Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Ini merupakan salah satu pertemuan yang dari berbagai aspeknya sangat indah dan menarik untuk masa depan. Pertama adalah karena dihadiri oleh para ilmuwan dan cendikiawan kota dan provinsi ini, yaitu kawasan yang sejak dahulu kala tersohor dengan tradisi keilmuannya. Kedua karena saya memiliki banyak kenangan masa lalu dengan komunitas di universitas ini. Saya menjalin persahabatan dan kerjasama yang erat dengan sebagian tokoh yang hadir dalam pertemuan ini. Saya pernah hidup bersama di satu penjara dengan Dr. Farhudi. Pada berbagai era genting, kami pernah mengadakan berbagai diskusi dan pertemuan antusias dengan komunitas akademik universitas ini. Jadi banyak sekali kenangan untuk saya di tempat ini.
Ketiga adalah karena para banyak sekali kemajuan yang dicapai oleh para pemuda kita. Kecerdasan mereka telah mengibarkan bendera kebanggaan untuk universitas kita. Dulu banyak mahasiswa dan pemuda kita yang belajar di tengah berbagai macam tekanan problema, tapi sekarang alhamdulillah; mereka telah menjadi bagian dari dosen, para pengibar panji keilmuan, dan para pelaku inovasi di bidang sains. Sebagian dari mereka hadir dalam pertemuan ini, sebagian yang lain tersebar di Teheran dan di tempat-tempat lain. Ini juga merupakan salah satu faktor yang membuat pertemuan ini begitu berkesan untuk saya.
Menurut saya, berbagai materi yang telah dikemukakan oleh kawan-kawan tadi merupakan penjelasan yang bermanfaat dan bernilai. Saya ingin menyampaikan sejumlah komentar atas materi-materi tadi. Keluhan Anda tentang anggaran riset tentu benar. Dana yang dialokasikan dari anggaran nasional masih jauh di bawah standar bujet yang diperlukan untuk bidang penelitian. Dalam berbagai rapat umum maupun eksklusif, saya sendiri sudah mengimbau para pejabat terkait agar masalah ini diatasi. Dr.Zahedi selaku menteri juga hadir di sini. Masalah ini harus ditangani dengan baik oleh pemerintah.
Masalah penelitian sekarang bukan lagi merupakan masalah formalitas belaka untuk kita, melainkan sudah menjadi masalah yang sangat vital. Saya tidak tahu pasti sejauhmana masalah ini dipandang vital oleh para pejabat terkait. Yang jelas saya sendiri meyakini bahwa sekarang ini riset adalah salah satu pekerjaan yang paling primer dan fundamental dalam upaya kita menjaga identitas, eksistensi, kemerdekaan, dan masa depan kita. Semua pihak terkait harus serius dalam hal ini. Ini adalah tugas yang lebih penting dari banyak pekerjaan kita lainnya, walaupun hasilnya secara kasat mata tidak tampak atau tidak segera tampak.
Mengenai Islamisasi universitas, menurut saya, sejauh apapun kita bekerja, volumenya tetap masih tidak akan maksimal. Dalam suatu kesempatan saya pernah mengatakan bahwa yang kita harapkan dan inginkan dari universitas dan pusat-pusat keilmuan kita yang lain minimal ialah bahwa jika misalnya ada pemuda yang tadinya kurang taat kepada agama, maka dia menjadi salih dan berakhlak mulia setelah belajar dan lulus dari universitas. Dalam hal ini kita berharap universitas kita menjadi seperti pesantren (hauzah ilmiyah). Bahwa seandainya fondasi universitas di negara kita dulu didirikan oleh pihak-pihak tertentu seakan-akan harus tidak agamis atau bahkan anti agama, maka itu lain persoalan. Tapi substansi persoalannya bukan ini. Bagaimanapun juga ilmu pengetahun harus didampingi agama. Siapapun yang obyektif dalam memperlakukan ilmu pengetahuan pasti akan menemukan nuansa iman keagamaan yang semakin dalam. Ilmu pengetahuan setara dengan etika dan komitmen. Ini bahkan merupakan watak dari universitas,walaupun kita tahu kenyataan tidak demikian, seperti yang diungkapkan saudara-saudara tadi.
Yang jelas, universitas kita memiliki citra yang Islami dan relijius. Dulu kapan kita pernah memiliki dosen yang begitu salih, komitmen, antusias, patriotik, agamis, bertauhid, dan jujur seperti sekarang?! Dalam kurun waktu 60-70 tahun ini, kapan dulu kita pernah memiliki mahasiswa yang taat beragama dan komitmen kepada norma-norma etika dan keimanan kepada agama?! Jadi dalam hal inipun juga sudah mengalami kemajuan. Hanya saja, ini bukan berarti kita sudah merasa puas. Tapi kita sudah harus bersyukur atas kemajuan ini, dan jangan sampai kita mengingkari nikmat Ilahi.
Masalah produksi keilmuan dan pengembangan riset serta benturannya dengan monopoli pemerintah dan hak monopoli perusahaan, Anda juga sepenuhnya benar. Kami menerima keluhan ini dan berharap masalah ini terpecahkan dengan implementasi ketetapan dalam pasal 44 yang sudah disosialisasikan tahun lalu. Eksplorasi pasal 44 dan seriusnya perhatian terhadap bagian akhir pasal 44 dimana saya sendiri juga terlibat di dalamnya adalah karena didorong oleh beberapa faktor, termasuk yang kita bicarakan sekarang. Apa yang dikeluhkan oleh kawan-kawan lama tentu ada benarnya menyangkut penyalah-terapan pasal 44 yang bisa jadi akan memperlebar masalah. Jika apa yang kita tegaskan, kehendaki, dan tindak-lanjuti ini diimplementasikan, insya Allah tidak akan terjadi tindakan disproporsional. Harus dilakukan tindakan yang sesuai dengan apa yang sudah ditetapkan. Insya Allah akan berjalan demikian. Tadi kawan-kawan lama saya mengemukakan beberapa masukan yang, Insya Allah, akan saya tindak-lanjuti.
Setelah ini, saya akan bertatap muka dengan para mahasiswa yang insya Allah di sana saya akan bicara secara lebih panjang lebar. Dalam pertemuan ini pada dasarnya saya lebih ingin menyimak masukan-masukan dari para dosen. Karena itu, di sini saya hanya ingin mengemukakan beberapa hal penting secara singkat.
Satu diantaranya ialah bahwa sains adalah masalah yang vital bagi negara kita. Dalam banyak hal, masalah ini bertumpu pada Anda sebagai komunitas akademik. Kalangan universitas harus dapat merasakan bahwa negara kita sedang berada pada titik krusial. Dalam hal ini jika gerakan universitas bersifat mendua, maka akan terbentuk dua jalan yang berseberangan dengan titik tersebut. Sedemikian krusialnya periode kita sekarang sehingga jika kita bergerak dalam suatu bentuk maka kita akan berjalan pada suatu arah, sementara jika kita bergerak dalam bentuknya yang lain maka arahnyapun akan lain dan berlawanan dengan yang pertama.
Pergaulan internasional sekarang berputar dengan poros kekuatan. Negara-negara kuat berbicara bukan dengan logika dan argumentasi, melainkan dengan kekuatannya. Dalam kondisi demikian, dosa negara-negara kelas menengah ke bawah ialah sikapnya yang gampang menerima segala yang didektekan negara-negara kuat. Akibatnya, tindakan main paksa merajalela. Dalam isu nuklir, kemelut Timteng, dan berbagai masalah politik serta persoalan lainnya, ketika kita membicarakannya dengan negara-negara lain, mereka selalu menjawabnya dengan ungkapan; "Apa boleh buat, AS bersikap begini." Artinya, ini adalah argumentasi yang mutlak bahwa karena AS-lah yang memiliki kekuatan, maka tidak ada jalan lain untuk mereka.
Nah, kekuatan yang sekarang menjadi poros gerakan internasional bergantung penuh pada ilmu pengetahuan. AS kaya karena ilmu pengetahuan. Dengan ilmu pula AS memiliki kemampuan propaganda dan posisi politik yang dimilikinya dalam percaturan internasional. Ilmulah yang mengantarkan suatu negara kepada jenjang kekuatan. Ilmu pengetahuan memiliki kedudukan sedemikian penting bagi setiap negara.
Sudah tentu, perjalanan yang harus ditempuh selama 200 tahun tidak mungkin dapat kita tempuh hanya dalam waktu 20 tahun. Kita tidak mengklaim bahwa dalam jangka waktu 10 atau 15 tahun kita akan dapat sejajar di bidang ilmu pengetahuan dengan negara lain yang sudah bersusah payah selama 200 tahun di bidang ini, atau kita akan dapat begitu saja ikut memanfaatkan hasil jerih payah ini. Maksud kita bukan begitu. Yang kita inginkan ialah jangan sampai waktu yang ada ini terbuang sia-sia. Jika Iran ingin memiliki masa depan dan bahwa bangsa negara ini harus melanjutkan jalan kemerdekaaan, kehormatan, dan independensi yang sudah dimasukinya, maka ini semua tidak akan mungkin terlaksana kecuali jika bangsa ini berbekal ilmu pengetahuan. Bangsa ini harus berilmu. Ilmu harus terus berkembang di negara ini.
Ilmu pengetahuan impor - dalam arti kata yang sebenarnya- bukanlah ilmu. Ilmu yang melahirkan kekuatan adalah ilmu yang tumbuh dari dalam diri. Adanya wacana produksi ilmu dan pendobrakan batas-batas ilmu pengetahuan adalah terdorong oleh faktor ini. Ini harus dipandang serius. Di bagian tertentu hauzah ilmiah memiliki peranan, sedangkan universitas memainkan peranan penting di bidang lainnya. Para dosen dan pengurus universitas harus memiliki paradigma demikian. Kuliah yang dilakukan secara tidak antusias, kurang motivasi, dan dengan waktu yang tidak optimal serta minim perhatian kepada mahasiswa dan terhadap mahalnya waktu sama sekali tidak cocok untuk visi dan misi universitas kita.
Saya mendukung pendirian bahwa kita harus menjaga keberadaan para dosen yang terlatih dan berpengalaman di universitas, seperti yang disinggung tadi oleh kawan-kawan. Tapi di samping itu, para dosen muda dan penuh motivasi juga harus dilibatkan. Jangan sampai kita menderita kelangkaan dosen di bidang apapun. Jalan untuk ini sekarang terbuka. Untungnya, para mahasiswa kita yang menjalani proses kelulusan berhasil meraih nilai bagus dan prestasi tinggi. Mereka memiliki potensi besar dan dapat mengajar di universitas. Ketentuan-ketentuan lama jangan diperlakukan seperti ayat suci Al-Qur'an yang tak dapat diubah. Perhatikan semua momentum yang ada dan jadikan universitas sebagai arena pendidikan yang penuh vitalitas. Jadikan universitas sebagai majelis umum yang padat diskusi dan karya dengan cara menghidupkan interaksi antara mahasiswa dan dosen, gerakan proaktif dan kajian para dosen, dan jangkauan mereka terhadap pusat-pusat ilmu pengetahuan serta berbagai sumber informasi sains yang kini -harus disyukuri bahwa semua itu- menjadi mudah berkat adanya internet, media cetak, dan berbagai media lainnya.
Poin lainnya ialah menyangkut wacana produksi ilmu pengetahuan dan gerakan pengadaan perangkat lunak yang sudah kita maklumkan. Ini mendapat respons yang menggembirakan dari berbagai pusat penelitian dan universitas pada level pakar dan dosen. Sayangnya, masalah ini belum mendapat respon yang serius pada level mahasiswa dan para pemuda. Padahal, potensi dan energi generasi muda mesti dimanfaatkan. Ini banyak bergantung pada kinerja para dosen. Para mahasiswa, terutama yang sedang menjalani jenjang pasca sarjana, jika mendapat bimbingan yang memadai dari para dosen akan sangat mungkin melakukan berbagai inovasi ilmiah lebih dari dosen mereka sendiri. Tak jarang terjadi kasus mahasiswa bisa lebih progresif daripada dosennya setelah mendapat bimbingan dari sang dosen. Hal-hal seperti itu harus lebih sering lagi terjadi.
Poin lain ialah menyangkut apa yang sesungguhnya saya tidak dapat banyak berkomentar tentang ini, mengingat saya bukanlah orang yang berlatar belakang akademis dan tumbuh di lingkungan kampus. Saya hanya sering mendengar dari kawan-kawan akademis bahwa -berbeda dengan hauzah ilmiah- tradisi di kampus lebih mengutamakan daya hafal daripada pendalaman terhadap materi yang diajarkan. Ini jelas aib. Di hauzah ilmiah, pelajar - tentunya pelajar yang memang serius belajar- sama sekali tidak terpancang pada hafalan, melainkan lebih terfokus pada pemahaman. Targetnya bahkan hanya sekedar paham, melainkan juga bisa berteori laiknya seorang pakar. Persis seperti ketika Anda menjalani proses doktoral yang targetnya tak lain adalah kepakaran. Spirit untuk berkembang, rasa ingin tahu lebih banyak, semangat untuk mengkaji lebih dalam, dan tidak mudah puas dengan apa yang sudah didapat harus tumbuh dalam diri mahasiswa.
Dalam kuliah-kuliah kami di hauzah, muridnya terkadang bisa mencapai 500 atau bahkan 1000 orang. Tapi ketika seorang murid menyampaikan kritikan, dalam tradisi hauzah ilmiah tak pernah ada guru ataupun murid lain yang menyikapinya dengan rasa kesal karena terjadi interupsi. Kesal dan keberatan terhadap kritikan sama sekali tidak ada dalam tradisi hauzah; kritikan adalah hak setiap murid dan hak ini biasa mereka gunakan tanpa pernah direspon guru dengan rasa kesal. Sebaliknya, guru malah senang jika di kelas ada yang mengajaknya untuk berdialog. Adanya murid-murid yang melontarkan kritikan justru menjadi kebanggaan bagi kami. Tradisi seperti ini juga harus merambah universitas; mahasiswa harus berani berdialog interaktif dengan dosen demi memuaskan rasa keingintahuan dan spirit pengkajian yang lebih mendalam. Ini bergantung pada Anda semua.
Poin berikutnya ialah masalah perencanaan gerakan negara di bidang sains, yaitu masalah yang sudah saya kemukakan tahun lalu. Tapi ini tentu bukan berarti saya mengharapkan supaya perencanaan ini dilakukan di Universitas Ferdausi. Saya hanya berharap supaya universitas ini juga ikut andil dan berpikir tentang ini. Kita memerlukan perencanaan yang komprehensif untuk memajukan negara ini di bidang sains. Apa saja yang perlu kita teliti dan kuasai, bagaimana caranya untuk mensinergikan bagian-bagian dari sains yang ada, apa yang perlu kita pelajari dan dimana titik temunya untuk menunjang masa depan dan gerakan negara. Semua ini tak dapat dilakukan tanpa planing. Tapi tentu, perencanaan ini tidak bersifat permanen, melainkan memiliki jangka waktu. Bisa jadi sekarang sudah ada suatu planing, tetapi 10 tahun lagi berubah total dan diganti dengan planing baru.
Yang jelas, perencanaan di bidang ilmu pengetahuan ini penting. Dalam hal ini, saya berharap universitas Anda, entah itu Universitas Kedokteran atau Universitas Firdausi bisa memberikan kontribusi agar apa yang ditargetkan di tengah komunitas dosen, pakar, dan ilmuan di kampus bisa menjadi satu aspirasi umum.
Satu lagi poin yang ingin saya bicarakan ialah soal upaya menumbuh-kembangkan mahasiswa seperti saya singgung tadi. Ini adalah tugas para dosen sekaligus para petugas administrasi universitas. Jadi pembicaraan ini dimaksudkan bukan hanya untuk dosen, tapi juga untuk pengelola administasi. Tugas ini harus diprogramkan dengan baik, diantaranya dengan pengadaan lokakarya, orientasi ilmiah, pemberian anugerah inovasi, dan penargetan alat industri dari peneliti muda yang sedang melakukan aktivitas tertentu di universitas; dalam rangka menciptakan relasi antara universitas dan dunia industri sebagaimana yang sudah kita jadikan sebagai bagian dari apa yang dicanangkan secara tegas dimana saya sendiri juga ikut mencanangkannya sejak tiga atau empat tahun silam.
Kita bersyukur karena dalam pemerintahan ini sudah terbentuk lembaga khusus yang bernama "Badan Asistensi Ilmu Pengetahuan" yang merupakan salah satu berkah dari pemerintah ini. Kebetulan, salah satu dari warga dari daerah kalian juga terlibat aktif dalam badan ini. Menurut saya, badan ini merupakan satu berkah karena banyak pekerjaan besar dan penting yang dapat dilakukannya. Dengan bantuan badan ini, dua pejabat tertinggi kita di Dewan Tinggi Revolusi Kebudayaan dan di kabinet mengajukan permohonan supaya para pejabat di jajaran direksi bisa mengadakan sarana untuk melancarkan proses tersebut.
Saya di sini tidak ingin mengambil lebih banyak waktu teman-teman, saudara dan saudari yang terhormat. Saya harus pergi untuk menghadiri pertemuan selanjutnya. Saya hanya ingin menekankan lagi pesan saya yang pertama bahwa sekarang kiprah dan risalah universitas sangatlah determinan, setidaknya bagi masa depan negara. Tekad dan kesungguhan para insan kampus dalam hal ini adalah ibarat petugas pengatur rel kereta api yang memisahkan satu jalur rel dengan jalur rel lainnya. Sebagai petugas pengatur rel, kesungguhan Anda saat ini dapat mengarahkan rel gerakan bangsa ini menuju kesejahteraan, kehormatan, kejayaan, dan kemerdekaan penuh, sebagaimana Andapun -naudzubillah mindzalik- bisa mengubahnya ke arah lain jika Anda tidak melakukan tindakan yang memadai untuk memenuhi tuntutan yang ada sekarang.
Ilahi, berilah kami pengetahuan yang lebih baik tentang tugas-tugas berat kami dalam kehidupan ini. Ilahi, curahkan inayah, rahmat, dan hidayah-Mu untuk lingkungan ilmu pengetahuan dan universitas di negara kami ini. Ilahi, limpahkan pahala-Mu untuk semua orang yang bekerja keras dan berjuang di jalan rahmat ini.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuhu.