بسم الله الرحمن الرحیم
Saya sangat berbahagia bisa hadir dalam pertemuan penuh kehangatan dan keakraban ini dengan Anda sekalian, para pemuda yang mulia. Kalian adalah pemuda, dan pemuda adalah manifestasi dari kesetiaan, kepedulian, dan semangat terhadap cita-cita dan harapan ideal. Apa yang disampaikan oleh para pemuda kita dalam pertemuan ini, semuanya itu begitu menarik bagi saya. Tapi itu bukan berarti seluruh usulan tersebut mesti direalisasikan dan diprioritaskan ataukah hal itu pada dasarnya layak diimplementasikan atau tidak. Menentukan ihwal semacam itu memerlukan kajian dan bagi saya hal itu perlu dibahas. Namun yang lebih membuat saya tertarik justru karena seorang mahasiswa muda teladan, mahasiswa muda aktivis organisasi, berdiri menyampaikan keinginan dan pandangannya mengenai persoalan aktual dengan berani dan penuh percaya diri dalam sebuah pertemuan umum akademis. Bagi saya hal itu sangat bermakna dan indah. Dan sejatinya, apa yang hendak saya bicarakan dalam pertemuan kita kali ini menyangkut masalah tersebut.
Percaya Diri Nasional Hasil Revolusi Islam
Kemarin saya di hadapan masyarakat umum menyampaikan tema pembicaraan mengenai kepercayaan diri. Sebenarnya, audiens utama pembicaraan itu adalah Anda sekalian. Kepercayaan diri kalangan pemudalah yang paling kita perlukan saat ini. Terutama kalangan pemuda ahli ilmu dan para calon pengelola negara di masa depan. Baik sebagai pengelola dan pemimpin di bidang ilmu pengetahuan, politik, maupun di bidang operasional. Kalangan inilah yang mesti menyimak serius apa yang telah saya singgung kemarin soal kepercayaan diri dan akan saya kupas lebih jauh dalam pertemuan kali ini. Saya berharap hal itu bisa diterima dengan sepenuh hati dan dijadikan sebagai acuan dasar dalam beraktivitas.
Sebenarnya, mengapa isu percaya diri ini saya bicarakan? Apakah di negara ini telah terjadi suatu hal sehingga saya begitu menekankan masalah percaya diri bangsa kita atau para pemuda kita? Itu semua ada penjelasannya. Bangsa kita kini telah sampai pada suatu level percaya diri yang relatif bisa diterima. Keberhasilan itu dikarenakan Revolusi Islam, dikarenakan ‘Perang Pertahanan Suci', dan dikarenakan pengaruh khusus kepribadian Imam Khomeini serta beragam kemajuan yang dicapai. Insya Allah, jika saya masih ingat nanti, saya akan singgung kembali pengaruh sosok Imam Khomeini dan anasir penyusun kepribadian beliau sebagai salah satu faktor yang paling berpengaruh dalam mewujudkan sikap percaya diri bangsa Iran.
Apa yang dikhawatirkan adalah sikap percaya diri ini menjadi lemah, terguncang, atau minimal tidak sekuat yang diperlukan oleh bangsa ini dalam menghadapi perang urat syaraf dan propaganda atau perang lunak antara kita dan musuh yang selalu menghendaki terus berlanjutnya pertarungan ini. Kita sedang berada di tengah jalan. Saya sendiri secara nyata melihat sikap percaya diri ini masih belum mencapai batas optimal di benak, lisan, dan perbuatan sebagian besar tokoh negara kita.
Rendah Diri, Penyakit Berbahaya
Lawan percaya diri adalah rendah diri. Rendah diri terhadap pemikiran sebuah kelompok dari bangsa-bangsa dunia-dan Barat sekarang ini menjadi sumbernya-rendah diri terhdap filsafat mereka, rendah diri terhadap ilmu mereka, bahkan rendah diri terhadap model pembangunan nasional usulan mereka, padahal model pembangunan nasional setiap negara itu berbeda. Rendah diri semacam itu merupakan penyakit yang berbahaya. Penyakit yang pernah berpuluh-puluh tahun lamanya mereka susupkan dalam tubuh bangsa kita. Istilah Barat, pemikiran Barat, penyerapan istilah-istilah Barat merupakan salah satu kebiasaan kita. Sampai sekarang saya masih mendengar dan menyaksikan sendiri, meski sudah banyak istilah-istilah kebarat-baratan yang tersebar di masyarakat , namun di radio dan televisi masih saja memunculkan istilah kebarat-baratan yang baru sehingga memaksa masyarakat bertanya-tanya apa artinya. Mereka bertanya hingga mengerti artinya. Lantas apa pentingnya semua itu? Jika kalian ingin menjelaskan konsep baru ke dalam bahasa kita, kenapa kalian tidak menciptakan istilah lokal yang baru? Bukankah bahasa Farsi kita begitu luas dan kaya?
Itu semua adalah salah satu sikap rendah diri sisa-sisa dari masa lalu. Mengapa hal ini saya ungkapkan? Karena kita masih harus melangkah jauh ke depan lagi untuk sampai pada kepercayaan diri yang ideal. Saya khawatir, semangat percaya diri nasional kita tidak tumbuh seperti yang seharusnya. Itulah mengapa saya ungkap masalah ini. Begitu pula yang sampaikan kemarin juga karena alasan tadi. Saat ini pun, dengan alasan yang sama pula, saya akan membicarakannya lebih khusus dan terperinci dengan kalian.
Terus Berusaha Melangkah
Kita adalah pelari yang mesti sampai pada garis final. Pada garis kemenangan. Kita mesti terus berlari. Di sinilah kalian menulis pada sebuah plakad bahwa Iran pada tahun 2025 menjadi negara maju. Sesuai dengan visi pembangunan jangka panjang nasional, Iran di bidang teknologi dan beragam bidang lainnya mesti lebih maju ketimbang negara-negara regional lainnya. Apakah kalian pikir hanya kita saja yang melangkah maju dan negara-negara lain cuma diam tidak bergerak? Mereka juga tengah bergerak. Ini adalah perlombaan lari. Jika di tengah jalan, semangat kita melonggar, harapan kita melemah, dan kita berpikir ini semua tidak ada gunanya, tentu kita tidak akan sampai pada garis akhir. Inilah yang saya khawatirkan. Oleh sebab itu, saya ingin membicarakan masalah percaya diri.
Musuh adalah Ekspansionisme Global
Kita kini telah memiliki sikap percaya diri yang cukup. Dan itu merupakan hasil dari beragam faktor yang telah saya ungkap sebelumnya. Salah satu musuh kita adalah ekspansionisme global. Itulah musuh yang kita maksud. Mungkin saja, kalian katakan bahwa pemerintah AS adalah simbol ekspansionis global, atau mungkin juga pemerintah negara lain. Namun masalah kita bukan menyangkut soal negara, atau pemerintah mana, masalah kita bukan masalah pribumi, ras, bangsa, atau nama. Masalah yang kita hadapi adalah adanya kelompok ekspansionis di tubuh kekuatan dan politik dunia. Mereka punya kebiasaan menguasai pihak lain tanpa menghadapi hambatan yang serius. Namun kini, muncul hambatan besar. Namanya, pemerintahan Islam, Republik Islam Iran. Mereka benar-benar direpotkan oleh hambatan besar ini. Inilah masalah kita. Musuh adalah kalangan ekspansionis global, apapun namanya. Tentu saja menurut pandangan kita saat ini, manifestasi ekpansionis global itu adalah Amerika Serikat (AS). Dialah jelmaan setan terbesar. Apapun namanya, siapapun dia, dia adalah musuh. Dia memusuhi kita sekarang ini, lantaran kita merupakan hambatan baginya. Seperti roda yang terus meluncur maju, tanpa halangan. Namun kini, dihadang oleh sebuah papan besi yang kuat. Sehingga roda pun tak bisa bergerak maju lagi. Karena hal itulah, tekanan musuh terhadap Republik Islam Iran muncul. Persoalan kita dengan Barat sejatinya kembali pada hal tersebut.
Tekad Pantang Mundur Bangsa Iran
Sebagian pihak dengan berlagak layaknya filosof dan sesepuh yang arif datang dan bertanya mengapa kalian bentrok dengan semua orang? Masalah sebenarnya bukan masalah bentrok. Masalah sebenarnya bukan karena kita ingin bentrok dengan pihak lain. Masalah kita adalah masalah perlawanan menghadapi ekspansionisme. Kita adalah bangsa yang telah berabad-abad lamanya atau minimal selama beberapa dekade berturut-turut, dibuat terus tertidur dan lalai. Mereka melakukan apa saja yang mereka maukan terhadap kita. Padahal kita sekarang baru bangkit dan sadar. Kita tidak ingin lagi menyerah. Dosa kita adalah: وما نقموا منهم الّا ان یؤمنوا با لله العزیز الحمید. Inilah masalah kita.
Kekalahan Musuh atas Semangat Percaya Diri Hizbullah
Musuh yang dihadapi bangsa Iran saat ini akan terus memerangi kepercayaan diri yang telah kalian raih. Apalagi politik AS di Timur Tengah sekarang mengalami kegagalan. Dan sasaran utama politik AS di Timur Tengah sebenarnya adalah Iran. Di satu sisi Afghanistan, di sisi lain Irak. Mereka berpikir Iran akan terkurung oleh dua sisi maut dan akan menyerah, mengangkat tangan. Landasan politik Timur Tengah AS adalah memperkuat rezim Zionis Israel. Salah satu langkah dan keputusan terbesarnya di dalam negeri Lebanon-negara yang berbatasan langsung dengan Palestina Pendudukan-adalah upaya untuk memusnahkan kekuatan penggerak, mukmin, berpengaruh, dan tangguh, yaitu Hizbullah dan pasukan moqawama (perlawanan). Namun dengan kekalahan memalukan yang mereka peroleh tahun lalu, mereka pun gagal merealisasikan keinginannya itu.
Ironisnya, sejak tahun lalu hingga kini mereka masih saja terus berkonspirasi dan berharap bisa melakukan suatu hal di Lebanon; menciptakan pemerintahan dan militer pro-AS. Hal itulah yang menyebabkan munculnya masalah di Lebanon. AS tidak ingin kehilangan peluang emas ini begitu saja. Pasalnya mereka ingin memunculkan seorang pemimpin-yang juga panglima militer-dan pemerintahan boneka pro-AS di Lebanon, sehingga bisa menekan Hizbullah. Tapi hingga kini, mereka tetap saja gagal. Bagi kekuatan besar semacam AS, hal itu adalah kekalahan. Meski dengan beragam klaim, dengan kemampuan yang demikian kuat, dengan uang yang begitu banyak dan kekuatan diplomasi yang tangguh, serta dengan beragam perangkat teknologi dan sumber daya manusianya, AS tetap saja kalah menghadapi Hizbullah. Mereka bahkan menilai Hizbullah punya hubungan dengan Iran. Mereka menilai kemenangan Hizbullah adalah kemenangan Republik Islam Iran. Di sini mereka juga kalah.
Kekalahan Musuh atas Semangat Percaya Diri Suatu Bangsa
Mengenai isu nuklir, sampai beberapa bulan belakangan ini AS menuntut Iran agar menghentikan seluruh aktifitas nuklirnya. Sebagaimana yang dilakukannya terhadap Libya, menghentikan seluruh program nuklirnya, tunduk pada keinginan mereka dan menyatakan mundur sepenuhnya. Baru-baru ini-beberapa minggu sebelum ini-mereka bahkan menyatakan, Iran harus menghentikan program nuklirnya pada tahap yang telah dicapai sekarang ini. Lihatlah, betapa jauh perbedaannya. Padahal dulunya mereka bahkan tidak bisa menerima Iran memiliki lima mesin sentrifugal. Pemerintah Iran pun menggelar perundingan dengan pihak Eropa. Kita tawarkan untuk mempertahankan 20 sentrifugal, mereka menolak. Kalau begitu minimal lima sentrifugal, tetap juga menolak. Jika kita katakan hanya satu mesin sentrifugal, mereka akan tetap menolak. Tapi kini, sudah ada tiga ribu mesin sentrifugal yang diaktifkan di Iran. Bahkan terdapat jumlah sentrifugal yang lebih banyak lagi yang siap dioperasikan. Lantas mereka bilang, cukup dibatas itu saja, dan kalian harus menghentikan program nuklir kalian. Dan ini merupakan salah satu kegagalan lain AS.
Begitu juga di kawasan Timur Tengah, pasca tragedi 11 September 2001, AS berusaha menggambarkan terjadinya ajang pertarungan dua kutub di kawasan, perang antara demokrasi dan terorisme. Betapa besar propaganda yang mereka lancarkan, betapa keras upaya yang mereka lakukan, serangan militer dan invasi yang mereka gelar, serta betapa besarnya biaya dan segala upaya yang bisa mereka lakukan, sekedar untuk menyatakan bahwa mereka adalah pembawa demokrasi, sementara kawasan adalah pengusung terorisme. Mereka berkata, kami datang untuk menyelamatkan Timur Tengah. Tapi kini lihatlah Irak, pusat aktifitas AS di kawasan. Tanyakan pada masyarakat awam siapakah penyebab dan pelaku teroris, niscaya mereka akan menjawab: AS. Tak ada siapapun yang meyakini bahwa AS di Irak membawa demokrasi. Kalaupun dengan datangnya AS, kemudian muncul pemerintahan dan parlemen di Irak, namun sejatinya bukan itu yang dikehendaki AS. Mereka terpaksa menerimanya. Semua pihak meyakini hal itu. Dengan demikian, AS juga gagal di berbagai bidang.
Musuh Tak Bisa Dianggap Lemah dan Enteng
Apakah kekuatan ekspansionis akan tetap diam begitu saja ketika ia gagal mematahkan semangat dan kepercayaan diri sebuah bangsa? Jawabnya adalah tidak, ia tidak akan diam. Ia akan mencari jalan baru. Oleh karena ia mencari jalan baru, maka kita pun mesti mencari metode baru. Kita mesti memperhitungkan jalan baru yang ditempuh musuh. Ketahuilah bahwa fasilitas yang ia miliki tidak sedikit. Saya telah berkali-kali katakan: "Musuh tidak bisa dianggap lemah dan enteng". Fasilitas media propaganda musuh tidak sebanding dengan fasilitas propaganda Republik Islam Iran. Masalah ini saya tegaskan pula kepada Anda sekalian bahwa fasilitas musuh di bidang kebudayaan, di bidang propaganda dan komunikasi begitu banyak. Musuh selalu gencar melakukan aksinya dan mengucurkan dana yang begitu besar pula. Kalaupun dikatakan kami memberikan 80 juta USD, 100 juta USD kepada kubu penentang pemerintah Iran-atau oposisi dalam istilah mereka-itu semua hanya kulit luar persoalan saja. Biaya yang mereka keluarkan sebenarnya jauh lebih banyak. Saya dan kalian, para pemuda negara ini, para mahasiswa, pejabat, dan pengajar negara ini mesti tahu lewat jalan mana musuh akan masuk. Hal itu mesti diprediksi. Jika kalian bisa memprediksinya, maka kalian akan bisa mengetahui beragam fenomena yang terjadi di tengah masyarakat. Ketika kalian mengetahui, misalnya akan terjadi banjir atau angin topan, itu berarti kalian mesti mengetahui terlebih dahulu tanda-tanda dan gejala penyebab banjir atau topan sebelum hal itu terjadi. Ketika kalian tidak mengetahuinya, maka kalian pun tidak bisa mengenali faktor penyebabnya. Terkadang orang secara tak sadar ikut andil dalam melahirkan faktor penyebab bencana. Karena hal inilah saya menganggap masalah ini penting untuk dibahas.
Pentingnya Kemandirian
Sebelumnya akan saya bahas terlebih dahulu pentingnya masalah percaya diri. Pengaruh terpenting dari kepercayaan diri nasional yang mesti muncul dalam diri para elit bangsa adalah membuat manusia tak lagi berpangku tangan dan menunggu pertolongan pihak lain. Suatu bangsa yang tidak percaya diri, akan selalu mengharapkan bantuan orang lain. Ketika kalian hanya menunggu tersedianya makanan, maka kalian pun tidak akan membuatnya. Dan kalian pun tidak akan bisa membuat makanan. Ini adalah bahaya yang utama dan begitu terang. Bukan persoalan filsafat yang rumit. Namun perkara jelas semacam itu, penyebab nyata kemunduran suatu negara, terkadang justru kita abaikan.
Racun Rendah Diri
Saya tak bisa melupakannya. Beberapa tahun sebelum kemenangan Revolusi Islam, saya pergi ke rumah seorang teman yang berasal dari salah satu daerah di utara Iran namun tinggal di Mashad. Kebetulan waktu itu, datang juga seorang anggota parlemen yang menjadi wakil dari kota orang itu. Kami pun sempat duduk bersama selama satu jam dengan anggota parlemen tersebut. Saat itu kami masih muda, seperti kalian-yang selalu berhasrat mengucapkan apapun yang kita inginkan-kita pun tak banyak memperhatikan dampak persoalan. Saya pun mulai mengkritik pemerintah dengan beragam omongan yang terselip di benak saya waktu itu. Dia adalah wakil parlemen syah dan kami menentangnya. Karena itu dia pun berdebat dengan kami. Salah satu omongan yang saya ungkapkan ke dia adalah: "Tuan, mengapa Anda biarkan negara ini mandeg begitu saja; semuanya impor, semuanya impor, semuanya buatan orang lain, lantas mengapa kita tidak melakukan sesuatu?" Jawaban yang ia kemukakan cukup menarik. Dan kalian bisa tahu bagaimana cara pemikiran dia. Dia berkata: "Itu lebih baik, lebih baik! Orang-orang Eropa seperti budak bekerja pada kita. Dan kita tinggal memanfaatkan hasil pekerjaan mereka". Lihatlah, bagaimana ia bisa bicara semacam itu? Bagaimana racun itu bisa merasuk hingga ke dalam jiwa rakyat bahkan seorang elit bangsa, sehingga ia berkata seperti itu?
Percaya Diri: Penyebab Berkembangnya Potensi
Ketika tak ada lagi sikap percaya diri, maka kondisi manusia akan menjadi hanya berpangku tangan dan menunggu uluran tangan orang lain. Seperti orang lumpuh yang tak berdaya, dan duduk di sebuah sudut menanti orang lain datang dan memberi pertolongan. Lawan dari sikap semacam itu adalah sikap mandiri. Orang yang mandiri tidak akan menunggu hingga semuanya tersedia. Ketika di benaknya tak ada pikiran untuk menunggu, ia pun berusaha sendiri untuk memenuhi kebutuhannya. Dengan begitu potensi yang tersimpan dalam dirinya pun-potensi yang tersembunyi dalam diri suatu bangsa-menjadi teraktualisasikan. Pada saat potensinya berkembang, maka potensi yang tadinya tersembunyi menjadi aktif berkembang dan mencapai keberhasilan. Keberhasilan itu akan menciptakan keberhasilan berikutnya secara simultan dan berlipat ganda. Sebuah keberhasilan melahirkan sehimpun keberhasilan lainnya. Demikianlah hal itu berjalan.
Perang Pertahanan Suci Manifestasi Kemandirian
Di era pertahanan suci (masa perang yang dipaksakan Irak terhadap Iran selama 8 tahun), awalnya, para pejuang, terutama di kalangan Sepah Pasdaran (Pasukan Garda Revolusi Islam) dan Basij (Tentara Sukarelawan Rakyat) tidak memiliki apapun. Mereka tidak memiliki senjata yang memadai. Kebanyakan senjata yang mereka punya hanya kalashinkov; senapan personal. Berperang hanya dengan senjata semacam itu tak bisa diandalkan. Karena itu mereka mulai berpikir mencari solusi. Dan dengan berpikir semacam itu, maka terbukalah beragam jalan bagi mereka. Pesan saya kepada kalian para pemuda, bacalah biografi para pejuang syuhada kita. Di sela-sela penuturan mereka, selain terdapat bahasan pikologis, spiritual, dan sebagainya-yang juga punya nilai manfaat tersendiri-terdapat juga bahasan mengenai pengalaman mereka bagaimana bertindak di medan perang. Saya telah berkali-kali mengungkapkan bahwa di masa perang, bagaimana kita terpaksa membeli RPG secara selundupan dengan harga yang berlipat ganda dari negara lain dan menahan segala cobaan tersulit. Kita terpaksa membeli dengan harga berlipat ganda hanya untuk mendapatkan sejumlah senjata amatir semacam itu.
Hasil dari pengalaman dan percaya diri semacam itu adalah bangsa Iran sekarang telah sampai pada suatu tingkatan sehingga mampu membuat senjata sendiri. Sebagian dari jenis persenjataan itu tergolong senjata kelas satu dan tidak tertandingi di kawasan, dan sebagian lagi terbilang amat langka. Itu semua karena kita memerlukannya, karena mereka tidak menjualnya kepada kita, karena mereka tidak memberikanya kepada kita. Kita merasa, kita mesti mandiri dan bertumpu dengan diri sendiri. Para pemuda kita mesti bergantung pada dirinya sendiri. Kemandirian semacam itu akan membangkitkan beragam potensi. Dan kebangkitan itu akan membuahkan hasil, dan setiap hasilnya menyimpan sehimpun hasil yang lebih besar. Hal semacam itu terjadi di mana saja. Sikap percaya diri semacam itu, juga terdapat dalam bidang penemuan, dalam bidang ilmu, dalam bidang produksi, dan juga dalam model pembangunan.
Model Pembangunan Keiranan; Model Ideal Kita
Saya dalam sekali atau dua kali pertemuan dengan para mahasiswa dalam lawatan tahun lalu ke Mashad dan Semnan sempat berbicara tentang masalah model pembangunan; model pembangunan keiranan, model pembangunan pribumi. Kita tidak perlu menggunakan pandangan ilmuan Eropa dalam membangun negara kita. Tapi itu bukan berarti kita tidak perlu memanfaatkan ilmu mereka. Yang kita maksud adalah resep kemajuan mereka, milik mereka sendiri. Kita mempelajari ilmu mereka, tapi resep penyakit kita, kita sendiri yang menulisnya. Sehingga kita bisa yakin terhadap diri sendiri, kita bisa mandiri, dan kita yakin dengan hal itu. Namun jika tak ada rasa percaya diri, kita pun berkata: "Apakah kita bisa? Jika semua pihak telah mencobanya, bagaimana mungkin kita hendak meraih melebihi apa yang mereka dapat?" Pernyataan semacam itu merupakan bukti tidak adanya rasa percaya diri. Ironisnya, sekarang pun sebagian pihak masih berbicara semacam itu. Sebagian kaum terpelajar kita masih bicara demikian. Kita katakan, buatlah model pembangunan pribumi. Mereka berkata, "Tuan, model pembangunan yang mana? Apakah mungkin?" Ketahuilah, hal semacam itu sebenarnya merupakan sisa-sisa pengaruh masa lalu; yaitu tidak adanya percaya diri. Jika suatu bangsa ingin maju, tidak bisa hanya menunggu pihak lain.
Doktrin Rendah Diri Kalangan Elite Bangsa
Salah satu aksi Barat yang paling menguntungkan bagi mereka adalah mengendalikan kalangan elite negara-negara lain dan mendoktrinnya dengan pemikiran mereka. Setelah itu mereka lepas dan mereka kembalikan ke negaranya masing-masing. Negara-negara Barat-yaitu: Inggris, Perancis, dan negara-negara lainnya-tanpa harus mengeluarkan banyak uang untuk merealisasikan pemikiran politiknya di negara sasaran, mereka kirimkan orang-orang hasil didikan mereka. Orang-orang inilah yang bekerja untuk mereka tanpa upah dan balas jasa. Inilah salah satu bencana bagi negara-negara terbelakang dan berkembang. Sampai sekarang pun hal itu masih berlanjut dan mereka tengah gencar melakukan aksinya. Hal ini harus bisa dipatahkan. Percaya diri penting bagi kita karena jika kita memiliki rasa percaya diri nasional, maka potensi kita pun akan tumbuh berkembang. Di saat itulah kita menjadi saksi bahwa kita bisa. Kita akan buktikan bahwa kita juga mampu.
TigaTantangan Utama Percaya Diri
Terdapat
tiga tantangan utama yang menghambat proses percaya diri dan
pencapaiannya menuju keberhasilan yang mesti kita perhatikan. Ketiga
tantangan ini bisa merusak proses percaya diri nasional dan
pencapaiannya menuju kemenangan yang simultan dan cita-cita ideal.
a. Putus Asa
Pertama
adalah menciptakan rasa putus asa; menggariskan masa depan yang gelap
dan pesimis, serta menggembar-gemborkan adanya jarak keilmuan yang
lebar. Nyatanya, dari segi keilmuan, jarak kita dengan kemajuan ilmu
yang dicapai dunia selama 200 tahun terakhir ini memang terbentang
lebar. Dan itu selalu didengungkan oleh mereka. Mereka berkata,
"Bagaimana mungkin Anda bisa melampauinya? Apa bisa?". Dengan
langkahnya itu, mereka berusaha membuat para peneliti dan ilmuan muda
kita putus asa dan pesimis. Saya katakan kepada mereka: "Iya, bisa;
mengapa tidak bisa?" Kita manfaatkan ilmu pengetahuan orang lain dan
menapakkan kaki kita selangkah lebih maju. Sebagaimana yang telah kita
lakukan selama ini. Kita memanfaatkan ilmu pihak lain. Terkadang kita
malah berhasil menciptakan suatu hal yang sebelumnya tidak pernah
diciptakan. Seperti kemajuan di bidang kedokteran, farmasi, dan
sebagainya yang telah kita capai. Kemajuan itu diperoleh dengan
pengantar ilmu-ilmu Barat, namun kemudian kita kembangkan lebih maju.
Oleh karena itu, adanya jarak keilmuan yang lebar, tidak harus membuat kita putus asa. Kita mampu mempercepat laju keilmuan kita, memperpendek jarak yang ada, dan berusaha untuk terus maju. Apalagi Barat saat ini tengah menghadapi penyakit yang serius. Penyakit yang belum pernah terjadi pada 50 tahun atau seratus tahun yang lalu. Kini mereka didera oleh penyakit moral, penyakit seks, dan krisis mental di Barat saat ini jauh lebih parah ketimbang dulu. Kini mereka didera oleh semua itu.
Tentu saja persoalan jangka panjang semacam itu, tidak mudah muncul ke permukaan begitu saja. Namun dari apa yang mereka katakan, dari apa yang diungkapkan oleh para ilmuan dan pemikir mereka, sejatinya mereka khawatir dengan kondisi yang mereka hadapi saat ini. Generasi muda mereka tengah menuju kehancuran. Kejahatan dan kriminalitas makin berkembang pesat. Runtuhnya bangunan keluarga pun makin marak. Mereka tidak bisa lagi mengendalikannya dan benar-benar menderita. Lantas apa masalahnya jika suatu bangsa bertekad, untuk bisa melindungi diri dari bencana semacam itu, dan menempuh jalannya dengan penuh tekad, bertawakkal kepada Allah, percaya diri, dan juga punya cita-cita yang jelas? Seperti yang mereka telah capai.
Kita dulu sebenarnya pernah selangkah lebih maju dari mereka. Namun di masa itu kita mengalami kemunduran. Mereka terus berusaha dan meraih kemajuan. Tapi kita saat ini pun bisa lebih maju. Melampaui segala jarak yang ada, bukanlah hal mustahil bagi suatu bangsa yang memiliki pemuda yang terus berusaha keras dan bergerak maju. Para pemimpinnya pun berupaya serius, merancang dan merencanakan. Oleh sebab itu, ada tiga tantangan yang mungkin saja dirancang musuh: Pertama, menyebarkan sikap putus asa dan pesimisme; kedua, menyesatkan potensi dan kemampuan yang ada; dan ketiga, melancarkan aksi kekerasan, seperti serangan militer dan sejenisnya.
Menyangkut masalah pertama ini, yaitu menyebarkan keputusa-asaan dan pesimisme, saya mendesak kalian para pemuda untuk berpikir lebih jauh, merenungkan, dan memperhatikan tanda-tandanya. Bahkan sekarang ini pun, mereka tengah melakukannya; sejumlah orang bahkan kini sedang berbicara untuk mereka, dengan bahasa mereka, dan dengan suara mereka demi kepentingan mereka.
Beberapa Contoh Doktrin Putus Asa
Sekarang perhatikanlah beberap isu berikut: salah satunya adalah isu energi nuklir. Di dalam negeri kita sendiri mereka melontarkan polemik. Mereka berkata, "Energi nuklir merupakan investasi tanpa keuntungan, mengapa kalian melakukannya?". Meskipun sampai kini propaganda global terus memperhatikan isu ini secara penuh, namun di dalam negeri kita, sejak pertama kali isu nuklir digelindingkan, sekitar lima-enam tahun lalu sampai sekarang, mereka berkali-kali melontarkan pernyataannya itu. Bahkan sebagian kalangan sempat menulis surat dan mengklaim dirinya sebagai pakar fisika. Mereka menafikan keberhasilan kita dalam mengoperasikan perangkat sentrifugal dan menyebutnya sebagai berita bohong. Begitu gencarnya mereka melontarkan masalah ini, hingga kami terpaksa memerintahkan sejumlah orang untuk mengkaji kembali isu sentrifugal. Jangan sampai kemudian apa yang dituduhkan mereka selama ini benar. Isu ini terjadi lima atau enam tahun lalu. Tim yang kami kirim pun datang melihat secara langsung, lantas berkata: "Ternyata benar. Sungguh keberhasilan yang begitu baik, tepat, ilmiah, dan kuat". Mulanya mereka berkata tidak mungkin, kita tidak mampu. Tapi setelah melihat bahwa kita mampu, mereka pun lantas berkata, membiayai hal semacam itu tidak mendatangkan keuntungan, tidak bermanfaat. Saya telah menyampaikan masalah ini secara detail dalam pidato umum saya di hari raya Nouruz tahun lalu, saya tidak ingin mengulangnya kembali. Bagaimana tidak bermanfaat? 20 tahun lagi kita akan memproduksi minimal 20 ribu megawatt listrik dari energi nuklir.
Berdasarkan perkiraan mengenai konsumsi energi dan produksi listrik yang diperlukan, minimal kita memerlukan 20 ribu megawatt listrik yang diperoleh dari energi nuklir. Dan jika tidak, kita mesti mengemis kepada pihak lain. Ada dua kemunghkinan saat itu, mengemis dan menjadi terhina, atau mereka tidak memberi, maka kita pun mesti kehilangan pelbagai manfaat segala hal yang memerlukan energi listrik. Mulai dari pabrik, produksi, dan beragam perangkat canggih lainnya. Kalau begitu, lantas kapan kita mesti memulainya sehingga 20 tahun lagi kita bisa memperoleh 20 ribu megawatt listrik? Kalaupun sekarang ini terbilang belum terlambat, yang pasti bukan juga terlalu cepat. Tapi mungkin juga sudah terlambat. Lihatlah betapa anehnya argumentasi sesat yang dilontarkan oleh mereka yang berkata "Kita tak perlu (energ nuklir)!" ataupun yang mengatakan: "Kalian tidak bisa membuat reaktor nuklir. Mau Kalian apakan uranium yang sudah dikayakan hanya 3-4 persen ini?." Lagi-lagi mereka melontarkan "Kalian tidak bisa". Lantas "Mengapa tidak bisa?". Mengapa bangsa yang telah berhasil membangun pusat pengayaan uranium yang begitu besar, tanpa bantuan dan guru asing, tidak mampu membuat reaktor nuklir? Kita mesti bisa. Mengapa harus tidak bisa? Suatu hari mereka bahkan pernah mengatakan, "Kalian juga tidak bisa membangun pembangkit listrik tenaga uap!"
Saya masih ingat di masa kepresidenan saya; terdapat sebuah proyek pembangkit listrik yang pembangunannya sudah dimulai sejak masa rezim Syah, namun baru tergarap separuh. Banyak yang berusaha untuk mendatangkan para broker internasional, supaya proyek tersebut dilanjutkan oleh pihak asing. Tapi ada juga sebagian pihak yang menyatakan bahwa orang-orang dalam negeri kita sendiri mampu membuatnya. Kami pun mengumpulkan para pejabat terkait di kantor kepresidenan. Kami juga mengundang -beberapa pejabat tinggi negara-perdana menteri, dan pejabat lainnya untuk membahas persoalan tersebut. Mereka pun datang berkata, "Kita tidak mungkin bisa merampungkan hingga proyek pembangkit listrik itu -yang terletak di dekat Tehran- selesai lalu meresmikannya". Ini adalah penilaian mereka. Mereka berkata, "Tidak mungkin! Harus pihak asing yang mengerjakannya". Tapi kami memutuskan tidak mendatangkan tenaga asing. Kami datangkan para ahli lokal, dan mereka pun merampungkan proyek tersebut. Proyek itu pun akhirnya selesai dibangun. Kini setelah beberapa tahun berlalu, pembangkit tenaga listrik itupun masih terus memproduksi listrik dan negara pun masih memanfaatkan hasil produksinya.
Di awal era Revolusi, Jihad Pembangunan ingin membangun gudang gandum. Seperti yang kalian ketahui, gudang-gudang gandum kita di masa Syah dibangun oleh Uni Soviet. Di masa Syah, Iran membeli gandum dari AS sementara gudang gandumnya,Uni Soviet yang membangun. Secara lahir gudang gandum terlihat sederhana, namun memerlukan teknologi yang relatif rumit. Jihad Pembangunan berencana membangun gudang gandum baru. Namun rencana itu pun segera disahuti oleh suara-suara pesimis. "Kalian tidak bisa! Jangan sia-siakan diri kalian dan jangan kalian buang begitu saja uang negara!". Namun akhirnya, sebuah contoh gudang gandum kecil dibangun di provinsi Khuzestan, saya pun sempat melihatnya secara langsung. Dan kini Republik Islam Iran tergolong sebagai pembuat gudang gandum nomor wahid di dunia. Termasuk di antara negara-negara pembuat gudang gandum nomor satu.
Salah satu bendungan di dekat Tehran bocor. Mereka pun berkata, bendungan ini mesti segera diperbaiki. Mereka juga mengatakan bahwa yang memperbaikinya haruslah perusahaan yang dulu membangunnya. Mereka lantas mendatangkannya. Masalah ini terjadi di masa-masa awal era kepresidenan saya. Mereka berkata, "Apa mungkin kita bisa membangun bendungan sendiri". Lagi-lagi mereka melontarkan doktrin pesimisme masa lalu. Namun para pemuda kita berusaha keras, dan mendalami pembuatan bendungan. Kini berkat rahmat Ilahi, Republik Islam Iran tergolong sebagai negara pembuat bendungan terbaik di kawasan regional. Di kawasan regional kita, tak ada negara seperti Iran yang mampu membangun bendungan besar-baik bendungan beton, maupun bendungan tanah. Dibandingkan dengan bendungan yang dibangun di era Syah oleh perusahaan-perusahaan asing, bendungan-bendungan yang kita bangun sendiri, jauh lebih baik, berkapasitas lebih besar, dan memakan biaya lebih sangat murah. Itu juga buatan kita sendiri.
Mengapa kita tidak bisa? Kita pasti bisa! Kita bahkan bisa membangun reaktor nuklir. Kita mesti membangunnya. Kita mulai dari sekarang, dan beberapa tahun lagi hasilnya bakal terlihat. Kita mulai beberapa tahun lagi, maka jawabannya beberapa tahun setelahnya. Jika kita tidak memulainya, kita akan terbelakang. Kini jika pengayaan uranium tidak mulai kita lakukan, maka kita baru bisa memulainya sepuluh atau dua puluh tahun lagi. Mereka berkata, "Rusia akan memberi kalian uranium yang sudah diperkaya, memberi kalian bahan bakar nuklir, mengapa kalian harus susah-susah membuatnya sendiri"? Itulah pernyataan yang dikemukakan oleh presiden terhormat AS yang bodoh baru-baru ini. Rusia sudah memberi pada Iran, lantas apa yang mau dikerjakan oleh Iran? Di dalam negeri pun, ada juga pihak yang tidak lebih terhormat dan tidak lebih bodoh dari presiden AS itu mengulang kembali pernyataan semacam tadi. Mereka berkata, "Bukankah Rusia tengah menjualnya kepada kita? Lihatlah, kiriman pertama datang, kiriman kedua juga datang. Lantas mengapa kalian harus repot-repot mengayakan uranium?". Hal semacam itu jika diibaratkan seperti sebuah negara yang kaya minyak namun dikatakan, "Mengapa kalian gali sumur minyak? Beli saja minyak dari luar!". Itu berarti negara yang kaya minyak disuruh menjadi importir minyak! Sungguh menggelikan! Jika suatu hari, mereka tidak ingin memberi bahan bakar nuklir itu kepada Iran, atau mereka hanya bersedia memberi dengan harga yang sangat mahal, atau dengan berbagai syarat, maka Iran pun terpaksa menerimanya.
Energi Nuklir Landasan Kokoh Percaya Diri Nasional
Lihatlah, jika kalian perhatikan ihwal tersebut, kalian bakal mengerti bahwa apa yang mereka lakukan sejatinya merupakan skenario musuh dalam menciptakan pesimisme. Kini pada saat proyek sedemikian besarnya ini digelar, proyek energi nuklir yang telah membuat rakyat bangga dan gembira, mereka berteriak: "Mengapa Anda seret negara menuju ketegangan semacam ini, hanya karena suatu hal yang tak begitu berharga semacam energi nuklir?". Lihatlah, pernyataan semacam itu tak lain adalah upaya menciptakan pesimisme. Hal semacam itulah yang mesti kalian waspadai. Tantangan semacam itulah yang bisa memukul percaya diri nasional. Ironisnya, beberapa tahun yang lalu hal itu pernah terjadi. Dengan kata lain, isu energi nuklir yang semestinya bisa menjadi landasan kokoh sikap percaya diri kita, bangsa Iran, berusaha mereka jadikan sebagai sarana untuk mencabut percaya diri nasional kita. Berkali-kali mereka menekan kita, agar menghentikan program nuklir kita. Mereka datang ke pabrik UCF Isfahan, dan menyatakan: ini juga harus dihentikan. Langkah itu hanya awal perkara. Saat itu, saya sempat berkata kepada pemerintah, jika kalian mendengar perkataan mereka, besok mereka pun akan berkata, "Cadangan uranium yang terdapat di negara ini harus kalian kumpulkan pada satu tempat dan berikan kepada kami. Sehingga kami bisa merasa tenang bahwa kalian tidak akan membuat bom atom!".
Langkah tarik mundur yang pernah kita lakukan dalam masalah nuklir, tentu saja juga memiliki dampak positif bagi kita-langkah mundur itu bukanlah hal yang tidak membuahkan hasil-manfaatnya adalah selain kita bisa mengetahui langsung janji dan omongan pihak Eropa dan Barat, opini masyarakat dunia juga bisa mengenalnya secara langsung. Kini, siapapun yang berkata pada kita, "Kalian mesti hentikan program nuklir kalian!". Kita pun menjawab, kami sudah pernah melakukannya sekali! Dua tahu, dua tahun kami sempat menghentikannya sementara. Lantas apa untungnya bagi kami? Pertama, mereka bilang hentikan sementara, hentikan secara suka rela. Kami pun menghentikannya sementara secara suka rela karena menganggap hal ini hanya akan berlangsung sementara. Selanjutnya, tiap kali isu pengoperasian ulang program nuklir kita mengemuka, mereka pun melancarkan propaganda anti nuklir Iran secara besar-besaran di kancah media massa dan politik. Mereka berteriak-teriak menyatakan Iran ingin mencabut penghentian program nuklirnya. Pembekuan program nuklir telah menjadi perkara sakral dan Iran tak berhak sama sekali untuk mencabutnya. Kita telah mengalami semua itu. Hal semacam itu bukan perkara baru lagi. Ujung-ujungnya mereka berkata, pembekuan secara sementara juga tidak cukup. Kalian mesti menghentikan total aktifitas nuklir kalian! Padahal, merekalah pihak Eropa yang sebelum ini berkata, "Kalian mesti menghentikannya sementara selama 6 bulan". Kami pun melaksanakannya, namun setelah kami laksanakan, kini mereka berkata, "Kalian mesti menghentikannya total!". Inilah manfaat dari langkah tarik mundur yang pernah kita lakukan. Dan manfaatnya, bukan hanya kita saja yang merasakannya, tapi masyarakat dunia pun merasakannya juga.
Suatu waktu, dalam sebuah pertemuan dengan kalangan pejabat tinggi pemerintah, yang juga disiarkan di televisi, saya juga sempat mengatakan, kalau misal proses tuntutan tersebut berlanjut terus menerus, saya akan turun tangan langsung mengatasinya. Dan itu pun telah saya lakukan. Saya katakan, proses tarik mundur ini harus dihentikan dan harus berubah menjadi langkah maju. Langkah pertamanya pun mesti dilakukan oleh pemerintah yang pernah melakukan aksi tarik mundur di masa pemerintahannya. Langkah itu pun sudah dilakukan. Di masa pemerintahan sebelumnya, langkah awal menuju kemajuan telah dilakukan. Di masa itu diputuskan pula, pabrik UCF segera dioperasikan. Itu pun sudah dilakukan. Dan alhamdulillah hal itu akhirnya membuahkan kemajuan yang terus berlanjut hingga sekarang.
Sumber percaya diri nasional berusaha diubah menjadi sumber pesimisme dan jangan sampai musuh menyerang, jangan sampai musuh menghantam. Ihwal semacam itu sudah banyak. Hal semacam itulah yang terus diupayakan musuh dengan beragam tipu daya sehingga mereka bisa merealisasikan niatnya. Sebagai misal, salah satu kebijakan mendasar kita adalah memutus hubungan dengan AS. Namun kita tidak pernah mengatakan bahwa kita akan memutus hubungan selamanya. Tidak, kita tidak punya alasan untuk memutus hubungan selamanya dengan setiap negara, atau setiap pemerintahan manapun. Masalah sebenarnya adalah kondisi negara tersebut tidak menguntungkan bagi kita, dan jika kita menjalin hubungan dengannya tentu kita akan rugi. Manusia selalu mencari hubungan yang menguntungkan. Jika hubungan itu tidak menguntungkan, tentu kita tidak melakukannya. Kini, ketika hal itu merugikan, maka konsekuensinya adalah kita tidak akan menjalin hubungan.
Hubungan dengan AS Merugikan Kita
Berhubungan politik dengan AS merugikan kita. Pertama, karena hal itu tidak akan mengurangi ancaman bahaya AS. Meski Irak menjalin hubungan politik dengan AS, dan kedua pihak memiliki kedutaan besar di masing-masing negara, namun AS tetap saja menyerang Irak. Menjalin hubungan tidak akan bisa memusnahkan begitu saja ancaman berbahaya dan ekspansionisme kekuatan manapun. Kedua, bagi AS menjalin hubungan dengan negara lain merupakan alat untuk menyusup ke dalam lapisan yang berpotensi dijadikan sebagai kaki tangan mereka di negara tersebut. Begitu juga yang dilakukan Inggris. Selama bertahun-tahun, kedutaan besarnya menjadi pusat kegiatan para antek-antek asing, orang-orang yang rela menjual dirinya kepada musuh. Itulah salah satu pekerjaan kantor-kantor kedutaan besar mereka.
Seperti kasus yang terjadi sekitar 17-18 tahun lalu di Cina. Sebuah kasus yang sempat memunculkan kontrovesi yang begitu luar biasa lantaran kedutaan besar AS menjadi pusat perencanaan beragam aksi kerusuhan. Namun di Iran, AS punya celah. Mereka memerlukan markas, tapi tidak punya. Mereka memerlukan kebebasan dalam berhubungan, mereka ingin mata-mata dan agen intelijen mereka bisa leluasa bergerak serta menjalin hubungan dengan para kaki tangan mereka. Tapi AS tidak bisa memperolehnya di Iran. Jika hubungan terjalin, maka keinginan mereka itu akan terpenuhi. Sekarang, muncul orang-orang yang berteriak, berbicara dengan mengusung beragam dalil dan alasan bahwa tidak adanya hubungan dengan AS merugikan kita. Tidak! Tidak adanya hubungan dengan AS justru menguntungkan kita. Sayalah orang yang pertama kali mengatakan jalinlah hubungan dengan AS, jika memang hal itu menguntungkan bagi kita!
Sebagian pihak berkata, mengapa kalian menyulut permusuhan dengan AS? Misalnya saja, presiden kita menggunakan ungkapan yang keras. Lantas tiba-tiba, mereka yang mengaku rasional, menilai ungkapan tersebut radikal. Dan hal itu mereka anggap sebagai faktor yang menyulut permusuhan dengan AS. Tidak! Permusuhan AS dengan kita bukan karena kata-kata dan ungkapan. Permusuhan ini adalah permusuhan mendasar. Permusuhan ini telah muncul di pelbagai masa. Sejak awal Revolusi Islam sampai kini, permusuhan ini telah ada-mengenai masalah ancaman serangan militer akan saya ungkap setelah ini-setidaknya selama 18 tahun terakhir, yaitu setelah berakhirnya perang delapan tahun yang dipaksakan Irak hingga sekarang, ancaman itu selalu ada. Dengan kata lain, bangsa Iran selalu mendapat ancaman. Dan mungkin saja mereka menyerang kita. Masalah ini bukan hanya terkait dengan sekarang. Sebenarnya, apa yang bisa melemahkan bahaya musuh adalah unjuk kekuatan kalian. Bukan unjuk kelemahan kalian. Unjuk kelemahan hanya membuat musuh makin berani. Kalian mesti merasa kuat, sebab hal itulah yang bisa membuat musuh merasa tidak berdaya dan tidak gegabah. Tapi jika kalian merasa lemah, mereka akan melakukan apa saja tanpa halangan.
b. Kritik Destruktif Tidak Logis
Salah satu contoh upaya menciptakan pesimisme yang perlu saya kemukakan disini-yakni siapapun yang mau berlaku jujur dan adil niscaya akan akan menyatakan masalah ini-adalah kritikan destruktif yang tidak logis. Sekarang ini kalian bisa saksikan, sebagian besar keputusan pemerintah negara ini, ironisnya senantiasa mendapat kritikan destruktif kalangan penentang. Itupun kritikan destruktif yang tidak logis. Beragam kebijakan pemerintah, mulai dari soal ekonomi, politik, seni dan budaya, hingga masalah internasional, khususnya yang terkait dengan pemerintah, mereka kritik habis-habisan dengan begitu bebas dan nyamannya serta dengan nada menghina. Memang terkait dengan masalah Pemimpin Revolusi mereka masih merasa segan dan hati-hati. Tindakan semacam ini tentu merupakan tindakan yang tercela.
Tapi mungkin saja seseorang melakukan itu lantaran tidak tahu bagaimana dampak negatifnya. Kritikan destruktif semacam itu sejatinya merupakan upaya untuk menciptakan pesimisme. Yaitu lawan dari optimisme dan percaya diri, upaya menciptakan sikap menyerah, pasif, dan rendah diri. Sayangnya, ada banyak orang yang telah berjuang keras dan berkarya di medan juang tidak mengerti dan memperhatikan dampak dari apa yang mereka lakukan. Mereka sebenarnya bukan orang-orang yang punya niat buruk. Tapi sebagian dari mereka ada juga yang memang berniat buruk. Tapi mayoritas dari mereka tidak punya maksud jahat. Mereka tidak sadar. Mereka salah dalam menilai perilakunya. Pemerintah mengambil keputusan soal ekonomi, protes demi protes pun bermunculan. Bahkan dengan nada menghina. Begitu juga di bidang politik, muncul protes. Keputusan soal masalah internasional, muncul protes lagi. Melawat ke suatu tempat, protes lagi. Tidak berkunjung, protes juga. Pada saat kita naik bus, dan kita mempercayai sang sopir, maka seharusnya kita tidak boleh lagi menyibukkan sang sopir dengan beragam omongan seperti bilang hati-hati tiap kali menemui tikungan, tangan saya begini, perasaan saya takut...inilah..itulah. Bukankah sang sopir tengah mengemudikan bus dengan baik? Biarkan saja ia melakukannya.
Padahal pemerintahan saat ini, benar-benar pemerintah penuh kerja keras, bahkan di sejumlah bidang terbilang sebagai pemerintahan yang teladan. Bahwa pemerintah berkunjung ke berbagai kota, bagi saya hal itu sangat menarik, sangat menarik. Presiden, menteri, dan para pejabat tinggi eksekutif negara berkunjung ke pelbagai kota. Kunjungan ke pelbagai kota itu merupakan hal yang banyak faedahnya. Sebagian pihak berkata, bukankah kita bisa membaca laporan yang ada? Tidak! Membaca laporan saja berbeda dengan berkunjung langsung. Kira-kira sebagian besar para pejabat mengirimkan laporan kepada saya. Ketika seseorang berkunjung ke suatu kota, pergi ke suatu propinsi, duduk dan bertemu langsung dengan masyarakat, dengan kalangan pemuda, maka akan terlihat bahwa laporan berbeda dengan realitas yang ada. Apa yang dilihat dan didengar oleh orang jauh lebih berharga ketimbang laporan. Dan langkah ini tengah dilakukan oleh pemerintah sekarang. Mereka pergi ke pelbagai kota dan daerah. Namun, sebagian pihak masih saja mempermasalahkannya. Mereka mencoba mencari satu celah dan menjadikannya sebagai titik lemah dan mempersoalkannya. Mengapa kalian (pemerintah) mensahkan ratusan keputusan, padahal tak lebih dari 50 yang bisa direalisasikan? Baiklah kalau begitu, bukankah hanya 50 yang terealisasikan jauh lebih baik ketimbang tidak sama sekali? Hal-hal semacam itulah yang bisa menciptakan pesimisme. Kritikan destruktif yang tidak beralasan. "Mengapa berkunjung ke sana? Mengapa tidak melawat ke sana?". Itu semua adalah kritikan destruktif yang hanya menciptakan keputus-asaan.
Seperti yang telah saya kemukakan sebelumnya, sebagian besar yang melakukan kritikan semacam itu tidak perhatian terhadap dampak dari ulahnya sendiri. Tentu saja, setiap pemerintah pasti punya kelemahan. Bukan berarti pemerintahan saat ini tidak punya kelemahan. Mereka juga punya kelemahan dan kesalahan; sebagaimana pemerintahan-pemerintahan sebelumnya. Begitu juga dengan saya yang ingin mengoreksi kesalahan orang lain, tapi apakah itu berarti saya tidak punya kesalahan? Kita punya kesalahan yang amat banyak sekali, bukan satu-dua atau tiga kesalahan. Manusia memang bisa salah. Tapi mesti berusaha untuk tidak melakukan kesalahan atau melakukannya sedikit mungkin.
Siapapun yang melihat kesalahan pihak lain, ia pun mesti peduli dan mengingatkannya. Tapi menebarkan rumor terhadap orang lain, membuat masyarakat resah, mematahkan semangat percaya diri mereka, dan membikin mereka pesimis terhadap masa depannya, tentu merupakan tindakan yang terlarang. Peringatan ini tertuju pada semua pihak. Baik bagi pers, media massa, pejabat pemerintah, maupun mereka yang biasa berbicara di berbagai mimbar, seperti di parlemen, di khotbah Jumat, di kampus, dan tempat-tempat lainnya. Sebab hal ini terkait dengan maslahat negara; dan maslahat negara mesti diperhatikan. Itulah salah satu tantangan lainnya yang bisa mengancam percaya diri nasional.
c. Rumor Pers
Tantangan lainnya adalah rumor pers-salah satu cara yang begitu gencar diupayakan Barat dalam beberapa tahun belakangan. Sebagian orang beranggapan, menebar rumor terhadap orang lain hanya terbatas di kalangan tertentu saja. Sebatas di komunitas tertentu saja. Tidak, di kancah internasional pun, menebar rumor adalah salah satu cara yang marak dipraktekkan; rumor media massa. Apalagi sekarang ini perangkat media pun amat beragam.
Contoh HAM ala Amerika
Salah satu contoh rumor media massa ini adalah isu hak asasi manusia (HAM). Mereka yang melontarkan isu ini adalah mereka yang membuat malu manusia-manusia terhormat dengan penjara-penjara Guantanamo. Penandatanganan perintah penyiksaan oleh presiden mereka membuat manusia merasa malu di depan hakikat. Atas perintah atasannya, mereka bakar dokumen Guantanamo dan beragam dokumen interograsi lainnya. Merekalah manusia-manusia yang begitu acuhnya menginjak-injak HAM; manusia-manusia yang menghina bangsa-bangsa lain. Jika kalian datang menemui rakyat Irak dan berbicara kepada mereka, ungkapan pertama yang mereka katakan adalah: "AS telah menghina kami, mereka melecehkan kami". Apa yang pertama kali mereka ungkapkan bukan kelaparan dan pengangguran. Pemuda Arab punya harga diri, punya kehormatan dan martabat. Namun serdadu penjajah datang dan memborgolnya di depan istrinya sendiri. Serta dipermalukan dengan beragam cara. Begitulah tindakan mereka yang begitu asing dengan HAM. Di dalam penjara Abu Ghuraib, Irak, mereka berlaku begitu sadis terhadap para tahanan, sehingga siapapun yang mengingatnya pasti terenyuh malu. Terkadang ketika saya mengingatnya, saya pun dibuat merasa malu. Dan tindakan semacam itu, mereka bilang HAM!
Lantas, Republik Islam Iran dan negara manapun yang menentangnya, mereka tuding sebagai pelanggar HAM di kancah internasional. Jika demikian, apakah ini bukan lelucon? Ironisnya, tindakan memalukan yang dilakukan musuh dari luar ini, terkadang malah ditiru dan disebarkan oleh sejumlah pihak di dalam negeri. Mereka melontarkan klaim-klaim sebagaimana yang dilakukan oleh musuh-musuh luar.
Contoh Demokrasi ala Amerika
Dalam masalah demokrasi, kalangan yang mendukung pemerintahan kudeta-sekarang ini masih ada pemerintahan kudeta, tapi saya tidak ingin menyebut namanya, kalian pasti tahu-menyokong penuh pemerintahan diktator monarki. Mereka datang ke suatu negeri dengan mengusung pasukan militer dan slogan-slogan demokrasi, namun tak juga berhasil menerapkan demokrasi di sana karena memang tidak ingin. Di Irak, pertama, mereka buat pemerintahan militer, namun setelah melihat langkahnya itu tidak berhasil, mereka dudukkan penguasa politik. Kemudian mereka menentang diselenggerakannya pemilihan umum. Namun begitu, pemilu pun akhirnya tetap berjalan. Tapi kini, mereka terus saja mengancam pemerintahan dan parlemen Irak yang merupakan hasil pilihan rakyat. Lalu, mereka kemudian mengklaim, kalian tidak punya demokrasi! Naifnya, ungkapan semacam itu diulang kembali oleh sejumlah kalangan di dalam negeri kita. Saya benar-benar heran dengan semua itu. Hal semacam itulah yang bisa menciptakan pesimisme dan menebar rumor serta melawan percaya diri nasional.
Pemilu Manifestasi Nyata Demokrasi
Kita setiap tahunnya menggelar pemilu. Benar ‘kan? Bukankah rakyat senantiasa mengikuti pemilu? Adakah negara yang mengaku demokratis, berbuat sesuatu yang lebih dari yang demikian itu? Dengan begitu semangat dan suka cita, rakyat berbondong-bondong mengikuti beragam pemilu. Dengan persaingan politik yang ada, persaingan ketat di antara pelbagai kubu. Lagi-lagi-apa yang biasa dilontarkan oleh musuh-ternyata malah diulang kembali oleh sejumlah pihak di dalam negeri kita. Lantas, mengapa mereka secara terang-terangan menyatakan bahwa di negara ini tidak ada demokrasi, atau menyatakannya secara tersirat, namun bermaksud sama seperti tadi? Mereka menjawab, "Kita mesti berusaha keras mewujudkan demokrasi!". Padahal sudah ada. Apakah kalian ingin berusaha keras mewujudkan sesuatu yang sudah ada? Hal-hal seperti itulah yang berseberangan dengan percaya diri nasional. Sikap percaya diri yang diperlukan oleh bangsa kita dan kita harus memilikinya.
Menjawab Barat Soal Hak-Hak Perempuan
Mengenai isu perempuan, saya telah berkali-kali menyatakan kepada kalian, saudari-saudariku yang terhomat, anak-anakku, putri-putriku, kalian para mahasiswa muda, para mahasiswi, dan sekarang saya pun akan menyampaikannya lebih serius lagi bahwa dalam masalah perempuan, sejatinya yang mesti digugat adalah Barat, merekalah yang terjebak masalah. Bukan Islam, bukan Republik Islam Iran. Mereka yang telah menghapus batas antara lelaki dan perempuan secara total, menghalalkan kebebasan seksual, baik dalam praktek, lisan, maupun iklan, bahkan menyebarkannya dalam filsafat, merekalah yang mesti menjawab atas beragam persoalan yang ada. Hasilnya, kaum perempuan akhirnya menjadi korban kezaliman naluri arogansi dan dominasi kaum lelaki, sehingga hak-hak kaum perempuan pun diabaikan. Perempuan menjadi perangkat promosi untuk menjual barang. Perempuan menjadi seperti komoditas, seperti barang dagangan! Lihatlah majalah-majalah Barat, untuk menjual suatu barang mereka pampang tubuh perempuan telanjang! Adakah pengkhianatan terhadap kaum perempuan lebih parah ketimbang hal semacam itu? Merekalah yang mesti menjawab!
Jilbab untuk Memuliakan Perempuan
Jilbab merupakan busana yang dirancang untuk memuliakan orang yang mengenakannya. Untuk menghormati kaum perempuan. Di sebagian besar negara-saya katakan ‘sebagian besar' karena saya tidak mempunyai informasi tentang semuanya-di masa lalu, di zaman dulu, bahkan di Eropa, sekitar dua ratus atau tiga ratus tahun yang lalu, kaum perempuan bangsawan di sana mengenakan jilbab; Kalian bahkan masih menemuinya dalam film-film lama. Mereka mengenakan jilbab, supaya setiap pandangan tidak tertuju kepadanya. Hal semacam ini, sejatinya merupakan penghormatan. Di era Iran kuno, para perempuan bangsawan dan pemimpin, semuanya memakai jilbab. Tapi kalangan kelas bawah, mereka tidak mengenakan jilbab. Dengan datangnya Islam, diskriminasi semacam itu dihapus, dan semua perempuan mesti berjilbab. Penghormatan itu milik seluruh kaum perempuan. Inilah pandangan Islam.
Anehnya, lantas mengapa kita mesti menjadi pihak yang digugat dan dituntut menjawab, sementara mereka (Barat) menjadi pihak yang menggugat? Merekalah yang seharusnya kita tuntut. Merekalah yang mesti menjawab mengapa perempuan menjadi komoditas dan alat pemuas syahwat? Dalam data statistik yang baru saja disampaikan ke saya-data seminggu lalu-dinyatakan bahwa sepertiga perempuan dunia pernah dipukul oleh lelaki. Bagi saya, setiap manusia akan menangis melihat data tersebut. Hal semacam itu benar-benar memilukan. Dan kasus semacam itu, sebagian besar terjadi di negara-negara industri, di negara-negara Barat, dan merupakan dampak dari kekerasan seksual, tuntutan liar seks lelaki terhadap perempuan. Kenyataan ini merupakan bagian dari upaya Barat menebar rumor soal perempuan. Lantas mereka mempersoalkan: "Apakah kalian memaksa kaum perempuan mengenakan jilbab?". Padahal mereka sendiri memaksa perempuan agar tidak berjilbab. Mereka tidak mengijinkan seorang mahasiswa masuk kampus, lantaran memakai kerudung. Lalu sekonyong-konyong mereka mendakwa kita, "Mengapa kalian mewajibkan jilbab!" Inilah dua sisi yang saling bertolak belakang, satu sisi bertujuan untuk menghormati perempuan, sementara sisi yang lain berusaha untuk melecehkan dan menghina perempuan. Inilah sebagian contoh dari tebar rumor yang dihembuskan oleh Barat.
Percaya Diri: Sasaran Tebar Rumor Barat
Saya benar-benar khawatir atas dampak dari tebar rumor ini. Dan hal inilah yang menjadi salah satu penyebab mengapa saya memaparkan masalah percaya diri dalam pembicaraan saya kali ini. Rumor semacam itu, awalnya berpengaruh pada segelintir orang dari kalangan elit kita. Mereka yang terpengaruh lantas merasa malu dengan apa yang ada pada bangsa Iran dan malu terhadap penghinaan yang dilakukan oleh Barat, dan mereka pun mulai melancarkan serangan sehingga percaya diri bangsa ini terpukul. Kalian mesti tahu bahwa tebar rumor semacam itu merupakan salah satu dari tiga rangkai cara untuk meruntuhkan kepercayaan diri suatu bangsa.
Kemungkinan Bersikap Keras
Salah satu isu lainnya adalah bersikap keras. Namun untuk saat ini hal itu kecil kemungkinannya bisa terjadi, lebih tipis peluangnya dibanding di masa lalu. Saya juga perlu mengungkapkannya di sini tentang adanya ketidakadilan. Kita sepertinya dikesankan sebagai pihak yang mencari gara-gara sehingga menyulut ancaman keras pemerintah ekspansionis AS melawan kita. Tidak! Seperti yang telah saya ungkapkan, sejak berakhirnya perang 8 tahun yang dipaksakan rezim Irak terhadap kita, kemungkinan adanya serangan militer AS melawan kita selalu ada. Namun sekarang ini, peluang itu lebih tipis. Pemerintah Iran sebelumnya pun, saat pertama kali mereka datang, salah satu pernyataannya ialah: "Sebelum datangnya pemerintahan kami, meriam-meriam AS mengarah kepada Iran dan siap ditembakkan. Namun mereka mengalihkannya, ketika kami datang." Dengan demikian, sebelum datangnya mereka, ancaman sudah ada. Bahkan di masa pemerintahan sebelumnya pun, sosok yang sejatinya sebagai penjelmaan dari kejahatan memperkenalkan Iran sebagai poros kejahatan. Bush, Bush yang jahat, Bush yang seluruh wujudnya adalah keburukan, menempatkan Iran sebagai salah satu dari tiga bangsa atau negara poros kejahatan. Hal semacam itu terjadi di era pemerintahan kita yang sedikit berhati-hati terhadap AS. Terkadang sebagian pihak di dalam negeri pun melontarkan pernyataan yang membuat senang AS. Namun tentu saja, kalian mesti tahu bahwa para pejabat tinggi negara ini, presiden dan para pejabat puncak negara kita di masa itu, mereka semua adalah orang-orang yang tulus dan selalu setia kepada prinsip-prinsip negara. Mereka adalah orang-orang revolusioner. Apa yang saya ungkapkan ini bukan terkait dengan mereka. Tapi terkait dengan kalangan pinggiran yang selalu berbuat sesuatu yang bertentangan dengan keyakinan kalangan utama. Tegasnya, ini juga terkait dengan apa yang kita bahas.
Yang pasti, kita sebagai sebuah negara, sebuah bangsa, dan sebuah pemerintahan mesti selalu waspada dan siaga dari segi militer. Saat ini adalah AS; di masa lalu, bisa jadi Uni Soviet; suatu kali, tetangga jahat kita semacam Saddam. Karena itu kita mesti selalu waspada, dan sekarang pun kita waspada. Saat ini, meski semua pihak menyatakan bahwa AS sudah menyingkirkan opsi serangan militernya-bahkan sebagian meyakini AS tak pernah menjadikan opsi militer sebagai prioritasnya, sehingga ia harus menyingkirkannnya. Inilah keyakinan saya, dan demikianlah tindakan kita. Kita mesti waspada dan hati-hati. Para petinggi militer kita mesti siaga, bangsa kita mesti waspada.
Tegasnya, percaya diri nasional merupakan salah satu kebutuhan mendasar bangsa kita di berbagai masa. Khususnya di masa sekarang. Alasan utamanya adalah karena musuh telah gagal berhadap-hadapan dengan bangsa Iran di pelbagai medan. Kini mereka tengah mencari taktik baru, cara baru, tipu daya baru dan makar baru «و مکروا ومکرالله». Kalian sebagai hamba Allah, mesti waspada dengan kesigapan yang sunggh-sungguh terhadap tipu muslihat musuh, kelicikan musuh.
Perlunya Merenungkan Percaya Diri
Apapun yang melemahkan percaya diri, harus dijauhi. Khusunya bagi kalian, para elite bangsa. Sebagian darinya telah saya ungkapkan. Namun kalian mesti memikirkannya dan menelaahnya lebih jauh. Sebaliknya, apapun yang memperkuat percaya diri, harus kalian tegaskan: di media cetak kemahasiswaan kalian, di kelas-kelas kuliah kalian, di lingkungan organisasi kampus kalian, dan di lingkungan kalian masing-masing.
Mahasiswa yang Berpengaruh
Salah satu saudara kita menyatakan, mesti pengaruh kalangan mahasiswa cukup luas, namun mereka tidak dimintai pendapat dan musyawarah dalam semua bidang. Baiklah, tapi bagaimana mungkin kita meminta pendapat komunitas mahasiswa yang terdiri atas ribuan orang. Di Yazd saja sekarang terdapat 50-60 ribu mahasiswa. Musyawarah memerlukan mekanisme khusus. Keputusan yang selama ini ada juga bukan berarti tidak diputuskan lewat musyawarah. Apa yang ingin saya kemukakan adalah, mahasiswa harus menjadi agen perubahan yang jauh lebih berpengaruh ketimbang hanya sebagai mitra musyawarah pemerintah. Mahasiswa harus bisa menjadi aktor yang mengarahkan langkah sumber daya manusia di lingkungannya. Kalian bisa merubah lingkungan keluarga kalian, saudara dan saudari kalian, bapak dan ibu kalian. Di lingkungan sehari-hari kalian, sanak saudara kalian, sahabat, teman sepermainan kalian dalam berolah raga. Kalian bisa mengubah tutur kata, perilaku, dan tindakan. Hal semacam itu merupakan anugerah dan kesuksesan terbaik bagi seorang mahasiswa. Bisa mengubah lingkungan. Tentu saja terdapat lingkungan yang lebih luas lagi. Khususnya bagi kalian para pemuda.
Ketahuilah betapa berharganya masa muda kalian. Hargailah kesabaran dan semangat muda kalian. Kami yang sudah tua ini-tapi semestinya kami tak boleh bercerita lebih banyak tentang diri kami sendiri; dibanding kami, kalian jauh lebih maju dari kami di saat itu. Namun, bagus juga untuk kalian ketahui-sewaktu masih muda dulu, masih seperti kalian, situasi keamanan dan yang lainnnya, sedemikian rupa sehingga kami pun tak bebas duduk di mana saja. Suatu kali kami bahkan pernah berdiskusi dan bertukar pandangan selama 3-4 jam dengan kaki berdiri! Pemuda punya kekuatan, punya semangat dan kemampuan. Dengan bermodal kekuatan muda inilah, seorang pemuda bisa menjadi agen perubahan. Oleh karena itu, hapuslah beragam faktor yang bisa melemahkan percaya diri dan perkuatlah sebisa mungkin faktor yang bisa memperkokoh percaya diri.
Ya Allah...Ya Tuhan kami, sinarilah para pemuda ini, kalbu-kalbu suci, bercahaya, terang yang berpotensi untuk selalu dekat dengan-Mu ini! Dekatkanlah mereka kepada-Mu sedekat mungkin dan berikan kepada mereka akhir yang baik. Ya Allah...masa depan negara ini akan dibangun oleh tangan-tangan pemuda ini, maka jadikanlah masa depan negara ini menjadi semakin baik dan indah ketimbang sekarang dan dulu. Bangkitkanlah para guru besar kami di jalan ini, khususnya pemimpin kami Imam Khomeini dan para syuhada yang mulia bersama dengan para kekasih-Mu. Ya Allah, bangkitkanlah para syuhada kota dan propinsi ini, syahid yang mulia, almarhum Ayatollah Saduqi dan para syuhada lainnya di propinsi ini bersama para kekasih dan auliya-Mu.
Wassalamualaikum warahmarullahi wabarakatuhu