الحمد لله رب العالمین و الصلاة و السلام علی سیدنا و نبینا ابی القاسم المصطفی محمد وعلی اله الاطیببین الاطهرین المنتجبین سیما بقییة الله فی الارضین
Puji syukur kita panjatkan kepada Allah swt yang telah memberikan taufiknya kepada kita sehingga pertemuan maknawi, penuh persaudaraan dan kehangatan ini dapat berlangsung. Dan kami bisa kembali menemui Anda sekalian, Saudara dan Saudari yang begitu peduli kepada negara, pecinta revolusi, dan para pengabdi rakyat yang sedang maupun pernah berkhidmat, dalam pertemuan penuh keakraban dan kehangatan kali ini.
Pertemuan ini sebenarnya merupakan sebuah simbol kesatuan dari komponen para pejabat dan pejabat pemerintahan Islam dan negara kita yang tercinta ini. Kita berharap, pertemuan ini bisa makin menambah semangat kita dalam mengabdi, semangat persaudaraan kita dan kekompakan di antara seluruh komponen bangsa yang cinta kepada negara dan revolusi.
Ayat Al-Quran berikut ini, yang berbunyi
استعینوا بالصبر و الصلوة
(Mintalah bantuan lewat kesabaran dan shalat) diulang dua kali di dua tempat. Yang pertama, berbicara kepada kalangan Ahli Kitab
(Dan mintalah bantuan lewat kesabaran dan shalat, dan sesungguhnya hal itu berat kecuali bagi mereka yang khusyuk)
Sementara yang kedua berbicara kepada kaum mu'minin
(Wahai
orang-orang yang beriman, mintalah bantuan lewat kesabaran dan shalat.
Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang penyabar)
Dengan memperhatikan ayat tersebut, ada dua point penting yang bisa kita petik. Pertama, tampak jelas betapa pentingnya unsur sabar dan shalat serta pengaruh kedua unsur tersebut terhadap sasaran yang hendak dicapai oleh masyarakat Islam. Yaitu tujuan luhur masyarakat Islam. Dan Kedua, hubungan kedua unsur tadi, yaitu sabar dan shalat, keteguhan dan ketahanan, hubungan dan kaitan antara kalbu dan jiwa dengan sumber penciptaan. Keduanya itu diperoleh dari rangkaian ayat tersebut, khususnya pada bagian yang berbunyi:
یا ایّها الذین امنوا
Sebelum ayat ini dibahas mengenai masalah zikir dan syukur
(Maka ingatlah kalian kepadaKu maka Aku akan mengingat kalian dan bersyukurlah kepadaKu dan jangan kalian mengingkariKu)
Setelah ayat tersebut, dibahas isu jihad;
ولا تقولوا لمن یقتل فی سبیل الله اموات بل احیاء ولکن لا تشعرون
(Dan
janganlah kalian mengatakan kepada mereka yang terbunuh di jalan Allah
bahwa mereka telah mati, mereka hidup hanyasaja kalian tidak
merasakannya)
Selanjutnya Al-Quran menuturkan beberapa ayat-ayat populer berikut ini;
لنبلونّکم بشیء من الخوف و الجوع و نقص من الاموال و الانفس و الثمرات و بشّر الصابرین
(Kami
pasti akan menguji mereka dengan suatu ketakutan, kelaparan, dan
kekuarangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berilah nkabar gembira
kepada orang-orang yang sabar)
Lantas Allah berfirman;
الذین اذا اصابتهم مصیبة قالوا انّا لله و انّا الیه راجعون
(Mereka adalah orang-orang yang jika ditimpa musibah mengatakan ‘kami adalah milik Allah dan kepadaNya kami kembali')
Kemudian dilanjutkan dengan ayat berikut ini
اولئک علیهم صلوات من ربّهم و رحمة
(Mereka memperoleh salawat dari Tuhan mereka dan rahmat)
Dengan demikian diperoleh hubungan penuh antara kedua unsur tadi-sabar dan shalat-yang benar-benar bisa dipahami dari rangkaian ayat-ayat tersebut. Baik kedua unsur itu sendiri maupun hubungan di antara keduanya sama-sama penting. Nantinya saya akan kembali membahas mengenai masalah kesabaran.
Soal hubungan antara sabar dan shalat. Tentu saja, istilah shalat yang kita maksud di sini adalah makna umumnya, yang berarti perhatian, zikir, dan khuysu'. Bukan bentuk lahiriah shalat yang tidak bermuatan zikir. Karena itu, ayat-ayat suci Al-Quran yang berbicara soal shalat menyatakan: ولذکر الله اکبر Kemudian dinyatakan pula;
انّ الصلوة تنهی عن الفخشاء و المنکر
Inilah manfaat shalat. Namun yang lebih utama dari mencegah maksiat dan kemungkaran adalah zikir kepada Allah itu sendiri yang terkandung dalam shalat.
Shalat dalam artian semacam itu, yakni zikir, perhatian, kekhusyukan, dan hubungan kalbu dengan Tuhan punya pengaruh yang kuat terhadap kesabaran. Ketika pentingnya kesabaran telah dimengerti dari berbagai ayat, hadis dan terminologi Islam, niscaya akan terlihat juga betapa pentingnya shalat. Betapa pentingnya mengingat Allah yang bisa makin memperkuat dan memantapkan posisi faktor stabilator ini-yaitu: kesabaran-dalam hati dan jiwa kita, dalam kehidupan kita, dan ufuk pemikiran kita. Oleh karena itu, dalam Al-Quran Anda bisa temukan pula:
واصبرو ما صبرک الّا بالله
Tentu saja, ungkapan "bersabarlah!" واصبر dalam Al-Quran begitu banyak dan jika seseorang mau menyimak ayat-ayat Al-Quran, maka masing-masing ayat adalah lautan makrifat.
واصبرو ما صبرک الّا بالله
Hanya dengan bantuan Tuhanlah kamu bisa bersabar; ini berarti keteguhan tidak akan mengenal akhir jika tersambungkan dengan sumber yang tak terhingga dari zikir ilahi ini. Jika kesabaran -sabar dengan artian keteguhan, ketahanan, dan pantang menyerah- kita sambungkan dengan pusat zikir ilahi, dengan sumber keabadian, maka kesabaran itu tidak akan pernah berakhir. Jika sabar tak kenal akhir, itu berarti perjalanan manusia menuju seluruh puncak-puncak kesempurnaan tidak akan pernah kenal henti. Puncak-puncak yang kita maksud itu adalah puncak-puncak dunia dan akhirat. Kedua-duanya: puncak ilmu pengetahuan, puncak kekayaan, puncak kekuatan politik, puncak spiritualitas, puncak penyucian akhlak, dan puncak pendakian menuju aras luhur kemanusiaan. Seluruh pencapaian menuju beragam puncak itu tidak akan berhenti. Karena kemandegan dalam langkah kita itu muncul dari ketidaksabaran. Dua lasykar materi ketika saling berhadap-hadapan, maka pihak yang kesabarannya habis terlebih dahulu, dialah yang kalah. Sementara yang kesabaran dan keteguhannya bisa bertahan lebih lama, dia akan menang. Karena dia akan memperoleh kesempatan menang, ketika kesabaran pihak lawan telah habis. Contoh semacam ini merupakan hal yang nyata dan amat jelas. Begitu pula di seluruh ranah lainnya.
Dalam menghadapi beragam kesulitan, hambatan alam dan seluruh hambatan yang mencegah segenap perjalanan manusia menuju kesempurnaan, akan bisa ditundukkan jika kesabaran kita tak kenal menyerah. Inilah yang dimaksud saat dinyatakan Islam akan berjaya. Inilah yang dimaksud dengan
وانّ جندنا لهم الغالبون
Tentara
Allah, partai Allah, hamba Allah, dan penyembah Allah semuanya itu
ketika mereka berhubungan dan tersambung dengan sumber keabadian,
nicscaya mereka akan tetap bertahan menghadapi segala kesulitan yang
mungkin saja bisa menghancurkan manusia. Tentu saja, ketika di satu
sisi ada yang bertahan, maka di sisi yang lain pasti ada yang tumbang.
Dengan demikian, yang satu menundukkan yang lain.
Jelas, jika kita
hanya mengandalkan nama Hizbullah dan Jundullah saja, sementara kita
tidak mempunyai hubungan dengan sumber keabadian, maka hal itu bukanlah
satu jaminan. Karena itu hubungan harus terjalin. Di sinilah posisi
penting shalat. Posisi penting zikir Ilahi. Posisi penting bulan
Ramadhan. Kesempatan untuk membangun diri, kesempatan bertakwa,
kesempatan untuk meningkatkan iman dalam kalbu dan terus bertambahnya
keimanan itu bisa kalian lihat dalam doa-doa bulan Ramadhan, baik
doa-doa di siang hari maupun malam. Karena itu kesempatan ini mesti
kita manfaatkan sebaik mungkin untuk meraih tujuan kita. Ketika
kesempatan itu telah dimanfaatkan sebaik mungkin, maka kesabaran umat
Islam dan seorang hamba muslim bakal mampu melewati dan menundukkan
seluruh tantangan yang menghadang. Pada saat itulah, umat Islam akan
mencapai kemajuan di berbagai bidang, baik politik, ekonomi, maupun di
bidang akhlak dan spiritualitas. Inilah kenyataan yang ada. Kita mesti
mendekati kenyataan semacam itu.
Anda pasti mendengar, ungkapan terkenal mengenai kesabaran yang juga terdapat dalam sejumlah hadis. Kesabaran itu ada tiga: sabar dalam ketaatan kepada Allah, sabar untuk tidak bermaksiat, dan sabar dalam menghadapi musibah. Mengenai hal ini, terdapat banyak hadis yang mengungkapnya, dan Anda pasti telah mendengarnya.
Sabar dalam ketaatan yaitu ketika Anda melakukan pekerjaan wajib, ibadah, dan kalian ingin memenuhi kewajiban yang diperintahkan Allah, walau begitu lama, janganlah Anda merasa letih dan menghentikannya sebelum selesai. Sebagai misal dalam masalah ibadah lahiriah, Anda bisa bayangkan ada seorang yang shalat sunnah begitu lama atau membaca doa yang amat panjang, namun ia tak juga merasa letih. Itulah yang dimaksud dengan sabar dalam ketaatan. Ia tidak kenal merasa letih atau penat untuk melanjutkan puasa Ramadhan, untuk terus mengingat Allah dalam shalat-shalat wajib dan kewajiban lainnya, serta dalam membaca Al-Quran. Itulah sabar dalam ketaatan.
Sabar untuk tidak bermaksiat, adalah menahan diri untuk tidak bermaksiat. Yaitu teguh bertahan, dan tetap tegak berdiri. Dalam menjalankan ketaatan, keteguhan itu diwujudkan seperti yang saya ungkap tadi. Sementara dalam menghadapi maksiat, maka keteguhan yang dimaksud adalah manusia jangan sampai tergoda, dan terseret, serta terpengaruh oleh syahwat. Baik itu syahwat seks, syahwat harta, syahwat kedudukan, maupun syahwat popularitas. Itu semua adalah syahwat manusia. Setiap orang punya syahwat tersendiri. Manusia jangan sampai tergoda oleh syahwat semacam itu, karena pada saat hendak mengejarnya, ia akan menemui perbuatan haram. Seperti seorang bocah yang bergerak ke suatu arah karena tergoda oleh manisan. Di matanya hanya terbayang manisan tadi, meski terdapat banyak halangan seperti ceret, gelas, dan piring, semua itu ia hantam dan ia pecahkan. Ia tidak tersadar dengan semua itu. Seperti itulah orang yang telah tergoda oleh dosa. Ia tidak melihat apa yang terdapat di depan jalannya. Hal itu amat bahaya, karena manusia menjadi lalai. Dalam situasi itu, manusia tidak sadar, tidak waspada, dan ia menjadi lalai. Ia lalai dengan ketidaksadarannya. Si bocah memang tidak sadar. Ia tak mengerti. Ia tak peduli dengan pecahnya ceret, piring, atau pot bunga yang mewah. Ia tidak sadar dengan ketidaksadarannya itu sendiri. Oleh sebab itulah, mata kita mesti selalu terbuka. Kita mesti waspada jangan sampai menjadi begitu lalai. Itulah yang dimaksud dengan sabar untuk tidak bermaksiat.
Sabar dalam menghadapi musibah artinya adalah manusia tidak menyerah dan putus asa dengan pelbagai kejadian pahit yang menimpanya. Ia tidak merasa hancur dan semuanya telah berakhir dengan segala musibah yang ada, seperti kehilangan sesuatu yang berharga, kematian, kemiskinan, sakit, luka, kesusahan, serta beragam musibah lainnya.
Itulah tiga bentuk kesabaran dan ketiganya sama-sama penting. Karena itu, Al-Quran menyatakan:
اولئک علیهم صلوات من ربّهم
Sejatinya Allah memberikan shalawat dan rahmatnya kepada seluruh orang-orang yang sabar.
Ketiga
bentuk kesabaran tersebut, kadang terkait hanya pada masalah personal,
seperti contoh-contoh yang saya misalkan sebelumnya. Dan kadang
menyangkut masalah non-personal. Yaitu masalah sosial dan
kemasyarakatan. Dengan kata lain menyangkut persoalan yang bisa
menentukan nasib sebuah komunitas, sebuah umat, sebuah bangsa dan
sebuah negara. Sebagai misal, jika ketaatan yang dijalankan atau
ditinggalkan oleh seorang manusia itu tidak berpengaruh terhadap orang
lain, maka ketaatan semacam itu merupaka ketaatan personal. Namun jika
hal itu berpengaruh pada nasib negara, baik ia menjalankannya maupun
tidak, maka ketaatan semacam itu merupakan ketaatan kolektif, seperti
jihad di jalan Allah. Misalnya di era pertahanan suci (masa perang
Iran-Irak). Berjuang membela negara merupakan kewajiban dan salah satu
bentuk ketaatan kolektif. Membela negara bukan kewajiban yang hanya
terkait dengan seorang individu saja. Karena setiap pejuang yang
bergerak membela negara, sebenarnya ia telah mengubah nasib negaranya.
Terkadang begitulah bentuk ketaatan itu. Karena itu, tugas besar yang
mesti Anda lakukan masing-masing, baik Anda sebagai anggota legislatif,
menteri, direktur, anggota militer, ataupun bekerja di sebuah lembaga
kebudayaan, pekerjaan kalian itu merupakan salah satu bentuk ketaatan.
Ketaatan kepada Allah swt dan berkhidmat kepada hamba-hamba-Nya. Itulah
bentuk lain ketaatan ilahi dan tugas dalam pemerintahan Islam.
Pekerjaan yang dilakukan oleh para pejabat dan pegawai negara ini,
pemerintahan ilahi ini merupakan kewajiban ilahi yang tengah
dilaksanakan. Jika kalian, mulai dari aparat yang paling atas hingga
bawah sudah merasa letih dengan tugas kalian, pegawai keamanan sudah
merasa letih, pegawai ekonomi, pegawai militer, dan pegawai politik
sudah merasa letih dengan tugas-tugasnya, maka hal itu adalah
ketidaksabaran kalian. Dan hal itu bertentangan dengan pesan Al-Quran:
واستعینوا بالصّبر و الصلاة . Bersabarlah kalian dan mintalah bantuan
pada kesabaran.
Bentuk lain ketaatan kolektif adalah menghindari maksiat yang berdampak buruk di tingkat sosial. Maksiat yang imbas negatifnya tidak hanya berdampak pada seorang individu saja.
واتقوا فتنة لا تصیبنّ الذین ظلموا منکم خاصة
(Takutlah kalian akan ftinah yang -dampaknya- bukan hanya menimpa orang zalim di antara kalian saja)
Terkadang, kesalahan tindakan yang dilakukan oleh seseorang, ucapan yang tidak pada tempatnya, langkah yang tidak tepat, dan kesalahan dalam menandatangani-yang biasa dilakukan oleh kita sebagai pejabat-dampaknya bisa berpengaruh kepada suatu negara, suatu kelompok dalam negara, atau suatu lapisan masyarakat. Dan itu tergolong sebagai dosa. Di sinilah kesabaran untuk tidak bermaksiat memiliki makna yang lebih besar. Kesabaran semacam itu jauh lebih utama dibanding kesabaran dalam menghadapi maksiat yang bersifat personal. Sebagai contoh, sikap Anda menolak suap adalah tindakan yang terpuji dan langkah yang besar. Tapi itu hanya kesabaran terhadap dosa personal. Lebih utama dari hal itu adalah sabar dalam menghadapi dosa yang dampaknya tidak hanya berimbas pada pribadi tetapi juga masyarakat. Demikianlah medan kesabaran untuk tidak bermaksiat.
Begitu juga dengan sabar dalam menghadapi musibah. Musibah terkadang hanya musibah personal, dan terkadang musibah kolektif. Sekarang kalian bisa bayangkan beragam konspirasi, cacian, hinaan, dan kebohongan yang menyerang para pejabat negara. Kalian lihat betapa hal itu begitu besar dibicarakan dalam kancah besar hubungan internasional, dalam pelbagai berita, media massa, tulisan, dan ucapan. Belum lagi yang melawan Islam. Yaitu yang menentang Republik Islam lantaran keislamannya, menentang Republik Islam karena revolusinya, menentang Republik Islam karena setiap cita-citanya tidak sesuai dengan keinginan imperialis, dan menentang Republik Islam Iran karena menolak sebagian orang yang duduk di pemerintahan Islam tidak mereka sukai; serangan-serangan itu dilancarkan dalam berbagai bentuk. Benar, ini adalah musibah. Sabar atas hal itu tidaklah mudah. Sebagian pemimpin dan pejabat dunia, yang kita kenal dari dekat dan ataupun kita dengar tentang mereka terkadang mundur dari haluan dan program yang telah mereka tetapkan sendiri, lantaran tidak tahan dengan tekanan internasional. Memang sulit bagi mereka untuk bisa bertahan menghadapi semua itu. Begitulah sulitnya sabar dalam mengahadapi musibah.
Oleh karena itu, ketiga bentuk sabar dengan seluruh nilai pentingnya tersebut, terkadang bisa dilihat dari sisi personal-yang juga penting; Saya dan Anda sekalian mesti lebih perhatian terhadap hal ini ketimbang yang lain-terkadang bisa dilihat juga dari sisi sosial, politik, publik, dan nasional yang terkait khusus dengan kita. Yakni tidak terkait dengan individu masyarakat. Mereka tidak tersangkut dengan hal-hal semacam itu. Sisi kesabaran non-personal itu terkait erat dengan kita; dengan saya, dengan Anda para pejabat pemerintah, dengan Anda para pejabat yudikatif, dengan Anda para anggota parlemen, dengan para pejabat negara. Baik dalam sisi personal maupun non-personal, Kita mesti memperhatikan ketiga bentuk kesabaran tadi. Kita mesti sabar. Inilah topik utama pembicaraan kita.
Selain masalah tadi adalah hal penting lain yang ingin saya sampaikan. Salah satu ketidaksabaran yang terkadang terjadi pada diri kita atau kita menyaksikannya pada diri orang lain, adalah ketidaksabaran dalam mempertahankan cita-cita dan tujuan revolusi Islam. Menurut saya masalah ini lebih penting dari masalah-masalah yang lain. Haluan dasar negara dan pemerintahan Islam harus dipertahankan. Di sinilah kesabaran memberikan makna yang lebih besar.
Saudara-saudaraku sekalian! Coba kalian perhatikan. Kalian adalah para pejabat dan pelaksana negara ini. Kalian yang berkumpul di sini adalah orang-orang pilihan, elit politik, budaya dan sosial di negara ini. Mayoritas pejabat tinggi negara hadir di sini. Mengapa saya dan Anda sekalian duduk sebagai pejabat atau pengabdi pada negara ini? Apakah kita dari dulu mempunyai ambisi untuk membentuk sebuah negara atau pemerintahan lalu kita duduk sebagai pemimpin negara, kepala pemerintahan, menteri atau anggota parlemen? Apakah itu yang kita inginkan? Jawabnya tentu tidak. Namun jika memang itu tujuannya, harus saya katakan bahwa semua kerja keras dan upaya yang kita lakukan -jika memang niatnya seperti itu- semua itu sia-sia belaka dan tidak ada gunanya. Allah tidak akan memberikan pahalaNya kepada kita atas kerja keras yang telah kita lakukan itu. Semuanya akan sirna dengan berakhirnya usia, bahkan sirna dengan berakhirnya masa jabatan.
Perbedaan utama antara kita dan para pejabat negara di negara-negara lain yang menggulingkan sebuah rezim lalu membangun sebuah pemerintahan baru dengan kekuasaan di tangan mereka, ada pada satu hal; yaitu bahwa kita datang [ke tengah medan] untuk membentuk sebuah masyarakat Islami. Kita ingin melahirkan kembali dan memberikan kehidupan yang Islami bagi negara kita dan bagi bangsa kita. Dengan ungkapan lain dan pandangan yang lebih luas; kita datang untuk mengembalikan kehidupan Islami bagi negara kita agar negara ini menjadi model dan teladan bagi bangsa-bangsa Muslim yang lain untuk kembali kepada keislaman mereka. Inilah tujuan kita. Tidak ada tujuan yang lain.
Negara Islam, adalah negara yang tatanan kenegaraannya berlandaskan pada ajaran Islam. Sangat baik dan ideal jika di semua tempat kita dapat menjadikan kondisi dan struktur kenegaraan kita berlandaskan ajaran Islam. Mungkin kita tidak bisa melakukannya di semua bidang, namun setidaknya kita harus berusaha dan bekerja keras untuk menyesuaikannya dengan ajaran Islam. Jangan sampai kita melangkah di luar Islam. Ini adalah tujuan kita.
Ini pulalah yang menjadi faktor utama permusuhan kaum arogan dunia terhadap kita. Sebab, Islam, negera Islam, pemerintahan Islam dan masyarakat Islam menentang kezaliman. Menentang arogansi. Menentang kecurangan terhadap kehidupan rakyat umum. Menentang agresi terhadap bangsa-bangsa lain. Menentang Fir'aunisme kaum adidaya dunia. Menentang kediktatoran internasional sama seperti menentang kediktatoran rezim di sebuah negara. Penentangan ini bukan hanya penentangan di hati. Tetapi lebih dari itu. Jika dirasa perlu, penentangan ini akan menjadi landasan bagi sebuah langkah praktis dan akan muncul dalam sebuah tindakan riil. Mereka tahu ini. Republik Islam Iran juga dikenal karena hal ini. Karenanya, mereka yang memang suka mengagresi, merampok kekayaan bangsa lain, arogan, bersikap layaknya Fir'aun dalam pergaulan politiknya, mereka semua menentang pemerintahan Republik Islam.
Dulu dalam sebuah pertemuan saya pernah mengingatkan, salah jika ada yang mengatakan bahwa kita dan adidaya dunia khususnya Amerika tidak saling mengenal. Tidak benar bahwa kita tidak saling kenal. Mereka sangat mengenal kita. Sama seperti kita yang mengenal mereka secara sempurna. Kita mengenal benar tabiat dan perangai kaum arogan. Kita dapat melihat wujud sebenarnya kaum arogan yang membungkus diri dengan pakaian yang indah dan menarik lalu menyembunyikan kuku-kukunya yang tajam dan bercucur darah di balik itu. Ini yang kita tahu tentang mereka. Kita tidak akan pernah tertipu oleh penampilan perlente dan bau wewangian atau dasi yang mereka pakai. Kita sudah tahu batinnya. Dan mereka pun sudah menampakkan sendiri wajah yang sebenarnya, di Guantanamo, di penjara Abu Ghraib, di Irak dan Afganistan, lewat aksi bombardir yang mereka lakukan, lewat intimidasi, lewat intervensi di semua hal, lewat pengelompokan yang mereka buat untuk merampok kekayaan bangsa mereka sendiri; bukan hanya bangsa lain. Mereka merampok kekayaan bangsa mereka sendiri dan itulah yang dilakukan kartel-kartel ekonomi mereka.
Kita sudah mengenal mereka dan merekapun mengenal kita. Mereka tahu bahwa Republik Islam yang lahir lewat sebuah gerakan revolusi dan dipimpin oleh Imam Khomeini dan garis-garis besar yang dijunjung tinggi oleh Republik Islam ini, adalah sebuah republik yang menentang kezaliman, arogansi, kerakusan, agresi, penimbunan kekayaan dan semua hal yang ditolak oleh Al-Qur'an. Itulah yang mereka ketahui dan karenanya mereka memusuhi.
Ini adalah negara dan pemerintahan kita. Sekarang saya dan Anda sekalian duduk sebagai pejabat dan pelaksana negara ini. Manifestasi hakiki dari kesabaran kita adalah kesabaran dalam berkomitmen pada prinsip-prinsip dan landasan ini. Jangan sampai kita mundur. Jangan sampai kita mundur dalam pelaksanaan hukum qisas, perekonomian Islami, ketatanegaraan yang islami, konstitusi kita hanya karena mereka mempersoalkan dan menjadikannya bahan polemik di dunia. Mereka mungkin saja melakukan itu. Tetaplah teguh dalam memperjuangkan prinsip-prinsip yang kalian yakini. Prinsip kalian adalah penghambaan kepada Allah, pengabdian kepada rtakyat, permusuhan terhadap musuh-musuh Allah dan musuh hamba-hamba Allah. Inilah slogan yang kita junjung tinggi. Pemerintahan Republik Islam adalah sebuah pemerintahan yang berdiri di atas landasan itu; pemerintahan logika dan pemerintahan ilmu. Logika harus menjadi atmosfir di negara ini -dari tingkatan yang tertinggi hingga yang paling rendah-. Namun logika bukan berarti menyerah kalah. Logika, untuk bergerak maju dan mencari jalan supaya lebih sukses dalam mewujudkan cita-cita kita.
Sebagian orang mengusung jargon-jargon seperti logika, kemoderatan, serta sikap menghindari masalah dan konflik internasional, untuk melepas diri dari prinsip revolusi dan dasar revolusi Islam, [dengan mengatakan] tidak bisa. Ini adalah contoh dari ketidaksabaran dan kelelahan. Terkadang kelelahan yang mereka rasakan ini, mereka nisbatkan kepada rakyat lalu mengatakan rakyat sudah letih dengan semua ini. Tidak! Ketika menyaksikan bahwa para pejabat negara berbangga atas identitas keislaman dan penghambaan mereka [kepada Allah], rakyat akan merasa senang. Bangsa kita adalah bangsa Muslim, dan karena itu mereka bergerak [bersama revolusi Islam]. Bukankah rakyat ini yang dulu berjuang memenangkan revolusi? Apa slogan yang dipekikkan oleh revolusi dulu? Bukankah rakyat ini pula yang dulu terlibat langsung dalam perang pertahanan suci selama delapan tahun? Apakah rakyat yang lain yang dulu terlibat? Rakyat mana lagi di negara ini yang telah melakukan berbagai pekerjaan besar, selain rakyat Iran ini?
Kemarin malam televisi menayangkan pernyataan Imam Khomeini (ra) tentang Almarhum Ayatollah Taleqani. Saya perhatikan betapa setiap kata yang keluar dari lisan Imam Khomeini, semuanya bermakna dan mengandung petuah. -Semoga Allah mencurahkan rahmat dan ridhwanNya kepada beliau-. Imam dalam pidatonya itu menceritakan bagaimana rakyat yang berduka mengiringi peti jezanah Ayatollah Taleqani. Mereka mengatakan, "Wahai pengganti Nabi, engkau telah pergi." Mereka berduka karena kepergian pengganti Nabi. Ulama adalah pengganti Nabi. Itulah yang dikatakan Imam dan beliau menyampaikannya kepada kita semua. Inilah yang benar. Rakyat taat dan loyal kepada Islam.
Bersikap merakyat, bersama rakyat, memikirkan nasib rakyat, bekerja untuk rakyat, menghargai suara yang diberikan oleh rakyat dan menghormati perasaan rakyat, inilah yang disebut merakyat. Ketika rakyat melihat para pejabat negara berbangga atas identitas keislaman mereka, berbangga atas penentangan kalian terhadap arogansi dan penindasan, serta bangga dengan pengabdian kepada rakyat, hidup bersama rakyat, berhubungan dengan baik dengan rakyat, menunjukkan kecintaan kepada rakyat, meminta bantuan dari rakyat dalam berbagai masalah, tentunya rakyat pun akan senang dan menyukai pejabat yang demikian.
Inilah tugas kita. Kita tidak berhak untuk mundur dari slogan dan cita-cita revolusi dan slogan keislaman kita. Mundur berarti tidak sabar. Dan ketidaksabaran seperti ini tidak bisa dibenarkan. Tidak seperti yang dikatakan oleh musuh kita, loyalitas kepada prinsip dan slogan-slogan ini sama sekali tidak bertentangan dengan gerakan negara ini ke arah kemajuan. Mereka selalu mengesankan dan berusaha meyakinkan bahwa selama kalian memegang teguh Islam, kalian tidak akan bisa meraih kesuksesan, kemajuan, kesejahteraan materi dan kemajuan di bidang ilmu. Ini tidak benar. Bahkan yang terjadi justeru sebaliknya.
Saya terkadang menyesalkan adanya tulisan di media-media yang mempersoalkan kemajuan yang telah dicapai bangsa ini. Tidak seharusnya mereka melakukan hal itu. Sungguh satu tindakan yang tidak terpuji. Ini sama dengan memukul rakyat. Ini adalah umbar kebohongan dengan tujuan melemahkan mental dan membuat bangsa ini berkecil hati. Siapa yang bisa mengingkari adanya kemajuan besar di bidang sains yang telah kita capai saat ini? Bukti dari pentingnya kemajuan yang kita capai adalah bahwa dalam banyak kasus kita menjadi satu dari segelintir negara di dunia yang berhasil menguasai ilmu ini. Ini bukan masalah yang kecil.
Sekitar sebulan yang lalu di Huseiniyah ini digelar pameran ilmiah. Dari sekitar seratus penemuan ilmiah, sekitar 51 atau 52 diantaranya dibawa dan dipamerkan di sini. Para penemu yang hadir di pameran -sebagian diantaranya adalah lembaga negara dan sebagian lagi swasta- mereka mengatakan bahwa sebagian temuan ini adalah yang pertama kalinya dicapai di dalam negeri dan sebagian yang lain belum ada padanannya di dunia. Mungkin sekitar dua atau tiga penemuan yang tidak ada duanya di dunia. Siapa yang bisa mengingkari fakta ini?
Tahun lalu atau beberapa waktu sebelumnya -saya tidak ingat persis tanggalnya- di sini digelar forum ilmiah besar yang membahas berbagai hal. -Saya tak ingin mengulangi pembahasan yang ada di forum itu secara rinci-. Saat itu hadir banyak delegasi dari sejumlah negara maju. Mereka secara langsung menyaksikan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berhasil kita capai. Dalam wawancaranya mereka mengatakan, "Jika tidak melihat secara langsung, kita tidak akan percaya bahwa Iran telah mencapai kemajuan seperti ini." Apa yang mereka sebutkan itu tidak hanya menyangkut satu atau dua hal. Salah satu contoh yang paling aktual adalah teknologi nuklir. Seperti yang sering saya katakan, [masalah nuklir] hanya satu contoh saja. Masih banyak kemajuan iptek lainnya yang kita miliki.
Dari sisi pembangunan, peningkatan sarana kehidupan rakyat, peningkatan taraf hidup, apa yang bisa dipungkiri. Sayangnya kita melihat di sejumlah media ada tulisan murahan yang mempersoalkan semua ini dengan alasan yang mengada-ada. Gerakan besar bangsa Iran ini adalah sebuah gerakan yang sangat berharga. Tiga puluh tahun berlalu sejak kemenangan revolusi ini dan hampir 20 tahun berlalu dari wafatnya Imam Khomeini -Pemimpin Besar Revolusi dan pendiri revolusi ini-, namun rakyat masih tetap loyal dengan syiar dan slogan yang diusung revolusi. Generasi muda yang tidak menyaksikan masa hidup Imam dan tidak mengalami masa perang pertahanan suci, namun lewat pernyataan, karya seni, dan syair, mereka mengagungkan masa-masa penuh kebanggaan yang telah dilalui oleh bangsa Iran itu. Ini bukan masalah yang remeh yang bisa dipungkiri begitu saja.
Tadi ada yang memberitahu bahwa waktu azan hanya tinggal enam menit lagi. Hanya ada waktu yang singkat. Baiklah saya ringkas pembicaraan ini. Ada beberapa peringatan dan imbauan saya kepada para pejabat khususnya pejabat di lembaga eksekutif -yang lebih banyak berhubungan secara langsung dengan rakyat-. Namun tentunya para pejabat di lembaga legislatif dan yudikatif juga harus memerhatikan.
Masalah pertama adalah bahwa dalam setiap langkah dan keputusan kita selalu berharap bisa memuaskan rakyat dan membuat mereka senang. Itu tentu masalah yang baik. Namun jangan sampai hal itu membuat kita memperhatikan kesenangan dan kepuasan rakyat lalu mengabaikan kesenangan dan keredhaan Allah SWt. Jika dalam satu kasus kalian harus melakukan satu tindakan yang membuat rakyat tidak senang padahal tindakan itu secara syariat wajib hukumnya, maka kalian harus melaksanakannya. Atau dalam kasus ada hal yang harusnya tidak kalian lakukan karena tidak benar dari sisi syariat, logika atau pandangan ilmiah, sementara rakyat senang jika kalian melakukannya, dalam kondisi demikian manakah yang kalian pilih? Dalam kasus seperti ini, kalian harus melaksanakan yang menjadi tugas dan kewajiban. Mementingkan kesenangan dan kepuasan masyarakat adalah tindakan yang baik dan terpuji, tapi dengan syarat tidak bertentangan dengan tugas dan kewajiban.
Masalah kedua adalah menyangkut keputusan dalam secara makro nasional. Tadi bapak Presiden sudah menjelaskan tentang program perombakan besar ekonomi. Masalah ini secara global disetujui oleh semua pakar. Memang ada perselisihan tapi menyangkut rincian permasalahannya. Sedangkan menyangkut globalitas program ini tidak ada perbedaan pendapat, seperti yang telah disampaikan kepada saya baik secara lisan, tulisan atau lewat cara yang lain. Semuanya setuju bahwa program ini harus dilaksanakan. Namun yang harus dicatat, dalam pelaksanaannya harus dihindari sikap ekstrim, jangan sampai terjerumus ke dalam tindakan ekstrim. Jangan sampai tidak melangkah karena takut tidak membuahkan hasil atau hasilnya buruk. Ini tindakan salah. Tapi jangan pula melangkah tanpa aturan hanya karena meyakini kebenaran langkah ini. Kedua sikap ekstrim seperti ini harus dihindari. Saya cukup senang mendengar pernyataan Presiden tadi yang menyebutkan bahwa ‘Kita akan melaksanakan program perombakan besar ekonomi ini sesuai aturan dan akan berkoordinasi dengan parlemen.' Bagus sekali. Lakukan dengan teliti, hati-hati, dan dengan memerhatikan semua sisinya. Tiga lembaga negara harus bekerjasama baik secara lisan maupun dalam tindakan.
Wassalamu'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuhu