Pada hari peringatan peristiwa Bi’tsah Nabi Islam, Rasulullah Muhammad Mustafa saw, pagi ini (Selasa, 28/1) para pimpinan eksekutif, yudikatif dan legislatif serta sejumlah pejabat negara, duta besar negara-negara Islam, dan berbagai elemen masyarakat mengadakan pertemuan dengan Imam Ali Khamenei, Pemimpin Revolusi Islam.
Dalam pertemuan ini, Pemimpin Revolusi menjelaskan bahwa Bi’tsah (Pengutusan Resmi) adalah suatu gerakan yang terus-menerus dan abadi, dengan pelajaran terpenting yang dapat dipetik oleh umat manusia, khususnya umat Islam, adalah penggunaan akal dan iman untuk menciptakan transformasi pemikiran dan pemahaman. Imam Khamenei menekankan bahwa pada era saat ini, gerakan perlawanan yang dimulai dengan kemenangan Revolusi Islam adalah wujud dari Bi’tsah yang, dengan menggunakan akal dan iman, berhasil membangkitkan umat Muslim dan bahkan non-Muslim. Bertekuk lututnya rezim Zionis di hadapan Gaza dan Lebanon adalah hasil dari perlawanan tersebut.
Ayatullah Khamenei mengucapkan selamat Hari Bi’tsah kepada bangsa Iran, umat Islam, serta semua pejuang kebebasan dan para manusia merdeka di seluruh dunia. Ia juga mengapresiasi bertepatannya hari Bi’tsah ini dengan bulan Bahman, bulan kemenangan Revolusi Islam yang lahir dari gerakan Bi’tsah. Ia mengatakan bahwa Bi’tsah adalah salah satu peristiwa terbesar dan terpenting dalam sejarah umat manusia karena menciptakan transformasi besar dalam pemikiran dan pemahaman yang luar biasa, baik pada masyarakat saat itu maupun generasi-generasi setelahnya.
Pemimpin Revolusi menjelaskan bahwa alat utama yang digunakan oleh para nabi untuk menciptakan perubahan dalam masyarakat adalah dua unsur: akal dan iman. Para nabi membangkitkan akal dan iman yang ada dalam diri manusia, membantu umat manusia untuk menemukan jalan pertumbuhan dan jalan yang lurus. Itulah sebabnya Alquran sering menekankan pentingnya berpikir, merenung, dan berkontemplasi.
Imam Khamenei menyatakan bahwa iman, dengan landasan utamanya yaitu tauhid, adalah dasar dari pandangan dunia Islam dan fondasi pembentukan masyarakat Islam. Ia menegaskan bahwa Bi’tsah bukanlah peristiwa yang hanya terjadi pada satu hari, melainkan sebuah gerakan yang berkelanjutan dan abadi, yang jika menggunakan akal dan iman, dapat dimanfaatkan untuk menciptakan perubahan pemikiran dan tindakan serta perbaikan masalah di semua masa.
Salah satu pesan penting dari Bi’tsah untuk semua pemerintah dan umat Islam adalah keyakinan pada kebenaran bahwa “kemuliaan adalah milik Allah.” Ia mengatakan bahwa dengan memperoleh kemuliaan ilahi, tidak ada musuh atau kekuatan asing yang dapat mempengaruhi aspek spiritual atau fisik dari suatu umat.
Ayatullah Khamenei menekankan pentingnya pandangan rasional terhadap pelbagai peristiwa dunia saat ini, terutama bagi para pejabat negara Iran yang besar dan Islam. Dalam menjelaskan pendekatan penjajahan untuk menjarah masyarakat-masyarakat manusia, ia menyatakan bahwa sejarah penjajahan menunjukkan tiga tahap: "menjarah sumber daya alam," "menjarah budaya dan menghancurkan budaya asli," dan "menjarah serta merampas identitas nasional dan agama" dari suatu bangsa. Saat ini, kekuatan besar dan jahat dunia sedang memaksakan ketiga tahap penjajahan ini terhadap bangsa-bangsa.
Pemimpin Revolusi Islam menilai bahwa Amerika Serikat adalah puncak dari kekuatan-kekuatan imperialistik dan kolonial, serta merupakan negara yang berada di bawah pengaruh para pemodal kuat dunia. Ia menambahkan bahwa kartel-kartel keuangan besar setiap hari merencanakan cara untuk mengubah identitas dan kepentingan bangsa-bangsa serta memperluas pengaruh kolonial mereka. Seperti yang dijelaskan dalam Alquran, apapun yang menyulitkan umat manusia adalah sesuatu yang mereka inginkan.
Pemimpin Revolusi, mengacu pada ayat-ayat dalam Alquran yang menggambarkan kebencian dan permusuhan musuh Islam lebih besar daripada yang tampak dari ucapan dan perilaku mereka, mengatakan: "Fakta bahwa anggota Kongres Amerika memberi tepuk tangan dan mendukung pembunuh serta pelaku pemotongan ribuan anak-anak, atau memberi medali kepada kapten kapal perang Amerika yang menembak jatuh pesawat penumpang Iran dengan 300 orang di dalamnya, adalah contoh dari kebencian dan permusuhan mereka yang tersembunyi di balik senyum diplomasi. Kita harus membuka mata kita terhadap kenyataan ini dan, sebagaimana dikatakan dalam Alquran, tidak mencari persahabatan tersembunyi dengan mereka."
Imam Ali Khamenei menekankan pentingnya kewaspadaan dalam menghadapi situasi global, dan mengatakan: "Kita harus berhati-hati dengan siapa kita berhadapan, dengan siapa kita bertransaksi, dan siapa yang kita ajak bicara."
Ayatullah Khamenei menyebut gerakan perlawanan saat ini sebagai bagian dari semangat Bi’tsah Nabi dan hasil dari Revolusi Islam Iran, dan merujuk pada kemenangan luar biasa Gaza dengan mengatakan: "Wilayah kecil ini berhasil membuat rezim Zionis yang mendapatkan dukungan penuh Amerika menyerah. Kemenangan ini adalah hasil dari penerapan akal dan iman, serta kepercayaan kepada Tuhan dan keyakinan pada kemuliaan Ilahi."
Ia juga menyebut keteguhan hati Hizbullah yang bangga meskipun kehilangan Syahid Nasrallah sebagai contoh lain dari gerakan perlawanan yang luar biasa di zaman sekarang, dan menambahkan: "Ada berapa banyak tokoh besar di dunia yang setara dengan Sayyid Hassan Nasrallah? Ketika tokoh besar ini kehilangan nyawanya dan ketika teman dan musuh mengira bahwa Hizbullah sudah berakhir, Hizbullah justru menunjukkan bahwa perjuangannya belum selesai, bahkan dengan semangat yang lebih besar melawan rezim Zionis."
Pada awal pertemuan ini, Dr. Pezesykian, Presiden Iran, menyebut tujuan utama Bi’tsah para nabi adalah untuk menegakkan kebenaran dan keadilan guna menghapuskan perpecahan dan konflik. Ia merujuk pada langkah pertama Nabi Muhammad setelah hijrah ke Madinah, yaitu menciptakan perjanjian persaudaraan antara suku-suku yang memiliki perselisihan lama, dan mengatakan: "Saat ini, lebih dari sebelumnya, Iran, komunitas Islam, dan semua bangsa membutuhkan komitmen terhadap pandangan ini."
Di akhir pidatonya, Dr. Pezesykian mengingatkan tentang kejahatan yang dilakukan oleh kekuatan-kekuatan besar yang menyebabkan tumpahnya darah umat Islam dan anak-anak dengan berbagai dalih, dan menekankan: "Dengan persatuan dan solidaritas umat Islam, kita dapat mewujudkan keadilan dan menghancurkan impian para penindas untuk melanjutkan perang dan pembunuhan." [AM]