Situs Media Informasi Kantor Imam Ali Khamenei

Pemimpin Besar Revolusi Islam

Pidato Rahbar di Depan Para Guru Imbau Para Pemikir Lakukan Pembenahan Sistem Pendidikan

Dengan menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

Pertama-tama saya mengucapkan terima kasih kepada saudara dan saudari yang mulia yang telah berkenan menyelenggarakan pertemuan yang tulus dan indah ini. Dalam pandangan saya, Hari Guru adalah salah satu hari istimewa dan penting yang kita peringati dengan berbagai nama hari besar. Ini tak lain karena pentingnya posisi guru. Ketika berbicara tentang guru, perhatian kita akan segera tertuju pada makna umum dari kata guru, yaitu makna yang sangat agung dan penting. Guru adalah orang yang menyalakan lilin di hati manusia, membebaskannya dari kebodohan, dan memandunya kepada pengetahuan. Inilah makna guru, suatu makna terbesar yang bisa dibayangkan pada kehidupan manusia.

Contohnya adalah guru kita Syahid Mutahhari yang telah membukakan kajian dan penjelasan berbagai dimensi masalah keislaman dalam berbagai bidangnya, termasuk melalui puluhan karya tulisnya yang ada di tangan kita. Jika kita cermati lebih jauh akan terlihat betapa setiap persoalan yang digeluti dan dikaji secara mendalam dan piawai serta dipersembahkan kepada kita oleh Syahid Mutahhari merupakan pelita yang dinyalakan di dalam pikiran dan hati nurani kita oleh pribadi besar ini. Tak ada yang lebih berharga daripada ini. Ini adalah satu bentuk tinjauan terhadap hakikat guru.

Seperti berulangkali disebutkan oleh Pemimpin Besar kita, Imam Khomaini ra, dan sering kita mendengarnya; pendidikan adalah peran yang dimainkan oleh para Nabi as. Allah SWT berfirman;

وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ
"Mereka (para nabi) mengajarkan kepada mereka (umat) Al Kitab dan Al-Hikmah." (QS.2.129)

Tak hanya itu, Allah SWT juga berperan sebagai Pengajar sebagaimana firman-Nya;

عَلَّمَ الْإِنسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ
"Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya." (QS.96.5)

Pada jenjang di bawah, manusialah yang saling mengajar satu sama lain. Satu mengajar, dan yang lain belajar. Anda atau siapapun dan dimanapun berada, baik itu di Dinas Pendidikan dan Tarbiyah, di universitas, di hauzah ilmiah (pesantren), maupun di sekolah dan pusat-pusat pendidikan lainnya, yang bekerja untuk mendidik masyarakat, memperkenalkan hakikat dan pengetahuan yang berharga untuk mereka, pasti memiliki keagungan citra seorang guru. Ini jelas sangat mulia, diakui, dan berharga.

Perspektif kedua yang ingin saya kemukakan kepada saudara dan saudari yang mulia ialah bahwa guru hendaknya dipandang dalam pengertian sosok yang memberikan pendidikan sekaligus tarbiyah. Ini berbeda dengan guru-guru lain. Semua guru tentu saja mulia, tetapi guru pendidikan dan tarbiyah memiliki peranan istimewa yang tidak dapat disetarakan dengan guru-guru lain, baik orang tua yang mengajarkan kepada anaknya di rumah, maupun guru besar dan ilmuan yang telah mengangkat jenjang ilmu pengetahuan umat manusia. Guru pendidikan dan tarbiyah memiliki keistimewaan tersendiri.

Mengapa sedemikian istimewa? Sebab, pendidikan, tarbiyah, dan sekolah selama 12 tahun dari SD sampai tamat SLTA merupakan gerakan pendidikan inklusif yang meliputi seluruh anggota masyarakat; ibarat karantina dimana seluruh anggota masyarakat masuk dari satu titik gerakan ini kemudian keluar dari titik lain. Itupun pada periode yang paling penting dari aspek pencarian pengetahuan dalam usia manusia sepanjang 70 atau 80 tahun; periode keemasan, yaitu dari usia enam sampai 18 tahun. Guru hendaknya ditinjau dari aspek ini. Komunitas besar yang terdiri atas jutaan anggota suatu bangsa ketika menjalani masa kehidupan terbaik untuk menghimpun pengetahuan, yaitu pada kurun waktu 12 tahun itu, memasuki suatu gerakan yang bernama pendidikan dan tarbiyah. Kepada siapa mereka merujuk? Tak lain kepada guru. Dengan demikian, gurulah yang berperan sebagai katalisator gerakan superkolosal ini.

Anda sebagai manusia, atau pimpinan, ketua, dan sosok yang simpatik, menghendaki negara yang penduduknya memiliki potensi menonjol, akhlak yang suci, keberanian dalam bertindak, pemikiran yang matang dan bijak, memiliki independensi, kreativitas, inovasi, ketakwaan, kesucian, kedisiplinan, kepatuhan kepada hukum, etos kerja, dan aspirasi. Anda tentu ingin membangun negara dan masyarakat yang demikian. Di dunia ini siapa yang tidak mengharapkan negara dengan putera dan puteri bangsanya memiliki karakteristik sedemikian rupa? [Siapa yang ingin punya] negara yang masyarakatnya komitmen pada potensinya, pada keberaniannya dalam bertindak, pada cita-cita luhurnya, tidak kenal kata lelah, selalu bersemangat dan giat, disiplin, dan tidak memberhalakan egonya.

Di manakah tempatnya untuk membina masyarakat dengan karakteristik sedemikian rupa? Dari lahir hingga mati, tempat dan lingkungan manakah yang lebih layak untuk membina manusia daripada ranah pendidikan dan tarbiyah? Karantina 12 tahun inilah yang dapat mendidik manusia dengan karakteristik tersebut. Artinya, jika sentra-sentra pendidikan dan tarbiyah dengan seluruh komponennya bisa bekerja dengan baik pada arah yang benar dan dengan rencana, rancangan, dan manajemen yang benar, tak syak lagi dalam tempo 20 hingga 25 tahun ke depan negara itu akan sampai pada titik dimana penduduknya akan memiliki serangkaian karakteristik istimewa tersebut.

Inilah peran yang dimainkan oleh guru pendidikan dan tarbiyah. Peran ini jelas tak dapat disepelekan. Diantara sekian banyak lembaga di dalam negeri, lembaga manakah yang lebih penting daripada lembaga pendidikan dan tarbiyah yang bertanggungjawab langsung dan kontinyu atas proses mendidik manusia dengan jumlah yang sedemikian kolosal selama 12 tahun yang merupakan masa terbaik sepanjang umurnya. Di sinilah letak pentingnya pendidikan dan tarbiyah sehingga kita -sama sekali tanpa niat berbasa-basi belaka- sedemikian menghormati dan menghargai status guru. Ini adalah realitas yang memiliki akar filosofis. Guru -suka atau tidak - memiliki posisi yang amat tinggi dengan peran yang sangat sensitif.

Di tengah komunitas pendidikan dan tarbiyah ini, tentu ada yang berstatus staf, perancang, eksponen, dan penulis yang tentu juga memiliki andil dalam masalah penting ini. Tapi yang jelas guru adalah pemain di lapangan. Semua ide dan rancangan yang dibuat adalah bertujuan supaya guru bisa bekerja dengan baik di lapangan. Guru adalah ujung tombak, sedangkan yang lain sifatnya membantu, mendukung, dan menyuplai kebutuhan guru agar guru dengan segala kepiawan, keterampilan, jerih payah, rasa simpatik, dan budi pekertinya dapat mengolah unsur alamiah yang ada di tangannya, yaitu anak-anak didiknya, menjadi elemen-elemen yang sangat berharga. Ini tidak dapat dibandingkan dengan kegiatan-kegiatan produksi lainnya. Ini lebih berharga daripada seandainya pun kita bisa mengubah tanah menjadi emas; lebih penting daripada seandainya dengan hanya sebatas mengeksplorasi mineral kita supaya dapat menciptakan energi nuklir. Anda semua mendidik manusia agar manusia menjadi lebih manusiawi dengan keistimewaan tadi.

Bayangkan, betapa tragisnya suatu negara jika para gurunya berpendirian dan bertindak sebaliknya; mencetak insan-insan pengecut bukan pemberani, mencetak manusia-manusia lemah dan minder bukan manusia yang merdeka dan independent, mencetak orang yang tunduk kepada pihak asing bukan mencetak insan patriot yang cinta tanah air, mencetak manusia tak beragama dan ateis bukan orang yang bertakwa dan mukmin, melahirkan orang yang larut dalam kemegahan sains dan kekuiatan asing bukan orang yang percaya diri. Bayangkan tragedi apa yang bakal terjadi pada negara seperti itu. Kenyataannya, inilah sistem pendidikan yang diterapkan di negara kita di era kekuasaan para tiran, yaitu sejak penerapan sistem pendidikan baru pada masa kekuasaan Reza Khan. Bisa jadi pihak-pihak yang bertanggung jawab langsung dalam sistem pendidikan saat itu tidak menyadari hal ini, tetapi inilah tujuan yang dirancang. Kaum terdidik mereka kurang lebih juga bertipe demikian, walaupun diantara para guru dan staf pendidikan tentu saja ada dan bahkan jumlahnya tidak sedikit orang-orang yang taat beragama, saleh, bertakwa, dan berjiwa independen. Orang-orang ini hanya menunaikan tugas dan profesinya. Tapi yang jelas skemanya demikian.

Pemerintahan Islam menyuguhkan skema lain, yaitu bahwa dalam gerakan pendidikan dan tarbiyah ini, manusia harus dicetak dengan serangkaian karakteristik yang saya jelaskan tadi. Masa-masa pubertas (baligh) kaum remaja ada di tangan Anda. Masa pubertas manusia adalah masa terbentuknya kepribadian yang akan bersifat permanen. Kaum remaja pada usia ini ada di tangan guru. Guru bukan hanya mengalirkan isi mata pelajaran kepada anak didiknya, tetapi juga mengalirkan kepribadiannya. Kesehatan budi pekerti, kepintaran, kesabaran, pengaruh, optimisme, dan ketinggian etos kerja seorang guru akan diserap oleh anak didiknya. Demikian pula jika guru ternyata memiliki karakter yang keras dan tidak sabar. Ini akan berpengaruh pada anak didik, apapun mata pelajarannya. Atas dasar ini, memberikan perhatian yang serius kepada pendidikan dan tarbiyah adalah masalah yang prinsipal dan primer dalam pemerintahan Islam.

Apa yang kita kemukakan menyangkut status dan peranan guru ini pada dasarnya ditujukan untuk umum dan seluruh anggota masyarakat. Pentingnya kedudukan guru harus disadari oleh para guru sendiri, keluarga, dan orang tua mereka maupun oleh seluruh instansi dan pejabat pemerintahan serta segenap lapisan dan anggota masyarakat. Pada prinsipnya semua pihak, yaitu masyarakat, keluarga, wali murid, dan para pejabat harus menghargai posisi guru, walaupun pembicaraan ini diungkapkan hanya di depan guru.

Pada hakikatnya, para guru memang harus menyadari pentingnya kedudukan mereka. Anda adalah elemen yang berbeda dengan elemen masyarakat lainnya. Anda jangan memandang kegiatan mengajar sebagai satu pekerjaan yang sudah diperoleh dengan tujuan memenuhi kebutuhan dapur. Tentu, guru adalah profesi yang mendatangkan rizki untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, tetapi masalah keguruan bagi para guru sendiri harus berbobotkan risalah dan tanggungjawab besar seperti yang telah saya singgung tadi secara global. Kalau kita hendak mencarikan analoginya yang lebih mudah dirasakan, mungkin kita mengibaratkannya dengan peranan penjaga rel (petugas yang mengatur rel untuk menentukan arah kereta di persimpangan rel - pent.) . Tugas penjaga rel sekilas tidak terlalu penting, padahal keselamatan dan nyawa para penumpang dan awak kereta sangat bergantung padanya. Sebab itu, tugas ini memerlukan kecermatan ekstra. Lalai sedikit saja, akibatnya akan fatal. Kecermatan bahkan merupakan profesi dan pekerjaannya, sebab padanyalah nyawa dan nasib banyak orang bergantung. Peranan guru juga demikian sehingga harus benar-benar diperhatikan oleh para guru.

Tentu, komunitas guru kita merupakan realitas yang menyenangkan. Ini saya katakan berdasarkan pengamatan. Di seluruh pelosok negeri ini, komunitas guru adalah komunitas yang bersih, berkomitmen, tekun, sabar, dan umumnya bangga dan konsisten kepada profesinya. Indikasinya ialah peranan yang dimainkan para guru dalam mengarahkan para muridnya pada berbagai momen krusial di negara ini, termasuk di era Perang Pertahanan Suci. Pada momen-momen ini, dan sejak 25 tahun silam, yaitu sejak saya menjabat presiden dan ketua Dewan Tinggi Revolusi Kebudayaan, saya melihat sendiri dari dekat betapa kaum guru menjadi salah satu sasaran konspirasi musuh.

Awal tahun ini saya pernah mengatakan bahwa target musuh untuk negara ini ialah keterbelakang dari segi ilmu pengetahuan, ketertinggalan dari segi ekonomi, dan keretakan persatuan nasional. Demi tiga target ini mereka menghamburkan dolarnya, merekrut agen, dan mengerahkan para intelijennya yang paling terlatih. Mereka menginginkan ekonomi kita tertinggal dan lumpuh, gerak maju kita di bidang sains terhenti, dan persatuan nasional yang ada selama ini porak poranda. Tiga target inilah yang diproyeksikan musuh. Dalam dua dari tiga target ini, yaitu di bidang ilmu pengetahuan dan bidang persatuan, guru adalah salah satu sasaran tembak konspirasi mereka. Sekarang sepak terjang musuh bahkan sedang memuncak. Tapi pada dasarnya konspirasi seperti ini sudah ada dan saya pernah melihatnya sendiri dari dekat sejak sekitar 20 sampai 25 tahun silam. Dan di tengah badai konspirasi dan tekanan ini, masyarakat guru berdiri tegak laksana gunung. Ini adalah apa yang saya sebut tadi sebagai salah satu bukti ketakwaan masyarakat guru kita.

Saudara dan saudari sekalian yang saya hormati! Negara kita sedang melaju serius ke depan, baik dari aspek ilmu pengetahuan, maupun politik, militer, dan ekonomi. Pemerintahan Islam dalam praktiknya telah menunjukkan bahwa ia adalah sistem yang berurat akar, berpengaruh, dan memiliki kekuatan esensial yang memancar dari dalam dirinya sendiri; bukan kekuatan artifisial seperti yang dimiliki oleh negara-negara tak berdaya dan rezim-rezim pecundang yang hanya mengandalkan kekuatan asing. Kesolidan sistem politik Republik Islam Iran berakar dari dirinya sendiri sebagaimana gunung memiliki kekuatan yang mengakar pada perut bumi lebih dari apa yang terlihat dengan kasat mata. Inilah yang diperlihatkan oleh pemerintahan Islam dan ini kian hari kian maksimal. Kita sedang melesat ke depan dengan laju yang pesat.

Kesolidan inilah yang tidak bisa diterima oleh kekuatan-kekuatan tiran dunia. Yang dimaksud kekuatan tiran di sini tentu bukan raja atau penguasa dalam skup negara, melainkan para diktator berlevel dunia; pihak-pihak yang memaksakan dirinya sebagai poros tatanan imperialisme global. Di dalam negerinya mereka terkesan demokratis -meski dalam hal inipun masih harus disangsikan-, tapi di tingkat internasional mereka menunjukkan pola-pola diktator yang kental dengan kekerasan. Merekalah yang tidak sudi menerima adanya sebuah bangsa yang berani menerapkan sistem politik dengan corak yang sedemikian resisten terhadap ketamakan dan kelancangan mereka.

Tapi Anda melihat bagaimana bangsa-bangsa Muslim dunia terkesima menyaksikan kebesaran dan kesolidan gerakan Islam di Iran. Anda melihat sendiri bagaimana presiden dan para pejabat tinggi Republik Islam Iran lainnya setiap kali berkunjung ke negara Islam selalu diberi kesempatan untuk beraudiensi dengan masyarakat setempat dan menyaksikan dari dekat ekspresi simpati, antusiasme, dan histeria mereka terhadap Iran! Apa sebabnya? Mengapa presiden kita setiap kali melawat negara Islam diberi kesempatan untuk membaur dengan masyarakat setempat, dan masyarakatpun mengelu-elukannya berlipat kali lebih besar dari kehangatan mereka terhadap para pejabat dan pemimpin negeri itu yang mereka cintai? Mengapa sampai terjadi demikian? Jawabannya adalah karena gerakan agung bangsa Iran telah berhasil menebarkan dan memperlihatkan pengaruhnya pada publik Dunia Islam. Keberanian, kesolidan, pengorbanan, dan kejujurannya dalam berkata dan bertindak, telah mengalirkan pengaruhnya secara alami.

Bisa jadi tak sedikit pemimpin dan para petinggi di negara-negara Islam yang tidak respek terhadap Republik Islam, tetapi rakyat mereka seratus persen kontras dengan sikap mereka. Rakyat sangat gandrung dan simpati kepada sistem Republik Islam. Kita melihat adanya negara-negara seperti ini di sekitar kita, yaitu di kawasan yang besar dan penting tempat kita berada. Semua ini terpampang di depan mata para tiran dunia. Mereka melihat kemajuan kita sudah sedemikian rupa; bahwa secara moril pun kita juga berhasil mengembangkan pengaruh. Namun, kita akan celaka jika gerakan yang logis, berani, serta penuh rasa tawakkal kepada Allah SWT dan rasa tanggungjawab besar ini tidak kita lanjutkan. Kita akan celaka baik dari segi pendidikan dan tarbiyah maupun dari berbagai segi lainnya.

Pendidikan dan tarbiyah hari demi hari harus lebih optimal diterapkan dengan misi besar dan tujuan dari keberadaannya seperti yang saya singgung tadi. Sistem pendidikan dan tarbiyah harus bergerak dalam rangka ini agar dapat menciptakan perubahan yang substansial. Sekarang ini tentu sudah berjalan dengan baik, dan saya sendiri tidak memiliki keluhan apapun terhadap Anda sebagai pelaku pendidikan dan tarbiyah. Hanya saja, kita meyakini bahwa harus ada satu gerakan transformatif. Para penggagas dan eksponen pendidikan harus dapat melakukan pekerjaan-pekerjaan yang dapat menciptakan perubahan-perubahan penting di bidang-bidang pelembagaan dan konfigurisasi lingkungan-lingkungan sekolah, kelas, dan muatannya, tarbiyah para guru, serta penentuan garis kebijakan penting dan jelas untuk lingkup pendidikan dan tarbiyah. Ini tentu memerlukan kerjasama antar sesama praktisi pendidikan dan tarbiyah. Di luar lingkungan mereka, tak banyak pekerjaan yang dapat dilakukan untuk pendidikan dan tarbiyah. Dalam lingkungan mereka sendiri tak kurang figur-figur istimewa, cerdas, dan berpotensi yang dapat dimanfaatkan untuk memajukan bidang pendidikan dan tarbiyah serta mengisi berbagai kekosongan dan kekurangan yang ada.

Saya sendiri optimis kepada prospek sistem pendidikan kita, terutama karena simpati, ketakwaan, dan kecintaan Anda kepada kepentingan negara ini. Ini adalah poin penting. Banyak kebaikan dan berkah yang akan mengalir dari spirit ini, dan musuh tidak akan bisa berbuat apapun terhadapnya.

Insya Allah, berkat inayah Ilahi serta bantuan doa Imam Wali ‘Asr (Imam Mahdi as) serta dengan berkah arwah para syuhada suci kita dan ruh Pemimpin Besar kita, Imam Khomeini, dunia pendidikan dan tarbiyah kita akan semakin optimal dan sempurna. Saya berharap, dalam waktu yang tak terlalu lama lagi, kita semua dapat menyaksikan keadaan yang sesuai dengan perkembangan zaman dan tuntutan pemerintahan republik Islam.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuhu.

700 /