Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih Maha Penyayang
Beberapa tahun ini telah dirintis sebuah gerakan ilmu yang penuh berkah di dalam negeri. Semua mengakui kenyataan bahwa gerakan mulia ini nyaris telah merata kurang lebihnya di kalangan pelaku ilmu pengetahuan negeri ini; termasuk dosen pengajar, mahasiswa, peneliti, perguruan-perguruan tinggi dan pusat-pusat penelitian. Saya pribadi wajib berterima kasih dan menyampaikan penghargaan atas gerakan besar ini yang telah diciptakan oleh sarjana-sarjana, para peneliti dan para dosen pengajar kita di seluruh tanah air.
Hari ini, kedatangan saya ke pusat penelitian ini pada dasarnya sebuah langkah simbolik untuk menghargai gerakan ilmu pengetahuan yang besar dan ekstensif yang Alhamdulillah telah dirintis di dalam negeri kita, walaupun sampai sekarang [gerakan itu] masih di awal-awal perjalanan. Kami telah memilih [pusat penelitian] ini karena pertama-tama Rooyan ini sendiri; dan kedua karena Jihad Perguruan Tinggi (Jihad Doneshgahi).
Yayasan Rooyan adalah satu yayasan yang sukses dan satu model yang sempurna serta menonjol dari apa yang telah ada dan yang sedang berlangsung sebagaimana yang diharapkan masyarakat. Inilah yang justru satu faktor kenapa saya begitu mencintai Almarhum Said Kadzemi dan sekarang pun anak muda tercinta itu punya tempat dan nilai khas di hati dan pikiran saya. Gerakannya, pola kerjanya, manajemennya, tindak lanjut usahanya merupakan satu kesatuan yang lengkap dari apa yang disukai dan dinantikan seseorang, dan sekarang saya akan menyinggung sedikit tentang hal ini.
Rooyan terbentuk dan mulai bekerja juga berkat bantuannya dan kawan-kawan lain yang sejak awal aktif di Rooyan; beginilah mereka berbenih, beginilah mereka tumbuh, dan beginilah mereka berkembang. Ini sejak awal-awal aktifitas telah saya rasakan. Orang yang selain bersahabat dengan saya juga bersahabat dengan Almarhum Kadzemi mempresentasikan seluk beluk programnya di awal kegiatan - [kira-kira] lima atau enam belas tahun yang lalu - dan menyampaikan permohonan-permohonannya kepada saya, [sejak saat itu] saya sudah menangkap signal-signal sebuah program yang tepat dari aktifitas ini. Oleh karena itu, saya katakan sejauh batas kemampuan, saya akan memberikan bantuan dan dukungan untuk program ini. Dan semakin waktu berlalu, dugaan awal itu menguat; tidak terganggu.
Kalaulah kita mau memperkenalkan model harapan ini dalam satu kalimat, maka ia adalah kombinasi ilmu, iman dan kerja. Mereka telah memandang ilmu pengetahuan itu penting, juga iman, ketaatan dan takwa. Ini [semua] bukan sebuah elemen pelengkap, akan tetapi telah menjadi satu unsur utama dalam jaringan sistem dan kerja. Mereka juga tidak kenal lelah, bahkan saya kira, Almarhum Kadzemi telah mengorbankan jiwa dan raganya untuk kegiatan ini, yakni kegigihan ini, perhatian ini dan tak kenal lelah ini. Oleh karena itu, Rooyan sangat berharga dan mulia di mata saya, dan kalian, anak-anak muda, kaum lelaki dan perempuan yang mukmin dan terhormat dimana kalian sedang aktif bekerja di yayasan ini, juga mulia bagi saya. Dan saya percaya Rooyan ini punya potensi yang sangat besar untuk bekerja dan maju.
Orang-orang pernah mengutip pernyataan saya kalau saya pernah mengatakan, "[Yayasan] ini adalah stem cell sebuah gerakan ilmu pengetahuan." Kenyataannya memang demikian. Sebagaimana stem cell kalian itu satu sekup luas yang tak akan habis untuk diteliti - hingga seberapa pun kalian meneliti dan mencapai kemajuan, akan terbuka satu medan baru yang kalian lihat itu bisa dijadikan objek penelitian dan melangkah maju lagi sampai menyentuh batas-batas yang lebih baru lagi - Rooyan juga seperti ini. Lembaga kalian ini semakin banyak bekerja dan maju, terus punya potensi untuk meju, dan tiap-tiap peniliti yang percaya pada ilmu dan iman - yang ada dalam lembaga ini atau dalam setiap lembaga lain semacam ini - juga punya karakter demikian. Yakni, kapasitas mereka ini tidak akan terkuras habis.
Kemudian saya memilih Jihad Perguruan Tinggi karena Jihad Perguruan Tinggi adalah bayi penuh berkah yang lahir dari Revolusi. Sebagaimana dalam Al-Quran, ketika membandingkan dua masjid, [Allah SWT] berfirman, "Sesungguhnya sebuah masjid yang didirikan di atas ketakwaan dari hari pertama itu lebih patut kamu shalat di dalamnya, di dalamnya [masjid itu] ada orang-orang yang ingin membersihkan diri." Jihad Perguruan Tinggi juga seperti ini; bagian terbilang dari perkembangan dasar Revolusi itu sendiri. Ini tidak berarti bahwa jihad itu selalu benar sejak awal, di setiap masa, apa pun bentuknya, bagaimana pun digagas, dengan cara apa pun dikerjakan. Tidak [begitu]. Kita ini manusia yang kadangkala berpikir benar, kadangakala juga berpikir salah; ada kalanya bertindak tepat, dan adakalanya bertindak keliru. Kriteria penilaian bukan urutan-urutan tadi dan seluk beluk [pengalaman]. Kriteria penilaian ialah sejalan dengan tujuan dan kontinyu dalam menjaga tujuan, walaupun sekarang kadangkala seseorang melakukan kesalahan dan terpeleset.
Saya perhatikan substansi Jihad ini; Alhamdulillah, juga punya banyak manfaatnya. Sekarang, saya akan menyampaikan satu kalimat mengenai jihad, lalu dua tiga patah kata mengenai ilmu pengetahuan, penelitian dan masa depan negara berkenaan dengan bidang ini.
Jihad Perguruan Tinggi ini terdiri dari dua kata; jihad dan perguruan tinggi. Di dalamnya harus ada jihad, juga harus relevan dengan perguruan tinggi. Berbuat secara jihad punya pengertian yang khas. Tidak setiap kerja itu jihad. Dari segi akar kata, jihad sama dengan jerih payah serta usaha. Yakni, di dalamnya terdapat arti jerih payah dan usaha. Akan tetapi, bukan hanya ini. Jihad [juga] perjuangan; perjuangan dalam istilah umum bahasa Persia kita sekarang ini. Perjuangan punya banyak corak dan bentuknya; kita punya perjuangan ilmu pengetahuan; kita punya perjuangan pers; kita punya perjuangan politik; kita punya perjungan ekonomi; kita punya perjuangan militer; kita punya perjuangan terbuka; kita juga perjuangan tertutup. Tapi dalam semua [bentuk] perjungan ini, ada titik kesamaan, yaitu melawan satu musuh; melawan satu kendala. Perjuangan melawan kawan tidak ada artinya; perjuangan yaitu perlawanan terhadap musuh.
Katakan saja, pada masa-masa tercekik [secara politis], seseorang setiap minggunya membaca, misalkan, lima buku; ini pekerjaan yang banyak, akan tetapi tidak berarti perjuangan. [Betul] itu adalah jerih payah, [tapi] bukan jihad. Kalau mau berjihad, dia harus membaca sebuah buku yang punya pengaruh dalam pergerakannya melawan rezim dzalim dan pemerintahan despotik. Ketika itulah [pergerakan] itu menjadi jihad. Inilah karakter dari jihad.
Skala jihad kalian adalah ilmu pengetahuan dan teknologi. Artinya, kalian di sini jelas tidak ingin menggunakan pedang dan tombak, tetapi kalian akan mengunakan otak, perlengkapan intelektual di dalam diri, pikiran, tinta, mata dan hal-hal [semacam ini]. Lembaga ini adalah lembaga ilmiah, tapi dalam rangka apa hingga menjadi jihad? Ini penting. Coba lihat dan amati, musuh bebuyutan mana yang terus mengintai negara kita, revolusi kita dan cita-cita yang telah digariskan oleh Revolusi ini. Usaha kalian di jalan itu - sebagaimana telah dilaksanakan - akan menjadi jihad.
Jadi, kalau kalian sedang mengupayakan suatu ilmu dimana ilmu ini tidak hanya membuat musuh-musuhnya menjadi tidak puas, juga membuat mereka senang, maka ini bukanlah jihad. Katakan saja Jihad Perguruan Tinggi atau suatu institut yang terkait dengan Jihad Perguruan Tinggi melaporkan bahwa pada tahun tertentu, ada seratus atau lima ratus makalah kami yang dimuat di ISI. Ini bukanlah standar. Makalah apa ini? Dalam rangka apa? Apa gunanya untuk kita? Apa reaksi pihak-pihak yang punya permusuhan dengan cita-cita kita terhadap makalah ini? Apakah mereka merasakan ancaman? Tentunya, yang dimaksud adalah kalangan elite politik mereka apakah mereka merasakan ancaman atau tidak. Sebab, para pakar ilmu di kalangan mereka tentunya punya cara pandang yang berbeda.
Ketika kalian berbicara tentang stem cell, clonning dan aktifitas-aktifitas semacam ini, lalu saya atau yang lain memberikan apresiasi, pejabat-pejabat Amerika menyatakan bahwa dalam kaitan ilmu genetika juga harus ada Dewan Gubernur yang turun tangan menanganinya. Ini apa artinya? Musuh terusik lantaran kalian sedang bergerak di bidang ini. Saya akan membawakan fakta-faktanya yang gamblang; ada ribuan fakta. Pada masa-masa dimana kalian, misalnya, bisa membuat satu tipe radar yang tidak akan bisa masuk serangga apa pun dari titik manapun di zona udara negara, ketika itu musuh terusik. Artinya, ini adalah satu peluru yang langsung melesak ke musuh. Dan ini berarti jihad.
Dalam gerakan jihad, dalam ilmu pengetahuan jihad, unsur ini sudah pasti sebagai syarat. Yang dimaksud dengan musuh juga bukan Amerika. Ya, dalam pembicaraan kita ialah musuh-musuh jelas kita; Amerika dan kekuatan arogansi dunia. Tapi, musuh itu ada banyak bentuk dan tipenya. Suatu kali, sebuah kartel raksasa finansial dan ekonomi tidak senang lantaran kalian bisa, misalnya, membangun pabrik semen, lalu mereka membuat-buat masalah. Mereka tidak akan membiarkan [kalian], dimana dalam laporan-laporan yang sekarang telah sampaikan kepada saya di sini, juga salah satunya adalah kasus ini. Mereka justru ingin membentuk satu dewan gubernur untuk membuat semen sehingga setiap orang tidak berhak membangun pabrik semen atau memproduksi semen.
Kerja jihad harus strategis, berorientasi tepat kepada cita-cita, cerdas, penuh pertimbangan dan menghantam musuh, yakni dengan arti yang kita maksudkan dari perjuangan dalam istilah umum, ‘Aku sedang berjuang', dan ‘Ini adalah sebuah perjuangan.' Ini satu ungkapan istilah. Dalam jihad, pengertian ini ada.
[Di atas tadi] ini adalah definisi dari jihad. Adapun perguruan tinggi yaitu tingkatan aktifitas dan usaha ini adalah satu tingkatan yang tinggi; relevan dengan seorang mahasiswa, pengajar dan pikiran kreatif ilmiah. Ini harus diperhatikan dalam semua aktifitas. Jangan sampai mencampuradukkan pola pikir awam dan kekaguman awam dalam kerja dan dalam semua aktifitas. Tentu saja, ada bagian dari aktifitas yang ilmiah dan bagus seperti penelitian-penelitian ini. Tapi katakan saja jika aktifitas di bidang-bidang humaniora, dan katakanlah dalam ilmu-ilmu sastra, maka teori yang dihasilkan darinya harus mengungguli teori yang mungkin diajukan oleh seorang sastrawan biasa.
Yakni, level harus tinggi. Ada banyak teori-teori dalam ilmu-ilmu humaniora yang sekarang kita punya cukup pengalaman di dalamnya, banyak tahu dan menguasai seperti: sejarah, sastra, filsafat, dan semua ini merupakan khazanah lokal negeri kita. Sebagian dari hal-hal ini adalah teori-teori biasa, pandangan-pandangan konvensional. Kalaupun Jihad Perguruan Tinggi tidak menggagasnya, setiap orang [masih] bisa menggagasnya. Jihad Perguruan Tinggi harus mengemukakan teori alternatif, teori unggul. Sebagai contoh, kalian punya aktifitas [yang berkaitan dengan] Al-Quran. Orang-orang juga punya banyak aktifitas qurani. Semuanya juga bagus. Dan kalian tahu saya termasuk mereka yang mengikuti aktifitas-aktifitas qurani dan punya rasa tanggung jawab yang khas terhadapnya, baik sebelum Revolusi juga sekarang ini. Artinya, kalau di sebuah masjid, ada sepuluh anak muda berkumpul dan membaca Al-Quran, bagi saya itu sudah bagus. Saya senang. Tapi kalau kalian ingin aktif di bidang Al-Quran, maka aktifitas quranik kalian harus berbeda dengan aktifitas quranik yang bukan perguruan tinggi.
Oleh karena itu, jika kalian - katakanlah - ingin meniru nada dan gaya bacaan seorang qari', suara indah, ... seperti orang lain, tentu saja ini sangat bagus, tapi aktifitas perguruan tinggi di bidang Al-Quran bukan ini. Ada sesuatu yang lebih unggul dari ini. Coba lihat apa metode pemahaman perguruan tinggi dalam berhadapan dengan Al-Quran. Berusahalah memahami Al-Quran. Qori' kalian sepatutnya kepribadian yang ketika dia membaca Al-Quran dan jemaah pengajian yang mendengarkan bacaannya harus menyentuh dan meresapi ajaran-ajaran Al-Quran dengan hatinya, dan pengajian tilawatul quran kalian harus menjadi kelas ajaran-ajaran Al-Quran. Semua ini memerlukan kreatifitas, [dan] di sinilah peran kalian.
Jadi, Jihad Perguruan Tinggi punya fasilitas-fasilitas dan sarana-sarana ini. Saya juga punya kepercayaan yang kuat pada Jihad Perguruan Tinggi. Mereka telah melakukan pekerjaan-pekerjaan besar, pekerjaan-pekerjaan yang bagus, seperti yang telah saya kutip, "Telah didirikan di atas ketakwaan sejak hari pertama." Dari hari pertama sampai sekarang kami mengenal Jihad Perguruan Tinggi ini telah berdiri di atas agama dan takwa. Jagalah ia tetap berdiri di atas agama dan takwa!
Beberapa menit yang lalu telah berlangsung percakapan dengan teman-teman di sini, dan saya katakan agar kalian berusaha sehingga substansi jihad tidak berubah. Apa yang sedang kalian lihat ini, dimana ada sebagian orang yang pikiran-pikiran mereka dan pola-pola pikir mereka sejak awal Revolusi sampai sekarang telah berubah seratus delapan puluh derajat, ini bukan gejala dan perjalanan yang normal lalu kita katakan bahwa substansinya memang beginilah. Tidak! Sama sekali bukan begini. Yang normal ialah jika seseorang menerima suatu pemikiran atau suatu jalan dengan logika dan argumentasi, maka jalan itu harus dia tempuh sampai titik terakhir, dan jika umurnya tak lagi mencukupi, dia mati di jalan ini. [Akan tetapi], bukan hal yang normal kita mengatakan mari kita jalan dan tempuh jalan ini; kadang-kadang dengan gairah dan begitu antusias, namun setelah satu titik, tiba-tiba kita memilih berada di pojokan, lalu pojokan-pojokan ini terus saja [dipilih] sampai berubah sebaliknya! Ini sama sekali tidak normal.
Sebagian orang membela diri, ‘Ya, Pak! Awal revolusi itu kan dulu. Sekarang sudah dipengaruhi jaman, kita juga sudah berubah.' Tidak begitu! Jaman akan berpengaruh terhadap unsur-unsur yang lemah, kehilangan prinsip, dan terhadap kepercayaan-kepercayaan palsu dan bertumpu pada emosi belaka. Atau, jaman akan berpengaruh terhadap kecenderungan rakus dan hawa nafsu. "Sesungguhnya orang-orang yang berpaling di antara kalian pada hari bertemunya dua pasukan itu hanyalah mereka digelincirkan oleh syaitan disebabkan sebagian dari apa yang telah mereka dapatkan." Al-Quran mengatakan, mereka yang berpaling dari perang Uhud itu tidak tahan berjuang. Kesalahan mereka ini karena suatu perbuatan yang telah mereka lakukan sebelumnya.
Ketika kita tidak membina jiwa, kita sendiri tidak membuat diri kita kokoh, maka terang saja [hasilnya]; persentuhan apa pun akan berpengaruh terhadapnya, sekali, dua kali, tiga kali hingga tiba-tiba saja kita lihat pendiriannya sudah berubah. Lain lagi ketika dia seperti baja ditempa, kokoh, kuat, di atas basis pemikiran yang benar dan logika yang sahih, pasti identitas agama dalam dirinya sudah terbentuk dan identitas revolusionernya sudah mengkristal. Seberapa pun jaman berlalu, identitas ini semakin terang, semakin jelas, semakin memikat dan semakin tangguh. Beginilah orang-orang, demikian pula lembaga-lembaga. [Jadi], jangan biarkan Jihad Perguruan Tinggi ini berubah jadi satu indentitas lain, jadi satu identitas yang non agamis, non revolusioner.
Suatu kali, saya pernah menyampaikan suatu pesan beberapa tahun yang lalu dalam sebuah pertemuan dengan saudara-saudara di Jihad Perguruan Tinggi ini, dimana [awalnya] itu tidak terpikirkan oleh saya. [Ketika itu] ini diberikan kepada saya, lalu saya baca dan barulah terpikir oleh saya. Kalian harus menjaga indentitas yang benar ini dan indentitas keimanan ini agar tetap utuh. Alhamdulillah, dari dulu juga demikian dan sampai sekarang masih tetap utuh, karena pembangunan Jihad Perguruan Tinggi dan model manajemen, kualitas kerja, bentuk hubungan kepala dan kelembagaan, strategi-strategi, itikad-itikad, dari dulu sudah bagus. [Pesan] apa yang telah saya sampaikan pada saat itu ialah bahwa menurut pikiran sebagian orang, orientasi revolusi adalah satu gerakan revolusioner; yakni kebangkitan anarki sekaligus huru hara, kebingungan dan kekacauan! Mereka bilang, ‘Pak, itu revolusioner dan sudah selesai.' Ini salah. Dalam substansi gerakan revolusi, sama sekali tidak ada huru hara dan anarkis. Justru sebaliknya, kedisiplinan revolusi satu bentuk kedisiplinan yang kuat dan mantap. Kedisiplinan yang berakar dari kesadaran, dari hati, dari iman seseorang, jelas kedisiplinan yang paling baik.
Pada mulanya, revolusi-revolusi, termasuk juga revolusi kita, mengalami kekacauan-kekacauan yang muncul dari awal gerakan revolusioner, karena satu struktur lama yang berantakan harus diruntuhkan dan harus digantikan tempatnya oleh struktur yang lain. ini proses yang natural. Akan tetapi, ketika struktur baru, bangunan baru itu telah didirikan di atas landasan-landasan yang benar, maka bergerak di atasnya akan menjadi gerakan yang konsisten dan bagus dan akan terus maju. Inilah revolusi. Oleh karena itu, jangan sampai kebangkitan revolusioner disalahpahami dengan kekacauan, anarki, tak kenal hukum dan patokan.
Ala kulli hal, Jihad Perguruan Tinggi [berbasis] pada aspek-aspek yang kita harapkan untuk masa depan ilmu pengetahuan bangsa.
Adapun sehubungan dengan masalah ilmu pengetahuan dan penelitian, saya sampaikan bahwa tanpa bergerak di jalur pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian, negara kita tidak mungkin bisa mencapai titik yang diharapkannya. Ini tidak berlaku pada negara kita saja. Kunci adalah ilmu dan penelitian.
Ihwal sebuah bangsa menjadi ilmuwan juga bukan artinya menguasai pengetahuan-pengetahuan bangsa-bangsa lain. [Akan tetapi] ini awal pekerjaan. Ilmu pengetahuan punya skala yang luas; ia tidak bisa dimonopoli sehingga kita andaikan ada sekelompok dari negara-negara atau bangsa-bangsa yang kalangan ahli dari mereka ini yang harus memproduksi ilmu, mendefinisikan batasan-batasan baru untuk ilmu, memanfaatkan sebagiannya, dan memberikan bagian-bagian yang tersisa untuk dimanfaatkan orang lain. Ini tidak bisa demikian. Hubungan ini, pola kerja ini tidak lain adalah keterbelakangan berlarut-larut sebagian negara. Inilah hubungan ketidakadilan di antara negara-negara. Inilah persoalan dunia pertama, dunia kedua, dunia ketiga, utara dan selatan. Dan inilah wacana-wacana yang sudah dan masih menjadi bagian dari retorika umum politik di abad ini dan abad sebelumnya.
Semua manusia punya potensi menjadi peneliti ilmu dan ilmuwan. Potensi-potensi itu, tentu saja, berbeda-beda. Tapi, tidak ada satu negara pun yang di dalamnya tidak punya manusia-manusia yang memiliki kemampuan untuk meraih secara potensial sebuah status bagi diri mereka dan memainkan peran mereka di dalam skala ilmu yang luas dan luar biasa ini. Jika sebuah negara yang latar belakangnya, sejarahnya, pengalamannya membuktikan bahwa kemampuan dan potensinya adalah potensi yang besar dan lebih tinggi di atas rata-rata - dimana negara kita ini pastinya seperti ini, maka [negara] ini harus memainkan perannya dalam menciptakan ilmu, dalam mengembangkan ilmu, dalam memajukan ilmu. Dan jika ia bisa melakukan ini, ketika itulah tidak akan ada lagi keterbelakangan, monopoli dan ketidakadilan di seluruh bidang-bidang politik, sosial dan ekonomi, dan ia akan mendapatkan bagian yang sama di hadapan negara-negara lain dan di hadapan kekuatan-kekuatan yang ada sekarang. Ketika itulah negara ini bisa mengatur dirinya sendiri, berdiri di atas kaki sendiri, bisa memberi sesuatu juga bisa memperoleh sesuatu.
Akan tetapi, sekarang tidak seperti ini. Sekarang ini, sistem dominasi di dunia dibangun bukan di atas memberi dan memperoleh, [tetapi] di atas memperoleh sebanyak mungkin dan memberi sedikit mungkin; mereka menyedot kekayaan, menyedot fasilitas, menyedot kewenangan-kewenangan politik, ekonomi dan sosial yang ada di semua negara lalu mereka menguasainya. Tapi sebaliknya, mereka kadang-kadang tidak memberi apa pun, kadang-kadang [bahkan] memberi sesuatu yang merugikan, kadang-kadang juga memberikan sesuatu yang tidak seberapa kepada negara lain.
Sekarang ini, sistem politik global beginilah; mendominasi dan didominasi. Kalau memang sedari awal sistem ini harus hancur dan negara-negara - sesuai kapasitas dan potensi masing-masing bangsa - harus bisa memiliki status tertentu dalam interaksi-interaksi ilmu pengetahuan, maka yang paling fundamental dan punya peran dalam hal ini ialah ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, ilmu pengetahuan ini harus dipandang penting dan harus maju.
Gerakan kita sudah dirintis, akan tetapi sampai sekarang masih di awal aktifitas. [Untuk itu], pusat-pusat ilmu dan penelitian harus diberi bantuan, juga proyek-proyek ilmiah, proyek-proyek penelitian dan teknologi harus mendapat bantuan, demikian pula minat kepada ilmu dan penelitian harus dikembangkan di semua tempat. [Ilmu dan penelitian] ini juga tidak terbatas khusus bagi dosen dan peneliti saja, [tetapi] juga menyebar di lingkungan mahasiswa dan atmosfer kemahasiswaan. Artinya, seorang mahasiswa punya minat mendalami dan memproduksi ilmu, dan ini pekerjaan yang membutuhkan manajemen dan tidak akan terlaksana dengan anjuran, keinginan, harapan, pesan, perintah dan semacamnya. Pejabat-pejabat di instansi-instansi pendidikan negara kita; baik departemen pendidikan dan pembinaan, departemen ilmu [dan teknologi], departemen kesehatan, ataupun instansi-instansi yang terkait dengan hal-hal perencanaan kebudayaan, bertanggung jawab dalam bidang ini. Mereka harus berupaya sehingga lingkungan perguruan tinggi adalah lingkungan penggalian ilmu. Seorang anak muda betul-betul ingin menjadi ilmuwan, bukan sekedar dia ingin memperoleh ijazah, atau misalnya meraih sebuah gelar untuk satu pekerjaan kecil. [Jadi] gerakan ini perlu dan gerakan ini harus berlanjut. Bantuan pemerintah dan instansi-instansi terkait serta bantuan mereka yang punya status yang bisa berpengaruh terhadap pikiran audiensi-audiensi mereka, tentu saja menjadi keharusan dalam bidang ini.
Dan saya mendesak agar setiap kali kita berusaha untuk kemajuan ilmu pengetahuan, jangan sampai kita lupakan bahwa ilmu dan agama itu sepasang. Ilmu minus agama dan jauh dari agama - sekalipun di langkah pertama bisa membawa sebuah negara ke sebuah titik kebanggaan dalam jangka pendek - akan tetapi dalam jangka panjang akan berbahaya bagi umat manusia, seperti yang sedang kalian saksikan bagaimana itu berbahaya. Ilmu yang sudah pisah dari agama dan ia sendiri tidak lagi komit pada agama, maka inilah hasilnya sebagaimana menyebar di dunia sekarang ini; ilmu menjadi sarana intimidasi, sarana eksploitasi, sarana perusakan alam dan generasi [umat manusia]; dari satu sisi, produk ilmu adalah bom atom, dari sisi lain produk ilmu ialah narkotik; produk ilmu ialah berkuasanya politikus-politikus yang kehilangan semua naluri kemanusian di banyak negara di dunia.
Karena itulah ilmu harus dipandang seiring dengan agama. Ilmu harus dipelajari dan diberdayakan untuk Allah dan di jalan Allah. Ini harus menjadi bagian dari ajaran-ajaran dasar kita di semua bidang. Hasil-hasil ilmu [yang demikian] ini juga lebih banyak. Ini perlu saja tekankan. Jangan sampai mereka menganggap bahwa jika kita sakralkan ilmu dan kita jalankan bersama agama dan komit pada keimanan, lantas kita tidak akan maju lagi. Tidak! Sekarang bahkan Jihad Perguruan Tinggi kalian ini sendiri, rangkaian aktifitas-aktifitas kalian ini sendiri - yang berkat unsur-unsur yang mukmin, semua kerja-kerja besar ini telah berhasil dilakukan - adalah bukti bahwa ilmu ketika berjalan bersama agama, keberhasilan-keberhasilannya juga akan lebih banyak lagi.
Ada hal-hal lain di sini yang telah saya catat dan perelu saya sampaikan, hanya tidak ada lagi kesempatan yang tersisa. Sudah jam dua belas. Kami berharap semoga pertemuan kita ini, insya Allah, sebuah pesan dari perangkat negara untuk kaum ilmuwan bangsa; pesan rasa terima kasih, pesan penghargaan; pesan pengakuan budi atas gerakan ilmu pengetahuan, khususnya berkenaan dengan Jihad Perguruan Tinggi, dan lebih khusus lagi dengan pusat penelitian Rooyan. Dan saya berharap semoga Allah memberikan pahala dan balasan kepada kalian semua, juga saya berhadap semoga Allah mencurahkan berkah dan kemurahan-Nya kepada ruh Almarhum Kadzemi tercinta, dan keluarga terhormat beliau yang hadir di sini mendapatkan ketabahan dan ketenangan ilahi, dan kita dari hari ke hari menyaksikan lebih banyak lagi keberhasilan saudara-saudara tercinta di Institut Rooyan dan Jihad Perguruan Tinggi.
Wassalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh