Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberi inayah dan taufik kepada saya untuk kembali berada di sisi makam Imam Ali Ridha as dan bertatap muka dengan Anda, warga sekitar makam serta para peziarah yang mulia pada awal tahun. Saya mengucapkan selamat menyambut maulid Nabi Besar Muhammad SAW serta maulid Imam Ja'far as-Shadiq as dan hari raya Nouruz dimana semua ini merupakan hari besar yang bersifat nasional dan agung bagi bangsa kita.
Saya ingin menyampaikan sepatah kata menyambut maulid Baginda Nabi Besar Muhammad bin Abdillah SAW, yaitu hari lahir manusia pengibar bendera tauhid, keadilan, pengetahuan, dan kesucian. Allah SWT berfirman:
ُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِّنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِن كَانُوا مِن قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُّبِينٍ.
Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah . Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata. (Q.S.62.2)
Semua ini mengkristal dalam wujud suci beliau sendiri. Kehidupan beliau sejak lahir hingga era kenabian yaitu sekitar usia 40 tahun sarat dengan ujian bagi Nabi junjungan kita ini untuk menjadi insan yang suci, amanah, ksatria, dan tulus. Pada masa itu, baik kawan maupun lawan, dari para pemimpin suku hingga rakyat jelata, serta para musafir yang datang ke Mekkah atau orang-orang yang mengenal beliau dalam ekspedisi-ekspedisi dagang mengakui hakikat Nabi tersebut. Mereka mengakui beliau adalah sosok manusia agung, istimewa, suci, amanah, jujur, dan berjiwa ksatria. Dalam kurun waktu 40 tahun ini, tak seorang pun melihat ada titik aib pada diri beliau. Tak ada yang pernah mendengar beliau berdusta, mengganggu orang lain, atau mengusik hak orang lain. Semua orang mengakui hakikat ini. Selama 40 tahun masyarakat mengenal beliau dengan karakteristik tersebut.
Setelah 40 tahun, yaitu setelah beliau diutus sebagai rasul, baru beliau mendapat aksi permusuhan, tuduhan, dan fitnah dari sebagian orang. Sebelum beliau diutus, mereka mengakui kesucian, kepiawaian, dan kejujuran beliau, tetapi setelah beliau diutus mereka menuduhnya sebagai penyihir, orang gila, dan pengumbar dusta sebagaimana digambarkan dalam Al-Quran. Atas dasar ini, musuh-musuh beliau sama sekali tidak memiliki masalah dengan pribadi beliau. Semua orang yang bersatu memerangi beliau sebenarnya bermusuhan dengan seruan beliau tentang tauhid, keadilan, dan ajaran-ajarannya.
Hal yang sama juga banyak terjadi sepanjang 1400 tahun kemudian. Jika sekarang kita menyaksikan hujatan terhadap Nabi Muhammad SAW di sebagian negara Barat dan pada pena dan lisan orang-orang yang terpengaruh oleh kepentingan politik dunia Barat, maka ini semua sama persis dengan kasus-kasus di era jahiliyah terdahulu. Pihak-pihak yang sekarang menghina beliau tak lain adalah orang-orang yang menentang pesan tauhid, keadilan, dan kebebasan yang diserukan beliau untuk umat manusia. Orang yang menentang seruan ini adalah mereka yang berusaha membangun kekuasaan dan mengeruk harta kekayaan melalui kezaliman, tipu daya, eksploitasi, penistaan, dan nafsu untuk menggiring manusia kepada perbudakan. Mereka menolak ajaran tauhid, yaitu ajaran yang menyerukan kepada umat manusia agar menyembah Allah Yang Maha Esa. Karena ketika seorang hamba mengabdi kepada Yang Esa, maka dia tidak akan sudi diperbudak oleh para pemuja harta, kekuasaan, dan penindasan.
Orang yang membangun kehidupannya dengan asas diskriminasi bangsa-bangsa dan umat manusia tidak mungkin akan menerima keadilan yang diserukan oleh Nabi SAW. Permusuhan seperti ini, baik di zaman dahulu maupun sekarang, adalah indikasi kelemahan dan ketakutan. Mereka menentang, memusuhi, dan menghujat Rasulullah SAW dan Islam bukan karena mereka kuat, melainkan karena posisi mereka yang lemah sehingga mereka memilih menggunakan cara-cara tercela ini. Sebagaimana di zaman dahulu ada yang merasa terancam oleh tauhid dan keadilan yang diserukan Nabi, sekarang pun ada yang merasa terancam oleh Islam, apalagi di saat ini masyarakat di seluruh penjuru dunia kian dahaga akan spiritualitas dan semakin membenci hegemoni kekuatan-kekuatan besar dunia.
Mereka cemas menyaksikan Islam karena Islam di dunia ini adalah agama yang membawa bendera keadilan dan keseteraan, mengibarkan bendera spiritual dan ubudiyyah sehingga memikat hati setiap manusia yang sudah letih dan tak tahan lagi menyaksikan tatanan materialistik. Kaum arogan dunia dan para antek mereka gigih menghujat Nabi adalah karena ketakutan mereka kepada beliau. Ini adalah tanda kekandasan mereka, bukan tanda kegagah-perkasaan mereka.
Keliru jika orang mengira bahwa dalam kasus-kasus ini, pihak yang bermusuhan dengan Islam semata-mata hanya penulis bayaran semisal Salman Rushdie atau karikaturis picisan di sejumlah negara Eropa. Para penulis dan karikaturis ini hanyalah orang yang diperalat oleh kekuatan arogan dunia. Benang merahnya adalah ambisi. Benang merahnya adalah jaringan imperialis dan adi daya dunia yaitu jaringan Zionis kotor dan buas serta para politisi yang berada di bawah pengaruh mereka. Inilah sebab mengapa ada seorang pejabat Uni Eropa tak segan-segan menyerukan kepada semua media Barat agar beramai-ramai menghujat Nabi Muhammad SAW.
Kaum arogan dan penindas cemas sekali menyaksikan dahsyatnya pengaruh Islam di hati masyarakat dunia. Mereka lantas merasa harus mengobati kecemasan ini dengan aksi permusuhan terhadap Nabi. Namun, sebagaimana di zaman dulu gagal, kaum arogan di zaman sekarang pun juga akan digagalkan oleh kekuatan Ilahi melalui umat Islam.
Lebih lanjut saya ingin bicara berkenaan dengan maulid Imam Ja'far bin Muhammad as-Sadiq as. Dibanding dengan para imam lainnya, Imam Ja'far as lebih banyak mendapatkan kesempatan untuk menyalurkan ilmu-ilmu Ahlul Bait -yang tak lain adalah ilmu-ilmu Islam itu sendiri- kepada orang-orang yang dahaga akan pengetahuan. Adalah keliru anggapan bahwa ribuan orang yang berguru kepada beliau hanyalah kaum Syiah atau kaum yang meyakini imamah beliau. Sebaliknya, mereka yang belajar kepada beliau banyak pula dari kalangan yang tidak meyakini imamah beliau -sebagaimana keyakinan kaum Syiah-. Meski bukan Syiah, mereka menimba ilmu pengetahuan dan ilmu-ilmu Islam dari Imam as-Shadiq as. Sebab itu, banyak perawi Sunni dan non-Syiah mengutip riwayat dari beliau.
Ini
berarti bahwa sekarang pun Dunia Islam dan umat Islam sangat memerlukan
ilmu-ilmu Imam as-Shadiq as dan Ahlul Bait. Dunia Islam membutuhkan
makrifat Ahlul Bait dan ilmu-ilmu yang diajarkan Imam as-Shadiq as dan
para imam lainnya. Dengan cara ini, seluruh komponen umat Islam dari
berbagai kalangan harus bahu membahu meningkatkan taraf pengetahuan
Islamnya. Ini berarti bahwa dinding permusuhan antar golongan umat
Islam harus ditinggalkan. Dan inilah persatuan Islam yang kita tekankan.
Pekan
Persatuan Islam sudah dekat. Pada pekan ini, Republik Islam Iran tidak
menyerukan agar Syiah atau Sunni meninggalkan madzhabnya dan pindah ke
madzhab lain. Yang diserukan Republik Islam Iran ialah bahwa persamaan
antar madzhab harus ditonjolkan, dinding-dinding permusuhan yang
dibangun oleh musuh-musuh Islam harus dirobohkan, untuk kemudian
sama-sama menikmati ilmu-ilmu Ahlul Bait Rasul. Dibanding sebelumnya,
sekarang musuh lebih gigih memperkuat dinding permusuhan ini. Mereka
ingin menghapus persaudaraan antar sesama umat Islam. AS, Zionis, dan
kaum arogan dunia lainnya tidak menghendaki Syiah seperti mereka tidak
menghendaki Ahlussunah. Mereka memusuhi keduanya. Mereka memusuhi
setiap Muslim yang berani melawan mereka. Permusuhan mereka terhadap
Hizbullah Libanon yang Syiah sama besarnya dengan permusuhan mereka
terhadap Hamas dan Jihad Islam Palestina yang Sunni.
Para era
dinasti taghut di Iran, mereka membeking rezim Syah Pahlevi yang secara
formal bermadzhab Syiah sebagaimana mereka juga membeking rezim-rezim
semisalnya di negara-negara Islam yang secara formal bermadzhab Sunni.
Yang mereka musuhi adalah Islam karena mengajarkan perlawanan terhadap
penindasan, arogansi, penjarahan kekayaan alam bangsa-bangsa lain, dan
pelanggaran hak asasi. Bagi mereka Syiah dan Sunni tidak ada bedanya.
Yang penting bagi mereka ialah bahwa umat Islam jangan sampai berkuasa
dan berani bersuara lantang. Strategi mereka ialah menyulut perpecahan
antar umat Islam, antara Syiah dan Sunni, dan bahkan perpecahan dalam
tubuh Syiah maupun Ahlussunnah sendiri. Proyek mereka adalah
mengobarkan perpecahan.
Ini semua harus dipahami oleh para pemuka
dan masyarakat kita. Kami bangga menjadi pengikut ajaran Ahlul Bait,
menjadi Syiah, dan meyakini kepemimpinan dan kekhalifahan Amirul
Mukminin Ali bin Thalib sepeninggal Nabi. Kami tentu bangga dengan
semua ini. Namun demikian, tempat untuk berargumentasi soal ini
bukanlah di gang-gang dan di jalan-jalan. Tempatnya ada di kalangan
pemikir, pakar, dan pemuka, serta berada dalam konteks ilmu kalam dan
logika. Sedangkan saling hujat, saling cari aib, saling cemooh, dan
bahkan saling tikam adalah tindakan yang hanya membantu musuh-musuh
Islam, musuh bersama Syiah dan Sunni. Kesadaran akan hal ini kami
jadikan sebagai panji persatuan dalam revolusi Islam. Inilah yang
dikehendaki dan dibicarakan oleh bangsa Iran.
Tentang hari raya Nouruz, Nouruz adalah musim inovasi dan perkembangan. Tahun ini kita namakan sebagai tahun inovasi dan perkembangan. Nouruz adalah musim semi, musim dimana alam sekitar mengenakan gaun baru, menghijau, dan mekar. Kita ingin tahun ini, 1387 HS, menjadi tahun persemian dan mekarnya bangsa Iran di seluruh pelosok negeri. Mengapa tahun ini kita mengumandangkan semboyan inovasi dan perkembangan?
Revolusi
Islam dengan sendirinya adalah satu pembaharuan besar yang telah
dipersembahkan bangsa Iran kepada sejarahnya sendiri dan bahkan sejarah
umat manusia secara umum. Revolusi dan Republik Islam adalah sebuah
inovasi. Sejak dimulainya era kolonialisme, dunia terbelah menjadi dua
bagian; satu penjajah dan yang lain terjajah. Negara-negara dan
kekuatan-kekuatan tertentu berhasil mendominasi negara-negara lain
dengan menggunakan sains, senjata, dan tipu daya. Mereka menjadi
penjajah, sedangkan bangsa-bangsa dan negara-negara lain - suka atau
tidak- menjadi pihak terjajah. Duniapun terbiasa dengan dikotomi ini.
Secara tradisional, sekelompok bangsa harus berada di bawah instruksi,
eksploitasi, dan arogansi rezim dan bangsa-bangsa lain.
Revolusi
Islam dan Republik Islam kemudian datang dan mengacak garis dan tatanan
yang keliru ini. Republik Islam mendeklarasikan penolakannya terhadap
imperialisme, dan berkomitmen bahwa seandainya pun memiliki kekuasaan
besar, Republik Islam Iran tidak akan berdominasi atas bangsa lain.
Lebih dari itu, para pemimpin Republik Islam juga tidak akan menindas
bangsanya sendiri. Republik Islam pantang menindas, tetapi lebih
pantang lagi ditindas. Bangsa yang duduk berpangku tangan membiarkan
negara lain datang menjarah harta kekayaannya sambil menguasai nasibnya
adalah bangsa yang justru ikut menyoraki imperialisme dan menggali
liang lahatnya sendiri.
Dari segi moral, dominasi dan eksploitasi
atas suatu negara tak ubahnya dengan penghinaan dan penistaan terhadap
identitas mereka. Bangsa yang dikuasai pihak asing secara bertahap
pasti akan kehilangan budaya, identitas, dan jatidirinya. Kehormatan
serta martabat kerakyatan dan nasional mereka akan terampas. Secara
politis, dominasi sama dengan menggenggam nasib sebuah bangsa, persis
seperti rezim Amerika Serikat (AS) berkuasa atas kita di era dinasti
tiran Syah. Mereka mengangkat seorang diktator sebagai penguasa, dan
dengannya bangsa ini dikendalikan. Untuk persoalan dalam negeri, bangsa
ini sama sekali tidak memiliki peran apapun; orang-orang Amerika yang
berperan dalam pengangkatan atau pencopotan pejabat, menentukan
kebijakan pemerintah, mengajukan dan menarik perdana menteri dan bahkan
para menteri dan para komandan angkatan bersenjata. Dari segi ekonomi,
dominasi adalah penjarahan atau pengosongan sumber-sumber kekayaan
sebuah negara. Inilah hasil-hasil dominasi.
Revolusi Islam kemudian
datang dan merobohkan semua ini. Sudah sekitar 30 tahun Republik Islam
berdiri dengan sikapnya yang tegas dan monumental ini di depan
kekuatan-kekuatan besar yang merasa bahwa dunia ini adalah milik mereka
sendiri. Rezim AS berdominasi di kawasan ini. Timur Tengah menjadi batu
pijakan para penguasa arogan AS. Tetapi Iran yang merupakan permata
Timur Tengah dan sentral geografis kawasan ini tak sudi menerima
infiltrasi mereka. Revolusi datang dan tatanan itupun buyar. Sistem
Republik Islam terjun ke arena pergumulan ini dengan sangat cerdas, dan
terjadilah perubahan.
Sekarang lihatlah betapa Timur Tengah telah menjadi panggung yang mempertontonkan kekandasan dan kekalahan AS. Dalam beberapa tahun ini, AS telah berbuat apa saja yang bisa ia lakukan untuk membendung eskalasi kekuatan pemerintahan Islam. Salah jika Anda mengira mereka bisa menyerang tetapi enggan menyerang. Mereka sudah melakukan segala tindakan yang bisa mereka lakukan. Yang tidak mereka lakukan adalah karena mereka tidak sanggup melakukannya. Mereka sudah memaksakan perang, melancarkan serangan secara licik, embargo ekonomi, perang urat saraf, propaganda, agitasi, dan sensasi terhadap Republik Islam di dunia, tetapi Republik Islam tetap tegak berdiri dengan dukungan bangsa yang besar dan cerdas ini. Iran bukan saja mampu mempertahan diri dari kemusnahan, tetapi bahkan kian hari kian tangguh dan kuat.
Pesan revolusi Islam sekarang mengakar dengan skala yang luas dan dalam. Bangsa-bangsa yang melihat kalian dengan decak kagum, salut, dan takjub bukan hanya bangsa-bangsa jiran. Bangsa-bangsa yang terpesona, kagum, dan bersimpati kepada para pemimpin Republik Islam bukan hanya mereka yang ada di sekitar kita. Irama revolusi Islam, kesolidan, dan komitmen bangsa Iran kepada prinsip dan norma-normanya telah merambah banyak kawasan di dunia. Ini baru eskalasi di permukaan, sedangkan di dalam, Republik Islam telah berhasil menyulap Iran menjadi negara yang mengalami perkembangan pesat di bidang iptek, sosial, dan pelayanan kepada masyarakat. Volume pelayanan yang diberikan pemerintah Iran selama 29 atau 30 tahun tak dapat dibandingkan dengan pelayanan dalam jangka waktu yang sama pada rezim tiran Syah. Sebuah kebangkitan besar terjadi dalam gerakan ekonomi, sosial, dan politik di Iran.
Kehormatan nasional dan martabat bangsa kita kini banyak dibicarakan orang. Di bidang sains, Iran yang dulu berada di urutan terakhir di dunia, kini berada di urutan-urutan pertama dalam banyak bidang. Dalam beberapa bidang, Iran tercatat sebagai satu dari delapan, sembilan, atau sepuluh besar negara dunia. Iran berhasil menyamai mereka. Jalan yang telah ditempuh oleh negara-negara tersebut dalam jangka waktu panjang, dalam beberapa bidang ternyata bisa ditempuh oleh bangsa Iran berkat tekad dan kompetensi para pemudanya. Cakrawala pun cerah; masa depan rakyat Iran sangat menjanjikan. Ini adalah kemajuan bangsa Iran.
Kita akan memasuki dekade keempat revolusi Islam. Kita harus melihat kancah kehidupan dan memperhatikan di mana saja letak kekurangan kita. Masih banyak kekurangan kita. Sebagai pesan untuk bangsa ini, saya katakan bahwa dalam banyak hal kita masih mewarisi berbagai keterbelakangan yang dihasilkan oleh satu abad era kekuasaan taghut. Kita masih terbelakang dalam banyak bidang. Kita selalu menegaskan bahwa di tengah umat manusia kita ingin berada di barisan terdepan. Tapi kalau kita bergerak dengan kecepatan normal seperti yang dilakukan oleh bangsa-bangsa lain, maka kita akan tetap terbelakang.
Menyongsong
dekade keempat, ada dua indikator utama yang harus kita gapai yaitu,
kemajuan dan keadilan. Tak seperti sebagian negara dan pemerintahan di
dunia, kita berpikir bukan hanya untuk kemajuan semata; kita
mendambakan kemajuan yang seiring dengan keadilan. Tak sedikit negara
yang maju secara iptek; kalau kita perhatikan data dan indeks
perekonomian mereka kita akan melihat, misalnya, pendapatan mereka
perkapita yang begitu tinggi. Tapi masalah yang lebih substansial ialah
bagaimana pendapatan perkapita itu terdistribusikan kepada rakyat.
Masalah ini tak pernah digubris oleh sistem-sistem yang tidak
berbasiskan ketuhanan, atau oleh tatanan-tatanan yang disadur dari
naskah-naskah aroganisme. Sedangkan kita tak mungkin dapat mengabaikan
hal itu.
Kita ingin negara kita maju dari berbagai aspek ekonomi,
iptek, dan politik. Kita ingin rakyat sejahtera. Tapi di luar kemajuan
ini, kita ingin negara kita dikelola dengan adil dan berporos keadilan.
Ini sangat penting. Keadilan tanpa kemajuan sama tidak menariknya
dengan kemajuan tanpa keadilan. Keadilan tanpa kemajuan artinya ialah
kesetaraan dalam keterbelakangan dan kemiskinan. Ini tidak kita
kehendaki. Kemajuan tanpa keadilan pun bukan target yang kita
kehendaki. Kemajuan harus bersanding dengan keadilan. Kesenjangan
sosial harus dipersempit. Setiap orang yang memiliki potensi harus
diberi kesempatan yang sama. Kalau ada orang yang malas, maka akibatnya
harus dia tanggung sendiri. Jangan sampai peluang di sebagian wilayah
negara ini tertutup untuk kegiatan ilmu pengetahuan atau ekonomi,
tetapi di sebagian wilayah lainnya terbuka dengan menggunakan sumber
daya dan fasilitas negara, apalagi secara berlebihan. Ini jelas bukan
sesuatu yang membanggakan!
Tuntutan rakyat kepada pemerintah, Majelis Syura Islam (Parlemen), Badan Yudikatif, dan segenap pejabat Iran ialah bahwa negara harus maju dalam berbagai bidang; produksi, peningkatan keuntungan, tekad dan kehendak nasional, persatuan nasional, kedekatan antar lapisan masyarakat, prestasi iptek, moral dan spiritial, reduksi kesenjangan sosial, kesejahteraan umum, disiplin sosial, etos kerja pada setiap anggota masyarakat, keamanan moral, informasi dan perkembangan politik, dan rasa percaya diri nasional. Beberapa bulan lalu saya bicara tentang rasa percaya diri nasional. Bangsa ini harus memiliki rasa percaya diri dan kesadaran bahwa bangsa ini bisa berbuat, dan tidak seperti yang diopinikan dan hendak dibuktikan oleh musuh selama beberapa tahun bahwa bangsa ini tidak mampu berbuat apa-apa. Kemajuan dalam berbagai sektor adalah satu keharusan. Namun, semua kemajuan ini harus bernaung di bawah payung keadilan dan berpagar keadilan.
Boleh jadi ada pakar atau
ekonom mengatakan, "Ini tidak mungkin! Jika Anda ingin menggapai
kemajuan ekonomi, suka atau tidak Anda harus menerima kesenjangan
sosial." Di sini kita tegaskan soal inovasi. Jangan percaya bahwa
teori-teori ekonomi Barat adalah produk yang sudah final bagi
masyarakat manusia. Teori ekonomi Barat hanyalah satu naskah yang
memiliki masa berlakunya sendiri. Masa berlaku itu berjalan dan suatu
saat nanti akan terbit gagasan dan ide baru. Karena itu carilah
gagasan-gagasan baru.
Kita ingin negara kita kaya raya dan
memiliki modal yang besar dan membanggakan untuk menciptakan lapangan
kerja. Selain baik untuk negara dan rakyat, ini juga mendatangkan
keridhaan Allah SWT. Investasi para pemilik modal di sektor-sektor yang
dapat mengotimalkan produksi dalam negeri dengan kualitas yang tinggi
adalah satu bentuk ibadah dan mendatangkan pahala. Jalan masih terbuka.
Mereka bisa menanamkan modal dan menggairahkan produksi. Pengelola
negara juga harus waspada agar segenap lapisan masyarakat ikut
menikmati keadaan; kalangan yang lemah bisa ikut memanfaatkan
kesempatan agar tidak lemah lagi dan semuanya memiliki kemampuan. Dalam
30 tahun ini sudah banyak kemajuan yang dicapai. Di sini musuh kita
kandas. Sampai detik ini musuh bangsa Iran yaitu jaringan setan
Zionisme dan rezim arogan AS kandas dalam menghadapi bangsa Iran.
AS sudah terpojok di mata khalayak dunia. Orang sudah tak percaya lagi pada slogan-slogannya. Siapa yang akan percaya bahwa rezim AS adalah pembela HAM dan demokrasi? HAM versi AS! Konon, menyangkut tragedi 11 September yang menimpa menara kembar di New York, pemerintah AS sudah memeriksa 32 juta orang di dalam negeri AS. 32 juta! Ini adalah data mereka sendiri. Mereka menyadap pembicaraan telefon dan menyiksa para tahanan dalam penjara. Kongres AS mengesahkan UU anti penyiksaan, tetapi presiden AS memveto dan menolaknya. Artinya, penyiksaan bukan sesuatu yang terlarang! Apakah mereka mengerti makna HAM? AS memiliki sekitar 200 kamp tahanan rahasia di pelbagai penjuru dunia, termasuk Eropa. Omong kosong ketika orang-orang Eropa berkoar tentang HAM, mengatasnamakan HAM, dan mengaku konsisten kepada HAM kemana saja mereka pergi. Apakah ini HAM? Apakah ini yang dinamakan menghormati kemanusiaan? Mereka juga rajin mengaku sebagai pejuang demokrasi. Tetapi setiap kali suara rakyat di satu negara tidak menguntungkan mereka, dengan cara-cara kasar mereka melawan demokrasi dan menentang pemerintahan yang dipilih oleh rakyat. Salah satu contoh nyata adalah pemerintahan HAMAS di Palestina. Bukankah HAMAS merebut pemerintahan dengan suara rakyat?
Menyangkut Holocaust mereka termobilisasi; dari mahkamah, pemerintah sampai media mereka. Tapi menyangkut kasus-kasus penghujatan Nabi Muhammad SAW, bukannya mengecam kasus ini, mereka malah kompak dalam satu suara. Apakah ini HAM? Apakah ini penghormatan kepada kemanusiaan dan manusia? Mereka mengaku menyokong demokrasi, tapi di mana saja ada suara rakyat yang menyalahi interes mereka, mereka membungkamnya dengan tangan besi. Mereka tak segan-segan bersikap frontal terhadap demokrasi dan pemerintah pilihan rakyat. Contohnya adalah sikap mereka terhadap pemerintahan Hamas di Palestina. Bukankah pemerintahan Hamas dipilih oleh rakyat?! Contoh lain adalah ancaman-ancaman kosong mereka terhadap Republik Islam Iran. Padahal Republik Islam Iran jelas-jelas memiliki basis kerakyataan yang sangat luas dan tak ada tandingannya di kawasan sekitar dan bahkan di sebagian besar kawasan dunia. Hanya dalam kurun waktu kurang dari 30 tahun, Iran sudah menggelar sekitar 30 pemilihan umum. Contoh lainnya adalah ancaman kosong mereka terhadap Republik Islam Iran, padahal Republik Islam yang menegakkan sistem demokrasi dalam skala luas di Iran yang tak ada bandingannya di belahan dunia manapun. Selama kurang dari 30 tahun -sejak berdiri Republik Islam- Iran telah menyelenggarakan 30 kali pemilihan umum.
Mereka ambigu ketika bicara soal Iran. Mereka mengintimidasi Iran dengan embargo dan bahkan ofensif militer. Bukankah mereka sudah pernah melancarkan serangan militer? Bukankah mereka sudah menerapkan embargo? Apa selama ini mereka bersikap santun terhadap bangsa Iran?! Apa yang dimiliki bangsa Iran tak lain adalah hasil dari keteguhan, keberanian, resistensi, dan kekuatan yang muncul dari dalam dirinya sendiri.
AS dan Eropa berkoar tentang HAM, tetapi mereka gigih membela rezim kotor Zionis yang sudah sekian banyak menebar kejahatan. Saya heran mengapa sebagian pemerintah di Eropa tidak mengambil pelajaran dari status rezim AS yang sudah sedemikian dibenci oleh khayalak dunia. Sebagian dari mereka malah datang ke Palestina Pendudukan untuk menghibur para gembong Zionis, dan di parlemen Zionis mereka bicara sinis tentang Iran. Mereka ingin mencuri hati para gembong Zionis. Kenapa mereka tidak mengambil pelajaran?! Rezim Zionis dan AS sebagai pendukung utamanya kini menjadi sasaran kebencian bangsa-bangsa dunia. Nilai-nilai HAM kini justru menuntut semua negara dan bangsa untuk bersatu melawan para petinggi arogan AS dan para eksponen Zionis yang dominan di AS dan pemerintahan negara ini. Dalam hal ini, Iran adalah negara yang paling vokal dan berani dibanding bangsa-bangsa lain.
Kita semua berharap dapat lebih memajukan Iran dengan keteguhan niat dan tekad bangsa ini, dengan kesiapan pemerintah, para pejabat, dan Majelis Syura Islam yang, alhamdulillah - semuanya bergerak demi memperjuangkan nilai-nilai Islam- serta dengan dukungan rakyat. Harapan ini bergantung pada kesadaran para pejabat kita akan kewajibannya untuk berusaha menciptakan inovasi, kreativitas, dan pengembangan metode. Mereka harus berusaha agar apa telah dilakukan dalam jangka waktu 30 tahun ini , baik yang sudah rampung maupun yang belum rampung, bisa dikembangkan lagi.
Saya berpesan kepada pemerintah dan Majelis Syura Islam supaya menyelesaikan semua pekerjaan dan proyek yang sudah lama dimulai dan kini masih belum tuntas atau belum membuahkan hasil. Gunakan semua sumber daya nasional dengan membuat skala prioritas serta menjaga kecermatan dan kewaspadaan. Insya Allah, bangsa Iran, generasi muda dan para pejabat kita semakin hari semakin banyak menyaksikan perkembangan negeri ini. Dengan taufik Ilahi dan dengan doa Hazrat Baqiyyatullah, saya berharap di akhir tahun 1387 HS bangsa Iran dapat semakin membaik dibanding awal-awal tahun ini.
Ilahi, ridhakan hati Imam Wali ‘Asr kepada kami. Berilah kami taufik untuk mengabdi kepada Islam, umat Islam, serta negeri dan bangsa ini. Ilahi, tinggikan derajat pemimpin besar serta para syuhada kami, dan tinggikan pula martabat dan kehormatan bangsa Iran.
Wassalamualaikum warahmatullah wabarakatuh.