Situs Media Informasi Kantor Imam Ali Khamenei

Pemimpin Revolusi pada Acara Haul Ke-35 Imam Khomeini rah

Epik PEMILU Akan Melengkapi Epik Pemakaman Para Syahid Pelayan Rakyat

Pagi ini (Senin, 3/6), dalam pertemuan besar rakyat pada haul ke-35 wafatnya Imam Khomeini, Ayatullah Khamenei, Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam, menjelaskan pentingnya dan keunggulan masalah Palestina dalam pandangan dan pendekatan Imam Khomeini. Ia menegaskan bahwa prediksi Imam Khomeini sekitar 50 tahun lalu tentang Palestina perlahan-lahan tengah terwujud. Operasi "Badai Al-Aqsa" yang luar biasa dengan membatalkan rencana luas musuh untuk menguasai kawasan dan dunia Islam, telah menempatkan rezim Zionis di jurang kehancuran. Dalam terang keteguhan iman dan kekaguman terhadap keteguhan rakyat Gaza, citra rezim pendudukan berada di titik nadir di hadapan mata dunia.

Imam Khamenei juga memuji karakteristik dan jasa presiden syahid dan berterima kasih atas kehadiran luar biasa rakyat dalam pemakaman para syahid pelayan rakyat. Ia berkata bahwa epik pemilu yang sangat penting di depan mata melengkapi epik rakyat dalam mengantarkan para syahid pelayan rakyat. Insya Allah, dalam naungan partisipasi yang penuh semangat, suara tinggi dari rakyat, dan pemerintahan yang beretika dalam persaingan pemilu, seorang presiden yang "bekerja keras," "aktif," "sadar," dan "percaya pada prinsip-prinsip revolusi" akan terpilih, serta akan menutup celah-celah ekonomi dan budaya, serta melindungi dan mengamankan kepentingan bangsa di kawasan dan dunia.

Dalam upacara penuh semangat yang diadakan di makam pendiri Republik Islam ini, Pemimpin Revolusi menyatakan bahwa tujuan dari pertemuan tahunan yang semarak ini adalah untuk memperbarui ingatan dan kenangan tentang Imam Khomeini serta mengambil pelajaran darinya untuk mengelola dan memajukan negara serta mencapai tujuan revolusi.

Ayatullah Khamenei, dalam bagian pertama pidatonya, menjelaskan pentingnya masalah Palestina dalam pemikiran dan pandangan Imam Khomeini. Imam Ali Khamenei menyatakan bahwa sejak awal gerakan Islam, Imam Khomeini menekankan masalah Palestina dan dengan pandangan yang tajam dan wawasan ke depan, ia memprediksi jalan yang akan ditempuh oleh rakyat Palestina. Prediksi yang sangat penting ini perlahan-lahan sedang terwujud.

Pemimimpin Revolusi menyebut dua contoh lain dari pandangan jauh ke depan Imam Khomeini yang khusus, yaitu prediksi tentang jatuhnya rezim tiran dan penindas Syah di awal gerakan Islam, serta prediksi tentang runtuhnya rezim komunis pada masa kekuasaan dan kejayaan rezim Soviet.

Pemimpin Revolusi Islam menyimpulkan pandangan Imam Khomeini untuk kemenangan rakyat Palestina dengan tidak mempercayai negosiasi kompromi, keterlibatan rakyat Palestina di lapangan, dan pemenuhan hak serta dukungan dari semua bangsa, terutama bangsa-bangsa Muslim, terhadap rakyat Palestina. Ia menambahkan bahwa peristiwa besar ini kini sedang terwujud.

Imam Ali Khamenei menyatakan bahwa rezim Zionis terjebak di sudut akibat operasi "Badai Al-Aqsa.” Meski Amerika Serikat dan banyak negara Barat terus mendukung rezim ini, mereka pun tahu bahwa tidak ada jalan keluar bagi rezim pendudukan tersebut.

 

Ayatullah Khamenei Memuji "Badai Al-Aqsa" sebagai Pemenuhan Kebutuhan Kawasan dan Pukulan Telak bagi Rezim Zionis

Ayatullah Khamenei, Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam, menyebut "pemenuhan kebutuhan penting kawasan" dan "memberikan pukulan telak pada rezim kriminal" sebagai dua ciri penting dari operasi Badai Al-Aqsa. Ia menambahkan bahwa Amerika Serikat, unsur-unsur Zionisme global, dan beberapa pemerintah kawasan telah merancang rencana besar dan rinci untuk mengubah dinamika dan hubungan kawasan. Rencana ini dimaksudkan untuk membangun hubungan antara rezim Zionis dan pemerintah kawasan agar rezim jahat tersebut dapat mendominasi politik dan ekonomi Asia Barat serta seluruh dunia Islam.

Imam Ali Khamenei melanjutkan bahwa rencana jahat ini sudah hampir terealisasi ketika Badai Al-Aqsa yang ajaib dimulai, menggagalkan semua rencana Amerika, Zionisme, dan sekutu mereka. Peristiwa-peristiwa dalam 8 bulan terakhir menunjukkan bahwa harapan untuk menghidupkan kembali rencana tersebut sudah hilang.

Pemimpin Revolusi menyatakan bahwa kejahatan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan kekejaman tanpa batas rezim Zionis, serta dukungan pemerintah Amerika terhadap kebrutalan ini, adalah reaksi gugup terhadap kegagalan konspirasi besar internasional untuk mendominasi kawasan oleh rezim Zionis.

Beliau menjelaskan ciri kedua dari Badai Al-Aqsa, yaitu memberikan pukulan yang tak terpulihkan kepada rezim Zionis, dengan mengacu pada pengakuan analis dan ahli Amerika serta Eropa, bahkan sekutu rezim jahat itu sendiri. Mereka mengakui bahwa rezim pendudukan dengan segala keangkuhannya telah mengalami kekalahan telak dari kelompok perlawanan dan setelah 8 bulan, mereka tidak mencapai satu pun dari tujuan minimal mereka.

Ayatullah Khamenei mengutip seorang analis Barat tentang kekuatan Badai Al-Aqsa yang mampu mengubah abad ke-21. Beliau menambahkan bahwa analis dan sejarawan lain juga menunjukkan kekacauan dan kebingungan rezim Zionis, gelombang migrasi balik, ketidakmampuan melindungi penduduk di tanah pendudukan, dan proyek Zionis yang hampir berakhir. Imam Khamenei menegaskan bahwa "dunia sedang memasuki awal akhir rezim Zionis."

Ia menyatakan bahwa masalah Palestina telah menjadi isu utama dunia dan demonstrasi anti-Zionis di London, Paris, dan universitas-universitas di Amerika menunjukkan ini. Selama bertahun-tahun, pusat-pusat propaganda dan media Amerika-Zionis berusaha membuat masalah Palestina dilupakan, tetapi dengan Badai Al-Aqsa dan keteguhan rakyat Gaza, Palestina sekarang menjadi isu utama dunia. Amerika pun tidak berdaya menghadapi konsensus global dari berbagai bangsa dan akan terpaksa, cepat atau lambat, berhenti mendukung rezim Zionis.

Pemimpin Revolusi menyebutkan penderitaan rakyat Gaza, termasuk sekitar 40 ribu orang yang tewas dan sekitar 15 ribu anak-anak dan bayi yang dibunuh, sebagai harga tinggi yang harus dibayar rakyat Palestina untuk pembebasan dari tangan Zionis. Beliau mengatakan bahwa rakyat Gaza, dengan berkat iman Islam dan keyakinan pada ayat-ayat Al-Quran, terus menahan kesulitan dan dengan keteguhan luar biasa membela para pahlawan dan pejuang perlawanan.

Ia menyatakan bahwa perhitungan yang salah dari rezim Zionis tentang kemampuan front besar perlawanan membuat rezim itu masuk ke lorong buntu yang membuat mereka mengalami kekalahan demi kekalahan. Dengan izin dan kekuatan Ilahi, tidak akan ada jalan keluar bagi mereka dari kebuntuan ini.

Pemimpin Revolusi menyimpulkan pidatonya tentang Palestina dengan mengatakan: “Rezim Zionis, meskipun ada retorika propaganda Barat, sedang berada di titik nadir dan berakhir di depan mata dunia. Selain bangsa-bangsa, banyak politisi dunia dan bahkan kaum Zionis sendiri memahami kenyataan ini.”

Dalam bagian kedua pidatonya, Ayatullah Khamenei membahas insiden tragis gugurnya Presiden dan pekerja keras serta para delegasi yang menyertai. Ia menyatakan bahwa masing-masing delegasi yang menyertai Presiden adalah para tokoh yang sangat terhormat.

Ayatullah Khamenei memuji pengikut Presiden dengan mengatakan: Almarhum Al-Hashem, Imam Jumat yang aktif, populer, dan pantas dari kota Tabriz, serta perwakilan Pemimpin di provinsi penting Azerbaijan Timur, adalah tokoh berharga yang memiliki hubungan yang kuat baik secara pribadi maupun kerja dengan berbagai kalangan, termasuk pemuda, mahasiswa, seniman, dan atlet.

Beliau menambahkan bahwa Amirabdollahian, Menteri Luar Negeri yang aktif, pekerja keras, dan inovatif, juga adalah negosiator yang kuat, cerdas, dan berpegang teguh pada prinsip-prinsip. Begitu pula dengan delegasi lainnya, baik gubernur Azerbaijan Timur, pengawal presiden, maupun tiga anggota kru penerbangan, semuanya, menurut orang-orang yang mengenal mereka, adalah orang-orang yang layak, terkemuka, dan beriman.

 

Ayatullah Khamenei: Mereka yang Gugur dalam Pelayanan bagi Rakyat Adalah Syahid

Ayatullah Khamenei menyebut kehilangan para syuhada sebagai kerugian besar bagi negara dan mengatakan: Al-Quran dalam Surah Al-Baqarah menyatakan, "Janganlah kalian mengatakan mereka yang gugur di jalan Allah itu mati, karena sebenarnya mereka hidup, namun kalian tidak menyadarinya." Karena ayat ini tidak berbicara tentang gerakan militer atau perang, siapa pun yang gugur di jalan Tuhan, seperti dalam pelayanan kepada rakyat, bekerja secara jihad untuk mereka, dan berjuang untuk mengelola negara serta memajukan Republik Islam Iran, dianggap sebagai syahid.

Pemimpin Revolusi menyatakan bahwa Presiden Raisi dan para pengikutnya termasuk dalam ayat mulia ini dan menambahkan: “Kami menganggap mereka sebagai syuhada pelayanan, sebagaimana ungkapan berharga "syahid pelayan rakyat " dan "syahid jumhur" muncul dari hati masyarakat.”

Beliau menyebut kehilangan Presiden sebagai musibah yang sangat berat bagi negara dan menggambarkan sifat-sifat unggul dan luar biasa dari syahid Raisi: “Semua mengakui bahwa Syahid Raisi adalah seorang yang bekerja dan melayani dengan penuh semangat, serta jujur dan tulus. Ia tidak mengenal waktu dalam melayani negara dan rakyat. Syahid Raisi menciptakan standar baru dalam pelayanan yang, meskipun ada upaya dari para pelayan sebelumnya, belum pernah mencapai kualitas, volume, dan kejujuran serta ketekunan seperti yang dilakukannya.”

Ayatullah Khamenei juga merujuk pada aktivitas penuh berkah dalam kebijakan luar negeri untuk masa kini dan masa depan negara, serta pemanfaatan peluang dan menonjolkan Iran di mata para tokoh politik dunia sebagai karakteristik syahid Raisi. Ia menambahkan bahwa gaya kepemimpinan Raisi di antara rekan-rekannya ditandai dengan kejujuran dan kehangatan.

Ayatullah Khamenei juga menekankan penghargaan, kehormatan, dan perlindungan terhadap rakyat, memberi mereka kesempatan, serta memuliakan dan mempercayai pemuda sebagai karakteristik luar biasa dari presiden yang telah wafat. Pemimpin Revolusi menyatakan bahwa Raisi bahkan memperlakukan dengan mulia mereka yang telah berbuat buruk dan menghinanya, dan tidak memberikan jawaban yang tajam, buruk, atau marah kepada mereka.

Pemimpin Revolusi menyoroti penentuan yang tegas terhadap musuh-musuh dan penentang revolusi, menghindari pernyataan ambigu, dan tidak percaya pada senyum musuh sebagai karakteristik yang juga harus menjadi teladan bagi para politisi dan presiden masa depan, serta perwakilan rakyat di semua sektor.

Ayatullah Khamenei merujuk pada pujian atas karakter, layanan, dan upaya tanpa henti dari Syahid Raisi setelah kepergiannya, yang terlihat di semua media cetak dan online serta dari berbagai individu dan kelompok, dengan mengatakan: “Saya merasa sedih untuk Raisi karena beberapa orang selama hidupnya bahkan tidak mau mengucapkan satu kata pujian ini, meskipun mereka melihat keunggulan tersebut, mereka menyembunyikannya atau bahkan mencerminkannya secara terbalik dan menyakitinya. Raisi sering kali tidak memberikan tanggapan kepada mereka, tetapi kadang-kadang ia datang kepada saya dan sedikit mengeluhkan hal itu.”

Imam Ali Khamenei mendoakan ketinggian derajat Syahid Raisi dan delegasi yang menyertai serta kesabaran bagi keluarga mereka, menyebut partisipasi rakyat dalam prosesi pemakaman dan pengantaran jutaan orang sebagai momen yang menonjol dan layak untuk dianalisis. Ayatullah Khamenei mengatakan: “Satu reaksi terhadap musibah pribadi dan nasional adalah merasa tertekan, menjadi terisolasi, dan pada dasarnya menyerah pada musibah dan kehilangan harapan. Namun, reaksi lainnya adalah berdiri tegak melawan musibah dan, menurut Al-Quran, sabar yang menciptakan peluang, melahirkan kisah heroik, dan mengeluarkan hasil yang manis dari kejadian pahit, dan dalam hal ini, bangsa Iran memilih reaksi kedua.”[SZ]

 

 

700 /