Dalam pertemuannya dengan para pejabat negara, duta besar negara asing, perwakilan negara-negara Muslim dan sejumlah lapisan masyarakat Iran, Pemimpin Agung Revolusi Islam menyatakan bahwa “Revolusi Islam adalah Buah dari Sambutan atas Seruan Nabi saw.”
Dalam peringatan hari Mab'ats (Kamis, 8/2), Imam Khamenei, Pemimpin Agung Revolusi Islam, saat berjumpa dengan para pejabat negara, duta besar negara asing, perwakilan negara-negara Muslim dan sejumlah lapisan masyarakat Iran menyatakan bahwa menyambut dan menerima seruan atas diangkatnya Nabi Muhammad saw sebagai nabi dan rasul adalah sebab tumbuhnya kebahagiaan dunia dan akhirat. “Tragedi Gaza adalah tragedi kemanusiaan, di mana hal itu menunjukkan bahwa sistem global saat ini benar-benar batil, tidak dapat di lanjutkan dan akan sirna,” inbuhnya saat mengutip tragedi menyedihkan dan keberlanjutan kejahatan rezim Zionis yang saat ini terjadi di Gaza.
Pemimpin Agung Revolusi Islam dalam pertemuan tersebut mengucapkan selamat Hari Mab'ats (hari pengangkatan Nabi Muhammad saw) kepada rakyat Iran dan juga seluruh umat Islam. Ia menyebut Mab'ats sebagai peristiwa terpenting dan terbesar dalam sejarah umat manusia dengan mengatakan, “Bi’tsah Nabi Muhammad saw adalah petunjuk nyata akan formula sempurna, paripurna, pamungkas dan abadi dalam mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat bagi umat manusia.”
Imam Ali Khamenei menyinggung bahwa diutusnya Nabi saw di lingkungan yang penuh kezaliman, ketidakteraturan dan kesesatan zaman jahiliyah, serta munculnya tanda-tanda kerusakan dan kejatuhan dalam semua peradaban besar pada saat itu, sebagai peristiwa yang luar biasa. “Tujuan dari Bi’tsah ialah membuka jalan komunikasi umat manusia dari keterkekangan alam materi yang sempit dengan alam ghaib dan Tuhan yaitu iman, kemudian membersihkan manusia -yaitu dengan meningkatkan kehormatan dan pertumbuhan mereka- dengan jalan menghilangkan kekurangan dan menghilangkan keburukan, kejahatan, dan kesesatannya,” imbuhnya.
Imam Khamenei menyatakan bahwa Tazkiyah (pembersihan diri) sebagai gerakan menyeluruh untuk memperbaiki segala urusan baik yang menyangkut dalam diri setiap individu maupun masyarakat dalam dimensi politik, ekonomi, dan sosial, serta meniadakan segala bentuk ketidakadilan dan kesenjangan sosial diantara mereka. “Tazkiyah menciptakan dasar pendidikan bagi umat manusia dan masyarakat sehingga mampu mencetuskan ‘manusia Islam yang seimbang’ dengan memperkaya masyarakat dari sisi pengetahuan dan spiritualitas,” tandasnya.
Dengan merujuk pada ayat Alquran, ia menyatakan bahwa Bi’tsah dan seruan Nabi mulia saw adalah hal yang berlaku dan abadi untuk semua zaman. “Bahkan saat ini, Nabi mulia saw juga dalam proses mengajar dan membersihkan (tazkiyah) umatnya. Artinya, sebagaimana di masa lalu, Nabi saw mengajak manusia untuk tidak menyembah berhala, maka hari inipun juga ada ajakan dan seruan yang sama,” paparnya.
Pemimpin Agung Revolusi menilai bahwa setiap orang dalam melawan dan menghancurkan berhala hawa nafsunya adalah langkah pertama dalam menjawab panggilan Nabi mulia saw tersebut. “Adapun sebagian yang mengatakan bahwa untuk memperbaiki dunia, pertama-tama kita harus memperbaiki diri dan masyarakat kita terlebih dahulu, maka hal itu adalah pernyataan yang benar! Mengingat, seseorang yang memberikan contoh baik kepada dunia tentu akan menarik orang lain untuk mengikuti contoh baik tersebut,” inbuhnya.
Rahbar menilai bahwa Revolusi Islam adalah hasil dari sambutan rakyat Iran atas seruan Imam Khomeini ra. "Setelah itu rakyat Iran, berkat bantuan Allah Swt, melanjutkan langkahnya di jalan yang benar, dan selama sambutan atas seruan Nabi, berlanjut, maka pertumbuhan dan kemajuan akan tercapai, bukan hanya pertumbuhan maknawi dan ukhrawi, tapi juga duniawi,“ paparnya.
Imam Khamenei juga menyinggung kondisi saat ini di mana kezaliman dan pelanggaran hak-hak asasi manusia telah tersebar luas hampir di seluruh dunia. Ia menilai pembebasan dari situasi tersebut dan perbaikan kehidupan masyarakat dunia tentu hanya dapat diraih dengan menyambut dan menerima seruan Nabi dengan menjalankan ajarannya khususnya dalam penyucian diri dan menuntut ilmu. Terkait hal ini, Ayatullah Khamenei mengatakan “Tanggung jawab kita adalah selalu berusaha memperbaiki diri dan menunjukkan bahwa pemerintahan Iran, berdasarkan teladan Islam, yang dalam hal ini kita sudah meraih sejumlah keberhasilan yang berdampak pada dunia, walaupun tentu kita juga masih melakukan kelalaian.”
Merujuk pada musibah yang terus berlanjut di Gaza, Pemimpin Revolusi menilai bahwa musibah tersebut adalah musibah bagi dunia Islam dan bahkan seluruh umat manusia. Ia melihatnya sebagai puncak kehancuran dari tatanan dunia saat ini. “Saat ini, Amerika, Inggris, dan banyak negara Eropa serta sekutu-sekutunya mendukung rezim penjahat Zionis yang haus darah. Dari sini, dapat dipahami bahwa bahwa sistem global saat ini benar-benar batil, tidak dapat di lanjutkan dan akan binasa” tandasnya.
Imam Khamenei juga mengecam serangan terhadap rumah sakit dan pembunuhan hampir 30.000 warga Gaza sebagai malapetaka bagi budaya dan peradaban Barat. Ia menambahkan bahwa Amerika Serikat adalah dalang dan bertanggung jawab atas tragedi ini, sebagaimana diakui oleh Zionis sendiri bahwa mereka tidak akan dapat melanjutkan perang tanpa bantuan senjata Amerika.
Imam Khamenei menegaskan bahwa solusi untuk mengakhiri krisis di Gaza adalah dengan menarik kekuatan-kekuatan besar dunia dan para pendukung Barat dari masalah ini. “Para pejuang Palestina sendiri mampu mengelola medan perang, dan hingga saat ini, mereka tidak menerima pukulan telak karena berhasil mengelola arena pertempuran,” imbuhnya.
Dengan menekankan bahwa kewajiban pemerintah negara-negara dunia adalah menghentikan bantuan politik, propaganda, persenjataan, dan tidak mengirimkan barang-barang kebutuhan ke rezim Zionis, Pemimpin Revolusi menegaskan, “Tugas masyarakat negara-negara dunia ialah memberi tekanan kepada pemerintah-pemerintah mereka untuk melakukan tugas besar ini.”
Pada awal pertemuan ini, Presiden Raisi, dalam pidatonya, menyatakan bahwa Mab’ats adalah manifestasi terbesar akan karunia teragung dari Allah Swt, yaitu karunia hidayah (petunjuk). Ia menyebutkan bahwa dakwah Nabi Muhammad saw dalam mengajak umat manusia untuk menyembah Tuhan Yang Esa juga dibarengi dengan dakwahnya dalam berpikir kritis, keadilan, dan nilai-nilai Ilahi. Dengan mengacu pada tepatnya hari-hari peringatan Dah-e Fajr (peringatan Revolusi Islam Iran) dengan hari Mab’ats, Presiden Raisi mengatakan, “Sambutan atas ajakan dakwah Imam Khomeini untuk taat pada Allah Ta’ala dan melawan kemiskinan, kebobrokan, dan diskriminasi oleh rakyat Iran adalah sebuah manifestasi dari sambutan seruan bi’tsah kenabian.”
Presiden Raisi juga menyebut pembunuhan masal dan pembunuhan terhadap anak-anak di Gaza sebagai penyebab keraguan akan klaim hak asasi manusia oleh kekuatan Barat dan sebagai tanda ketidakmampuan organisasi internasional. “Kami yakin bahwa darah para syahid di Gaza dan Palestina akan mengakhiri rezim Zionis dan ketidakadilan global saat ini,” tuturnya.
Presiden Raisi juga menyebut kebijakan dan program internal pemerintah ialah berupaya untuk memperluas keadilan, mengatasi keterbelakangan, dan memperbaiki kondisi ekonomi. Ia juga menegaskan, “Satu-satunya solusi untuk berbagai masalah (yang saat ini dihadapi Iran) ialah kembali pada produk dalam negeri. Pemerintah tidak akan bergantung pada tangan asing untuk mengatasi masalah-masalah dalam negeri” tegasnya.[HR]