Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar, Ayatullah Sayid Ali Khamenei mengatakan Bi’tsah bermakna pengutusan Rasulullah Saw dan pengutusan ini diikuti dengan pemberian kitab Ilahi dan perintah dari sisi Allah Swt.
Hal itu disampaikan Rahbar dalam pidato televisi, Kamis (11/3/2021) bertepatan dengan perayaan Hari Bi’tsah atau hari pengangkatan Muhammad Saw sebagai Rasul.
“Agama adalah sebuah program yang komprehensif, bukan sebuah program yang hanya berkaitan dengan ibadah dan individu manusia. Sebagian beranggapan agama hanya berhubungan dengan program individu, sementara berbagai persoalan sosial, politik, ekonomi, dan lainnya berada di luar ranah agama,” kata Rahbar.
“Agama ini bersifat komprehensif dan tentu saja karena pandangan tersebut, agama ini dimusuhi. Di sepanjang masa, para penjahat di dunia menentang agama semacam itu,” tambahnya.
Ayatullah Khamenei menuturkan, hari ini kalian juga bisa melihat propaganda musuh yang fokus pada gagasan yang mereka sebut sebagai Islam politik. Islam politik adalah sesuatu yang sudah diwujudkan dalam sistem politik Republik Islam Iran dan diterapkan oleh Imam Khomeini, dan sasaran serangan mereka adalah Islam politik.
“Islam politik adalah Islam yang mampu membentuk pemerintahan dan mendirikan berbagai lembaga sistem ekonomi, sosial politik, militer, dan lain-lain, serta menciptakan sebuah identitas agama dan Islam bagi sebuah bangsa,” jelasnya.
Menurutnya, Imam Khomeini telah menghidupkan kembali aspek sosial dan politik agama yang telah dilupakan. Revolusi ini dengan mengikuti misi kenabian, melawan penindasan, tirani dan arogansi, serta membela orang-orang lemah dan kaum tertindas dari semua ajaran dan agama.
Ayatullah Khamenei menjelaskan ketika revolusi ini terbentuk dan mendirikan sistem Republik Islam, kejadian yang sama yang menimpa para nabi terulang kembali, yaitu para penjahat dunia bangkit menentang revolusi ini, seperti mereka melawan para nabi dulu.
Ia mencatat bahwa konspirasi melawan Republik Islam dimulai sejak hari pertama revolusi. Amerika Serikat terdepan dalam mengobarkan permusuhan dan kemudian diikuti oleh pihak lain.
“Dibutuhkan dua unsur penting untuk menghadapi permusuhan ini yaitu kearifan dan kesabaran. Selama dua unsur ini ada, maka musuh tidak bisa berbuat apa-apa. Musuh tidak mencapai keberhasilan apapun dalam menghadapi sistem Islam,” tegasnya.
Kearifan, lanjut Rahbar, bermakna bahwa manusia dapat menemukan jalan di tengah badai fitnah dan memahami jalan yang benar. Kesabaran berarti ketahanan di jalan tersebut, tidak melenceng dari jalan lurus itu dan bersikeras untuk bergerak di jalan lurus itu.