Ayatollah Al-Udzma Khamenei menyinggung kebencian bangsa-bangsa di kawasan Amerika Latin dan bangsa-bangsa di kawasan yang lain terhadap Amerika Serikat (AS), seraya mengatakan, "Bangsa-bangsa di dunia menolak intimidasi dan kekuasaan para adidaya dan kaum arogan. Namun untuk lepas dari kondisi ini diperlukan para pemimpin yang pemberani."
Pemimpin Besar Revolusi Islam mengingatkan bahwa kekuatan adi daya dunia tidak pernah merasa puas dan tak mengenal batas bagi tuntutannya. "Resistensi menghadapi kekuatan adi daya adalah satu-satunya jalan untuk mempertahankan interes kita. Sayangnya banyak pemimpin di dunia yang tidak bersedia resisten dalam memperjuangkan kepentingan bangsanya sehingga memilih untuk mundur dan menyerah menghadapi kekuatan adidaya yang arogan," jelas beliau.
Seraya menjelaskan resistensi bangsa Iran dalam tiga puluh tahun terakhir -sejak kemenangan revolusi Islam- khususnya di masa-masa sulit perang pertahanan suci yang berlangsung selama delapan tahun, Rahbar mengatakan, "Imam Khomeini (ra) telah mengajarkan resistensi dan keteguhan kepada kita, dan bangsa Iran telah merasakan banyak keuntungan dari resistensinya."
Beliau menambahkan, "Kemajuan yang dicapai oleh Republik Islam Iran di berbagai bidang sama sekali tak dapat dibandingkan dengan masa sebelum revolusi atau masa awal kemenangan revolusi Islam."
Pemimpin Besar Revolusi Islam menegaskan, "Memang, resistensi menghadapi adi daya memerlukan pengorbanan. Akan tetapi hasil yang didapatkan dari resistensi ini jauh lebih besar dari pengorbanan yang harus dilakukan."
Ayatollah Al-Udzma Khamenei mengungkapkan, "Republik Islam Iran sama sekali tidak menghendaki konfrontasi dan konflik. Tetapi negara ini tidak akan bersedia melepaskan apa yang menjadi haknya."
Menyinggung perundingan yang berjalan baik antara Presiden Republik Islam Iran dan Presiden Ekuador dan dibukanya secara resmi hubungan bilateral kedua negara, Rahbar mengatakan, "Yang lebih penting dari hubungan diplomatik resmi adalah hubungan yang dijalin lewat hati dan pemikiran. Hubungan ini muncul dari kesamaan visi dan tujuan."
Mengomentari usia muda Presiden Ekuador, Ayatollah Al-Udzma Khamenei mengatakan, "Sama halnya dengan Presiden Republik Islam Iran yang juga relatif berusia muda, penuh energi dan bekerja siang dan malam tanpa kenal lelah. Semangat dan kemampuan ini dapat menjadi pendorong untuk kemajuan kedua negara."
Dalam pertemuan yang yang juga dihadiri oleh Presiden Republik Islam Iran Mahmoud Ahmadinejad, Presiden Ekuador Rafael Correa menyatakan kegembiraannya atas pertemuan dengan Pemimpin Besar Revolusi Islam. Correa menyebut bangsa Iran sebagai bangsa yang heroik dan pejuang. "Kemajuan yang dicapai oleh Republik Islam Iran dalam 30 tahun terakhir sangat menakjubkan dan besar, padahal negara ini menghadapi boikot dan embargo serta perang selama delapan tahun," katanya.
Correa lebih lanjut memuji Imam Khomeini (ra) dan resistensi beliau dalam menghadapi kekuatan adi daya dunia. "Bangsa dan pemerintah Ekuador juga telah memilih jalan resistensi," ungkapnya.
Presiden Ekuador menyinggung perundingannya dengan Presiden Republik Islam Iran dan mengatakan, "Kami ingin memperkuat dan memperluas hubungan bilateral di berbagai bidang, dan ingin memanfaatkan pengalaman dan keberhasilan yang telah dicapai oleh Iran."