Pemimpin Revolusi Islam Iran dalam Acara Haul Imam Khomeini rah yang ke-33 mengatakan:
“Saat ini, kecintaan umat terhadap revolusi dan agama jauh lebih kuat dibandingkan dengan masa-masa awal Revolusi”
Dalam pertemuannya dengan rakyat Iran dalam acara haul Imam Khomeini ke-33 yang berlangsung secara semarak di Kompleks Makam Pendiri Republik Islam Iran di Teheran pada Sabtu (4 Juni 2022) pagi, Pemimpin Revolusi Islam Iran menyebut bahwa Imam Khomeini ra adalah spirit Republik Islam Iran dan seorang sosok luar biasa dalam arti kata yang sebenarnya. Ia menyebut bahwa beliau adalah Imam baik untuk kemarin, hari ini maupun esok.
Terkait hal ini, beliau menegaskan “Generasi muda nan cerdas saat ini tentu membutuhkan spirit yang handal, komprehensif, akseleratif dan transformatif supaya bisa mengatur negara dan mengantarkan bangsa ke puncak kejayaan; Spirit ini tentu dapat mereka peroleh dari ajaran, ucapan dan perilaku Imam Khomeini ra.”
Beliau juga memberikan nasihat penting dengan menghimbau seluruh rakyat beserta aktivis revolusioner, budaya, politik dan ekonomi untuk senantiasa mencegah de-identifikasi revolusi dan distorsi terhadap Imam Khomeini ra. Semua harus mampu mengetahui dan mengungkap kebohongan musuh dengan segala bentuk perang psikologis yang mereka lancarkan, harus mampu mencegah infiltrasi gaya hidup Barat yang reaksioner, dengan tentunya tetap hormat pada para pejabat yang berjiwa revolusioner.
Dalam acara yang diadakan secara live setelah lewat dua tahun masa pandemi ini dan dengan mengacu pada kepribadian Imam Khomeini ra yang hingga kini masih tersembunyi, Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam Iran mengatakan, “Terlepas dari banyaknya pidato-pidato dan tulisan-tulisan yang menjelaskan keagungan beliau, namun tentu masih banyak hal-hal tersembunyi lain tentang kebesaran, kekuatan kepribadian dan kepemimpinan beliau yang belum diketahui. Oleh karena itu, bagi generasi muda -yang belum mengenal Imam dengan baik- hendaknya terus banyak belajar hal-hal progresif nan menentukan dari ajaran-ajaran Imam Khomeini ra supaya mereka mampu memenuhi tugas dan tanggung jawab sebagai warga negara yang berjiwa revolusioner dan dapat mengambil langkah yang tepat serta optimal dalam mengantarkan negara menuju masa depan yang cerah.”
Pemimpin Tertinggi Revolusi Iran juga menyebut Revolusi Islam sebagai revolusi terbesar dalam sejarah dari revolusi-revolusi yang pernah ada. Hal itu beliau kemukakan dengan membandingkan proses berdirinya dua revolusi kontemporer yang terkenal -yaitu Revolusi Prancis dan Revolusi Soviet- dengan Revolusi Islam. Terkait hal ini, beliau mengatakan ”Dalam kedua revolusi ini, spiritualitas diabaikan; sehingga dalam waktu yang singkat, keduanya pun menyimpang. Mereka menyingkirkan rakyat yang menjadi sebab bagi kemenangan mereka sehingga mereka sendiri yang praktis mundur dan kembali ke masa lalu! Dan ini berbeda dengan Revolusi Islam yang kini justru semakin kuat -setelah kemenangannya-, karena tetap bergantung pada keinginan rakyat dengan adanya pemilihan umum yang telah berlangsung berkali-kali serta tetap memperhatikan aspek material dan spiritual mereka secara simultan. Hal inilah yang menjadikan Revolusi Islam berbeda dari revolusi-revolusi lainnya, yang secara langsung juga menunjukkan akan kebesaran kepemimpinan Imam Khomeini ra.”
Imam Ali Khamenei menilai bahwa kehadiran rakyat adalah faktor utama bagi kemenangan Revolusi. Namun demikian, beliau juga mengatakan, “Ya, beliaulah Imam Khomeini ra yang sangat bijak yang dengan tangannya yang kuat, kepribadiannya bak baja yang tak terpatahkan, hatinya yang pasrah dan tawakal yang dibarengi dengan lisan bak pedang Zulfiqar, yang mampu menggerakkan rakyat bak gelombang samudra yang begitu besar untuk turun dan menetap di jalan-jalan tanpa membiarkan mereka dalam ke-putus asa-an dengan terus mengarahkan mereka.”
Mengacu pada manifestasi kepemimpinan Imam Khomeini ra yang penuh makna serta kekuatannya yang luar biasa dalam mendidik umat khususnya bagaimana mereka harus mengambil keputusan saat berada dalam medan juang, Imam Khamenei menggambarkan sepak terjang beliau khususnya disaat masa-masa kebangkitan Revolusi Islam dengan mengatakan, “Di akhir-akhir tahun kehidupan beliau, beliau selalu memberikan wasiat dan pesan-pesan khususnya terkait medan juang yang bahkan ditujukan bagi generasi setelahnya.”
Saat menjelaskan kepribadian Imam Khomeini ra yang memiliki karakteristik yang luar biasa dalam arti kata yang sebenarnya, Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam Iran mengungkap beberapa karakteristiknya bahwasanya Imam ra adalah pribadi yang menjaga diri dan shaleh, memiliki spiritualitas dan maqam ‘irfan yang sangat tinggi, berani, bijaksana, selalu mengedepankan rasionalitas, penuh perhitungan, percaya pada masa depan, jujur, sangat tertib, percaya dan yakin akan janji Allah Swt serta senantiasa menjadi pejuang.
Setelah menyebutkan beberapa ciri dan karakteristik Imam Khomeini ra tersebut, Imam Ali Khamenei menjelaskan tentang jalan dan prinsip keyakinan beliau dengan mengatakan bahwa prinsip keyakinan beliau -baik pada saat masa perjuangan maupun setelah revolusi menang adalah qiyam lillah (bangkit untuk mendapat ridha Allah Swt), yang tentu hal ini berlandaskan dari al-Qur'an.
Beliau mengatakan bahwa tujuan qiyam lillah ini tidak lain adalah untuk menegakkan kebenaran, menegakkan persamaan dan keadilan dan dakwah dengan menyebarkan spiritualitas. Terkait hal ini, Ayatullah Khamenei mengatakan, “Imam ra adalah pejuang sejati. Beliau selalu hadir di setiap medan!.” Ayatullah Khamenei kembali menambahkan, “Hal paling menonjol dari tindakan Imam ra saat masa perjuangan (sebelum revolusi menang) diantaranya ialah tidak takut, terbuka pada rakyat, mempercayai rakyat, menghargai perjuangan rakyat serta menanamkan harapan di hati setiap insan.”
Setelah itu, Imam Ali Khamenei menjelaskan beberapa tindakan penting Imam Khomeini ra saat Revolusi menang, yaitu dengan berdirinya Republik Islam Iran dengan mengatakan, “Hal terpenting yang senantiasa beliau wanti-wanti dan tekankan ialah “Republik Islam” harus berbeda dengan “Budaya dan Pemikiran Barat.” Dengan sebab inilah mengapa Imam ra menegaskan bahwa “Republik Islam” tidak muncul dari "Republik dan Demokrasi Barat”, namun ia murni berasal dari “prinsip Islam.”
Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam menilai bahwa salah satu ciri menonjol yang ada pada diri Imam ra yang dapat dijadikan panutan saat ini ialah bahwa beliau bisa menyatukan dua hal yang tampaknya kontradiktif. Terkait hal ini, beliau mengatakan, “Dalam model dan sistem politik baru yang disajikan oleh Imam ra, beliau berhasil menyatukan dua hal yang tampaknya kontradiktif: “Disatu sisi harus menjaga spiritualitas, namun disisi lain juga harus memperhatikan suara rakyat”, “Disatu sisi harus menjalankan hukum Ilahi, namun disisi lain juga harus menjaga kebutuhan dan kepentingan-kepentingan publik”, “Disatu sisi harus menegakkan keadilan ekonomi dengan menjaga hak-hak kaum lemah, namun disisi lain juga harus terus meningkatkan kekayaan”, “Disatu sisi menolak segala bentuk penindasan, namun disisi lain juga menolak pasrah atau menerima segala bentuk penindasan”, “Disatu sisi harus mampu menguatkan bidang keilmuan dan ekonomi, namun disisi lain juga harus menguatkan sistem pertahanan negara”, “Disatu sisi harus menjaga persatuan, namun disisi lain juga harus menerima keragaman pendapat dan kecenderungan politik yang berbeda-beda”, “Disatu sisi harus menjaga ketakwaan dan ketaatan para pejabat negara, namun disisi lain juga harus menekankan keahlian dan kecekatan kerja mereka.”
Imam Ali Khamenei kemudian mengajukan satu pertanyaan penting dengan berkata, “Yang menjadi pertanyaan sekarang ialah sejauh manakah model dan aturan-aturan yang telah dirancang dan didirikan oleh Imam ra telah terealisasi, baik pada masa beliau maupun setelah beliau!?”
Beliau menambahkan: "Dilihat dari fakta yang ada sekarang, maka saya bisa katakan bahwa Republik Islam telah mencapai keberhasilan besar di semua bidang -seperti demokrasi, kemajuan keilmuan, diplomasi, ekonomi dan layanan publik-. Semua tentu menyadari hal ini dan sungguh tidak adil jika masih ada yang menyangkalnya. Ya, walaupun tentu masih banyak sisi kurangnya; Artinya, disamping kita telah maju namun disisi lain kita masih lemah dan banyak kegagalan.”
Saat menjelaskan sebab-sebab kelemahan dan kegagalan tersebut, Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam mengatakan, “Sebenarnya Imam ra telah membimbing kita dan telah memberitahu penyebab masalah ini dengan berkata, "Hasil yang kalian peroleh tergantung pada usaha dan perjuangan kalian"; Artinya, di mana pun rakyat dan pejabat sama-sama memiliki kemauan yang kuat, maka disitulah kemajuan akan diperoleh. Sebaliknya, di mana pun ada kelemahan dalam kemauan, maka disitulah sebab keterbelakangan.”
Imam Ali Khamenei juga mengingatkan bahwa peran musuh yang luas dari awal kemenangan revolusi hingga hari ini tentu tidak boleh diabaikan.
Beliau juga menambahkan, “Permusuhan ini tidak diciptakan oleh Republik Islam, namun karena esensi Republik Islam adalah melawan penindasan, kesombongan dan kemungkaran serta selalu mengajak pada sisi spiritualitas, maka sudah tentu para penindas, para arogan dunia, para pelaku kemungkaran dan para pembenci spiritualitas akan sangat benci dan memusuhinya.”
Selain itu, beliau juga mengatakan ada faktor penting lainnya yang membuat mereka sangat benci dan memusuhi Republik Islam yaitu karena Imam ra memiliki landasan ideologi anti Barat. Terkait hal ini, beliau mengatakan, “Mendukung Palestina dan memberikan kedutaan rezim Zionis (di Teheran) kepada rakyat Palestina (yaitu dengan menutup kedutaan tersebut), mengkritik kemunafikan dan kejahatan-kejahatan negara-negara Eropa dan Amerika adalah contoh penting dari sikap Imam Khomeini ra yang menjaga jarak dan memisahkan antara peradaban, pemikiran dan sistem Islam dengan peradaban dan pemikiran Barat.”
Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam Iran juga menyebut keistimewaan besar lain dari pribadi Imam ra ialah bahwa beliau telah berhasil memperkenalkan konsep al-Muqawamah (bangkit melawan penindasan) kepada rakyat dan menyuntikkan spirit untuk selalu melawannya. Terkait hal ini, Ayatullah Khamenei mengatakan, “Berkat Imam Khomeini-lah hari ini bangsa Iran menjadi bangsa yang benar-benar tangguh. Kini, al-Muqawamah (bangkit melawan penindasan) menjadi salah satu kata yang tidak asing dalam literatur politik dunia!.”
Lebih lanjut, Ayatullah Khamenei mengungkap dua konspirasi musuh dalam memusuhi rakyat Iran; Bagian pertama dari rencana tersebut ialah bahwa musuh berharap bisa menyerang negara ini melalui demo-demo di kalangan masyarakat dengan menunggangi mereka dengan segala macam cara -baik dengan menyebar propaganda di dunia maya, dengan imbalan uang atau melalui tentara-tentara bayaran mereka-, untuk melawan Pemerintahan Islam.”
Adapun bagian kedua dari konspirasi tersebut, Ayatullah Khamenei menyebutkan tentang perhitungan salah musuh terkait dengan kejatuhan Republik Islam dengan mengatakan, “Para pembenci selalu mengatakan di awal-awal revolusi bahwa revolusi akan jatuh dalam enam bulan. Dan setelah perhitungan mereka salah (yaitu setelah berlalunya enam bulan namun revolusi tetap berjalan), mereka kembali mengumbar janji dan menambahkan bahwa enam bulan lagi revolusi pasti akan jatuh dan tumbang. Kini, enam bulan tersebut telah terulang sebanyak delapan puluh enam kali sejak berdirinya revolusi! Tentunya, pohon muda yang tadinya kecil itu, kini telah berubah menjadi pohon yang sangat kuat! Dan perhitungan apapun yang mereka lontarkan saat ini adalah sama salahnya dengan perhitungan mereka dengan sebelumnya tersebut!”
Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam Iran menekankan, “Di Republik Islam, faktor rakyat adalah faktor yang sangat penting dan musuh tidak akan mampu menempatkan mereka untuk melawan Pemerintahan Islam.”
Dalam menganala alasan mengapa para musuh selalu salah secara berturut-turut dalam perhitungan ini, Imam Ali Khamenei menunjuk para pengkhianat Iran yang dijadikan sebagai dewan penasihat musuh adalah sebagai sebab utamanya dan berkata: “Para penasihat ini tidak hanya mengkhianati negara mereka sendiri, namun mereka juga justru mengkhianati orang-orang Amerika (para pejabat pengambil keputusan); Sebab, konsultasi dan kesimpulan keliru para penasehat ini telah menyebabkan kegagalan mereka.”
"Berpalingnya masyarakat Iran dari agama, ulama, dan Pemerintahan Islam" adalah contoh berita salah yang mereka sampaikan sebagaimana yang dijelaskan oleh Imam Khamenei selanjutnya. Terkait dengan hal ini, beliau menambahkan, “Selain apa yang dikatakan oleh orang-orang Amerika dibawah pengaruh penasehat bodoh para pengkhianat tersebut, hanya sedikit orang-orang naif di dalam negeri yang juga membuat pernyataan palsu semacam ini di media-media!”
Imam Khamenei menekankan bahwa saat ini, kecenderungan rakyat terhadap agama dan revolusi itu dapat dipastikan jauh lebih besar jika dibandingkan dengan di awal revolusi. Menurutnya, hal itu tampak pada partisipasi luas masyarakat Iran dalam tasyi' (penghormatan) jenazah para tokoh muqawamah (perlawanan) dan ulama dengan mengatakan, “Hadirnya jutaan orang dalam tasyi' jenazah terpotong-potong Syahid Letnan Jenderal Hajj Qasem Sulaimani dan haul tokoh revolusioner pejuang dan mujahid ini, dan tasyi’ jenazah serta ekspresi kesedihan mereka atas wafatnya Para Marja' Besar dan Para Ulama’ seperti Ayatullah Safi Golpaigani dan Ayatullah Muhammad Taqi Bahjat tentu tidak dapat dibandingkan dengan tasyi’ terhadap tokoh-tokoh politik dan seniman tanah air manapun! Dan ini menunjukkan kepercayaan masyarakat terhadap ulama, agama, jihad dan perlawanan!”
Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam menganggap bahwa antusias para pemuda di pusat-pusat i'tikaaf dan acara-acara spiritual keagamaan lainnya, serta keaktifan mereka dalam meramaikan hari kemerdekaan tanggal 22 Bahman dan Hari Quds adalah tanda lain kesetiaan rakyat Iran kepada Imam Khomeini ra. Terkait hal ini, beliau menambahkan, “Contoh lain atas kecenderungan masyarakat terhadap agama yang dapat dilihat saat ini ialah ekspresi kecintaan dan tekad yang mereka ungkapkan dalam bentuk lagu yang mereka sembahkan kepada Imam Zaman afs, yang semua ikut meramaikannya baik tua, muda, maupun anak-anak.”
Di bagian akhir pidatonya, Ayatullah Khamenei menyampaikan tujuh nasehat penting kepada para aktivis di bidang revolusioner, sosial, politik dan ekonomi.
Dalam nasehat pertamanya kepada para pemuda cerdas dan bijaksana, Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam Iran menekankan, “Jangan biarkan musuh dan Anti-revolusi mengidentifikasi revolusi kalian dan mengubah realitasnya!”
“Jangan biarkan ingatan terhadap Imam ra -yang merupakan spirit revolusi-di hati masyarakat menjadi berkurang apalagi sampai mendistorsi Imam ra" pungkasnya.
Adapun nasehat ketiga yang beliau sampaikan ialah mencegah adanya keingingan irtija’ (ingin kembali ke masa lalu) dalam hati masyarakat. Terkait hal ini, beliau mengatakan: "Maksud irtija’ berarti kembali ke politik dan gaya hidup Barat! Jangan sampai negeri ini menuju irtija’ -sebagaimana yang sebelumnya telah terjadi di negeri ini khususnya pada masa Pahlawi yang korup- lantaran masyarakatnya terpengaruh dengan gaya hidup Barat!”
Dalam nasehat keempatnya -khususnya terkait “kebohongan, penipuan dan perang psikologis musuh” serta contoh baru dari perang psikologis yang mereka lancarkan-, Ayatullah Khamenei mengatakan, “Pemerintah Yunani baru-baru ini mencuri minyak Iran atas perintah Amerika Serikat, namun ketika para pahlawan pemberani yang rela berkorban nyawa demi Republik Islam menyita kapal minyak musuh, mereka dengan propaganda yang luas menuduh Iran sebagai pembajak, padahal mereka yang membajak minyak kita. Mengambil kembali harta yang dicuri, bukanlah pencurian!.”
Ayatullah Khamenei mengkhususkan nasehat keenamnya terkait “mencegah kebuntuan di negara ini" yaitu dengan cara “menggunakan modal iman masyarakat untuk menghasilkan amal dan perbuatan yang benar" dengan mengatakan, “Sebagian orang -entah itu karena lalai atau demi uang- justru mengarahkan negara menuju pada jalan buntu. Walaupun hal serupa telah terjadi sebelumnya -yang mana sebagian dari mereka juga telah menulis hal ini di media-media pada zaman Imam Khomeini ra- dengan mengatakan bahwa negara telah menemui jalan buntu, namun Imam ra justru menjawabnya, "Andalah yang telah menemui jalan buntu, bukan Republik Islam!.””
Dalam nasehat terakhirnya, beliau mengingatkan pentingnya menhormati dan menghargai pada para pejabat revolusioner. Terkait hal ini, beliau mengatakan, “Walaupun pada satu waktu Imam ra sering mengancam dan menasehati para pejabat, namun dalam beberapa kasus beliau secara eksplisit sangat menghargai mereka. Dan khususnya saat ini dimana musuh ingin sekali merusak citra para pejabat revolusioner, maka sudah menjadi kewajiban kita untuk berterimkasih dan menghargai mereka!.”
Merujuk pada beberapa aktivitas yang dilakukan oleh pejabat dalam beberapa hari terakhir, Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam Iran mengatakan, “Kehadiran seorang menteri secara langsung di Abadan selama beberapa hari dan malam, serta pertemuan presiden dan wakilnya dengan para korban kecelakaan akhir di sana dan menghibur mereka adalah contoh mulia yang perlu dihargai; Walaupun, tentu para pelaku terjadinya kecelakaan baik dalam kasus di Abadan maupun kasus-kasus lainnya juga harus dihukum!.”
Mengacu pada hiruk pikuk yang terjadi selama pidato Hujjatulislam Sayid Hasan Khomeini (cucu Imam Khomeini ra), Imam Ali Khamenei di akhir-akhir ceramahnya mengatakan, “Saya mendengar sebagian membuat keributan selama pidato Sayid Hasan Khomeini! Biarkan semua orang tahu bahwa saya menentang tingkah laku dan kebisingan semacam ini!”
Sebelumnya, Hujjatulislam Sayid Hasan Khomeini dalam pidato pembuka di awal acara menyebut bahwa Imam Khomeini adalah sosok pengajak kemerdekaan dan kemuliaan bagi bangsa Iran dengan mengatakan, “Imam Khomeini ra adalah kebenaran murni yang memiliki ruh suci. Beliau adalah simbol, manifestasi dan contoh mulia bagi Islam dan Umat.” [HRS]