Situs Media Informasi Kantor Imam Ali Khamenei

Pertemuan Pemimpin Revolusi Dengan Keluarga Para Syahid Pembela Haram dan Muqawamah

Pangkalan Militer Amerika di Suriah Akan Dihancurkan oleh Para Pemuda Suriah

Pemimpin Revolusi Islam, Imam Khamenei, pada pagi hari ini (Rabu 1/1), menjelang peringatan tahun kelima syahidnya Jenderal Qasim Sulaimani, dalam pertemuan dengan keluarga Sulaimani dan sejumlah keluarga "Para syahid pembela Haram dan para syahid muqawamah," menjelaskan beberapa ciri-ciri kepribadian dan perilaku Jenderal Sulaimani. Ia mengatakan: "Kita harus mengambil pelajaran dari sifat-sifat ini dan bergerak menuju tujuan utama ajaran Sulaimani, yaitu 'mewujudkan Islam dan Alquran.'"

Ayatullah Khamenei juga menegaskan bahwa kemenangan rakyat Suriah atas penjajah akan datang cepat atau lambat, serta perlawanan yang berkelanjutan di Yaman, Palestina, dan Lebanon. Ia memuji para syahid pembela Haram dan mengatakan: "Sulaimani menganggap Iran sebagai Haram (Tempat Dihormati), dan jika tidak ada darah-darah suci itu, hari ini tidak ada yang tersisa dari wilayah-wilayah suci dan Haram tersebut."

Pemimpin Revolusi menilai kedatangan ribuan peziarah dari Iran dan negara lain ke makam syahid Sulaimani sebagai tanda kemuliaan dari Tuhan dan hasil dari ketulusan Sulaimani. Ia berkata: "Seperti yang disebutkan dalam Alquran, kemuliaan hanya ada di tangan Allah, yang mana kita harus memahami kebenaran ini dan mengaplikasikannya dalam pola hidup dan orientasi kita."

Ia menyebut Sulaimani sebagai pejuang besar dan sahabat akrab yang penuh kasih, serta menilai kecepatan, keberanian, dan kesiapan Sulaimani di medan perang sebagai salah satu ciri khasnya.

Ayatullah Khamenei mengingatkan tentang keterlibatan Sulaimani sejak awal tahun 2000-an dalam perlawanan terhadap kejahatan-kejahatan Amerika di Afghanistan dan Irak. Ia berkata: "Tujuan utama Amerika dari pendudukan kedua negara tersebut adalah Iran, namun pria terhormat dan jujur itu tanpa takut dengan tampilan kekuatan Amerika masuk ke medan pertempuran, dan pada akhirnya, pendudukan itu berakhir dengan kekalahan Amerika dan gagalnya konspirasi besar itu."

Ia mengingatkan bahwa Sulaimani menghindari membicarakan atau menulis rincian peran tak tergantikan yang dimainkannya dalam peristiwa-peristiwa tersebut dan mengatakan: "Tentu saja, banyak informasi tentang hal ini yang harus diabadikan sebagai dokumen yang tak terlupakan dalam pengetahuan politik negara dan diteruskan kepada generasi mendatang."

Ayatullah Khamenei mengingatkan tentang perjuangan sekelompok pemuda tak bersenjata di dalam makam Amirul Mukminin as ketika pasukan penjajah Amerika menyerang, dan mengatakan: "Sulaimani dengan rasa tanggung jawab segera menjalin hubungan dengan pemuda-pemuda tersebut dan menyelamatkan mereka. Dalam hal ini, peran para marja dan pemegang otoritas agama juga sangat penting dan berdampak."

Pemimpin Revolusi menilai tujuan Amerika dalam menduduki Irak adalah untuk menggantikan Saddam Hussein dan berkata: "Amerika datang untuk tinggal, namun Sulaimani dan rekan-rekannya memainkan peran penting dalam proses panjang dan rumit ini, dalam perang kombinasi politik, militer, propaganda, dan budaya, dalam mengarahkan rakyat Irak untuk mengatur nasib mereka sendiri."

Ayatullah Khamenei menyebut kegagalan konspirasi Amerika melalui kelompok teroris ISIS sebagai hasil dari kehadiran cepat dan menentukan Sulaimani di medan perang, dan mengatakan: "Dalam menghadapi terorisme takfiri, pemuda Irak benar-benar bersinar. Namun dalam menggagalkan konspirasi yang menentukan hidup dan mati kawasan ini, Sulaimani memainkan peran yang luar biasa dengan inovasi, keberanian, serta tekad dan kekuatan luar biasa."

 

Pemimpin Revolusi Islam, Imam Khamenei, menyatakan bahwa strategi abadi Jenderal Sulaimani dalam aktivitas jihad adalah "membangkitkan Front Perlawanan," dan menambahkan: "Ciri khas Sulaimani adalah dia memanfaatkan potensi yang ada dan pemuda yang siap sedia serta pasukan lokal dari Suriah, Lebanon, dan Irak untuk membangkitkan perlawanan dengan cara yang paling efektif."

Pemimpin Revolusi merujuk pada fatwa marja mengenai kewajiban untuk berdiri melawan ISIS dan mengatakan: "Ribuan pemuda datang ke medan perang dengan fatwa penting itu, namun mereka tidak memiliki organisasi dan senjata, sehingga Sulaimani dengan bantuan pejuang-pejuang besar Irak, khususnya Syahid Abu Mahdi yang merupakan sosok yang sangat besar dan berharga, mengorganisir pemuda-pemuda tersebut dan memberikan mereka senjata serta pelatihan."

Ia menyebut pertahanan terhadap Haram sebagai prinsip tetap sepanjang perjalanan jihad dan perjuangan Jenderal Sulaimani, dan berkata: "Sulaimani juga membela Iran sebagai Haram, dan logika pembelaan terhadap wilayah suci dan tempat-tempat suci ini sangat penting dan diperlukan."

Ayatullah Khamenei menambahkan: "Bagi Sulaimani, membela tempat-tempat suci dan dihormati seperti Atabat Al-‘Aliyat, Zainabiah, makam-makam sahabat Amirul Mukminin di Syam dan Irak, serta khususnya Masjid Al-Aqsa, adalah hal yang sangat penting. Oleh karena itu, Syahid Haniyah dalam upacara pemakaman Sulaimani menyebutnya sebagai 'Syahid Quds.'"

Pemimpin Revolusi juga menganggap ciri penting lainnya dari Syahid Sulaimani adalah kemampuannya menganalisis masalah negara dengan pandangan global dan menghindari pandangan sempit dan terbatas. Ia mengatakan: "Sulaimani percaya bahwa setiap peristiwa besar regional dan global berpengaruh pada masalah negara kita, dan dengan pandangan ini, dia dapat mendeteksi bahaya dari luar perbatasan dan mengambil langkah-langkah untuk mencegah dan mengatasinya."

Ayatullah Khamenei menjelaskan bahwa sifat dan karakter luar biasa dari Syahid Sulaimani bisa dipelajari dalam kerangka "Ajaran Sulaimani," dan menambahkan: "Ajaran ini adalah ajaran Islam dan Alquran yang dipegang teguh oleh Sulaimani, menjadikannya sebagai 'tolok ukur, pusat, dan poros,' dan jika kita memiliki iman dan amal saleh yang sama, kita juga dapat menjadi seperti Sulaimani dan memperoleh rahmat Ilahi."

Pada bagian lain dari pidatonya, Ayatullah Khamenei merujuk pada pentingnya pertahanan terhadap tempat-tempat suci yang darah-darah suci telah ditumpahkan untuk itu. Ia berkata: "Beberapa orang, karena 'kekurangan pemahaman dan analisis yang benar' tentang masalah ini, beranggapan dan menyatakan bahwa darah-darah yang tumpah untuk membela tempat-tempat suci telah sia-sia. Pandangan dan pernyataan ini adalah kesalahan besar, karena jika perjuangan berani Sulaimani dan para pembela tempat-tempat suci tidak ada, hari ini tidak akan ada lagi berita tentang tempat-tempat suci seperti Zainabiah atau bahkan Karbala dan Najaf."

Ia mengingatkan: "Pada suatu waktu, ada kelalaian di Samarra, dan kelompok takfiri yang dibantu oleh Amerika menghancurkan kubah dan makam Imam-imam Al-Askari. Jika bukan karena pengorbanan jiwa para pemuda beriman, tempat-tempat suci lainnya dan kiblat umat Islam juga bisa mengalami nasib yang sama. Namun para pembela tempat-tempat suci yang terhormat berhasil menghalangi musuh dan memberi mereka pelajaran."

Pemimpin Revolusi menyebutkan bahwa makna sejati dari pembelaan terhadap tempat-tempat suci adalah, selain membela tempat yang suci, juga membela pemilik tempat tersebut dan ajaran para imam besar. Ia menjelaskan: "Dalam budaya Alquran, setiap darah yang tumpah di jalan kebenaran dan Tuhan, bahkan jika kemenangan tidak tercapai, tidak akan sia-sia dan akan dihargai di sisi Tuhan, seperti darah Sayyidina Hamzah dalam Perang Uhud, dan yang lebih utama lagi, darah Sayyidina Husain as di Karbala."

Ayatullah Khamenei menegaskan: "Tentu saja, kemenangan itu pasti dan kita tidak boleh melihat situasi dan gerakan salah hari ini sebagai sesuatu yang kekal, karena mereka yang saat ini merasa berkuasa akan suatu hari nanti diinjak-injak oleh orang-orang beriman."

Pemimpin Revolusi Islam, Imam Khamenei, menyebut peristiwa-peristiwa akhir-akhir ini dan aktivitas-aktivitas mencolok Syahid Sulaimani dan para sahabatnya, termasuk gerakan pembelaan terhadap tempat-tempat suci, sebagai tanda kehidupan, kesegaran, dan hasil dari pohon revolusi yang suci. Ia berkata: "Seperti pada dekade 80-an, di mana pemuda-pemuda berusaha mendapatkan ridha orang tua mereka untuk pergi ke medan perang, pada dekade 80-an dan 90-an juga, pemuda-pemuda seperti syahid Hajjji mencium kaki ibu mereka untuk meminta izin berjihad. Ini menunjukkan bahwa setelah 46 tahun, Republik Islam masih tetap hidup."

Ia juga merujuk pada kesiapan jutaan pemuda Iran untuk mengorbankan nyawa mereka dalam membela Islam dan berkata: "Pembela tempat-tempat suci telah menunjukkan bahwa meskipun musuh-musuh telah melakukan investasi besar dan biaya tinggi, bendera perlawanan tetap berkibar dan musuh tidak dapat dan tidak akan bisa menurunkan bendera perlawanan di Lebanon, Palestina, Suriah, Irak, dan Iran."

Ayatullah Khamenei menekankan pentingnya mempertahankan faktor-faktor kekuatan untuk memastikan kelangsungan keteguhan dan kekuatan nasional setiap negara. Ia berkata: "Sekelompok pemuda yang beriman dan siap berkorban adalah faktor terpenting untuk stabilitas dan kekuatan suatu negara dan kita tidak boleh mengeluarkan pemuda-pemuda seperti ini dari medan perjuangan."

Pemimpin Revolusi Islam menambahkan: "Tentu saja, di negara kita hal ini sangat diperhatikan, namun negara-negara lain juga harus memperhatikannya. Karena dengan keluarnya pemuda-pemuda yang beriman dan siap berkorban, sebuah situasi serupa dengan Suriah akan terjadi, di mana kekacauan dan pendudukan tanahnya oleh negara-negara asing seperti Amerika, rezim Zionis, dan negara-negara penyerang lainnya akan terjadi."

Ia menyebutkan bahwa keberlanjutan keberadaan penjajah asing di Suriah tidak mungkin terjadi, dan berkata: "Suriah adalah milik rakyat Suriah dan para penjajah tanah Suriah pasti suatu hari nanti akan terpaksa mundur di hadapan kekuatan pemuda-pemuda Suriah yang gagah berani."

Ayatullah Khamenei juga mengingatkan tentang pembangunan pangkalan-pangkalan militer Amerika secara berturut-turut di Suriah dan mengatakan: "Penjajah harus keluar dari tanah milik suatu bangsa, jika tidak, mereka akan diusir. Oleh karena itu, pangkalan-pangkalan militer Amerika pasti akan dihancurkan oleh kaki pemuda-pemuda Suriah."

Ia menegaskan bahwa kemenangan akhirnya adalah milik orang-orang beriman, dan berkata: "Lebanon adalah simbol perlawanan, dan meskipun terluka, namun tidak akan pernah patah dan pada akhirnya akan menang, begitu pula Yaman, yang juga merupakan simbol perlawanan dan akan menang. Insya Allah, para penjajah dan terutama Amerika yang tamak dan kejam akan dipaksa untuk meninggalkan kawasan ini dengan kehinaan."

Pada awal pidatonya, Ayatullah Khamenei menyebut bulan Rajab sebagai bulan doa, ibadah, dan tawasul kepada Allah, dan dengan merujuk pada doa-doa yang penuh dengan makna dan konsep tinggi dari bulan ini, Ia berkata: "Kita harus memanfaatkan kesempatan di bulan Rajab untuk menghubungkan hati, jiwa, dan niat kita dengan lautan rahmat Ilahi yang tak terbatas dan memohon kepada Allah untuk memberikan kita semangat, kemampuan, dan kesuksesan dalam beribadah."

Dalam pertemuan ini, keluarga Syahid Sulaimani, sejumlah keluarga para syahid pembela Haram, keluarga para syahid dalam insiden teroris di kompleks pemakaman para syahid di Kerman tahun lalu, keluarga para syahid dalam upacara pemakaman jenazah Jenderal Qasim Sulaimani pada tahun 2019, serta sejumlah keluarga korban luka dan syuhada dalam peristiwa terbaru di Lebanon hadir.[AM]

 

700 /