Ayatollah Al-Udzma Khamenei menyebut taqwa Ilahi sebagai salah satu berkah yang didapatkan dari bulan suci Ramadhan. "Di banding masa-masa yang lalu, hari ini umat Islam lebih memerlukan bekal ketaqwaan dan hubungan dengan Allah yang maha suci," lanjut beliau.
Pemimpin Besar Revolusi Islam mengingatkan masa-masa sulit penuh kelalaian dan pesimisme umat Islam di masa lalu seraya mengatakan, "Meski ada tekanan yang kuat dari pihak ekspansionis dan imperialis baru terhadap umat Muslim di masa itu, namun yang terjadi saat ini adalah bahwa berkat kesadarannya umat Islam tengah bergerak ke arah masa depan yang cerah."
Rahbar menegaskan bahwa ingkar terhadap kenyataan-kenyataan ini sama dengan ingkar terhadap hal-hal yang sudah jelas dan ingkar terhadap janji-janji Ilahi. Beliau menandaskan, "Pemaparan masalah ini bukan mengumbar impian yang muluk. Tetapi ini adalah fakta bahwa untuk melanjutkannya umat Islam memerlukan sebuah jihad yang besar meliputi ranah politik, pemikiran, keilmuan, sosial dan etika. Bangsa-bangsa Muslim - sedikit demi sedikit - mengenal berbagai sisi jihad ini dan pengenalan ini akan semakin besar di masa mendatang."
Ketika menjelaskan kemajuan yang dicapai umat Islam dan kelemahan serta ketidakmampuan kaum arogan, Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam menjabarkan pula kondisi kawasan Timur Tengah saat ini yang sangat rawan dan sensitif seraya menambahkan, "Setelah tumbangnya Uni Soviet, rezim Amerika Serikat merasa diri sebagai kekuatan yang tak tertandangi dan penguasa tunggal dunia. Namun kini, AS kandas di Palestina, Lebanon, Irak dan Afganistan. Negara ini berhadapan dengan banyak masalah yang tak terselesaikan. Mereka bahkan telah mengakui sendiri keputusasaan terhadap program-program yang mereka buat."
Ayatollah Al-Udzma Khamenei menyinggung sepak terjang AS akhir-akhir ini yang melanggar kedaulatan Pakistan seraya mengatakan, "AS tidak akan berhasil dalam masalah ini karena orang-orang Islam sadar dan tanggap. Di jiwa mereka ada semangat resistensi yang tinggi. Selain itu mereka juga mengenal hukum Islam yang berkenaan dengan diri mereka."
Beliau menyatakan bahwa syarat untuk memperoleh kemajuan dan kemuliaan bagi umat Islam adalah dengan mengharap kepada Allah dan meminta bantuan dariNya. Rahbar mengatakan, "Berkat tawakkal kepada Allah SWT serta dengan semangat dan kerja kerasnya, selama 30 tahun, bangsa Iran yang muslim tegar menghadapi kekuatan-kekuatan adi daya yang arogan. Bangsa ini bahkan semakin maju dari waktu ke waktu."
Pemimpin
Besar Revolusi Islam menambahkan, "Dengan menghargai petunjuk dan
anugerah Allah SWT, kita harus semakin memperkokoh persatuan, tekad dan
semangat serta meningkatkan rasa optimisme akan masa depan."
Di
awal pertemuan itu, Presiden Republik Islam Iran Mahmoud Ahmadinejad
menyampaikan sambutannya. Setelah mengucapkan selamat hari raya Idul
Fitri, Ahmadinejad menyebut bulan Ramadhan sebagai peluang emas bagi
umat Islam, khususnya rakyat Iran, untuk menumpuk amal saleh dan meraih
ketaqwaan dengan menunaikan kewajiban berpuasa dan menjalankan ibadah
di bulan ini.
Presiden menyinggung kesadaran dan optimisme yang kian meningkat di tengah bangsa-bangsa dunia dan kesulitan kekuatan-kekuatan adi daya yang semakin besar, seraya mengatakan, "Tak diragukan lagi bahwa masa depan milik kaum lemah, orang-orang saleh dan mereka yang tertindas. Janji Allah tentang kedatangan Al-Hujjah (Imam Mahdi a.s) dan tegaknya keadilan di tangan beliau serta merebaknya kasih sayang di seantero jagat pasti akan terjadi."