Pagi hari ini (Selasa, 9/1) Pemimpin Revolusi Islam hadir dalam peringatan tahunan kebangkitan historis masyarakat Qum pada (19 Dei 1402). Di hadapan ribuan orang dari penduduk kota tersebut, dengan tetap mengingatkan akan kekuatan dan peran luarbiasa masyarakat, ia menganggap kehadiran dan membawa panji-panji di setiap medan juang adalah strategi efektif dan praksis Imam Khomeini dan negara Islam; sementara menurunkan memotivasi dan mencerabut masyarakat dari arena adalah siasat musuh-musuh tanah air Iran khususnya Amerika dan Zionis.
Imam Ali Khamenei menegaskan setiap orang dimanapun yang memiliki bahasa komunikatif, efektif, dan jamaah, dengan wawasan pengetahuan yang luas, mereka harus mengajak masyarakat untuk hadir di berbagai ragam gelanggang politik, ekonomi, budaya, dan berbagai arena lainnya.
Ayatullah Khamenei menyebut Qum sebagai kota kebangkitan, kota pengetahuan, dan jihad perjuangan. Dengan menyebutkan berbagai pelajaran abadi akan gejolak kebangkitan masyarakat mukmin kota ini pada 19 Dey 1365 (9 Januari 1987) beliau mengatakan: “Kebangkitan 19 Dei adalah peristiwa besar yang terjadi dalam memprotes tindakan rezim berkuasa pada penerbitan sebuah artikel yang berisi penghinaan kepada pada Imam Khomeini. Hal itu merupakan pembuktian akan kekuatan peran luarbiasa masyarakat dalam peristiwa besar ini.”
Pemimpin Revolusi memandang Gaza sebagai contoh konkrit akan kekuatan dahsyat masyarakat, dan menegaskan: “Sekelompok kecil dari masyarakat di sebidang tanah kecil dengan kesabaran dan kebangkitan mereka telah membuat Amerika lemah dengan semua klaimnya dan rezim Zionis yang bergantung pada Amerika.”
Pemimpin Revolusi menganggap tumbangnya rezim berkuasa dan zalim dalam rentang kurang lebih setahun dari bergulirnya kebangkitan masyarakat Qum adalah capaian nyata akan kehadiran dan keterlibatan masyarakat dalam medan juang. Beliau mengatakan: “Kebangkitan ini merupakan pelajaran besar yang diberikan oleh Imam Khomeini pada tahun 1341 (1962) dan 1342 (1963) baik dengan ucapan maupun perbuatan kepada masyarakat, dan ini menunjukkan bahwa kehadiran masyarakat di tengah medan juang adalah mukjizat yang luar biasa.”
Ayatullah Khamenei menganggap dukungan dari berbagai elemen massa adalah pilihan strategis Imam Khomeini di hadapan praktek-praktek umum politik termasuk di antaranya negoisasi dengan partai dan tokoh-tokoh politik. Imam Khamenei menambahkan: “Imam Khomenei pada 12 Khordad 1342 (2/6/63) turun ke gelanggang aksi di Faidhiyyah mengikutsertakan masyarakat ke medan arena dan membagikan bendera pada mereka dimana bangkitnya masyarakat pada 15 Khordad 1342 (5/6/63) di Tehran, Qom, Varamin, dan kota-kota lain adalah sambutan rakyat atas seruan tersebut.”
Imam Khamenei memandang kebangkitan 19 Dey (9/1/) masyarakat Qom juga adalah sambutan atas teladan pelajaran Imam Khomeini untuk hadir selalu di medan juang dan menegaskan: “Dukungan masyarakat tentu saja merupakan pelajaran dari Imam Ali as dalam Nahjul Balaghah dimana beliau bersabda bahwa ‘Kumpulan massa adalah penopang agama, organ vital masyarakat dan amunisi saat mimpi buruk menghadapi musuh.’”
Ayatullah Khamenei dengan mengkritik orang-orang yang menganggap kehadiran presiden yang blusukan dan turun ke lapangan sebagai populisme dan pencitraan. Ia menegaskan: “Bermasyarakat adalah poin utama berbagai sistem politik; dan tentu saja cara bekerja dengan kumpulan massa adalah suatu seni luar biasa yang hal tersebut harus dicermati dan didalami.”
Pemimpin Revolusi menganggap “orientasi akurat” serta “rehabilitasi kognitif dan epistemik” adalah dua syarat untuk menarik masyarakat ke medan perlawanan dan kebangkitan. Ia mengatakan: “Tujuan dari mengajak masyarakat untuk hadir adalah demi pemerintahan Islam, kemuliaan Islam, kedamaian paripurna, kejayaan negara, dan menghadapi penguasa angkuh arogan.”
Imam Ali Khamenei menganggap perkembangan kognitif masyarakat adalah tanggung jawab para ilmuwan, professor, intelektual, rohaniawan, dan strata lainnya yang berpengaruh dalam opini publik. Katanya: “Orang-orang Amerika dengan pemikiran sederhana dan perhitungan yang salah bersama para pendukungnya, setelah 45 tahun masih menjustifikasi wajah rezim yang buruk dan terjajah, yang pada 22 Bahman tahun 1357 (11 Feb 1979) negara menendangnya keluar terusir dari tanah air yang suci ini.”
Dengan mengungkapkan interfensi langsung Inggris atas naiknya Reza Khan ke tampuk kekuasaan, Pemimpin Revolusi menambahkan: “Pion kecil antek tersebut, dengan bantuan agen Inggris setelah beberapa tahun, memulai medegradasi budaya bangsa seperti pelucutan hijab, penutupan hauzah dan majelis duka, serta berbagai tindakan serupa harus dilihat dengan pandangan tersebut.”
Ayatullah Khamenei, dengan menunjukkan campur tangan Inggris akan naiknya kekuasaan Mohammad Reza dan kudeta gabungan Amerika-Inggris untuk mengembalikan ke kekuasaan Syah pelarian tersebut pada tahun 1332 (1953), ia menambahkan: “Rezim Taghut pertama, menengah, dan yang terakhir berkuasa dengan bantuan asing dan kemudian melanjutkan kehidupan tercelanya. Dan sebagai imbalan atas kontribusi tersebut, bukan hanya minyak bumi Iran tetapi bahkan ia juga menggadaikan harga diri, agama, dan kehormatan negara kepada orang asing namun kini ada pihak yang mencoba membenarkan rezim korup tersebut.”
Melanjutkan pidatonya, Pemimpin Revolusi beralih menjelaskan strategi front imperialisme dan kolonialisme di Iran: “Titik perbedaan strategi Imam Khomeini yang membawa rakyat ke tengah lapangan serta mempercayakan panji perjuangan dan perlawanan kepada mereka, sementara Amerika dan rezim Zionis menggunakan siasat global yaitu mencerabut rakyat Iran keluar dari pusaran arena. Saat ini dan juga pada akhirnya, tipuan dengan berbagai cara mereka melanjutkan siasat tersebut.”
Beliau menilai upaya meremehkan keikutsertaan rakyat dalam berbagai momen penting sebagai salah satu tipu muslihat musuh untuk menyingkirkan orang dari panggung perjuangan. Cercaan prosesi pawai peringatan Arbain, menghempas-rendahkan akan rasa hormat masyarakat terhadap sang pemimpin besar Iran dan kawasan, demikian pula menimbulkan keraguan terhadap ruang-lingkup besar kehadiran massif masyarakat dalam perayaan keagamaan seperti peringatan nisfu Sya'ban adalah contoh dari strategi siasat musuh untuk mencerabut keluar masyarakat dari medan juang.”
Pemimpin Revolusi menambahkan: “Alasan permusuhan tersebut adalah karena mereka telah memahami penyebab kemajuan, capaian prestasi dan mengemukanya Iran sebagai kekuatan penting di kawasan, dan kematangan strategi yang tiada terkira bagi sebuah sistem yaitu kekuatan perlawanan di seluruh kawasan, dan kehancuran semua konspirasi, baik dari kudeta, perang diskriminatif hingga konspirasi ancaman keamanan adalah kehadiran rakyat Iran di medan juang.”
Ayatullah Khamenei menambahkan: “Tentu saja, ketika kehadiran masyarakat di medan juang dilarang dengan alasan apa pun, maka musuh akan senang dimana hal serupa terjadi di banyak sektor ekonomi.”
Pemimpin Revolusi menilai salah satu trik lain untuk menjauhkan masyarakat dari medan juang adalah upaya media asing agar muncul pesimisme masyarakat dan khususnya generasi muda akan masa depan. Katanya: “Menggeneralisasi atau membesar-besarkan poin-poin negatif, promosi yang sia-sia akan partisipasi dalam kegiatan politik dan pemilu, serta memamerkan kekurangan dan kesulitan ekonomi demikianlah beberapa di antara kegiatan propaganda mereka.”
Pemimpin Revolusi menambahkan: “Tentu saja kita mempunyai masalah ekonomi serta juga masih ada berbagai kelemahan yang terus berlanjut, dimana jika dicermati dan diperhatikan sebagian besar kelemahan-kelemahan ini disebabkan oleh ketidakhadiran masyarakat, sementara di beberapa medan yang dihadiri masyarakat, kelemahannya sedikit berkurang.”
Imam Ali Khamenei menganggap intimidasi dari kekuasaan dan Amerika serta rezim Zionis sebagai trik lain untuk menjauhkan rakyat dari medan juang dan berkata: “Jika dipastikan bangsa Iran takut pada kekuatan tertentu, maka Republik Islam tidak akan ada lagi, sementara saat ini beberapa kekuasaan yang mengklaim dominasi dan mereka layaknya dewa atas wilayah tersebut, tetapi di saat yang sama mereka takut terhadap bangsa Iran.”
Ayatullah Khamenei menyebut faktor pendukung lain yang dilakukan orang-orang asing untuk menjauhkan masyarakat dari medan juang sebagai penyebab masyarakat tidak percaya pada faktor kehadiran, keberanian dan kekuatan. Katanya: “Pada puncak faktor-faktor terciptanya kekuatan adalah, keyakinan dan iman serta syariat agama, sementara upaya dan propaganda musuh yang ditujukan untuk melemahkan faktor-faktor tersebut akan berakhir.”
Ia menambahkan: “Pada peristiwa hijab dan sejenisnya hendaknya disikapi dan diperhatikan dengan pandangan ini bahwa permasalahan tersebut bukan sekedar ketidaktahuan sebagian orang terhadap isu hijab, namun adanya segelintir orang dengan motivasi membangkang mereka sengaja mengerjakan perkara-perkara tersebut.”
Menciptakan perbedaan dan mempolarisasi masyarakat sedemikian rupa sehingga permasalahan melampaui perbedaan yang wajar dan mengarah pada pengecaman terhadap setiap pernyataan walau perkataan baik sekalipun dari pihak yang bersebrangan, merupakan cara lain untuk mengosongkan medan juang dari kehadiran masyarakat. Ketika selesai menjelaskan hal tersebut Pemimpin Revolusi mengatakan: “Cara menghadapi berbagai konspirasi ini adalah partisipasi masyarakat dalam masalah politik, ekonomi, pemilu bahkan keamanan.”
Ayatullah Khamenei berkata: “Dalam konteks persoalan keamanan, masyarakat dapat membantu pihak keamanan dengan mengidentifikasi agen-agen musuh, sebagaimana hingga saat ini banyak masalah keamanan telah diselesaikan dengan bantuan masyarakat, dan pihak berwenang telah mencegah terjadinya tragedi-tragedi serupa insiden Kerman, yang mungkin dapat dikatakan operasi standar yang menetralisasi berbagai konspirasi adalah puluhan kali lipat jumlahnya dibanding apa yang telah terjadi.”
Ayatullah Khamenei menganggap peningkatan kehadiran dan peran aktif masyarakat sebagai pilar penting pengelolaan secara benar suatu negara dan syarat mutlak menuju tercapainya tujuan-tujuan revolusi, serta sebagai semacam sugesti akan hak dan kewajiban setiap orang yang mampu bersuara dan punya mimbar untuk itu. Ia menambahkan: “Uulama, tokoh otoritas agama, rohaniawan, dosen universitas, seniman, manajer, Politisi, lembaga penyiaran, dll. kesemuanya memiliki kewajiban mengajak masyarakat untuk hadir di medan juang dan berdiri kokoh di dalamnya, dan tentu saja tugas para pejabat pemerintah lebih berat sebab ketika masyarakat sudah siap sementara untuk kehadiran masyarakat medan juang harus dipersiapkan.”
Pemimpin Revolusi menganggap kumpulan besar masyarakat pada peringatan empat tahun kesyahidan Jenderal Soleimani, kehadiran orang-orang dalam pawai 22 Bahman (11/2) dan Hari Quds, dan pertemuan pada hari Ayyamullah, sebagaimana peringatan tahunan 9 Dey (9/1), adalah indikasi yang jelas akan kesiapan masyarakat untuk hadir di medan juang. Katanya: “Masyarakat pada peringatan kesyahidan jenderal begitu bangga mereka datang dari jauh untuk berziarah ke Kerman, dan dengan adanya insiden besar yang terjadi tersebut esok harinya terus berlanjut dengan jumlah yang sama terkumpul masyarakat dengan intensitas yang sama begitu pula kekuatan dan motivasinya. Ini berarti masyarakat sudah siap dan para pejabat harus menyiapkan lapangan untuk kehadiran mereka.”
Mengenai kasus yang sangat menyedihkan Kerman, Imam Khamenei mengingatakan: “Insiden ini dengan arti yang sesungguhnya benar-benar menimpa bangsa kita, tentu kita tidak memaksakan menuduh ini dan itu, tetapi kita mendesak untuk mengidentifikasi faktor-faktor sebenarnya dan di balik layar masalah tersebut serta menekan para pelaku. Insya Allah pihak berwenang yang terhormat, yang sibuk bekerja dengan serius mampu memberi tindakan atas berbagai tidakan agen-agen yang terlibat dalam kejahatan ini dan berada di belakangnya.”
Ayatullah Khamenei pada bagian akhir pidatonya, menempatkan perhatiannya pada masalah Gaza, dan mengisyaratkan pada realisasi bertahap akan beberapa prediksi para ahli dalam masalah ini. Katanya: “Telah diprediksi perlawanan Palestina adalah pemenang di medan perang ini, dan yang akan dikalahkan adalah rezim Zionis yang jahat dan terkutuk dimana hari ini prediksi tersebut sedang terjadi.”
Ayatullah Khamenei menganggap tiga bulan kejahatan dan pembunuhan anak-anak oleh Zionis sebagai peristiwa yang tak terlupakan dalam sejarah dan menambahkan: “Bahkan setelah kehancuran dan penghapusan rezim ini dari muka bumi, kejahatan-kejahatan ini tidak akan dilupakan dan akan tercatat dalam sejarah; suatu hari, beberapa orang berkuasa di kawasan ini yang dalam rentang beberapa pekan mereka membunuh ribuan anak-anak, namun kesabaran rakyat dan perlawanan Palestina memaksa mereka mundur.”
Pemimpin Revolusi dalam menjelaskan tanda-tanda kekalahan dan kegagalan rezim Zionis setelah kejahatan 100 hari kurang lebih, mengingatkan: “Mereka mengatakan bahwa kami akan menghancurkan Hamas dan gerakan perlawanan serta memindahkan penduduk Gaza, nyatanya mereka tidak mampu. Dan saat ini gerakan perlawanan tetap hidup, dalam keadaan baik-baik saja dan siap sedoia, sementara rezim Zionis kelelahan, tertunduk-hina dan menyesal, dan bara kebatilan kejahatan telah menimpanya.”
Ia menganggap pertentangan ini sebagai pelajaran dan berkata: “Pelajaran ini menunjukkan bahwa poros kebangkitan menentang kezaliman, kekerasan, arogansi dan perampasan kekuasaan harus dilanjutkan, dan perlawanan setiap saat siap siaga serta melindungi diri serta tidak lalai akan tipu muslihat musuh. Dan dengan pertolongan Allah kapan pun akan ada kemungkinan untuk memberikan kehancuran pada musuh.”
Imam Khamenei berkata: “Insya Allah, suatu hari akan tiba ketika masyarakat Iran dan negara-negara Muslim akan melihat dengan mata kepala kemenangan kesabaran dan kebangkitan serta berserah-diri kepada Allah atas musuh-musuh dan setan-setan dunia.” [SA]