu pula Anda berkonsentrasi pada urusan ruhani dan spiritualitas Anda. Ilmu pengetahuan bukanlah kontradiksi dari spiritualitas. Bekerja di laboratorium, sentra pendidikan, pusat penelitian, dan kuliah atau belajar di kelas tidak bertolak belakang dengan seruan untuk solat di awal waktu dengan jiwa yang khusyu' di hadapan Allah SWT. Ini akan menjernihkan hati Anda. Anda masih muda dan karena itu nurani menyala di hati Anda. Tak sedikit orang yang kurang menghayati agama hatinya bersih karena usianya masih muda. Artinya, kondisi jiwa Anda jauh berbeda dengan kondisi jiwa orang-orang seusia saya. Anda memiliki banyak kesiapan. Seperti cermin yang jernih, jiwa Anda lebih mudah menerima dan memantulkan cahaya inayah Ilahi.
Ketika Anda baik dari segi keagamaan, bersih dari segi ruhani, selalu ingat kepada Ilahi, maka kalian akan lebih dapat merasakan keberadaan Anda di hadapan Ilahi. Ketika Anda demikian, keberadaan Anda di manapun, entah di kampus, di tempat kerja, atau di rumah dan di tengah keluarga dan handai tolan, pengaruh diri Anda pasti akan membias kepada yang lain. Cahaya Anda pasti memantul kepada yang lain. Sadarilah ini sepenuhnya dan jangan sampai hilang. Pesan ini tentu bukan hanya untuk Anda yang hadir di sini, tetapi juga untuk semua pemuda yang ada, terutama mereka yang sibuk menggeluti ilmu pengetahuan. Dan alhamdulillah, kesadaran seperti ini sekarang cukup kuat.
Seseorang di antara Anda tadi mengatakan bahwa kemampuan generasi muda bangsa kita sekarang tidak lebih sedikit dari generasi pada awal revolusi. Saya sendiri juga meyakini demikian, dan ini sudah berulangkali saya utarakan. Anda generasi muda sekarang selangkah lebih maju dalam berbagai bidang. Generasi muda kita telah maju selangkah, hanya saja situasi perang pertahanan suci dengan segala auranya yang menakjubkan telah memberikan pengaruhnya secara alami. Seandainya aura itu sekarang terjadi lagi, dapat dibayangkan betapa jauhnya kemajuan para pemuda kita sekarang di bidang spiritual. Aura itu sekarang mulai kita rasakan, baik di kampus maupun di luar kampus. Dengan demikian, ilmu pengetahuan harus harmonis dengan agama dan moral. Ini adalah pesan untuk Anda semua.
Gunakan kesempatan di bulan suci Ramadhan. Tunaikan ibadah puasa dengan baik. Para pemuda kita tentu berpuasa, tapi berpuasalah dengan sebaik mungkin. Puasa yang baik ialah bukan hanya menanggung rasa lapar dan haus, tetapi juga menahan gejolak hawa nafsu jiwa kita, menjaga mata kita dari godaan, serta mengendalikan seluruh anggota jasmani dan ruhani kita. Berusahalah untuk dapat merasakan bahwa dengan berpuasa pada bulan suci ini Anda akan menjadi lebih dekat dengan Allah SWT dan hati Anda akan lebih bercahaya.
Ada sejumlah poin lagi yang telah saya catat, tetapi waktu tidak memungkinkan bagi saya untuk mengutarakannya. Salah seorang pemuda diantara Anda sekalian tadi mengutarakan sesuatu dan sayapun mencatatnya. Dalam hal ini saya hanya menyampaikan pesan bahwa Anda sebagai pemuda harus merasakan sendiri bahwa Anda harus ikut berperan. Anda tidak perlu menunggu sesuatu yang istimewa akan terjadi di tempat-tempat lain. Memang, instansi-instansi pemerintah mengemban tugas, begitu pula Lembaga Pakar, dan tugas ini harus ditunaikan, -insya Allah akan tertunaikan dan secara bertahap akan lebih baik- . Tapi Anda tetap harus memandang diri Anda sendiri sebagai menjadi poros tanggungjawab. Anda harus merasa bertanggungjawab dan yakin bahwa Anda memiliki peranan.
Sementara ini Anda tak perlu risau dengan pertanyaan apakah di masa mendatang Anda akan diberi peranan atau tidak. Yang lebih perlu Anda pikirkan ialah apa peran Anda di masa pendidikan dan proses perfeksi ini lalu mainkanlah peranan ini. Artinya, belajarlah dengan baik, berusahalah dengan keras, jagalah kesungguhan, jangan kurangi intensitas, dan di samping menimba ilmu pengetahuan, tingkatkan pula pengetahuan tentang agama, ketakwaan, dan tazkiyah.
Insya Allah, Anda semua akan sukses dan cemerlang serta dibukakan pintu-pintu kebahagiaan.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuhu.