Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam pagi ini (Rabu, 25/10) dalam pertemuan dengan para peserta Kongres Peringatan 6.555 Pahlawan Provinsi Lorestan, mengisyarahkan bahwa penindasan terhadap rakyat Gaza itu identik dengan kesabaran dan kewibawaan dalam menghadapi kejahatan rezim Zionis yang hingga saat ini masih terus berlanjut. Ia menekankan, “Rezim pendudukan yang terluka dan hancur, kini sedang membalas dendam kepada rakyat Gaza atas tindakan para pejuang Palestina, namun tidak ada keraguan lagi, kendati Zionis mendapatkan semua dukungan dari para penjahat dunia dan ada keterlibatan Amerika dalam kejahatan ini, semua kekejaman dan kebrutalan ini pada akhirnya tidak akan menghasilkan apa-apa, dalam kasus ini dan di masa depan, kemenangan ada di tangan bangsa Palestina.”
Imam Ali Khamenei menganggap peristiwa yang terjadi saat ini di Gaza adalah peristiwa yang membentuk masa depan, dan sembari mengisyarahkan penindasan yang menimpa rakyat Gaza yang teguh dan istikamah untuk terus bertahan ini, beliau berkata, “Musuh yang haus darah ini tidak mengenal batas dalam melakukan kejahatan dan pembunuhan, baik kepada anak-anak, laki-laki dan perempuan, baik tua maupun muda, dan masyarakat Gaza saat ini tengah tertindas dalam arti yang dalam dan sebenarnya.
Saat menganalisa kesabaran dan sikap tawakkal masyarakat tertindas di Gaza, Imam Ali Khamenei mengisyarahkan beberapa contoh dan gambaran kesabaran dan ketabahan mereka dengan menambahkan, “Seorang ayah yang mengucapkan puji syukur kepada Allah Swt atas kesyahidan putranya, para orang tua yang mendedikasikan anak mereka yang syahid untuk Palestina, seorang remaja terluka yang melantunkan ayat-ayat Alquran dan adegan-adegan serupa menunjukkan sudut kesabaran dan kepercayaan yang mendalam dari masyarakat Gaza.”
Pemimpin Revolusi menyebut kesabaran rakyat Gaza itu merupakan sebuah hal yang sangat penting, ia juga menyinggung tentang kegagalan musuh dalam membuat rakyat Palestina menyerah, kemudian menekankan, “Kesabaran dan kepercayaan yang sama akan menjangkau rakyat Gaza dan pada akhirnya akan membuat mereka menang.”
Imam Ali Khamenei sekali lagi menyebut bahwa pukulan yang dilakukan oleh pejuang Palestina pada hari Sabtu tanggal 7 Oktober terhadap rezim yang sedang merebut kekuasaan merupakan sebuah pukulan yang menentukan dan belum pernah terjadi sebelumnya dan berkata, “Seiring berjalannya waktu, sifat dari pukulan yang tidak dapat dipulihkan itu menjadi semakin jelas.”
Imam Ali Khamenei menyebut kedatangan berturut-turut presiden Amerika Serikat dan negara-negara jahat lainnya seperti Inggris, Perancis dan Jerman ke Palestina merupakan upaya untuk mencegah kehancuran rezim Zionis, lalu beliau menambahkan,”Para pemjahat dunia bisa melihat bahwa rezim Zionis sedang sekarat dan diambaang kehancuranna karena pukulan yang sangat keras dari para pejuang Palestina, oleh karena itulah, melalui kunjungan dan ekspresi solidaritas serta menyediakan berbagai alat kejahatan seperti bom dan senjata-senjata lainnya, mereka berusaha untuk menjaga rezim yang terluka dan hancur ini untuk tetap hidup.”
Menyinggung pada kenyataan bahwa kekuatan rezim perampas tidak menjangkau para pejuang Palestina, Pemimpin Revolusi mengatakan, “Insya Allah mulai sekarang dan selanjutnya, para pejuang Palestina akan tetap menjaga semangat, motivasi, kekuatan dan kesiapan bertindak, dan yang dilakukan oleh Zionis si rezim perampas adalah melakukan balas dendam kepada rakyat Gaza yang tidak berdaya, dan semua ini dikarenakan ketidakmampuan mereka menghadapi para pejuang Palestina.”
Pemimpin Revolusi berkata, “Siapa pun yang berbicara tentang Gaza harus juga berbicara tentang kesabaran dan otoritas rakyat Gaza, jika tidak maka sesungguhnya ia telah menindas rakyat ini.”
Dalam poin penting lainnya, Imam Ali Khamenei menyebut Amerika adalah kaki tangan penjahat Zionis dan menekankan, “Tangan Amerika berlumuran darah anak-anak, perempuan dan para syahid lainnya di Gaza, dan faktanya, Amerikalah yang mengendalikan kejahatan ini.”
Pemimpin Revolusi menganggap bahwa goncangan hati nurani yang ditampakkan oleh masyarakat dunia di Amerika, Eropa, negara-negara Islam dan wilayah lain di dunia merupakan reaksi terhadap luas dan dalamnya kejahatan yang berulang-ulang dilakukan oleh rezim Zionis, beliau menambahkan, “Para penggugat kebebasan dan hak asasi manusia di Eropa telah melarang demonstrasi yang mendukung Palestina, namun masyarakat mengabaikan larangan ini dan tetap turun ke jalanan untuk meneriakkan kemarahan dan tekanan hati nurani mereka, dan tidak ada seorang pun yang bisa menghentikan reaksi bangsa-bangsa ini atas kebiadaban Zionis.”
Imam Ali Khamenei juga meminta kepada pemerintah Muslim untuk berhati-hati dan waspada dalam masalah Palestina dan mengatakan, “Negara-negara Islam dan juru bicara politik tidak boleh kehilangan akal sehat menghadapi atmosfer yang diciptakan oleh Barat dan menyebut Palestina sebagai teroris, dimana hal ini merupakan pembenaran bagi mereka untuk mengulangi setiap kesalahan dan kejahatan yang mereka buat.”
Pemimpin Revolusi mengatakan, “Amerika menyebut warga Palestina yang mempertahankan rumah dan tanah air mereka sebagai teroris, jadi sebenarnya siapakah yang menjadi teroris? Rezim perampas yang menduduki rumah dan tanah air warga Palestina, ataukah rakyat Palestina yang ingin mengambil kembali rumah dan tanah air mereka?”
Di akhir pidatonya, Imam Ali Khamenei menekankan, “Biarlah semua orang tahu bahwa bangsa Palestina adalah pemenang dalam kasus ini dan masa depan, dan dunia masa depan adalah dunia Palestina, bukan dunia rezim Zionis.”
Pada bagian lain pidatonya, Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam juga menyampaikan pidatonya kepada para peserta Kongres Peringatan Pahlawan (Syuhada) Provinsi Lorestan dan menyebutkan bahwa tujuan utama dari Kongres Peringatan Syuhada ini adalah untuk menciptakan aliran intelektual dan praktis guna mentransfer warisan berharga dari Islam generasi masa lalu hingga generasi muda saat ini.
Imam Ali Khamenei menyebut "ksatria dan keberanian" serta "persahabatan, kejujuran dan kesetiaan" yang dimiliki oleh masyarakat Lore di antara ciri-ciri paling menonjol dari masyarakat Lorestan dan wilayah Lore, beliau juga berkata, “Sejarah masyarakat Lorestan dalam seratus tahun terakhir, terdiri dari masa penindasan dan pencekikan pada masa Pahlavi dan bagian lainnya adalah penciptaan epik, kecemerlangan dan kemunculan Republik Islam, dan agar generasi muda mengetahui sejarahnya sendiri, maka kedua halaman sejarah ini harus dilestarikan dan dibandingkan.”
Sembari menekankan pada perampingan intelektual dan praktis dalam mentransfer warisan berharga dari pemuda tanpa pamrih di masa lalu kepada pemuda masa kini di negara ini, ia menambahkan, “Negara ini sedang menuju puncaknya, dan dalam lintasan ini, dibutuhkan banyak kerja dan usaha, dan juga ada banyak risiko. Jika kita ingin menempuh jalan ini dengan kekuatan, maka kita harus menggunakan sejarah masa lalu kita dan mewariskan warisan masa lalu kepada generasi sekarang.” [EZ]