Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei, Senin pagi (17/8/2015), dalam pertemuan dengan para ulama, cendikiawan dan para tamu Konferensi Majelis Umum Forum Ahlul Bait (as) dan Konferensi Uni Radio dan Televisi Islam, menekankan bahwa perlawanan terhadap makar imperialis di kawasan sebagai bukti nyata jihad di jalan Allah Swt, dan menyinggung perlawanan tegas terhadap seluruh upaya Amerika Serikat untuk mendistorsi hasil perundingan nuklir serta pengaruh ekonomi dan budaya di Iran. Beliau menambahkan, “Makar rezim imperialis di kawasan berdasarkan pada dua asas [yaitu] menciptakan perpecahan dan infiltrasi yang harus dilawan dengan pintar dan tanpa henti dengan [menggunakan] rencana-rencana serangan dan pertahanan yang benar.”
Menyinggung pelaksanaan konferensi Majelis Umum Forum Ahlul Bait (as) Sedunia, Rahbar mengatakan bahwa syarat utama mengikuti Ahlul Bait Nabi as adalah perluasan maarif Islami, penegakan hukum-hukum Allah Swt, perjuangan di jalan Allah Swt sepenuhnya, dan perlawanan kezaliman dan pihak zalim.
“Perjuangan di jalan Allah Swt bukan hanya bermakna perang militer, melainkan mencakup perjuangan budaya, ekonomi dan politik,” tegas beliau.
Rahbar menandaskan, “Sekarang, bukti nyata perjuangan di jalan Allah Swt adalah memahami makar-makar imperialis di wilayah Islami dan khususnya di wilayah strategis dan vital Asia Barat serta perencanaan untuk perlawanan itu semua di mana harus mencakup perlawanan ofensif dan defensif."
Rahbar menyinggung propaganda imperialis di kawasan dalam 100 tahun terakhir dan mengatakan, “Meski propaganda imperialis di wilayah Islam, memiliki rekam jejak yang panjang, akan tetapi semua tekanan dan propaganda sejak kemenangan Revolusi Islam di Iran semakin meningkat sehingga pengalaman [Revolusi Islam] itu tidak terulang di negara lain.”
Beliau menegaskan, “Republik Islam Iran sejak 35 tahun lalu selalu menjadi target berbagai ancaman, sanksi, represi keamanan dan propaganda politik, dan bangsa Iran sudah terbiasa dengan tekanan-tekanan seperti itu.”
Rahbar menegaskan, “Propaganda musuh di kawasan Asia Barat, yang telah dimulai pasca gerakan Kebangkitan Islam dalam beberapa tahun lalu di Afrika Utara, semakin intensif disebabkan kebingungan musuh.”
Ayatullah Khamenei menambahkan, mereka beranggapan dapat menumpas gerakan Kebangkitan Islam, akan tetapi gerakan tersebut tidak dapat tertumpas dan akan terus berlanjut, dan cepat atau lambat akan menunjukkan kenyataannya.
Rezim imperialis dan pada puncaknya adalah Amerika Serikat sebagai bukti nyata dan manifestasi sempurna “makna musuh”, dan menurut Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Amerika Serikat sama sekali tidak memiliki etika manusiawi dan keseganan, serta dengan [memanfaatkan] kata-kata indah dan senyuman, melakukan berbagai kebuasan dan kejahatan.
Rahbar kemudian menjelaskan rencana musuh saat ini dan menambahkan, “Rencana ini berlandaskan pada dua poros [yaitu] perpecahan dan infiltrasi.” Terkait penyulutan perpecahan beliau menegaskan, upaya menciptakan perpecahan di antara bangsa-bangsa termasuk dengan menggunakan isu seperti Syiah dan Sunni. Beliau menilai Inggris sangat piawai dalam hal ini, sementara Amerika Serikat belajar dari Inggris. Menciptakan kelompok-kelompok lalim Takfiri dalam skala massif, di mana orang-orang Amerika Serikat telah mengakui berperan dalam pembentukannya, merupakan salah satu sarana terpenting untuk menciptakan perpecahan berkedok mazhab antarbangsa-bangsa. Disayangkan sekali sejumlah kelompok Muslim yang naif, dan karena tidak memiliki pemahaman serta wawasan yang cukup, mereka terjebak makar dan propaganda musuh tersebut.
Beliau menilai contoh yang paling nyata dalam hal ini adalah terkait Suriah dan mengatakan, “Ketika di Tunisia dan Mesir, pemerintahan taghut tergulingkan dengan slogan-slogan Islami, Amerika Serikat dan rezim Zionis memutuskan untuk menggunakan formulasi ini untuk menghancurkan negara-negara yang melawan dan oleh karena itu mereka menarget Suriah.”
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran menegaskan, “Setelah dimulainya skenario Suriah, sekelompok Muslim yang naif terjebak dalam makar musuh dan dengan mengisi ‘teka-teki silang musuh’ mereka telah mengantarkan Suriah pada kondisinya saat ini.”
Menurut beliau, apa yang sekarang terjadi di Irak, Suriah, Yaman dan sejumlah wilayah lain, serta upaya untuk melabelnya sebagai “perang mazhab”, sesungguhnya sama sekali bukan perang mazhab melainkan perang politik. Oleh karena itu, beliau menilai tugas terpenting saat ini adalah upaya mengikis perselisihan tersebut.
Beliau mengatakan, “Kami secara tegas dan jelas menyatakan bahwa Republik Islam Iran mengulurkan tangan persahabatan kepada seluruh pemerintah Islam di kawasan, dan tidak punya masalah apapun dengan pemerintah-pemerintah Islam. Republik Islam Iran memiliki hubungan persahabatan dengan mayoritas negara tetangganya meski sejumlah negara berselisih dengan kami serta melakukan kebandelan dan kedengkian, akan tetapi Iran menetapkan prinsipnya berdasarkan pada hubungan baik dengan seluruh negara tetangga dan pemerintah-pemerintah Islam khususnya bangsa di kawasan.”
Menurut Rahbar, landasan perilaku Republik Islam Iran, adalah sebuah prinsip di mana berkat komitmen padanya, Imam Khomeini ra mampu mengantarkan Revolusi Islam pada kemenangan dan tahap stabilnya.
Bersikap keras terhadap kaum kafir dan berlemah lembut antar sesama, adalah salah satu prinsip dan asa kokoh pemerintah Republik Islam. Dituturkan Rahbar, “Kami berdasarkan pelajaran Imam Khomeini ra, dan jalan pasti Republik Islam, kami tidak berdamai dengan musuh, akan tetapi dengan saudara-saudara Muslim, kami memiliki bangunan persahabatan dan keakraban.”
Dalam mendukung kaum tertindas, menurut Rahbar, “Kami tidak memperhatikan mazhab dan sebagaimana kami mendukung saudara-saudara Syiah kami di Lebanon, kami juga melakukan hal yang sama kepada saudara-saudara Ahlussunnah kami di Gaza, dan bahwa masalah Palestina adalah masalah utama dunia Islam.”
Dalam menyimpulkan masalah penyulutan perpecahan sebagai poros pertama dalam makar musuh di wilayah Asia Barat, Rahbar menjelaskan, “Eskalasi friksi di dunia Islam dilarang, dan kami menentang segala bentuk sikap dan aksi yang menyebabkan perpecahan bahkan jika dilakukan oleh kelompok-kelompok Syiah dan juga mengecam penistaan terhadap nilai-nilai suci Ahlussunnah.”
Pemimpin Besar Reolusi Islam Iran kemudian menjelaskan rencana kedua Amerika Serikat yaitu infiltrasi di negara-negara kawasan dan menegaskan, “Amerika Serikat merencanakan infiltrasi selama puluhan tahun di kawasan dan sedang memperbaiki pamornya yang telah rusak.”
Ayatullah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei menyinggung upaya Washington memanfaatkan hasil perundingan nuklir dan menegaskan, “Orang-orang Amerika ingin kesepakatan yang hingga kini nasibnya belum jelas diterima atau ditolak baik di Iran maupun Amerika Serikat, dijadikan sebagai sarana infiltrasi di Iran, akan tetapi kami dengan tegas telah menutup jalannya dan dengan kekuatan besar kami, tidak akan mengijinkan Amerika Serikat melakukan infiltrasi ekonomi, politik, budaya dan atau kehadiran politik mereka di Iran.”
Beliau menandaskan bahwa politik-politik regional Republik Islam Iran berada di titik berlawanan dengan politik-politik regional Amerika Serikat. “Mereka mengacu disintegrasi negara-negara regional dan menciptakan negara-negara kecil yang patuh [pada AS], namun berkat kehendak Allah Swt, hal itu tidak akan terjadi.”
Rahbar menyampaikan kembali peringatan sebelumnya kepada Amerika Serikat soal disintegrasi Irak dan menegaskan, “Sebagian pihak terkejut dengan ungkapan [saya] itu, namun sekarang orang-orang Amerika sendiri dengan jelas sedang berbicara tentang disintegrasi Irak.”
“Disintegrasi Irak dan jika memungkinkan Suriah, adalah tujuan nyata Amerika Serikat, akan tetapi integritas teritorial negara-negara kawasan, Irak dan Suriah, sangat penting bagi kami,” tutur beliau.
Lebih lanjut menjelaskan konfrontasi politik regional Republik Islam Iran dengan politik Amerika Serikat, Rahbar menyatakan, “Iran sepenuhnya mendukung perlawanan di kawasan termasuk perlawanan Palestina dan akan mendukung siapa pun yang berperang melawan Israel dan menyerang rezim Zionis.”
Perlawanan terhadap politik perpecahan Amerika Serikat dan poros-poros penyulut perpecahan, dinilai Ayatullah Khamenei sebagai kebijakan utama lain Iran seraya menegaskan, “Secara prinsip kami tidak menerima Syiah yang basis dan pusat dakwahnya di London dan berperan sebagai pemulus jalan imperialis itu sebagai Syiah.”
Terkait dukungan Republik Islam Iran terhadap seluruh kaum tertindas dunia termasuk rakyat Bahrain dan Yaman, Rahbar menegaskan, “Berbeda dengan klaim-klaim infaktual, kami tidak mencampuri urusan negara-negara tersebut, dan kami akan tetap mendukung rakyat tertindas.”
Seraya mengecam keras pembunuhan massal kaum tertindas Yaman dan perusakan negara itu, Rahbar mengatakan, “Pengupayaan sejumlah tujuan politik dengan cara-cara bodoh, telah menyebabkan berlanjutnya kejahatan terhadap rakyat Yaman.”
Di berbagai wilayah lain dunia Islam termasuk Pakistan dan Afghanistan juga terjadi berbagai peristiwa di mana umat Muslim harus menyelesaikana masalah-masalah tersebut dengan kewaspadaan dan pemahaman [benar].
Pada bagian lain pernyataannya, Rahbar menilai Persatuan Radio dan Televisi Islam sebagai pusat sangat penting dalam menghadapi imperium berbahaya dan mafia media AS-Zionis yang sangat rumit dan menegaskan, “Gerakan ini harus benar-benar diperkokoh dan dikembangkan.”
Beliau juga menyinggung jarak lebar antara media massa sebagian besar negara-negara Islam dan tuntutan umat Islam serta pengekoran media-media tersebut pada politik-politik berbahaya imperialisme dan menambahkan, “imperium media zalim” mengklaim netral namun pada saat yang sama melakukan distorsi, kebohongan dan berbagai mekanisme rumit untuk mendukung tujuan kaum adidaya dunia.
Sebelum mengakhiri pernyataannya, Ayatullah Khamenei menegaskan, meski koar kaum imperialis dan para pengikutnya, namun kemulian dan kekuatan Islam tidak perlu diragukan lagi telah terjamin berkat partisipasi rakyat, para pemuda dan pejuang perempuan, serta bahwa masa depan kawasan berada di tangan bangsa-bangsa Muslim.
Di akhir pertemuan tersebut, Rahbar berdialog dengan para tamu.
Sebelum pidato Rahbar, Hujjatul Islam Mohammad Hassan Akhtari, Sekjen Forum Ahlul Bait as Sedunia memberikan laporan tentang konferensi keenam Forum tersebut dengan partisipasi para ulama dan tokoh lebih dari 30 negara dunia.
Sementara itu, Hujjatul Islam Karimian, Sekjen Persatuan Radio dan Televisi Islam juga memaparkan laporan dan menegaskan bahwa upaya menciptakan literatur baru di kancah media dengan parameter Islam, penggalangan kepercayaan publik, fokus pada pembangunan sumber daya manusia, penetapan mekanisme produksi, distribusi dan penyebaran berita, serta upaya manajemen konten, merupakan langkah-langkah penting dari Persatuan Radio dan Televisi Islam.
Menyinggung pelaksanaan konferensi Majelis Umum Forum Ahlul Bait (as) Sedunia, Rahbar mengatakan bahwa syarat utama mengikuti Ahlul Bait Nabi as adalah perluasan maarif Islami, penegakan hukum-hukum Allah Swt, perjuangan di jalan Allah Swt sepenuhnya, dan perlawanan kezaliman dan pihak zalim.
“Perjuangan di jalan Allah Swt bukan hanya bermakna perang militer, melainkan mencakup perjuangan budaya, ekonomi dan politik,” tegas beliau.
Rahbar menandaskan, “Sekarang, bukti nyata perjuangan di jalan Allah Swt adalah memahami makar-makar imperialis di wilayah Islami dan khususnya di wilayah strategis dan vital Asia Barat serta perencanaan untuk perlawanan itu semua di mana harus mencakup perlawanan ofensif dan defensif."
Rahbar menyinggung propaganda imperialis di kawasan dalam 100 tahun terakhir dan mengatakan, “Meski propaganda imperialis di wilayah Islam, memiliki rekam jejak yang panjang, akan tetapi semua tekanan dan propaganda sejak kemenangan Revolusi Islam di Iran semakin meningkat sehingga pengalaman [Revolusi Islam] itu tidak terulang di negara lain.”
Beliau menegaskan, “Republik Islam Iran sejak 35 tahun lalu selalu menjadi target berbagai ancaman, sanksi, represi keamanan dan propaganda politik, dan bangsa Iran sudah terbiasa dengan tekanan-tekanan seperti itu.”
Rahbar menegaskan, “Propaganda musuh di kawasan Asia Barat, yang telah dimulai pasca gerakan Kebangkitan Islam dalam beberapa tahun lalu di Afrika Utara, semakin intensif disebabkan kebingungan musuh.”
Ayatullah Khamenei menambahkan, mereka beranggapan dapat menumpas gerakan Kebangkitan Islam, akan tetapi gerakan tersebut tidak dapat tertumpas dan akan terus berlanjut, dan cepat atau lambat akan menunjukkan kenyataannya.
Rezim imperialis dan pada puncaknya adalah Amerika Serikat sebagai bukti nyata dan manifestasi sempurna “makna musuh”, dan menurut Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Amerika Serikat sama sekali tidak memiliki etika manusiawi dan keseganan, serta dengan [memanfaatkan] kata-kata indah dan senyuman, melakukan berbagai kebuasan dan kejahatan.
Rahbar kemudian menjelaskan rencana musuh saat ini dan menambahkan, “Rencana ini berlandaskan pada dua poros [yaitu] perpecahan dan infiltrasi.” Terkait penyulutan perpecahan beliau menegaskan, upaya menciptakan perpecahan di antara bangsa-bangsa termasuk dengan menggunakan isu seperti Syiah dan Sunni. Beliau menilai Inggris sangat piawai dalam hal ini, sementara Amerika Serikat belajar dari Inggris. Menciptakan kelompok-kelompok lalim Takfiri dalam skala massif, di mana orang-orang Amerika Serikat telah mengakui berperan dalam pembentukannya, merupakan salah satu sarana terpenting untuk menciptakan perpecahan berkedok mazhab antarbangsa-bangsa. Disayangkan sekali sejumlah kelompok Muslim yang naif, dan karena tidak memiliki pemahaman serta wawasan yang cukup, mereka terjebak makar dan propaganda musuh tersebut.
Beliau menilai contoh yang paling nyata dalam hal ini adalah terkait Suriah dan mengatakan, “Ketika di Tunisia dan Mesir, pemerintahan taghut tergulingkan dengan slogan-slogan Islami, Amerika Serikat dan rezim Zionis memutuskan untuk menggunakan formulasi ini untuk menghancurkan negara-negara yang melawan dan oleh karena itu mereka menarget Suriah.”
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran menegaskan, “Setelah dimulainya skenario Suriah, sekelompok Muslim yang naif terjebak dalam makar musuh dan dengan mengisi ‘teka-teki silang musuh’ mereka telah mengantarkan Suriah pada kondisinya saat ini.”
Menurut beliau, apa yang sekarang terjadi di Irak, Suriah, Yaman dan sejumlah wilayah lain, serta upaya untuk melabelnya sebagai “perang mazhab”, sesungguhnya sama sekali bukan perang mazhab melainkan perang politik. Oleh karena itu, beliau menilai tugas terpenting saat ini adalah upaya mengikis perselisihan tersebut.
Beliau mengatakan, “Kami secara tegas dan jelas menyatakan bahwa Republik Islam Iran mengulurkan tangan persahabatan kepada seluruh pemerintah Islam di kawasan, dan tidak punya masalah apapun dengan pemerintah-pemerintah Islam. Republik Islam Iran memiliki hubungan persahabatan dengan mayoritas negara tetangganya meski sejumlah negara berselisih dengan kami serta melakukan kebandelan dan kedengkian, akan tetapi Iran menetapkan prinsipnya berdasarkan pada hubungan baik dengan seluruh negara tetangga dan pemerintah-pemerintah Islam khususnya bangsa di kawasan.”
Menurut Rahbar, landasan perilaku Republik Islam Iran, adalah sebuah prinsip di mana berkat komitmen padanya, Imam Khomeini ra mampu mengantarkan Revolusi Islam pada kemenangan dan tahap stabilnya.
Bersikap keras terhadap kaum kafir dan berlemah lembut antar sesama, adalah salah satu prinsip dan asa kokoh pemerintah Republik Islam. Dituturkan Rahbar, “Kami berdasarkan pelajaran Imam Khomeini ra, dan jalan pasti Republik Islam, kami tidak berdamai dengan musuh, akan tetapi dengan saudara-saudara Muslim, kami memiliki bangunan persahabatan dan keakraban.”
Dalam mendukung kaum tertindas, menurut Rahbar, “Kami tidak memperhatikan mazhab dan sebagaimana kami mendukung saudara-saudara Syiah kami di Lebanon, kami juga melakukan hal yang sama kepada saudara-saudara Ahlussunnah kami di Gaza, dan bahwa masalah Palestina adalah masalah utama dunia Islam.”
Dalam menyimpulkan masalah penyulutan perpecahan sebagai poros pertama dalam makar musuh di wilayah Asia Barat, Rahbar menjelaskan, “Eskalasi friksi di dunia Islam dilarang, dan kami menentang segala bentuk sikap dan aksi yang menyebabkan perpecahan bahkan jika dilakukan oleh kelompok-kelompok Syiah dan juga mengecam penistaan terhadap nilai-nilai suci Ahlussunnah.”
Pemimpin Besar Reolusi Islam Iran kemudian menjelaskan rencana kedua Amerika Serikat yaitu infiltrasi di negara-negara kawasan dan menegaskan, “Amerika Serikat merencanakan infiltrasi selama puluhan tahun di kawasan dan sedang memperbaiki pamornya yang telah rusak.”
Ayatullah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei menyinggung upaya Washington memanfaatkan hasil perundingan nuklir dan menegaskan, “Orang-orang Amerika ingin kesepakatan yang hingga kini nasibnya belum jelas diterima atau ditolak baik di Iran maupun Amerika Serikat, dijadikan sebagai sarana infiltrasi di Iran, akan tetapi kami dengan tegas telah menutup jalannya dan dengan kekuatan besar kami, tidak akan mengijinkan Amerika Serikat melakukan infiltrasi ekonomi, politik, budaya dan atau kehadiran politik mereka di Iran.”
Beliau menandaskan bahwa politik-politik regional Republik Islam Iran berada di titik berlawanan dengan politik-politik regional Amerika Serikat. “Mereka mengacu disintegrasi negara-negara regional dan menciptakan negara-negara kecil yang patuh [pada AS], namun berkat kehendak Allah Swt, hal itu tidak akan terjadi.”
Rahbar menyampaikan kembali peringatan sebelumnya kepada Amerika Serikat soal disintegrasi Irak dan menegaskan, “Sebagian pihak terkejut dengan ungkapan [saya] itu, namun sekarang orang-orang Amerika sendiri dengan jelas sedang berbicara tentang disintegrasi Irak.”
“Disintegrasi Irak dan jika memungkinkan Suriah, adalah tujuan nyata Amerika Serikat, akan tetapi integritas teritorial negara-negara kawasan, Irak dan Suriah, sangat penting bagi kami,” tutur beliau.
Lebih lanjut menjelaskan konfrontasi politik regional Republik Islam Iran dengan politik Amerika Serikat, Rahbar menyatakan, “Iran sepenuhnya mendukung perlawanan di kawasan termasuk perlawanan Palestina dan akan mendukung siapa pun yang berperang melawan Israel dan menyerang rezim Zionis.”
Perlawanan terhadap politik perpecahan Amerika Serikat dan poros-poros penyulut perpecahan, dinilai Ayatullah Khamenei sebagai kebijakan utama lain Iran seraya menegaskan, “Secara prinsip kami tidak menerima Syiah yang basis dan pusat dakwahnya di London dan berperan sebagai pemulus jalan imperialis itu sebagai Syiah.”
Terkait dukungan Republik Islam Iran terhadap seluruh kaum tertindas dunia termasuk rakyat Bahrain dan Yaman, Rahbar menegaskan, “Berbeda dengan klaim-klaim infaktual, kami tidak mencampuri urusan negara-negara tersebut, dan kami akan tetap mendukung rakyat tertindas.”
Seraya mengecam keras pembunuhan massal kaum tertindas Yaman dan perusakan negara itu, Rahbar mengatakan, “Pengupayaan sejumlah tujuan politik dengan cara-cara bodoh, telah menyebabkan berlanjutnya kejahatan terhadap rakyat Yaman.”
Di berbagai wilayah lain dunia Islam termasuk Pakistan dan Afghanistan juga terjadi berbagai peristiwa di mana umat Muslim harus menyelesaikana masalah-masalah tersebut dengan kewaspadaan dan pemahaman [benar].
Pada bagian lain pernyataannya, Rahbar menilai Persatuan Radio dan Televisi Islam sebagai pusat sangat penting dalam menghadapi imperium berbahaya dan mafia media AS-Zionis yang sangat rumit dan menegaskan, “Gerakan ini harus benar-benar diperkokoh dan dikembangkan.”
Beliau juga menyinggung jarak lebar antara media massa sebagian besar negara-negara Islam dan tuntutan umat Islam serta pengekoran media-media tersebut pada politik-politik berbahaya imperialisme dan menambahkan, “imperium media zalim” mengklaim netral namun pada saat yang sama melakukan distorsi, kebohongan dan berbagai mekanisme rumit untuk mendukung tujuan kaum adidaya dunia.
Sebelum mengakhiri pernyataannya, Ayatullah Khamenei menegaskan, meski koar kaum imperialis dan para pengikutnya, namun kemulian dan kekuatan Islam tidak perlu diragukan lagi telah terjamin berkat partisipasi rakyat, para pemuda dan pejuang perempuan, serta bahwa masa depan kawasan berada di tangan bangsa-bangsa Muslim.
Di akhir pertemuan tersebut, Rahbar berdialog dengan para tamu.
Sebelum pidato Rahbar, Hujjatul Islam Mohammad Hassan Akhtari, Sekjen Forum Ahlul Bait as Sedunia memberikan laporan tentang konferensi keenam Forum tersebut dengan partisipasi para ulama dan tokoh lebih dari 30 negara dunia.
Sementara itu, Hujjatul Islam Karimian, Sekjen Persatuan Radio dan Televisi Islam juga memaparkan laporan dan menegaskan bahwa upaya menciptakan literatur baru di kancah media dengan parameter Islam, penggalangan kepercayaan publik, fokus pada pembangunan sumber daya manusia, penetapan mekanisme produksi, distribusi dan penyebaran berita, serta upaya manajemen konten, merupakan langkah-langkah penting dari Persatuan Radio dan Televisi Islam.