Imam Ali Khamenei, Pemimpin Revolusi Islam, dalam pertemuan besar dan semarak di salat Jumat (4/10) yang bersifat ibadah-politik di Tehran, menyatakan bahwa persatuan dan solidaritas umat Islam akan mendatangkan rahmat dan kemuliaan ilahi serta kemenangan atas musuh-musuh. Ia menekankan bahwa berdasarkan hukum pertahanan Islam, konstitusi Republik Islam, dan hukum internasional, tindakan gemilang angkatan bersenjata Iran dalam menghukum rezim Zionis yang kejam dan haus darah sepenuhnya sah dan legal. Republik Islam akan melaksanakan setiap tugas dalam hal ini dengan kekuatan, ketegasan, dan keyakinan, tanpa keraguan atau terburu-buru.
Dalam acara tersebut, yang dihadiri oleh orang-orang beriman, yang revolusioner dan sadar tanggung jawab dari seluruh penjuru Tehran di Musala Imam Khomeini rah dan jalan-jalan sekitarnya, Ayatullah Khamenei juga menyebut syahid mujahid Sayyid Hassan Nasrallah sebagai sumber kebanggaan, tokoh yang dicintai oleh dunia Islam, dan suara yang mewakili bangsa-bangsa di kawasan. Ia menambahkan bahwa pengaruh kepribadian pemimpin perlawanan dan pembela pemberani kaum tertindas akan semakin besar setelah syahidnya. Bangsa-bangsa di kawasan dan para mujahid di jalan Allah akan memperjuangkan pesan syahidnya, yaitu iman yang lebih kuat, kepercayaan diri yang lebih besar, persatuan yang lebih kokoh, dan perjuangan tanpa keraguan hingga kekalahan dan kehancuran musuh Zionis.
Pemimpin Revolusi Islam, dalam menjelaskan hikmah Qurani tentang "solidaritas umat Islam," mengatakan bahwa kewalian umat Islam berarti keterhubungan, keselarasan, dan kerja sama yang akan mendatangkan pertolongan Ilahi yang penuh kemuliaan dan hikmah. Hasilnya adalah mengatasi segala rintangan dan meraih kemenangan atas musuh-musuh.
Imam Ali Khamenei menunjukkan bahwa kebalikan dari hikmah Ilahi ini adalah kebijakan memecah-belah yang diadopsi oleh para penindas dan penjajah dunia. Ia menambahkan bahwa umat Islam telah banyak menderita akibat politik "pecah-belah dan kuasai" yang diterapkan oleh para penguasa tiran, namun saat ini adalah era kebangkitan umat Islam, dan politik buruk ini tidak boleh dibiarkan terulang kembali.
Ayatullah Khamenei, dengan merujuk pada berbagai kebijakan militer, politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang digunakan musuh untuk menimbulkan perpecahan, mengatakan bahwa musuh bangsa Iran adalah musuh yang sama dengan bangsa Palestina, Lebanon, Mesir, Suriah, Irak, Yaman, dan negara-negara Islam lainnya. Semua perintah untuk menyerang dan menebarkan perpecahan berasal dari satu pusat komando, hanya saja metode yang digunakan berbeda-beda di negara-negara Islam tersebut.
Pemimpin Revolusi menegaskan bahwa setiap bangsa yang ingin menghindari pengepungan musuh yang melumpuhkan harus tetap waspada. Begitu musuh menyerang satu bangsa, bangsa lain harus segera menolongnya, jika tidak, giliran mereka akan tiba.
Ia juga menekankan pentingnya memperkuat ikatan pertahanan, kemandirian, dan kehormatan dari Afghanistan hingga Yaman, dan dari Iran hingga Gaza dan Lebanon, di semua negara Islam.
Dengan merujuk pada hukum Islam yang jelas tentang pertahanan, ia menegaskan bahwa pembelaan atas tanah air, rumah, dan kepentingan bangsa adalah sah dan rasional. Berdasarkan konstitusi dan hukum internasional, pertahanan oleh bangsa-bangsa, termasuk bangsa Palestina, melawan penjajah dan agresor adalah sah secara penuh dan didukung oleh logika yang kuat. Tidak ada satu pun individu, pusat, atau organisasi dunia yang berhak memprotes mereka.
Ayatullah Khamenei juga menyatakan bahwa membantu bangsa yang membela diri melawan penjajah, sesuai dengan ajaran Islam, akal, dan hukum internasional, adalah legal. Oleh karena itu, tidak ada seorang pun yang berhak memprotes bangsa Lebanon atau Hizbullah Lebanon atas bantuan mereka kepada rakyat tertindas Gaza dan dukungan mereka terhadap perjuangan bangsa Palestina.
Pemimpin Revolusi menyebutkan bahwa operasi "Badai al-Aqsa" yang terjadi tahun lalu pada periode ini sebagai tindakan yang tepat, logis, dan sesuai dengan hukum internasional serta hak-hak bangsa Palestina. Ia juga memuji pembelaan gigih bangsa Lebanon terhadap rakyat Palestina.
Atas dasar itu, Ayatullah Khamenei menyebutkan bahwa tindakan gemilang angkatan bersenjata Iran beberapa malam lalu melawan rezim Zionis sepenuhnya sah dan legal. Tindakan ini merupakan hukuman yang paling minimal bagi rezim Zionis yang kejam, brutal, dan buas seperti serigala serta menjadi anjing liar Amerika di kawasan ini.
Ia menekankan bahwa Republik Islam Iran akan melaksanakan setiap tugas dalam hal ini dengan kekuatan, ketegasan, dan keyakinan. "Kami tidak akan menunda atau terburu-buru dalam melaksanakan tugas ini, dan apa pun yang masuk akal, logis, dan benar akan dilaksanakan sesuai dengan keputusan militer dan politik pada waktu yang tepat," katanya. "Tindakan ini telah dilakukan dan di masa depan, jika diperlukan, akan dilakukan kembali."
Dalam khutbah kedua shalat Jumat yang disampaikan dalam bahasa Arab, Pemimpin Revolusi, Ayatullah Khamenei, berbicara kepada seluruh umat Islam di seluruh dunia, khususnya kepada bangsa tercinta Lebanon dan Palestina. Ia berkata, “Saya merasa perlu untuk menghormati saudaraku yang tercinta, kebanggaanku, wajah yang dicintai oleh dunia Islam, suara bangsa-bangsa di kawasan, dan permata cemerlang Lebanon, Tuan Sayyid Hassan Nasrallah, semoga Allah merahmatinya, di salat Jumat di Tehran.”
Ia menegaskan bahwa semua orang sedang berduka atas kehilangan besar dengan syahidnya Sayyid yang tercinta, dan benar-benar dalam keadaan berkabung. Namun, ia menambahkan bahwa duka kami bukanlah duka yang penuh kesedihan dan keputusasaan, melainkan seperti duka atas syahidnya Imam Husain bin Ali as, yang memberikan kehidupan, pelajaran, motivasi, dan harapan.
Ayatullah Khamenei menggambarkan sosok syahid Nasrallah sebagai pribadi yang abadi dalam spirit, jalan, dan pesannya. Ia berkata, “Nasrallah adalah panji berkibar tinggi perlawanan terhadap kezaliman dan penjajahan, pembela yang berani terhadap kaum tertindas, serta sumber semangat dan keberanian bagi para pejuang kebenaran.”
Pemimpin Revolusi Islam menambahkan bahwa popularitas dan pengaruh Nasrallah tidak hanya terbatas di Lebanon, Iran, dan negara-negara Arab, tetapi meluas ke seluruh dunia. Syahidnya hanya akan menambah pengaruh tersebut.
Ayatullah Khamenei mengatakan bahwa pesan terpenting Nasrallah, baik dalam kata-kata maupun tindakan semasa hidupnya, bagi bangsa Lebanon adalah agar tidak kehilangan harapan dan tidak merasa gelisah dengan kehilangan tokoh-tokoh besar seperti Imam Musa Sadr dan Sayyid Abbas Mousawi. Pesan Nasrallah adalah untuk tidak ragu di jalan perlawanan, meningkatkan usaha dan kemampuan, memperkuat persatuan, serta melawan musuh dengan iman yang kuat dan tawakal, sehingga akhirnya musuh akan gagal. Dan hari ini, inilah pesan terakhir syahid Nasrallah untuk bangsanya, untuk front perlawanan, dan untuk seluruh umat Islam.
Ayatullah Khamenei menekankan bahwa ketidakmampuan musuh yang keji dalam merusak struktur kuat Hizbullah, Hamas, Jihad Islam, dan organisasi-organisasi mujahid lainnya adalah penyebab mereka melakukan pembunuhan, penghancuran, pemboman, dan pembantaian warga sipil yang tidak bersenjata. Ia mengatakan bahwa musuh menganggap tindakan tersebut sebagai kemenangan, tetapi akibatnya adalah peningkatan kemarahan dan motivasi rakyat, serta munculnya lebih banyak pejuang dan pemimpin yang siap berkorban, yang akhirnya akan mempersempit ruang bagi rezim zionis yang seperti serigala haus darah, dan pada akhirnya menghapus keberadaan memalukan mereka dari sejarah.
Ayatullah Khamenei menggarisbawahi bahwa tiga puluh tahun perjuangan dan kesabaran dari syahid Nasrallah, membersamai langkah demi langkah kemajuan Hizbullah yang telah membuat rezim Zionis mundur pada beberapa kesempatan, membuktikan bahwa Hizbullah adalah "pohon yang baik". Hizbullah, beserta pemimpinnya yang pemberani dan syahid, adalah intisari dari kebajikan sejarah dan identitas Lebanon.
Pemimpin Revolusi Islam menyoroti bahwa rakyat Iran sudah lama mengenal Lebanon dan keistimewaannya, serta menikmati berkah dan ilmu dari para tokoh agama dan ilmuwan besar Lebanon pada masa pemerintahan Sarbadar dan Safawi. Ia menekankan bahwa membayar hutang kepada Lebanon yang terluka dan berdarah adalah kewajiban kita dan kewajiban semua umat Islam.
Ayatullah Khamenei menegaskan bahwa Hizbullah dan syahid Sayyid Nasrallah, melalui pembelaannya terhadap Gaza, perjuangannya untuk Masjid al-Aqsa, dan serangannya terhadap rezim Zionis yang zalim, telah melakukan pelayanan penting bagi seluruh kawasan dan seluruh dunia Islam.
Ayatullah Khamenei menyatakan bahwa Amerika Serikat dan sekutunya sangat bergantung pada menjaga keamanan rezim Zionis sebagai kedok untuk politik yang mematikan, yaitu menjadikan rezim tersebut sebagai alat untuk menguasai semua sumber daya di kawasan dan menggunakannya dalam konflik besar dunia. Ia mengatakan, politik mereka adalah menjadikan rezim Zionis sebagai gerbang ekspor energi dari kawasan ke Barat, serta impor barang dan teknologi dari Barat ke kawasan ini. Hal ini berarti menjamin keberadaan rezim Zionis dan ketergantungan seluruh kawasan terhadapnya.
Ia menegaskan bahwa perilaku brutal dan serampangan rezim Zionis terhadap para pejuang adalah karena ketamakannya terhadap situasi tersebut. Pemimpin Revolusi menambahkan, kenyataan ini mengajarkan kepada kita bahwa setiap pukulan terhadap rezim Zionis, dari siapapun dan oleh kelompok manapun, adalah pelayanan bagi seluruh kawasan dan bahkan bagi seluruh umat manusia.
Imam Ali Khamenei menyebut mimpi Zionis dan Amerika untuk menjamin eksistensi rezim Zionis sebagai khayalan yang sia-sia dan mustahil. Beliau mengatakan, rezim buatan ini adalah contoh dari "pohon buruk" yang disebut dalam Alquran, yang tidak memiliki akar dan tidak akan bertahan lama. Rezim ini hanya bertahan dengan suntikan dukungan dari Amerika Serikat, dan dengan izin Allah, tidak akan bertahan lama.
Ayatullah Khamenei menekankan bahwa ketidakstabilan rezim Zionis sangat jelas, terbukti dengan ketidakmampuannya melawan para mujahid yang terjebak dalam blokade. Ia mengatakan, sudah setahun musuh menghabiskan miliaran dolar di Gaza dan Lebanon dengan dukungan penuh dari Amerika Serikat dan beberapa negara Barat lainnya, namun tetap tidak mampu mengalahkan ribuan pejuang yang terjebak tanpa bantuan dari luar. Satu-satunya hal yang mereka bisa lakukan hanyalah membom rumah-rumah, sekolah-sekolah, rumah sakit, dan tempat-tempat umum yang dihuni warga sipil tak bersenjata.
Ayatullah Khamenei menyatakan bahwa perlahan-lahan kelompok kriminal Zionis pun menyadari bahwa mereka tidak akan pernah bisa mengalahkan Hamas dan Hizbullah. Ia mengatakan kepada rakyat yang gigih di Lebanon dan Palestina, kepada para pejuang pemberani, dan kepada rakyat yang sabar serta bersyukur, "Syahid-syahid ini, darah yang tumpah di tanah, tidak akan melemahkan gerakan kalian, tetapi akan memperkuatnya."
Ia mengingatkan bahwa pada musim panas 1981, banyak pejabat tinggi dan pilar Revolusi Islam yang syahid, dan meskipun kehilangan mereka berat, revolusi tidak berhenti atau mundur, tetapi justru semakin cepat. Beliau menambahkan bahwa hari ini pun perlawanan di kawasan ini tidak akan mundur karena syahid-syahid ini dan pada akhirnya akan menang.
Ayatullah Khamenei menegaskan bahwa perlawanan di Gaza telah membuat dunia tercengang dan memberikan kemuliaan bagi Islam. Ia berkata, "Di Gaza, Islam berdiri teguh melawan segala bentuk kejahatan dan keburukan, dan tidak ada orang yang merdeka yang tidak memuji keteguhan ini dan mengutuk musuh yang biadab dan haus darah."
Ia menyatakan bahwa operasi "Badai al-Aqsa" dan perlawanan di Gaza dan Lebanon selama satu tahun terakhir telah membawa rezim Zionis kembali ke kekhawatiran akan keberlangsungan eksistensinya. Ini berarti bahwa perjuangan para pejuang Palestina dan Lebanon telah membuat rezim Zionis mundur 70 tahun ke belakang.
Ayatullah Khamenei mengatakan bahwa faktor utama yang menyebabkan perang, ketidakamanan, dan keterbelakangan di kawasan ini adalah keberadaan rezim Zionis serta kehadiran pemerintah-pemerintah asing yang mengklaim ingin menciptakan perdamaian dan ketenangan. Ia menambahkan, masalah utama di kawasan ini adalah campur tangan asing. Negara-negara di kawasan ini sebenarnya mampu menciptakan perdamaian dan stabilitas. Namun, untuk mencapai tujuan besar ini, diperlukan perjuangan dan kerja sama antara bangsa-bangsa dan pemerintah.
Di akhir khutbahnya, dengan menekankan bahwa Allah selalu bersama para pejuang di jalan-Nya, ia menyampaikan salam kepada para mujahid di jalan Allah, "Salam Allah kepada pemimpin syahid Nasrallah, kepada pahlawan syahid Haniyeh, dan kepada komandan yang mulia, Jenderal Qassem Soleimani."
Setelah itu, shalat Jumat dan shalat Ashar dipimpin oleh Pemimpin Revolusi Islam. [SZ]