Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Pertama saya berterima kasih kepada saudara dan saudari sekalian karena telah berkenan menempuh perjalanan dari jauh untuk menghadiri pertemuan yang menyenangkan dan penuh rasa ikhlas di Husainiyah ini. Sejarah perjuangan rakyat Azerbaijan (wilayah Azerbaijan Iran, pentj) tak mungkin terhapuskan dari benak bangsa Iran. Sejarah ini antara lain terjadi pada tanggal 29 Bahman tahun 1356 Hijriah Syamsiah (18 Februari 1978). Dalam lembaran-lembaran sejarah Anda sekalian, baik dalam sejarah terdahulu maupun pada era pasca revolusi Islam, era Perang Yang Dipaksakan, dan sejarah kontemporer, tercatat banyak sekali peristiwa seperti ini. Hanya saja, kebanggaan rakyat Azerbaijan menemukan puncaknya pada sejumlah peristiwa, satu diantaranya ialah peristiwa 29 Bahman.
Bagi para pemuda yang tidak mengalami masa itu, saya ingin menggambarkan peristiwa itu dalam sepatah dua patah kata. Peristiwa ini mengisahkan sebuah gerakan perlawanan terhadap rezim pengkhianat yang bermula dari sebuah titik, yaitu dari hauzah ilmiah Qum dan warga kota ini. Gerakan ini ditumpas dengan sangat represif oleh rezim pengkhianat yang bergantung kepada AS tersebut. Semula orang menduga masalahnya sudah berakhir di sini. Tapi nyatanya, persoalan tidak bertitik di sini; peristiwa itu justru berubah menjadi sebuah arus besar yang digerakkan oleh warga Tabriz dan Azerbaijan. Warga Tabriz yang cerdas dan berani tidak membiarkan peristiwa ini terkubur begitu saja di Qum.
Ini serupa dengan peristiwa yang terjadi pada abad pertama sejarah Islam, yaitu tindakan Imam Ali Zainal Abidin (as) dan Hazrat Zainab al-Kubra (as) yang menjaga peristiwa Asyura dan tidak membiarkannya sebagai tragedi yang terkubur begitu saja di padang Karbala dan kemudian terlupakan. Anda pun telah menjadikan peristiwa itu sebagai panji yang kalian kibarkan dengan kekuatan. Panji yang memperlihatkan besarnya peristiwa itu.
Jika masalah ini kita kembalikan kepada spirit dan karakteristik rakyat Azerbaijan, maka hasilnya ialah bahwa mereka memiliki gelora dan semangat juang serta sensibilitas dan kecerdasan yang tinggi. Mereka tahu apa yang harus diperbuat dan kapan keharusan ini mendesak. Mereka juga memiliki keberanian dan mental yang cukup, walaupun tindakan mereka memiliki resiko yang tinggi. Mereka adalah rakyat yang meneriakkan slogan "Bangkit dan bangkitlah!" Saya sendiri menerima syiar ini dengan sepenuh jiwa, dan ini bahkan saya katakan sejak dulu. Semua persoalan ini tersimpul dalam kata-kata kebangkitan, kewaspadaan, penalaran yang tinggi, penjajakan situasi, tindakan tepat pada saatnya, serta keberanian.
Katakanlah, jika akibat kebrobrokan dan penindasan penguasa selama sekian abad sebuah bangsa menderita hilang kesadaran, terbelakang dari segi ilmu dan peradaban, kemudian imperialis datang melestarikan kondisi mereka ini dengan cara yang sangat sistematis; memusnahkan sumber-sumber kehidupan dan norma-norma sejarah dan kebudayaan sambil menguasai bangsa dan negara mereka, apa yang harus diperbuat untuk mengubah keadaan ini? Apa mungkin harus datang menghadap imperialis yang zalim dan kejam itu untuk memohon supaya mereka mengakhiri imperialismenya dan melupakan interesnya? Apa ini berguna? Jika tidak, maka kita tidak mengajukan permohonan, melainkan mengajak negosiasi. Tapi apa mungkin negosiasi akan menyelesaikan masalah? Mungkinkah negosiasi diandalkan untuk merebut mangsa dari mulut srigala? Apa mungkin bisa diselesaikan dengan retorika?
Bangsa manapun yang menghadapi kondisi demikian hanya bisa menempuh satu jalan; tidak lebih. Yaitu mereka harus menampakkan harga diri mereka, memperagakan kekuatan mereka, dan mengerahkan segenap kemampuan mereka agar musuh tidak bisa lagi memanfaatkan kelemahan-kelemahan mereka. Inilah satu-satunya jalan bagi bangsa, dan inilah yang dilakukan oleh rakyat Iran. Tapi ini sangat memerlukan kesadaran, pengertian, vitalitas, tujuan, cita-cita, dan spirit yang tidak digadaikan untuk hawa nafsu dan kesenangan duniawi semata. Ini yang diperlukan untuk bisa terjun ke kancah perjuangan. Fondasinya ialah kesadaran. Ini yang dipilih oleh bangsa Iran.
Tanggal 22 Bahman adalah puncaknya. Penggeraknya yang bertahun-tahun memekikkan seruan kebangkitan rakyat ialah Pemimpin Besar kita, Imam Khomaini ra. Semua orang yang mengharapkan kebaikan dan reformasi, termasuk para ulama dan cendikiawan membantu gerakan ini. Seluruh elemen masyarakat akhirnya bergabung dan membantu. Rakyat yang pernah berjuang di era dinasti Qajar dan diberantas habis pada era dinasti Pahlevi berubah menjadi sebuah bangsa yang hidup dan bangkit di tengah gelanggang. Mereka memperlihatkan kekuatan di atas arena; sebuah kekuatan nasional yang meliputi seluruh rakyat sehingga tidak ada kekuatan apapun yang dapat menghadang dan melawannya.
Ujian seperti ini tentu tidak gampang untuk setiap bangsa. Diperlukan pengorbanan serta pemimpin yang tepat. Jika ini terpenuhi, tak akan ada bangsa tertindas di muka bumi ini. Mereka tidak akan miskin. Kondisi inilah yang ada di negeri kita tercinta. Tanpa keimanan juga tidak mungkin kebangkitan akan terwujud. Keimanan yang ada dalam diri rakyat adalah motor yang menghidupkan eksistensi mereka. Tanpa keimanan kematian tidak akan menjadi sesuatu yang remeh di mata rakyat. Imanlah yang membuat kematian menjadi sepele di mata rakyat. Semakin kuat iman seseorang, semakin remeh kematian di matanya.
Sedemikian remehnya kematian di depan keimanan figur seperti Imam Ali bin Abi Thalib (as) sehingga beliau berkata; "Saya bukan hanya tidak takut terhadap kematian, tetapi malah senang menghadapi kematian. Aku menyukai kematian lebih dari bayi yang menyukai susu ibunya. Bukannya takut, saya justru menyambut kematian." Kalimat ini bersumber dari iman. Ketika iman ada, maka kematian bukanlah akhir dari kehidupan. Allah SWT berfirman;
كُلُّ شَىْءٍ هَالِكٌ اِلَّا وَجْهَهُ
"Segala sesuatu akan binasa kecuali Allah." (Q.S. 28.88)
Kematian hanyalah garis pembatas antara alam di sini dan alam di sana. Sebagian orang melintasi batas ini dalam keadaan terbelenggu, sebab mereka sudah menambatkan dirinya pada kehidupan dunia. Tapi sebagian lain melintasinya dalam keadaan terbang bebas, sebab mereka sudah tahu bagaimana alam di sana. Mereka menyaksikan janji-janji Allah SWT. Sebab itu, para syuhada yang sebagian dari Anda sekalian mungkin ada yang mengenalnya dan pernah hidup bersama Anda sama sekali tidak takut menyongsong kematian. Mereka juga menyukai kehidupan. Orang akan mengetahui hal ini jika menyimak surat-surat wasiat mereka. Inilah jalan yang ditempuh oleh bangsa kita.
Perbedaan bangsa ini dan revolusinya dengan bangsa-bangsa lain yang juga pernah melancarkan revolusi ialah bersambungnya bangsa Iran dengan wahana yang kuat.
فََقَد اِسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى
"Dan dia telah berpegang teguh pada tali yang kuat."
Artinya, ketika Anda hendak menyeberangi jurang maka di situ ada tali kuat yang harus kalian jadikan pegangan. Dengan tali ini Anda yakin tidak mungkin akan terjatuh. Inilah yang disebut ‘urwatul wutsqa dalam firman Allah SWT:
فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوْتِ وَ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ فََقَد اِسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى
"Dan
barangsiapa yang ingkar terhadap Taghut dan beriman kepada Allah, maka
sesunggungnya dia telah berpegang teguh kepada tali yang kuat."(Q.S.2.256)
Bangsa Iran telah ingkar terhadap taghut dan beriman kepada Allah SWT. Sebab itu mereka lolos dari jurang dan tidak ada beban lagi. Inilah yang menyebabkan gerakan besar ini tetap bertahan di tengah rakyat Iran. Para pemuda kita hendaknya memperhatikan hakikat ini, begitu pula para elit pemikiran bahwa revolusi ini adalah sebuah arus yang mengalir ke semua tempat, dan bukan sekedar peristiwa. Arus seperti ini yang terjadi di sejumlah negara lain berhenti di tengah jalan. Lihatlah revolusi-revolusi besar yang terjadi di beberapa negara lain; semua berhenti di tengah jalan. Sekelompok orang bereforia atas kemenangannya sampai kemudian lupa terhadap rakyatnya. Rakyatpun akhirnya keluar dari kancah dan berakhirlah kisah revolusi.
Revolusi Perancis yang sedemikian besar dan bermula pada penghujung abad ke-18 sudah memudar pada awal-awal abad ke-19, kemudian musnah tanpa bekas sama sekali. Rakyat Perancis bangkit melawan dan menggulingkan raja diktator, tetapi sekitar 15 tahun kemudian tampil sosok raja absolut dan diktator lain yang bernama Napoleon Bonaparte. Puluhan tahun mereka menderita sampai kemudian secara bertahap mereka menjalani kehidupan baru yang bebas dari sebagian persoalan yang dulu mendera mereka.
Banyak revolusi yang tak bertahan lama atau setengah jadi. Sebabnya ialah tidak adanya iman, tidak ada tali yang kuat. Sedangkan revolusi kita masih tertanam dan tumbuh subur serta semakin menemukan manfaatnya di tengah masyarakat. Silahkan Anda perhatikan peringatan 22 Bahman tahun ini, 29 tahun setelah revolusi terjadi. Seperti laporan yang dikemukakan oleh Bapak Mujtahid Shabestari tadi dari Tabriz, dan sesuai monitoring saya sendiri atas situasi di berbagai wilayah negeri ini, baik Tehran maupun propinsi-propinsi lainnya, semua orang yang terlibat dalam kerja pemantauan memastikan bahwa partisipasi dan antusiasme rakyat dalam peringatan HUT revolusi tahun ini lebih besar daripada tahun lalu dan tahun-tahun sebelumnya. Ini terjadi tak lain karena bangsa ini dan revolusi Islam masih hidup. Salah besar pihak-pihak yang selama ini menyatakan bahwa revolusi sudah usai, padam, dan Imam Khomieni sudah terlupakan. Mereka salah perhitungan. Revolusi Islam semakin enerjik, sebagaimana nilai-nilainya juga semakin menyala.
Rakyat Iran akan memberikan suara kepada orang yang mengkampanyekan nilai-nilai revolusi, sebab mereka sudah melihat sendiri efesiensi revolusi. Mereka tahu bahwa efesiensi inilah yang mendudukkan bangsa Iran dalam posisi terhormat di mata dunia, menghidupkan rasa percaya diri di tengah para pemuda Iran, dan membuahkan hasil-hasil yang belum tentu bisa dicapai dalam jangka waktu seratus tahun. Revolusi ini adalah karya mereka sendiri, dan inilah yang dapat menyelesaikan masalah. Berkat revolusi, para pemuda akan dapat mengaktualisasikan semua potensinya, orang yang tadinya vakum bisa menjadi manusia yang bermutu dan memiliki kemampuan administrasi, pembangunan, produksi, dan daya saing yang tinggi di berbagai bidang yang bertaraf internasional dan dalam berbagai kompetisi antarbangsa. Singkatnya, bangsa ini akan maju berkat nilai-nilai revolusi.
Nilai-nilai ini harus bertahan dan sampai sekarang masih bertahan kuat, dan bahkan lebih hidup. Saya berulang kali mengatakan bahwa kesiapan para pemuda kita sekarang untuk terjun ke medan laga lebih besar atau tidak kalah besarnya jika dibandingkan dengan para pemuda kita pada era Perang Yang Dipaksakan tahun 1359 HS (1980).
Jalan kita untuk menyongsong masa depan sudah sangat jelas. Berkat taufik dan inayah Ilahi, berbagai program besar terus mewarnai masyarakat revolusi. Kita tahu persis apa yang akan kita lakukan. Banyak sekali modal yang dimiliki bangsa Iran di dalam negeri, di dalam potensinya, dan di dalam sejarahnya yang besar. Kita ingin mengolah dan menggairahkan modal ini agar bangsa Iran menjadi bangsa yang kaya dan berilmu dan supaya bangsa ini meraih prestasi besar di berbagai bidang iptek dan peradaban, serta memiliki retorika dan kedudukan yang bergengsi dalam diskusi internasional.
Sekarang pun bangsa Iran sudah menjadi bangsa teladan. Sebelum revolusi Islam, bangsa Palestina selalu berjalan di tempat atau bahkan mundur. Bangsa-bangsa Islam, terutama elemen pemuda mereka yang relatif memiliki kepekaan sosial dan politik sempat cenderung ke arah ideologi kiri tetapi kemudian pupus akibat porak-porandanya basis-basis kaum kiri. Namun, kepekaan mereka kemudian hidup lagi setelah revolusi Islam Iran menang. Revolusi ini membangkitkan kesadaran bangsa-bangsa. Fakta ini jelas kalau kita melihat kancah seputar kita dan Dunia Islam. Bangsa Iran kini menjadi teladan. Insya Allah, Anda para pemuda suatu saat nanti dapat mengaktualisasikan potensi-potensi cemerlang kalian agar bangsa ini semakin menjadi sebuah model yang baik bagi negara-negara lain. Kunci kebahagiaan adalah bangsa ini sendiri, dan kunci kebahagiaan bangsa-bangsa lain ada di tangan bangsa kita, di tangan Anda, para pemuda.
Semua ini diketahui dan disadari musuh sehingga mereka berusaha menghadang gerak maju bangsa ini.Tekanan-tekanan propaganda, politik, ekonomi, boikot, dan resolusi adalah dalam rangka memaksa bangsa ini agar tidak melanjutkan perjalanannya. Mereka berbuat apa saja untuk mencegah bangsa ini. Mereka mengetahui bahwa jika bangsa ini terus bergerak maju dengan kecepatan dan kekuatan seperti ini, maka kezaliman, imperialisme, keserakahan, dan penjarahan yang mereka lakukan terhadap bangsa-bangsa Muslim dan umat Islam akan tergulung habis, eksistensi para imperialis di tengah negara-negara Islam akan terancam bahaya. Inilah sebab mengapa mereka berusaha mati-matian menghadang bangsa Iran.
Beberapa hari lalu Presiden AS mengatakan, "Kita akan menekan Iran agar rakyat Iran sadar bahwa mereka harus mengurungkan niatnya melanjutkan aktivitas nuklir." Arti dari kata-kata ini ialah bahwa keberhasilan bangsa Iran menggapai puncak teknologi - yang sekarang di mata AS adalah masalah energi nuklir- maka bangsa-bangsa lain akan salut kepada Iran sekaligus akan menimbulkan rasa percaya diri pada mereka, dan dengan demikian AS tidak bisa lagi menyetir dan mengendalikan mereka. Hanya saja, pemerintah AS berpretensi dengan mengatakan bahwa yang ditakutkan oleh AS adalah bom nuklir. Tapi AS sendiri tahu persis bahwa khalayak dunia tidak percaya kepada AS. Yang dipersoalkan AS bukanlah bom nuklir. Khalayak tahu bahwa Iran tidak berniat membuat bom nuklir; Iran hanya berusaha menguasai teknologi nuklir. Inilah yang mengecewakan AS. Mereka gusar menyaksikan ada sebuah bangsa dapat melaju cepat menuju puncak teknologi tanpa harus mengemis persetujuan dan bantuan dari mereka.
Mereka menyokong kelompok tertentu di Iran. Mengapa? Karena kelompok itu mengatakan atau bahkan berjanji untuk tidak menyetujui upaya dan resistensi Iran tersebut. Karena kelompok itu hanya setuju apabila kita datang menghadap AS kemudian memohon persetujuan darinya jika kita mau maju. Adalah absurd mengajak berunding serigala agar melepas mangsa dari mulutnya. Harus dengan kekuatan. Sudah 1100 tahun dalam literatur kita terdapat ungkapan:
Berdiam di mulut singa lebih celaka
Songsong bahaya jika ingin lepas dari petaka
Ungkapan ini adakalanya terealisasi dalam sejarah kita, tetapi lebih sering tidak terealisasi. Sekarang bangsa Iran sedang merealisasikan pesan itu dengan resistensi. "Songsong bahaya!" Inilah duduk persoalannya. Inilah masalah kita dengan AS dan kaum arogan dunia lainnya. Mereka mengatakan, "Jangan kalian tunjukkan eksistensi, potensi, dan kekuatan kalian, sebab tidak ada kekuatan, senjata, dan propaganda yang dapat menandingi kami. Kamilah juara di lapangan!" Reaksi bangsa kita ialah; "Tidak! Kami bisa membela hak kami, menghadang agresi kalian, dan jika kami diam maka Tuhan akan mengazab kami."
Jalan yang ditempuh bangsa Iran adalah jalan yang benar; terjun ke gelanggang dan tidak melepaskan prestasi besarnya. Masalah parsial dan perbedaan pendapat tidaklah penting. Katakanlah bahwa perselisihan pendapat kelompok ini dengan kelompok itu tidaklah penting. Ini hanya masalah parsial. Keluarga besar revolusi harus bersatu mempertahankan identitasnya. Awal tahun ini saya menegaskan soal persatuan nasional. Maksudnya ialah bahwa keluarga besar bangsa dan revolusi ini hendaknya memelihara persatuan serta rasa kekeluargaan dan keterikatan satu sama lain. Jangan biarkan terjadi perpecahan. Alhamdulillah, bangsa Iran senantiasa memperhatikan pesan ini, dan mungkin tak perlu diingatkan lagi. Kita mematuhi logika luhur yang dimiliki bangsa ini. Kami berpesan kepada bangsa ini, dan bangsa inipun telah menjalankannya.
Beberapa hari lagi kita melaksanakan pemilu. Partisipasi dalam pemilu juga sangat penting. Saya sering berpesan soal partisipasi dalam setiap pemilu. Kita mesti mendatangi kotak pemungutan suara (TPS) dan bersuara bahwa mata musuh sudah buta. Musuh menginginkan bangsa ini tidak menjalankan pemilu, tidak menggelar pawai akbar 22 Bahman, tidak menyelenggarakan pawai Hari Al-Quds Sedunia, tidak menghadiri acara-acara keagamaan, dan tidak memiliki spirit keagamaan. Mereka menginginkan para pemuda kita hilang sadar, tidak berotot, pasrah kepada dorongan birahi, tenggelam dalam asusila, dan diperbudak oleh narkoba. Ini yang mereka harapkan dan karena itu mereka berusaha memasyarakatkannya melalui retorika ideologis, bahasa intimidasi, ancaman militer, pengerahan jaringan narkoba, penyebaran pornografi, dan lain sebagainya.
Mereka menempuh segala macam cara agar bangsa ini menghentikan gerakannya yang solid dan luhur. Menjelang pemilu - Anda mungkin ingat- mereka biasanya menebar agitasi agar rakyat memboikot pemilu. Upaya demikian terkadang mereka lakukan dengan memanfaatkan orang-orang yang lalai dan tertipu atau orang-orang yang memang berafiliasi dengan mereka. Mereka ingin mencegah partisipasi rakyat dalam semua acara besar dan agung di negara ini, termasuk pemilu. Saya berpesan kepada masyarakat agar -pertama- berpartisipasi dalam pemilu dan meramaikan TPS. Antrean selama kurang lebih satu jam bisa jadi menyusahkan, apalagi di musim dingin.Tetapi ini adalah satu perjuangan dan jihad yang tentu mendatangkan pahala di sisi Allah SWT. Datanglah ke TPS dan berikan suara. Ini yang paling utama.
Memberi suara kepada siapa? Kriterianya ialah bahwa aspirasi revolusi harus lebih dihidupkan oleh para pejabat terpilih kita, tak penting mereka berasal dari kelompok mana dan dengan nama apa. Obat untuk segala penyakit bangsa ini dan media untuk menggapai aspirasi bangsa ini yaitu cita-cita revolusi harus dijaga. Orang-orang yang menentang aspirasi ini dalam pengertian sebenarnya adalah musuh bagi aspirasi ini, dan jangan sampai bercokol di pusat-pusat pengambilan keputusan. Para calon harus datang dari rakyat dan berada di tengah rakyat. Siapapun boleh saja memiliki keyakinan apa saja, tetapi jika keyakinannya adalah bahwa kendaraan ini harus berhenti di sini, maka dia tidak layak duduk di belakang setir. Mobil tak akan beranjak dari tempatnya jika orang seperti itu kita pilih sebagai sopir. Kita harus memilih orang yang mau bergerak maju, menempuh jalan yang benar, memiliki tujuan, meyakini kemampuan bangsa, komitmen pada Islam, berhaluan revolusi, dan menerima ketentuan yang ada. Ini adalah poin vital kedua.
Kewaspadaan harus dikerahkan. Waspadai orang-orang yang bermuka dua dan berbeda antara lahir dan batinnya. Sepanjang sejarah Islam, agama ini sering dirongrong oleh fenomena manusia-manusia bermuka dua yang tidak sama antara lahir dan batinnya. Banyak riwayat tentang ini. Anda sebagai rakyat harus waspada penuh sebagaimana yang kalian tunjukkan selama ini. Sejarah revolusi dan aneka peristiwa sepanjang 29 tahun ini sudah dengan sendirinya membuktikan fakta ini bukan hanya kepada kita tetapi juga kepada dunia, baik itu kita tegaskan atau tidak. Sebab itu banyak yang salut dan bangga dengan nama Anda, bangsa Anda, rakyat Anda, dan pemimpin besar Anda, Imam Khomaini. Para syuhada terkemuka Dunia Islam, termasuk syahid yang beberapa hari lalu gugur di tangan Zionis, bangga menjadi pengikut Imam Khomaini. Mereka merasa sebagai putera-putera Imam. Dia merasa tak kalah dekatnya dengan Imam dibanding para pemuda Iran sendiri. Seperti para pemuda Iran, dia pun merasa sebagai putera Imam dan dekat dengan beliau.
Mengapa demikian? Sebab Imam telah memberinya spirit dan menghidupkan jiwanya. Pemuda seperti ini ada di Libanon, Palestina, Gaza, dan belahan dunia lainnya. Mereka mau melakukan pekerjaan-pekerjaan besar. Tak seorang pun bisa berpikir bagaimana mungkin para pemuda Libanon yang berbekal senjata seadanya mampu mendesak mundur dan mempermalukan tentara yang selama ini mengaku sebagai salah satu tentara yang paling tangguh di dunia. Pada hari-hari pertama perang yang berlangsung 33 hari, kaum Zionis bersumbar bahwa pihaknya tidak mungkin gagal dan kalah. Tapi faktanya kemudian diungkap oleh komite Winograd, walaupun Zionis masih berusaha membuat rekayasa agar pamornya tak terlalu terpuruk. Sudah jelas bahwa pasukan Zionis memang merupakan pasukan yang berbekal senjata lengkap. Tak hanya itu, AS juga ikut terjun langsung. Ketahuilah bahwa dalam perang 33 hari itu AS diam-diam ikut terjun menyokong Zionis. Tapi semuanya gagal total. Mereka kalah di depan sekelompok pemuda yang bersenjatakan rasa pencaya diri, tawakkal kepada Allah, tidak takut mati, dan istiqamah di medan perang. Akibatnya, runtuhlah mitos bahwa kekuatan Zionis dan AS tak dapat dikalahkan!
Kita bersyukur kepada Allah atas segala nikmat revolusi, atas adanya Imam Khomeini, atas keagungan diri yang diperlihatkan oleh bangsa Iran, dan atas segala taufik yang diberikan-Nya kepada bangsa ini. Anda semua sebagai rakyat dan pemuda Iran adalah nikmat yang dianugerahkan Allah dan patut disyukuri oleh umat manusia.
وَإِن تَعُدُّواْ نِعْمَتَ اللّهِ لاَ تُحْصُوهَا
"Dan jika kamu menghitung ni'mat Allah, tidaklah dapat kamu mengiranya." (Q.S.14.34)
Mana mungkin nikmat Ilahi dapat dikira. Kenikmatan ini harus dijaga. Para pejabat harus menyadari dan menjaga segala nikmat ini serta harus mensyukurinya agar tetap terjaga. Rakyat juga harus menghargai nikmat ini. Ketahuilah bahwa masa depan bangsa ini jauh lebih baik, lebih cerah, dan lebih menyenangkan. Anda, para pemuda, insya Allah akan menikmati hari esok itu. Kalian akan menikmati hasil yang dibuahkan oleh perjuangan besar ini. Insya Allah, kalian akan menikmati dunia yang makmur dan sejahtera.
Ilahi, kepada-Mu kami mengharapkan keridhaan hati suci Imam Wali ‘Asr (as) kepada kami. Jadikan kami sebagai prajuritnya. Hidup dan matikan kami dalam keadaan berwilayah dan mencintainya. Ilahi, kepada-Mu kami memohon keridhaan ruh Imam Khomeini (ra) dan para syuhada kepada kami. Semayamkan mereka di tempat yang sangat mulia di sisi para wali-Mu.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabaratuh.