Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam dalam Pertemuan dengan Anggota Basiji di Peringatan Hari Basiji:
Narasi Kegagalan Konspirasi Amerika Melalui Pemikiran Basiji dan Kepemimpinan Jenderal Qasim Soleimani
Pagi ini (Sabtu 27/11), dalam pertemuan dengan ratusan anggota relawan Basiji, Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam menyebut bahwa pembentukan Basiji merupakan salah satu inisiatif Imam Khomeini yang paling penting dan terbesar, dan sembari menyebutkan sebagian dari berkah dan manfaat kehadiran Basiji di berbagai sektor selama empat puluh tahun terakhir, beliau menegaskan, “Basiji lebih tinggi kedudukan dan martabatnya dari organisasi militer, dan sesungguhnya Basiji adalah budaya, pemikiran dan wacana yang mampu memajukan negara dengan langkah besar dalam gerakan yang besar.”
Imam Ali Khamenei dalam analisis makronya tentang posisi Basiji dalam geopolitik dunia Islam, kegagalan rencana strategis Amerika terhadap bangsa Iran, dan perlunya bagi Basij untuk memiliki pemahaman yang tepat mengenai kampanye luas Iran dengan Amerika, berkata, “Hari ini, metode yang paling penting dari para anti-Iran untuk mencapai tujuannya adalah dengan melakukan pemalsuan dan kebohongan.”
Dalam pertemuan yang juga ditayangkan secara langsung pada pertemuan Basiji di seluruh negeri dalam rangka peringatan Hari Basij ini, Pemimpin Revolusi Islam menganggap bahwa mengubah ancaman menjadi peluang merupakan salah satu sifat yang diberikan oleh Tuhan kepada Imam Khomeini dan berkata, “Pada bulan Azar 58 (Desember 1979) beberapa minggu setelah penyerangan ke sarang spionase yang kemudian dilanjutkan dengan ancaman Amerika terhadap Iran, alih-alih seperti para pemimpin dominan negara yang merasa takut akan ancaman ini, Imam Khomeini malah menegaskan perlunya memiliki 20 juta Basiji di negara ini yang akan mengantarkan bangsa ke panggung dengan sebuah mobilisasi umum.”
Merujuk pada pernyataan Imam Khomeini pada bulan Azar 1367 (Desember 1988), yaitu 9 tahun setelah pembentukan Basij dan ungkapan-ungkapan beliau yang luar biasa dan dengan bahasa sastra yang elegan untuk memuji Basij, Imam Ali Khamenei menambahkan, “Basij telah bertindak sedemikian rupa hingga saat itu Imam Khomeini mengungkapkan pernyataannya seperti seorang ayah yang mengungkapkan kecintaannya kepada anak-anaknya, beliau menyebut Basij sebagai sekolah cinta dan sekolah para saksi dan syahid tanpa nama, dan kendati beliau memiliki kehebatan yang mengguncang dunia dan sejarah, namun beliau menganggap sikap ke-Basij-an sebagai sebuah kebanggaan yang layak mendapatkan ciuman tangan bagi masing-masing mereka.”
Pemimpin Tertinggi Revolusi menganggap bahwa pernyataan Imam yang penuh cinta dan pengabdian tersebut ditujukan kepada seluruh anggota Basij baik yang dulu, sekarang maupun yang akan datang. Beliau menambahkan, “Dalam pernyataan ini juga, Imam mengumumkan mobilisasi umum kepada para mahasiswa dan santri, dimana hal ini menunjukkan bahwa dalam pandangan Imam, Basiji itu tidak hanya berkaitan dengan bidang kemiliteran saja, akan tetapi Basiji juga harus ada di sektor-sektor lainnya, termasuk bidang agama dan ilmu-ilmu empiris.”
Imam Ali Khamenei menyebut kehadiran Basiji dalam pertahanan suci sebagai kehadiran yang sangat efisien, memberikan solusi yang tepat, cemerlang, dan dengan sangat gemilang sukses menghadapi berbagai ujian; kemudian beliau menambahkan, “Dengan demikian, posisi Basiji lebih tinggi daripada lembaga kemiliteran, dan faktanya, Basiji adalah sebuah budaya, wacana dan pemikiran.”
Imam Ali Khamenei dalam menjelaskan ciri-ciri budaya Basiji mengisyaratkan pada "pelayanan dan pengkhidmatan kepada masyarakat dan negara yang dilakukan dengan sangat bersahaja dan tanpa henti " menurut beliau, “Basiji memasuki bidang jihad dan pelayanan bahkan tanpa mengharapkan ucapan terima kasih dan berani mengambil risikonya kendati dengan mempertaruhkan nyawa.”
Dalam memberikan contoh layanan tersebut, beliau menyebutkan upaya keras dan sulit yang dilakukan oleh kelompok ini saat terjadi bencana alam seperti banjir, pada masa-masa pandemi dimana mereka mempertaruhkan risiko tertular Virus Corona dan kematian demi menyelamatkan nyawa pasien, dan kehadiran mereka yang tak kenal lelah dengan metode inovatif dalam memperluas bantuan keagamaan. Beliau mengatakan, “Kalangan pemuda dengan budaya Basiji ini juga telah menciptakan banyak penghargaan di bidang sains dan pengetahuan, dimana diantara mereka juga terdapat para martir nuklir seperti almarhum Kazemi Ashtiani, pendiri Royan Institute.”
Pemimpin Revolusi menyebut kehadiran Basiji yang tanpa pamrih dan berani di medan konfrontasi melawan musuh ini merupakan manifestasi lain dari budaya dan pemikiran Basiji, “Budaya Basiji adalah budaya Mujahidin tanpa nama, dimana mereka memberikan seluruh keberadaan mereka untuk melayani negara dan mengambil risikonya tanpa rasa takut. Mereka pergi dan siap mengorbankan diri demi membebaskan orang lain, sebagaimana hal ini terjadi pada kasus terakhir, para Basij rela terzalimi di lapangan agar bangsa tidak tertindas di depan para pembuat onar, tentara bayaran atau elemen-elemen yang lalai.”
Imam Ali Khamenei menganggap bahwa "sepenuhnya menghindarkan diri dari berputus asa dalam situasi apa pun" merupakan salah satu karakteristik yang penting dari budaya Basij, kemudian beliau menambahkan, “Bertentangan dengan apa yang dikatakan oleh sebagian pemikir; di dalam Basiji itu tidak ada perbedaan generasi, meskipun para pemuda Basiji saat ini belum pernah melihat Imam dan tidak berada dalam peristiwa pertahanan suci, namun dalam masalah usaha, kerja dan jihad, mereka memiliki semangat yang sama persis dengan semangat yang dimiliki oleh angkatan enampuluhan.”
Beliau menyebut kapasitas negara untuk memunculkan mobilisasi dalam “melatih pertumbuhan baru”, dan kapasitas mobilisasi untuk "pembangunan dan kemajuan negara" sebagai dua fakta istimewa; beliau juga menunjukkan semangat kerelawanan dan mobilisasi bangsa Iran pada generasi sebelumnya dan keberanian serta ketidakgentaran mereka untuk memasuki lapangan, beliau mengatakan, “Di rezim taghut, semangat ini telah ditindas oleh bangsa asing atau pemerintahan yang buruk.”
Pemimpin Revolusi menambahkan, “Dengan memperhatikan makna Basiji yang sebenarnya, sosok-sosok seperti Syekh Mohammad Khiyabani, Mohammad Taqi Pesian, Mirza Kuchak Khan Janggali, Agha Najafi dan Haj Agha Nurullah, Asid Abdul Husein Lari dan Rais Ali Delawari juga bisa disebut sebagai tokoh-tokoh Basiji.”
Imam Ali Khamenei menganggap kemenangan revolusi telah menyebabkan pembebasan semangat dan budaya Basiji, “Revolusi telah membebaskan semangat anti-kolonial dan anti-otoriter di negara dengan memberikan harapan, dan kehadiran Imam Khomeini yang memberikan jiwa dan semangat bangsa telah menumbuh kembangkan bakat budaya dan pemikiran Basiji dengan sangat baik”, tutur beliau.
Beliau mengatakan bahwa buku-buku dan biografi para syahid Basiji di pertahanan suci banyak berisi tentang hal-hal yang luar biasa dan mencengangkan, beliau juga menambahkan, “Kehebatan mereka di medan laga telah mampu membuat ketakjuban bagi semua orang, padahal mereka ini adalah para Basiji yang sederhana.”
Imam Ali Khamenei menganggap bantuan yang diberikan oleh Basiji di dunia Islam merupakan berkah lain dari kehadiran kelompok ini, kemudian menekankan, “Dengan rahmat Tuhan, hingga saat ini, peninggalan Imam ini masih tetap aktif di negara dan dunia Islam dan akan tetap ada di masa depan dan sudah pasti buahnya pun akan semakin terlihat.”
Saat mengingatkan tentang interpretasi Imam Khomeini terkait dengan Basiji yang didasarkan pada ayat-ayat Al-Quran dimana beliau menyebutnya sebagai "syajaratun thayyibah: pohon yang baik" yang berbuah manis di setiap periode, Pemimpin Tertinggi Revolusi menambahkan, “Memperlihatkan revolusi yang kembali terlahir dan hidup, kemajuan negara berkat kerja dan jihad yang tanpa pamrih, keunggulan unsur spiritualitas dalam setiap kegiatan yang dibentuk dengan semangat Basij; dan idealisme di samping pragmatisme merupakan salah satu berkah dari semangat Basij, dan semangat ini harus dilestarikan di masyarakat, dan harus tidak terpengaruh oleh kesombongan.”
Imam Ali Khamenei dalam kelanjutan pidatonya menganalisis posisi Basij dalam geo politik dunia Islam dan berkata, “Posisi Basiji harus lebih luas dari masalah-masalah harian dan yang berurusan dengan keonaran baru-baru ini.”
Sembari menganalisis alasan pendekatan khusus kolonialisme ke kawasan Asia Barat, beliau menambahkan, “Kolonialisme Barat, yang mula-mula diwakili oleh Eropa dan kemudian oleh Amerika, memberi perhatian khusus pada kawasan kita dan saat ini kawasan Asia Barat merupakan pusat utama minyak, energi dan sumber daya alam dan menjadi empat jalur hubungan antara Timur dan Barat, oleh karena itulah rezim palsu dan Zionis perampas didirikan di wilayah ini supaya Barat memiliki basis di wilayah Asia Barat untuk menjarah sumber daya dan menciptakan perang dan perpecahan.”
Pemimpin Tertinggi Revolusi menekankan bahwa titik paling penting dan sensitif di kawasan strategis Asia Barat adalah Iran, kemudian beliau mengingatkan, “Berdasarkan hal inilah sehingga pada awalnya Inggris dan kemudian Amerika melakukan investasi khusus, terutama untuk melatih para mata-mata di Iran supaya memiliki dominasi penuh.”
Imam Ali Khamenei juga menggambarkan adanya dominasi dan tekanan Amerika terhadap Iran dan para penguasa sebelum revolusi, dengan mengatakan, “Tekanan ini sedemikian rupa beratnya hingga dalam memoar para pemimpin politik era Pahlevi disebutkan bahkan Mohammad Reza Pahlavi sendiri mengeluh tentang meningkatnya pemerasan yang dilakukan oleh Amerika, hanya saja dia tidak berani angkat bicara.”
Merujuk pada kemenangan Revolusi Islam di titik fokus pemerintahan kolonial Barat di kawasan Asia Barat, beliau mengatakan, “Terjadinya revolusi yang tiba-tiba, telah mengagetkan tidur nyenyak para kolonialis dan memberikan pukulan yang sangat fatal, membingungkan dan mengejutkan bagi kebijakan kolonial di tempat aman mereka.”
Pemimpin Revolusi menekankan bahwa Revolusi Islam menjadi penghalang kuat akan kehadiran Amerika dan Barat di kawasan, dan revolusi ini berhasil menciptakan identitas baru. Selanjutnya beliau mencatat bahwa Revolusi Islam telah berhasil mengubah identitas yang tadinya merupakan negara yang memiliki ketergantungan menjadi negara dengan “identitas kemerdekaan, kekuatan dan semangat berdiri di atas kaki sendiri, berbicara dari posisi kekuasaan dan tidak memiliki rasa gentar sedikitpun", dan pemikiran ini tentu saja tidak hanya berimbas pada Iran saja melainkan juga memberikan dampak di kawasan.
Sembari mengisyaratkan pada isu-isu yang berkaitan dengan keputusan revolusi pada awal kemenangan Revolusi Islam, Imam Ali Khamenei mengatakan, “Pada tahun-tahun awal revolusi, saya pernah menyampaikan pada shalat Jumat bahwa revolusi itu seperti semerbak bunga dan udara di musim semi yang aromanya menyebar dalam atmosfer dan setiap orang dapat mencium wanginya tanpa ada yang dapat menghentikannya, itulah mengapa revolusi Islam secara alami mengubah orang-orang di wilayah tersebut dan menyadarkan mereka, sehingga Barat, khususnya Amerika harus memikirkan solusinya, karena tunas-tunas revolusi mampu menghancurkan dominasi mereka atas Iran dan mampu menggoncangkan wilayah ini.”
Imam Ali Khamenei menganggap masalah terpenting Barat dalam menghadapi sistem Islam di awal kemenangan revolusi adalah kehadiran rakyat dan kekuatan revolusioner di atas panggung, dimana kristalisasi konkretnya adalah kekalahan Saddam dan pendukung Barat dalam delapan tahun pertahanan suci.
Mengacu pada rencana Amerika yang diungkapkan sekitar 15 tahun yang lalu oleh tokoh-tokoh terkemuka negara ini, Pemimpin Revolusi Islam mengatakan, “Rencana mereka adalah menggulingkan enam negara Irak, Suriah, Libanon, Libya, Sudan, dan Somalia, supaya pada akhirnya perluasan dan kedalaman strategis Iran di kawasan ini menjadi hilang dan dengan melemahnya negara ini pada akhirnya akan membuat keruntuhan pada sistem Republik Islam Iran.”
Imam Ali Khamenei menunjukkan, “Akan tetapi pemikiran dan perluasan revolusi Islam di tiga negara Irak, Suriah dan Libanon menjadi efektif dan mampu melakukan pekerjaan besar dan penting, diantaranya kekalahan Amerika di tiga negara ini.”
Mengacu pada kegagalan rencana Amerika untuk menghancurkan Hizbullah dan Amal di Lebanon, serta kegagalan di Irak dan Suriah, meski menghabiskan sekian ribu miliar dolar dan ribuan jam kerja intelektual dengan mempekerjakan ratusan pemikir, beliau menekankan, “Rencana dan persekongkolan di kawasan ini berhasil dinetralkan oleh kekuatan besar dan efisien Republik Islam, dan perwujudan serta bendera kekuatan besar ini adalah seorang bernama "Jenderal Qasim Soleimani", oleh karena itu sekarang sudah jelas mengapa nama "Jenderal Qasim" sangat populer bagi rakyat Iran namun sedemikian mengecewakan bagi musuh.”
Pemimpin Tertinggi Revolusi menyarankan para Basiji untuk memiliki pemahaman dan analisis makro terhadap kampanye yang meluas ini, dan menghindarkan diri dari membatasi visi mereka hanya pada konflik dengan beberapa elemen-elemen kecil kontra-revolusioner, kemudian menambahkan, “Dengan melakukan analisis makro inilah kita bisa memahami apa yang menjadi alasan musuh melakukan desakan pada JCPOA ke 2 dan ke 3, yang kemudian di dalam negeri pun hal ini telah menyebabkan sebagian mengulangi kata-kata mereka karena kelalaian.”
Dalam kaitannya dengan hal ini beliau menambahkan, “JCPOA 2 berarti bahwa Iran benar-benar meninggalkan kehadirannya di kawasan, dan JCPOA 3 berarti bahwa Iran berkomitmen untuk tidak memproduksi senjata strategis dan penting seperti rudal dan drone, dan hal ini dimaksudkan supaya Iran bertangan kosong saat menghadapi agresi.”
Imam Ali Khamenei menganggap kehadiran Basij di negara ini sebagai perisai saat melawan konspirasi besar, “Kalian relawan Basiji telah membela tanah air di medan laga ini, kalianlah yang berperang melawan ISIS buatan Amerika dan dengan gagah berani melakukan apa pun untuk para pejuang Lebanon dan Palestina, dan apa pun yang kalin mampu lakukan untuk membantu (mereka) kalian lakukan dan akan tetap membantu.”, ujar beliau.
Pada kesempatan lain beliau menegaskan bahwa medan pertempuran Basij begitu luas dan mendalam, bukan hanya terbatas pada pertarungan melawan segelintir perusuh jalanan, “Tentu saja, ini tidak berarti bahwa Basiji bisa meninggalkan perjuangan melawan para perusuh, tidak, karena bagaimanapun isu itu juga harus diselesaikan dan setiap perusuh dan teroris harus dihukum sesuai dengan tingkat keterlibatannya. Akan tetapi Basiji juga harus menghargai dirinya sendiri dan tidak membatasi diri pada hal-hal yang kecil dan mengetahui bahwa para pembuat kerusuhan itu pun sebenarnya merupakan jari-jemari dari tangan yang sama di mana konspirasi besar mereka telah gagal dan kini mencoba untuk terjun ke lapangan.”
Pemimpin Revolusi Islam menekankan, “Basij tidak boleh lupa bahwa perjuangan dan konflik utama adalah dengan arogansi global; sementara para perusuh jalanan ini hanyalah mereka yang tidak sadar, bodoh, tidak tahu, memiliki analisis yang salah, atau merupakan para tentara bayaran.”
Sembari mengekspresikan penyesalannya atas analisis yang lemah dan tidak berguna dari sebagian kalangan, beliau berkata, “Sebagian dari orang-orang ini mengatakan di surat kabar dan dunia maya bahwa untuk mengakhiri kerusuhan yang ada, Anda harus "menyelesaikan masalah Anda dengan Amerika" dan "mendengarkan suara rakyat".
Imam Ali Khamenei mengajukan sebuah pertanyaan, "Bagaimana masalah Amerika dengan Iran bisa diselesaikan?" kemudian melanjutkan, “Ini adalah pertanyaan yang serius dan nyata dan kami tidak ada maksud untuk mengajak bertengkar. Bisakah masalah ini diselesaikan dengan duduk, bernegosiasi dan mendapatkan komitmen dari Amerika?”
Beliau mengingatkan tentang negosiasi Aljazair dengan Amerika pada tahun 1359 terkait dengan pembebasan para sandera dan komitmen Amerika untuk melepaskan kekayaan Iran dan menghindari campur tangan dalam urusan internal, “Kita sudah membebaskan semua sandera, akan tetapi Amerika tidak memenuhi kewajibannya, termasuk mencabut sanksi dan melepaskan kekayaan negara yang beku.”
Pemimpin Revolusi menganggap pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh Amerika Serikat dalam masalah JCPOA terkait dengan penghapusan sanksi terhadap pengurangan aktivitas industri nuklir, bisa menjadi contoh lain dari ketidakabsahan penyelesaian masalah dengan Amerika Serikat melalui negosiasi, setelah itu berkata, "Negosiasi tidak akan menyelesaikan masalah kita dengan Amerika Serikat, benar, yang bisa menyelesaikan masalah adalah membayar uang kepada Amerika Serikat dimana tentu saja mereka tidak akan puas dengan satu kali bayaran melainkan akan meminta uang tebusan yang baru setiap saat.”
Dalam kaitannya dengan hal ini beliau menambahkan, “Awalnya mereka mengatakan kepada kita untuk menghentikan pengayaan 20%, kemudian berubah menjadi pengayaan 5%, setelah itu menghentikan seluruh industri nuklir, lalu mereka menuntut perubahan konstitusi, dan berlanjut pada pengurungan di belakang perbatasan, pengosongan tangan Iran dan penutupan industri pertahanan.”
Imam Ali Khamenei menekankan bahwa bisa saja ada sebagian yang menolak atau bahkan tak ada seorangpun yang bersedia menerima Republik Islam, akan tetapi tidak ada seorang warga Iran pun yang mau membayar uang tebusan seperti ini, beliau berkata, “Oleh karena itu, negosiasi dengan Amerika tidak akan menyelesaikan masalah, dan hanya ketika kita memberikan uang tebusan pada semua masalah yang ada dan melanggar seluruh garis merah, maka saat itulah Amerika akan melepaskan diri dan tidak ada lagi hubungannya dengan negara ini, sebagaimana hal tersebut terjadi pada era Pahlavi. Tetapi apakah kita menciptakan revolusi dan mempersembahkan begitu banyak syahid hanya untuk metode seperti ini?”
Berhadapan dengan kebolehan lain dari sebagian penggugat terkait dengan "mendengar suara bangsa", beliau mengingatkan, “Gemuruh suara bangsa telah dikumandangkan tahun ini pada tanggal 13 Aban (4 Nov); apakah kalian tidak mendengarnya? Dengarkan suara bangsa ini pada kerumunan besar yang dihadiri oleh lebih dari 10 juta penduduk saat pemakaman Jenderal Qasim Soleimani. Dan hari ini, pemakaman para martir di berbagai kota dan slogan-slogan rakyat melawan terorisme dan perusuh merupakan suara bangsa. Apakah kalian tidak bisa mendengarnya?”
Di bagian akhir pidatonya, Pemimpin Revolusi memberikan beberapa nasehat kepada para Basiji, “Tetaplah kalian berada di Basiji dan peliharalah semangat dan iman Basiji dalam diri kalian”, “Kenali dan hargai diri kalian, tentunya yang menjadi ciri Basij adalah tidak menyombongkan diri, akan tetapi jangan lupa untuk menghargai kesuksesan yang diberikan Tuhan ini. Kenali musuh dan titik lemahnya, selalu waspada di depan musuh yang berusaha memberi kejutan kepada kalian dengan membuat dirinya tampak besar dan kuat", dan "Jaga dan ukur pertumbuhan spiritual kalian".
Pada nasehatnya yang kelima, beliau berkata, “Saat ini, metode paling penting yang dipilih oleh para pembuat keonaran adalah memalsukan dan berbohong melalui televisi atau dunia maya, namun bertolak belakang dengan kelompok ini, terdapat murid yang meningkatkan visi dan pandangannya guna melakukan kewajiban jihad eksplanasi, mereka ini tidak akan membiarkan musuh mencapai tujuannya, musuh yang saat ini lebih berfokus untuk melakukan penguasaan otak daripada mendominasi negara.”
Pada nasehatnya yang keenam, Pemimpin Revolusi menekankan untuk "menjaga dan mempertahankan kesiapan praktis dan jangan sampai lalai", kemudian berkata, “Perhatian semua orang, terutama para pejabat negara, harus difokuskan pada masalah-masalah di seputar negeri, karena bagi kita, baik wilayah Asia Barat, Kaukasus maupun kawasan timur negara itu sangat penting dan kita harus memperhatikan semua ini, apa yang ingin dilakukan musuh?”
Menyinggung berbagai pemanfaatan event Piala Dunia yang dilakukan oleh orang-orang sombong dan lalai dari perhatian seluruh mata yang tertuju kepada mereka untuk melakukan hal lain (seperti yang terjadi sebelumnya pada event ini) beliau menekankan untuk tetap sadar dan waspada pada tahapan ini dan menambahkan, “Karena saat ini saya telah mengisyaratkan tentang Piala Dunia, sekaligus saya katakan bahwa kemarin tim nasional kita telah memberikan kebanggaan pada bangsa ini, insyaallah mereka senantiasa akan berada dalam kebaikan karena telah membahagiakan bangsa.”
Pada nasihat ketujuh, beliau memerintahkan kepada para Basiji untuk menjaga pengaruh orang-orang yang tidak bermoral dan korup di dalam tubuh Basij, dan beliau mendedikasikan nasihat terakhirnya pada perintah al-Quran bahwa "Jangan malas dan jangan sedih, kalian adalah orang-orang yang unggul jika kalian beriman." [EZ]