Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei, Selasa petang (23/6/2015) dalam pertemuan bulan Ramadhan dengan para pejabat tinggi dan direktur, seraya menjelaskan berbagai pengaruh positif, tantangan dan mekanisme realisasi ekonomi muqawama, juga memaparkan poin-poin signifikan dalam proses perundingan nuklir.
Beliau menegaskan kembali garis-garis merah nuklir Iran seraya mengatakan, “Amerika sedang berusaha menghancurkan industri nuklir Iran, namun para pejabat Iran, di samping menekankan garis-garis merah, juga mengupayakan kesepakatan baik, yang berarti kesepakatan adil dan terhormat [yang] sesuai dengan kepentingan dan kemaslahatan Iran.”
Rahbar di awal pidatonya menyinggung bulan Ramadhan sebagai bulan ketakwaan dan menjelaskan dua jenis ketakwaan yaitu individu dan sosial. Beliau mengatakan, ketakwaan individu sejatinya adalah kondisi dan penjagaan secara konstan yang akan menjaga manusia dari pukulan spiritual mematikan dan tentunya sangat berpengaruh penting dalam urusan duniawinya.
Ayatullah Khamenei, menilai ketakwaan dapat digeneralisasi ke masalah-masalah sosial dan ekonomi seraya menekankan, ketakwaan sosial berarti ekonomi muqawama yang akan menjaga negara di hadapan berbagai goncangan akibat transformasi global atau di hadapan panah-panah beracun
politik konfrontatif global, kita terpaksa harus mengacu pada ekonomi muqawama.
Rahbar menyinggung peringatan repetitif beliau di tahun-tahun lalu soal pentingnya pengokohan negara menghadapi gejolak ekonomi negara-negara dan mengatakan, "Selama bertahun-tahun, para pejabat negara masing-masing telah melakukan banyak upaya sesuai dengan kemampuan mereka akan tetapi kita harus mengerahkan seluruh kemampuan dan kapasitas di dalam negeri untuk mengupayakan ekonomi muqawama.”
Ayatullah Khamenei menilai pola ekonomi muqawama juga telah diprediksi, dipilih, dan hasilnya dirasakan oleh sejumlah negara, titik fokus ekonomi muqawama adalah internalisasi di samping eksternalisasi.
“Internalisasi dalam hal ini jangan sampai diartikan isolasionisme, internalisasi dengan pandangan dan kecenderungan eskternalis,” jelas beliau.
Menyinggung ekonomi muqawama yang telah tersusun sebagai hasil sebuah logika kolektif; hasil berbagai konsultasi panjang, Rahbar menambahkan, Setelah ekonomi muqawama disampaikan dan dikemukakan dengan kriteria ini dan diliput media, serta para rekan di pemerintah yang terhormat memulai berbagai aktivitas dalam hal ini dan melanjutkannya, [masalah ekonomi muqawama] ini telah diakui dan diandalkan banyak pakar ekonomi, dan istilah “ekonomi muqawama” masuk dalam kamus ekonomi negara dan mampu menempatkan diri dalam literatur ekonomi negara.”
Rahbar menyebut pola ekonomi muqawama sebagai pola yang benar-benar berbeda dengan pola kuno yang didiktekan kepada negara-negara dunia ketiga dan mengatakan, "Pola lama ini didasarkan pada pandangan ke arah luar, namun pola ekonomi muqawama adalah pola memadang ke depan dengan mengandalkan kapasitas dalam negeri."
"Sejumlah orang mungkin membayangkan bahwa pola ekonomi muqawama adalah pola yang menguntungkan, namun realisasinya tidak mungkin. Tapi saya katakan dengan tegas bahwa dalam situasi saat ini dan mempertimbangkan kapasitas yang ada, pelaksanaan ekonomi muqawama benar-benar mungkin," kata Rahbar.
Setelah pendahuluan ini, Ayatullah Khamenei menyinggung besarnya kapasitas negara yang dapat menjadi landasan pelaksanaan ekonomi muqawama. Ayatullah Khamenei menyinggung para pemuda lulusan universitas yang percaya diri dan memiliki keahlian di bidang mereka sebagai kapasitas pertama negara itu, dan mengatakan: "Keberadaan begitu banyak lulusan muda universitas di negara ini merupakan salah satu berkah dari Revolusi Islam, dengan syarat bahwa kebijakan yang keliru tidak membuat masyarakat menua dan mengurangi tenaga muda.”
Menyinggung keberadaan 10 juta lulusan universitas dan lebih dari empat juta mahasiswa yang sedang melanjutkan studi, yang jumlah mereka 25 kali lipat dibanding masa awal Revolusi, Rahbar menegaskan, “Jumlah tenaga muda berpendidikan dan ahli ini merupakan kebanggaan Republik Islam dan sebuah peluang besar.”
Beliau menilai posisi ekonomi negara sebagai salah satu kapasitas lain dan menegaskan, “Berdasarkan statistik resmi internasional, posisi ke-20 ekonomi dunia dipegang Republik Islam, di mana jika kapasitas dalam negeri yang belum digunakan itu diaktualisasikan, maka Iran dapat mencapai posisi 12.”
Beliau menyebut posisi teratas Iran dari sisi total cadangan minyak dan gas, termasuk di antara kapasitas lain seraya menyinggung letak geografis istimewa negara sebagai titik penghubung utara dan selatan, timur dan barat. Rahbar mengatakan, “Kebertetanggaan dengan 15 negara dengan total populasi 370 juta yang sangat dekat dan juga dengan penduduk lebih dari 70 juta sebagai pasar besar dalam negeri, termasuk di antara kapasitas yang jika seandainya pasar dalam negeri saja diperhatikan, maka kondisi produksi negara akan mengalami perubahan besar.”
Pemimpin Besar Revolusi menilai infrastruktur mendasar di bidang energi, transportasi kereta api, jalan dan udara, komunikasi, pusat-pusat perdagangan, pembangkit listrik, dan bendungan, serta pengalaman manajemen terpadu sebagai kapasitas lain dan menegaskan, "Kita harus memanfaatkan kapasitas tersebut dengan baik dan benar karena masalah negara bukan tidak adanya rencana atau proposal benar dan ahli, namun masalah utama yang terulang di lingkungan elit, adalah pemanfaatan tidak proporsional program dan retorika yang proporsal benar itu."
Rahbar menyebut sejumlah masalah berasal dari tantangan internal di dalam negeri dan mengacu pada sebagaian tantangan tersebut beliau mengatakan, "Tantangan besar di negara kita adalah peremehan dalam praktik dan melihat dangkal masalah-masalah."
Rahbar mencatat: "Diskusi retoris dan intelektual tidak akan menyelesaikan pekerjaan. Penyelesaian masalah menuntut aksi dan penindaklanjutan jangka panjang pada berbagai isu."
Seraya menekankan bahwa berhasilnya sebagian program besar mungkin memerlukan masa hingga satu generasi, Ayatullah Khamenei mencatat, “Ketika dibicarakan tentang gerakan ilmiah nasional di berbagai universitas, mungkin tidak ada yang percaya bahwa setelah 10 hingga 15 tahun mendatang, gerakan ilmiah di negara sekarang ini adalah berkat upaya para guru dan pemuda berbakat, akan tetapi sekarang dibandingkan dengan tahun-tahun itu, kita menyaksikan kemajuan pesat dan di sebagian bidang, kita menyaksikan kemajuan sangat menakjubkan.”
Opsi-opsi paralel dan mudah akan tetapi mematikan menjadi salah satu tantangan internal yang disinggung oleh Rahbar dan dalam menjelaskannya beliau mengatakan, “Terkadang untuk menyediakan sejumlah barang dan kebutuhan ada dua jalan. Satu jalan dari Eropa yang lebih mudah dan jalan lainnya non-Eropa akan tetapi sulit. Jalan pertama akan memposisikan seseorang dalam kesulitan, melemahkan teman dan menguatkan musuh.”
Ayatullah Khamenei menandaskan, tantangan internal lain yang merupakan sebuah kekeliruan fatal dan mendasar adalah ada pihak yang mengira bahwa jika kita melepas prinsip-prinsip ideologi Republik Islam, maka semua jalan akan terbuka.
Ditambahkan beliau, rekan-rekan kita di pemerintahan bertindak sesuai prinsip; benar-benar meyakini Revolusi, meyakini prinsip-prinsip Revolusi, meyakini nilai-nilai Revolusi, saya tidak memiliki ketidakpuasan terhadap mereka, sebagian pejabat kita beranggapan jika sebagian dari prinsip dan nilai-nilai tersebut kita lepaskan, maka banyak pintu yang akan terbuka, padahal hasil dari kekeliruan fatal tersebut telah kita saksikan di sejumlah negara dalam beberapa tahun terakhir.
Menurut beliau, satu-satunya jalan kemajuan adalah perjuangan dan penekanan pada prinsip-prinsip.
Tantangan internal lain menurut Rahbar adalah adanya pihak yang beranggapan bahwa rakyat sudah tidak sabar menghadapi kesulitan.
“Jika kenyataan dijelaskan secara jujur kepada masyarakat, mereka akan tegak berdiri dan berjuang,” tutur Rahbar.
Beliau menilai keraguan terhadap kemampuan dalam negeri sebagai tantangan lain dan menambahkan, para ilmuwan muda kita dan kelompok-kelompok sipil dalam urusan ekonomi harus dipercaya dan kemampuan mereka harus digunakan.
Pemimpin Besar Revolusi Islam menilai syarat utama untuk merealisasikan ekonomi muqawama adalah tekad kokoh, menghindari peremehan dan [pengutamaan] kenyamanan serta pengandalan pada manajemen jihad, seraya menegaskan, “Manajemen jihad berarti bertawakkal kepada Allah, melaksanakan tugas dengan manajemen dan logika namun dibarengi tekad kokoh, dan maju tanpa ragu, tanpa rasa takut dari semua sisi.”
Rahbar menilai perluasan permanen budaya yang sesuai dengan ekonomi muqawama juga penting dan mengatakan, “IRIB, media, para pejabat, para imam shalat Jumat dan semua orang yang ucapan mereka didengar masyarakat, harus menyebar-luaskan budaya yang sesuai dengan ekonomi muqawama.”
Beliau menyebut penghematan, konsumsi produk dalam negeri khususnya bagi instansi-instansi pemerintah, pemberantasaan serius impor tidak logis, pemberantasan secara serius fenomena penyelundupan, perhatian khusus terhadap industri kecil dan menengah, serta revisi dalam politik keuangan dan aktivitas sistem perbankan negara, sebagai urgensitas pelaksanaan politik ekonomi muqawama dan menekankan, “Syarat utama realisasi itu semua adalah sehati dan sekata serta keselarasan internal.”
Seraya menegaskan bahwa semua pihak harus mendukung pemerintah dan pejabat, Rahbar mengatakan, “Pelontaran isu-isu marginal dari pihak mana pun tidak dapat diterima dan harus dihindari.”
Dalam menyimpulkan pembahasan tentang ekonomi muqawama beliau mengatakan, “Kita mampu melakukan pekerjaan-pekerjaan besar di bidang ekonomi dan kita harus berharap bahwa insya Allah kita dapat melalui halangan ini.”
Rahbar dalam penjelasan sangat penting beliau tentang masalah nuklir, sebelum memaparkan sejumlah perincian perundingan dan menjelaskan tuntutan-tuntutan dan garis merah nuklir, beliau terlebih dahulu menekankan tiga poin.
Poin pertama, apapun yang dikemukakan Rahbar pada pertemuan-pertemuan umum adalah yang disampaikan beliau pada pertemuan khusus dengan presiden dan para pejabat berwenang, oleh karena itu propaganda ini tidak benar bahwa sebagian garis merah resmi telah diabaikan dalam pertemuan khusus, ini berbeda dengan realitas dan bohong.
Poin kedua yang ditekankan Ayatullah Khamenei sebagai pendahuluan pembahasan nuklir adalah keamanatan, kehormatan, keberanian dan keteguhan agama para anggota tim perunding Iran.
Beliau mengatakan, tim ini dengan kehormatan, ketelitian dan dengan niat mengurai simpul serta melancarkan urusan negara, berdiri di hadapan para perunding pihak seberang, yang sibuk berupaya dan sesungguhnya mereka memaparkan dan menindaklanjuti sikap mereka dengan penuh keberanian.
Ayatullah Khamenei mengatakan siapa pun yang mengikuti rincian perundingan pasti akan membenarkan apa yang dikatakan oleh tim nuklir. Beliau juga mencatat bahwa perunding nuklir mungkin berbuat kesalahan dalam praktik, namun mereka teguh pada agama dan terhormat.
Rahbar menujukan poin ketiga mukaddimah penjelasan beliau kepada para kritikus nuklir.
Beliau mengatakan, "Saya tidak menentang kritik serta menilainya perlu dan membantu, tapi ini adalah fakta bahwa kritik lebih mudah daripada praktik, karena mudah melihat kesalahan pihak lain, akan tetapi sulit memahami kesulitan dan kekhawatirannya."
Ayatullah Khamenei menambahkan, "Ungkapan saya jangan sampai sampai menghalangi belanjutnya kritik, namun kita harus ingat bahwa tim nuklir menyadari masalah yang dikritik, namun tuntutan mungkin membuat mereka mengambil tindakan tertentu."
Pemimpin Besar Revolusi Islam kemudian menjelaskan sejarah singkat perundingan dengan Amerika, yang secara signifikan akan membantu memahami proses perundingan.
Beliau menegaskan, "Masalah negosiasi dengan Amerika kembali pada pemerintahan sebelumnya dan terkait dengan pengutusan mediator ke Tehran untuk mengharapkan perundingan."
Ayatullah Khamenei menjelaskan: "Pada waktu itu, seorang pejabat terhormat dari sebuah negara di kawasan mendatangi kita sebagai mediator dan dengan jelas mengatakan bahwa Presiden AS telah memintanya berkunjung ke Tehran dan memberitahu kami tentang permintaan Amerika soal perundingan. Amerika mengatakan kepada mediator ini bahwa mereka ingin menyelesaikan masalah nuklir, mengakui Iran sebagai kekuatan nuklir dan mencabut sanksi dalam 6 bulan. Tentu saja, kita memberitahu mediator itu bahwa kami tidak mempercayai Amerika dan kata-kata mereka, namun karena desakan mediator itu, kami sepakat untuk mencoba masalah ini sekali lagi dan perundingan dimulai."
Rahbar mencatat dua poin penting dalam persaingan global dan mengatakan, “Dalam setiap konfrontasi diplomatik ada dua arena yang harus diperhatikan, arena utamanya adalah arena realitas, praktik, produksi aset, serta arena diplomasi dan politik yang menjadi arena pengubahan aset-aset menjadi konsesi dan demi menjaga kepentingan nasional.”
Beliau menambahkan, tangan kosong setiap negara di arena pertama, akan menutup ruang fleksibilitasnya di arena kedua dan berdasarkan logika ini, Iran masuk ke perundingan dengan capaian-capaian penting dan kokoh di arena perundingan di mana kemampuan memproduksi bahan bakar nuklir 20 persen merupakan salah satu di antaranya.
Rahbar mengingatkan bahwa semua kekuatan adidaya menolak menjual bahan bakar nuklir 20 persen untuk produksi obat-obatan nuklir di pusat [riset nuklir] Tehran dan bahkan menghalangi pembelian kita dari negara-negara lain. Akan tetapi para pemuda ilmuwan kita dan para pembawa kebanggaan Iran, berhasil memproduksi bahan bakar tersebut dan mengubahnya menjadi lempengan bahan bakar nuklir dan pihak seberang tersekak.
Beliau menambahkan, selain bahan bakar 20 persen, kita juga memiliki capaian lain yang riil di medan serta pada hakikatnya strategi perlawanan Iran di hadapan berbagai tekanan telah membuahkan hasil dan orang-orang Amerika telah sampai pada kesimpulan ini bahwa sanksi-sanksi telah kehilangan efek yang diinginkan dan harus dicari cara lain.
Ayatullah Khamenei menyinggung pandangan skeptis Iran terhadap pihak Amerika dan mengatakan, “Meski kami telah siap jika Amerika teguh pada ucapan dan janji-janji [yang disampaikan] kepada mediator tersebut, kami juga siap menebus harga [dalam perundingan] karena perundingan berdasarkan logika, perhitungan, regresi, akan tetapi tidak lama setelah perundingan, mereka memulai tuntutan berlebihan dan pengingkaran janji-janji.”
Menyinggung bahwa kesepakatan baik menurut Iran adalah kesepakatan yang adil dan fair, Rahbar menambahkan, “Dalam proses perundingan, orang-orang Amerika pada awalnya mengubah pencabutan sanksi-sanksi selama enam bulan menjadi satu tahun dan kemudian berbagai tuntutan berlebihan repetitif semakin memperpanjang perundingan dan bahkan mereka mengancam memberlakukan sanksi lebih luas serta menyinggung opsi militerisme di atas dan di bawah meja.”
Ayatullah Khamenei menyimpulkan proses perundingan dan menegaskan, “Perenungan dan telaah pada perjalanan tuntutan Amerika Serikat menunjukkan bahwa tujuan mereka adalah menghancurkan industri nuklir Iran, memusnahkan status nuklir negara dan mengubahnya menjadi sebuah karikatur atau papan bergambar tidak berarti.”
Menyinggung tuntutan riil dan telah diperhitungkan negara pada 20.000 megawatt listrik nuklir, Rahbar mengatakan, “Selain berusaha menghancurkan industri nuklir, mencegah bangsa Iran menikmati berbagai manfaat industri ini, dan bermaksud melanjutkan tekanan, mereka juga ingin mempertahankan sanksi-sanksi.”
Rahbar kemudian menjelaskan realitas panggung perundingan rumit dengan Amerika, dan menganalisa poin penting lain yaitu kebutuhan pemerintah Amerika terhadap perundingan nuklir ini.
Beliau menjelaskan, “Jika mereka mampu mewujudkan tujuan-tujuan mereka dalam perundingan, maka mereka telah menggapai kemenangan besar, karena mereka telah menaklukkan bangsa independen Iran dan mengalahkan sebuah negara yang dapat menjadi teladan negara-negara lain, dan bahwa semua pengingkaran janji dan tawar-menawar mereka adalah dalam rangka mewujudkan tujuan tersebut.”
Menyinggung tuntutan logis Iran dalam perundingan sejak awal hingga kini, Rahbar memaparkan, “Kita sejak awal menginginkan sanksi-sanksi zalim itu dicabut yang tentunya sebagai imbalannya, kami siap untuk memberikan beberapa hal dengan syarat industri nuklir tidak berhenti dan tidak terganggu.”
Ayatullah Khamenei lebih lanjut memberikan gambaran jelas garis-garis merah negara. Beliau menyinggung garis merah pertama dan mengatakan, “Berbeda dengan desakan Amerika Serikat, kami tidak menerima pembatasan jangka panjang 10-12 tahun dan kami telah mengemukakan [jumlah] tahun yang dapat kami terima kepada mereka.”
Beliau menyebut berlanjutnya riset, pengembangan dan pembangunan bahkan pada periode pembatasan sebagai garis merah kedua Iran dan menyatakan, “Mereka mengatakan bahwa selama 12 tahun, Anda jangan melakukan apapun, namun ini adalah ungkapan sewenang-wenang ganda dan kekeliruan ganda.”
Dalam menjelaskan garis merah nuklir ketiga, Rahbar mengatakan, “Sanksi ekonomi, finansial dan perbankan baik yang berhubungan dengan Dewan Keamanan, Kongres Amerika maupun pemerintah Amerika Serikat harus langsung dicabut ketika penandatanganan kesepakatan, dan sanksi-sanksi lainnya juga dicabut dalam selang waktu rasional.”
Beliau menambahkan, “Terkait sanksi Amerika Serikat mengemukakan formulasi rumit, multi-lapis dan aneh yang tidak jelas juntrungan dan apa yang dihasilkan darinya, akan tetapi kami menyampaikan pernyataan kami dengan jelas.”
Ayatullah Khamenei menjelaskan, “Pencabutan sanksi-sanksi tidak boleh bergantung pada pelaksanaan komitmen Iran, kalian tidak bisa mengatakan Anda harus melaksanakan komitmen kemudian Badan [Energi Atom Internasional] membuktikannya sehingga sanksi akan dicabut, kami sama sekali tidak menerima hal ini.”
Rahbar menambahkan, aspek pelaksanaan pencabutan sanksi-sanksi juga harus sesuai dengan asepek-aspek pelaksanaan komitmen Iran.
Beliau menegaskan, “Kami menentang pengkondisian implementasi komitmen pihak seberang dengan laporan dari Badan, karena Badan telah berulangkali membuktikan tidak independen dan tidak adil, oleh karena itu kami skeptis.”
Ayatullah Khamenei menambahkan, “Mereka mengatakan ‘Badan [Energi Atom Internasional] harus yakin’, ini adalah ungkapan tidak rasional, bagaimana mungkin Badan yakin, kecuali setiap jengkal wilayah negara ini harus diperiksa.”
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran juga menentang inspeksi non-konvensional dan interogasi individu Iran serta inspeksi pusat-pusat militer, yang termasuk di antara garis merah nuklir.
Secara tegas beliau menekankan, “Di Iran, semua pihak termasuk saya, pemerintah, parlemen, lembaga yudikatif, serta instansi keamanan, militer dan semua lembaga, menginginkan kesepakatan nuklir yang baik, tersusunnya kesepakatan yang terhormat, adil serta sesuai dengan maslahat dan kepentingan Iran.”
Rahbar menambahkan, “Meski kita mengupayakan pencabutan sanksi-sanksi, namun kami menilai itu semua dari satu sisi sebagai sebuah peluang karena membuat kita lebih memperhatikan tenaga dan kapasitas-kapasitas dalam negeri.”
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran di awal pidato beliau mengimbau pentingnya pemanfaatan berkah bulan Ramadhan khususnya pemanfaatan doa-doa bulan Ramadhan dan kandungan tinggi di dalamnya, seraya mengatakan, “Bulan Ramadhan, adalah bulan kekhusyukan, istighfar dan bulan kembali kepada Allah Swt serta pembangunan diri dan akhlak.”
Sebelum pidato Rahbar, Hujjatul Islam wal Muslimin Hassan Rouhani (Presiden Iran) menjelaskan dimulainya masa kerja pemerintah periode ke-11 sejak 22 bulan lalu, dan menilai kinerja pemerintah dalam masalah-masalah dalam negeri adalah perwujudan kepercayaan, sikap damai, reduksi jarak dan menjauhi radikalisme, seraya mengatakan, “Kinerja pemerintah dalam politik luar negeri adalah interaksi konstruktif dengan dunia dengan [memperhatikan] garis merah ‘independensi, kemuliaan dan kehormatan’, dan di sektor budaya memberikan ruang lebih terbuka bagi para insan budaya dan seni dengan garis merah akhlak dan hukum-hukum Islam.”
Rouhani menilai penyelesaian masalah perundingan dalam koridor pengamanan hak-hak nuklir serta menjamin tuntutan masyarakat dan negara sebagai dua prioritas pemerintahan, dan mengatakan, “Apa yang menyeret negara-negara adidaya ke meja perundingan, adalah muqawama bangsa Iran di hadapan tekanan musuh dan kegagalan sanksi-sanksi.”
Menekankan kembali bahwa sanksi tidak akan pernah berhasil dan bangsa Iran bahkan di bawah sanksi berhasil menyelesaikan berbagai masalah sosial, ekonomi, politik dan budayanya dengan baik, Presiden Iran menyatakan, “Di bawah sanksi, berkat bantuan rakyat, kita berhasil mengantisipasi inflasi, keluar dari stagnansi, dan di bawah sanksi itu tingkat investasi melambung.”
Hassan Rouhani memaparkan berbagai langkah pemerintah di bawah sanksi termasuk di antaranya peningkatan cadangan produk-produk strategis, penyelesaian halangan ekspor, pengajuan draf untuk keluar dari stagnansi, reduksi impor gandum, perubahan pola tanam pertanian, penyaluran jasa kesehatan, bantuan kepada kalangan masyarakat lemah, pemberian subsidi barang, penurunan tingkat pengandalan pada minyak dalam bujet negara, penghematan dalam pengeluaran, pengoperasian 8.000 unit industri, serta pengambilan langkah-langkah efektif di bidang pelestarian lingkungan hidup.
Presiden Iran juga menyinggung penurunan pendapatan pemerintah di sektor minyak dan mengatakan, “Kita harus melalui masalah-masalah ini dengan kerja keras, persatuan, solidaritas dan koherensi, dan kami akan melaksanakannya dengan dukungan masyarakat.”
Menurutnya, “Dalam kondisi saat ini, kita tidak boleh membiarkan terwujudnya berbagai erosi yang tidak perlu dalam masyarakat.”
“Jika pihak seberang tidak mengemukakan tuntutan berlebihan maka kesepakatan telah berada dalam jangkauan dan kita akan dapat melalui hambatan ini,” tuturnya
Di bagian lain pernyataannya, Presiden Republik Islam Iran menandaskan bahwa bangsa-bangsa regional saat ini berada di bawah tekanan ganda sejumlah negara dan para teroris, seraya mengatakan, “Republik Islam Iran terdepan dalam pemberantasan terorisme dan pendukung bangsa-bangsa regional dan dalam hal ini akan terus melanjutkannya.”
Beliau menegaskan kembali garis-garis merah nuklir Iran seraya mengatakan, “Amerika sedang berusaha menghancurkan industri nuklir Iran, namun para pejabat Iran, di samping menekankan garis-garis merah, juga mengupayakan kesepakatan baik, yang berarti kesepakatan adil dan terhormat [yang] sesuai dengan kepentingan dan kemaslahatan Iran.”
Rahbar di awal pidatonya menyinggung bulan Ramadhan sebagai bulan ketakwaan dan menjelaskan dua jenis ketakwaan yaitu individu dan sosial. Beliau mengatakan, ketakwaan individu sejatinya adalah kondisi dan penjagaan secara konstan yang akan menjaga manusia dari pukulan spiritual mematikan dan tentunya sangat berpengaruh penting dalam urusan duniawinya.
Ayatullah Khamenei, menilai ketakwaan dapat digeneralisasi ke masalah-masalah sosial dan ekonomi seraya menekankan, ketakwaan sosial berarti ekonomi muqawama yang akan menjaga negara di hadapan berbagai goncangan akibat transformasi global atau di hadapan panah-panah beracun
politik konfrontatif global, kita terpaksa harus mengacu pada ekonomi muqawama.
Rahbar menyinggung peringatan repetitif beliau di tahun-tahun lalu soal pentingnya pengokohan negara menghadapi gejolak ekonomi negara-negara dan mengatakan, "Selama bertahun-tahun, para pejabat negara masing-masing telah melakukan banyak upaya sesuai dengan kemampuan mereka akan tetapi kita harus mengerahkan seluruh kemampuan dan kapasitas di dalam negeri untuk mengupayakan ekonomi muqawama.”
Ayatullah Khamenei menilai pola ekonomi muqawama juga telah diprediksi, dipilih, dan hasilnya dirasakan oleh sejumlah negara, titik fokus ekonomi muqawama adalah internalisasi di samping eksternalisasi.
“Internalisasi dalam hal ini jangan sampai diartikan isolasionisme, internalisasi dengan pandangan dan kecenderungan eskternalis,” jelas beliau.
Menyinggung ekonomi muqawama yang telah tersusun sebagai hasil sebuah logika kolektif; hasil berbagai konsultasi panjang, Rahbar menambahkan, Setelah ekonomi muqawama disampaikan dan dikemukakan dengan kriteria ini dan diliput media, serta para rekan di pemerintah yang terhormat memulai berbagai aktivitas dalam hal ini dan melanjutkannya, [masalah ekonomi muqawama] ini telah diakui dan diandalkan banyak pakar ekonomi, dan istilah “ekonomi muqawama” masuk dalam kamus ekonomi negara dan mampu menempatkan diri dalam literatur ekonomi negara.”
Rahbar menyebut pola ekonomi muqawama sebagai pola yang benar-benar berbeda dengan pola kuno yang didiktekan kepada negara-negara dunia ketiga dan mengatakan, "Pola lama ini didasarkan pada pandangan ke arah luar, namun pola ekonomi muqawama adalah pola memadang ke depan dengan mengandalkan kapasitas dalam negeri."
"Sejumlah orang mungkin membayangkan bahwa pola ekonomi muqawama adalah pola yang menguntungkan, namun realisasinya tidak mungkin. Tapi saya katakan dengan tegas bahwa dalam situasi saat ini dan mempertimbangkan kapasitas yang ada, pelaksanaan ekonomi muqawama benar-benar mungkin," kata Rahbar.
Setelah pendahuluan ini, Ayatullah Khamenei menyinggung besarnya kapasitas negara yang dapat menjadi landasan pelaksanaan ekonomi muqawama. Ayatullah Khamenei menyinggung para pemuda lulusan universitas yang percaya diri dan memiliki keahlian di bidang mereka sebagai kapasitas pertama negara itu, dan mengatakan: "Keberadaan begitu banyak lulusan muda universitas di negara ini merupakan salah satu berkah dari Revolusi Islam, dengan syarat bahwa kebijakan yang keliru tidak membuat masyarakat menua dan mengurangi tenaga muda.”
Menyinggung keberadaan 10 juta lulusan universitas dan lebih dari empat juta mahasiswa yang sedang melanjutkan studi, yang jumlah mereka 25 kali lipat dibanding masa awal Revolusi, Rahbar menegaskan, “Jumlah tenaga muda berpendidikan dan ahli ini merupakan kebanggaan Republik Islam dan sebuah peluang besar.”
Beliau menilai posisi ekonomi negara sebagai salah satu kapasitas lain dan menegaskan, “Berdasarkan statistik resmi internasional, posisi ke-20 ekonomi dunia dipegang Republik Islam, di mana jika kapasitas dalam negeri yang belum digunakan itu diaktualisasikan, maka Iran dapat mencapai posisi 12.”
Beliau menyebut posisi teratas Iran dari sisi total cadangan minyak dan gas, termasuk di antara kapasitas lain seraya menyinggung letak geografis istimewa negara sebagai titik penghubung utara dan selatan, timur dan barat. Rahbar mengatakan, “Kebertetanggaan dengan 15 negara dengan total populasi 370 juta yang sangat dekat dan juga dengan penduduk lebih dari 70 juta sebagai pasar besar dalam negeri, termasuk di antara kapasitas yang jika seandainya pasar dalam negeri saja diperhatikan, maka kondisi produksi negara akan mengalami perubahan besar.”
Pemimpin Besar Revolusi menilai infrastruktur mendasar di bidang energi, transportasi kereta api, jalan dan udara, komunikasi, pusat-pusat perdagangan, pembangkit listrik, dan bendungan, serta pengalaman manajemen terpadu sebagai kapasitas lain dan menegaskan, "Kita harus memanfaatkan kapasitas tersebut dengan baik dan benar karena masalah negara bukan tidak adanya rencana atau proposal benar dan ahli, namun masalah utama yang terulang di lingkungan elit, adalah pemanfaatan tidak proporsional program dan retorika yang proporsal benar itu."
Rahbar menyebut sejumlah masalah berasal dari tantangan internal di dalam negeri dan mengacu pada sebagaian tantangan tersebut beliau mengatakan, "Tantangan besar di negara kita adalah peremehan dalam praktik dan melihat dangkal masalah-masalah."
Rahbar mencatat: "Diskusi retoris dan intelektual tidak akan menyelesaikan pekerjaan. Penyelesaian masalah menuntut aksi dan penindaklanjutan jangka panjang pada berbagai isu."
Seraya menekankan bahwa berhasilnya sebagian program besar mungkin memerlukan masa hingga satu generasi, Ayatullah Khamenei mencatat, “Ketika dibicarakan tentang gerakan ilmiah nasional di berbagai universitas, mungkin tidak ada yang percaya bahwa setelah 10 hingga 15 tahun mendatang, gerakan ilmiah di negara sekarang ini adalah berkat upaya para guru dan pemuda berbakat, akan tetapi sekarang dibandingkan dengan tahun-tahun itu, kita menyaksikan kemajuan pesat dan di sebagian bidang, kita menyaksikan kemajuan sangat menakjubkan.”
Opsi-opsi paralel dan mudah akan tetapi mematikan menjadi salah satu tantangan internal yang disinggung oleh Rahbar dan dalam menjelaskannya beliau mengatakan, “Terkadang untuk menyediakan sejumlah barang dan kebutuhan ada dua jalan. Satu jalan dari Eropa yang lebih mudah dan jalan lainnya non-Eropa akan tetapi sulit. Jalan pertama akan memposisikan seseorang dalam kesulitan, melemahkan teman dan menguatkan musuh.”
Ayatullah Khamenei menandaskan, tantangan internal lain yang merupakan sebuah kekeliruan fatal dan mendasar adalah ada pihak yang mengira bahwa jika kita melepas prinsip-prinsip ideologi Republik Islam, maka semua jalan akan terbuka.
Ditambahkan beliau, rekan-rekan kita di pemerintahan bertindak sesuai prinsip; benar-benar meyakini Revolusi, meyakini prinsip-prinsip Revolusi, meyakini nilai-nilai Revolusi, saya tidak memiliki ketidakpuasan terhadap mereka, sebagian pejabat kita beranggapan jika sebagian dari prinsip dan nilai-nilai tersebut kita lepaskan, maka banyak pintu yang akan terbuka, padahal hasil dari kekeliruan fatal tersebut telah kita saksikan di sejumlah negara dalam beberapa tahun terakhir.
Menurut beliau, satu-satunya jalan kemajuan adalah perjuangan dan penekanan pada prinsip-prinsip.
Tantangan internal lain menurut Rahbar adalah adanya pihak yang beranggapan bahwa rakyat sudah tidak sabar menghadapi kesulitan.
“Jika kenyataan dijelaskan secara jujur kepada masyarakat, mereka akan tegak berdiri dan berjuang,” tutur Rahbar.
Beliau menilai keraguan terhadap kemampuan dalam negeri sebagai tantangan lain dan menambahkan, para ilmuwan muda kita dan kelompok-kelompok sipil dalam urusan ekonomi harus dipercaya dan kemampuan mereka harus digunakan.
Pemimpin Besar Revolusi Islam menilai syarat utama untuk merealisasikan ekonomi muqawama adalah tekad kokoh, menghindari peremehan dan [pengutamaan] kenyamanan serta pengandalan pada manajemen jihad, seraya menegaskan, “Manajemen jihad berarti bertawakkal kepada Allah, melaksanakan tugas dengan manajemen dan logika namun dibarengi tekad kokoh, dan maju tanpa ragu, tanpa rasa takut dari semua sisi.”
Rahbar menilai perluasan permanen budaya yang sesuai dengan ekonomi muqawama juga penting dan mengatakan, “IRIB, media, para pejabat, para imam shalat Jumat dan semua orang yang ucapan mereka didengar masyarakat, harus menyebar-luaskan budaya yang sesuai dengan ekonomi muqawama.”
Beliau menyebut penghematan, konsumsi produk dalam negeri khususnya bagi instansi-instansi pemerintah, pemberantasaan serius impor tidak logis, pemberantasan secara serius fenomena penyelundupan, perhatian khusus terhadap industri kecil dan menengah, serta revisi dalam politik keuangan dan aktivitas sistem perbankan negara, sebagai urgensitas pelaksanaan politik ekonomi muqawama dan menekankan, “Syarat utama realisasi itu semua adalah sehati dan sekata serta keselarasan internal.”
Seraya menegaskan bahwa semua pihak harus mendukung pemerintah dan pejabat, Rahbar mengatakan, “Pelontaran isu-isu marginal dari pihak mana pun tidak dapat diterima dan harus dihindari.”
Dalam menyimpulkan pembahasan tentang ekonomi muqawama beliau mengatakan, “Kita mampu melakukan pekerjaan-pekerjaan besar di bidang ekonomi dan kita harus berharap bahwa insya Allah kita dapat melalui halangan ini.”
Rahbar dalam penjelasan sangat penting beliau tentang masalah nuklir, sebelum memaparkan sejumlah perincian perundingan dan menjelaskan tuntutan-tuntutan dan garis merah nuklir, beliau terlebih dahulu menekankan tiga poin.
Poin pertama, apapun yang dikemukakan Rahbar pada pertemuan-pertemuan umum adalah yang disampaikan beliau pada pertemuan khusus dengan presiden dan para pejabat berwenang, oleh karena itu propaganda ini tidak benar bahwa sebagian garis merah resmi telah diabaikan dalam pertemuan khusus, ini berbeda dengan realitas dan bohong.
Poin kedua yang ditekankan Ayatullah Khamenei sebagai pendahuluan pembahasan nuklir adalah keamanatan, kehormatan, keberanian dan keteguhan agama para anggota tim perunding Iran.
Beliau mengatakan, tim ini dengan kehormatan, ketelitian dan dengan niat mengurai simpul serta melancarkan urusan negara, berdiri di hadapan para perunding pihak seberang, yang sibuk berupaya dan sesungguhnya mereka memaparkan dan menindaklanjuti sikap mereka dengan penuh keberanian.
Ayatullah Khamenei mengatakan siapa pun yang mengikuti rincian perundingan pasti akan membenarkan apa yang dikatakan oleh tim nuklir. Beliau juga mencatat bahwa perunding nuklir mungkin berbuat kesalahan dalam praktik, namun mereka teguh pada agama dan terhormat.
Rahbar menujukan poin ketiga mukaddimah penjelasan beliau kepada para kritikus nuklir.
Beliau mengatakan, "Saya tidak menentang kritik serta menilainya perlu dan membantu, tapi ini adalah fakta bahwa kritik lebih mudah daripada praktik, karena mudah melihat kesalahan pihak lain, akan tetapi sulit memahami kesulitan dan kekhawatirannya."
Ayatullah Khamenei menambahkan, "Ungkapan saya jangan sampai sampai menghalangi belanjutnya kritik, namun kita harus ingat bahwa tim nuklir menyadari masalah yang dikritik, namun tuntutan mungkin membuat mereka mengambil tindakan tertentu."
Pemimpin Besar Revolusi Islam kemudian menjelaskan sejarah singkat perundingan dengan Amerika, yang secara signifikan akan membantu memahami proses perundingan.
Beliau menegaskan, "Masalah negosiasi dengan Amerika kembali pada pemerintahan sebelumnya dan terkait dengan pengutusan mediator ke Tehran untuk mengharapkan perundingan."
Ayatullah Khamenei menjelaskan: "Pada waktu itu, seorang pejabat terhormat dari sebuah negara di kawasan mendatangi kita sebagai mediator dan dengan jelas mengatakan bahwa Presiden AS telah memintanya berkunjung ke Tehran dan memberitahu kami tentang permintaan Amerika soal perundingan. Amerika mengatakan kepada mediator ini bahwa mereka ingin menyelesaikan masalah nuklir, mengakui Iran sebagai kekuatan nuklir dan mencabut sanksi dalam 6 bulan. Tentu saja, kita memberitahu mediator itu bahwa kami tidak mempercayai Amerika dan kata-kata mereka, namun karena desakan mediator itu, kami sepakat untuk mencoba masalah ini sekali lagi dan perundingan dimulai."
Rahbar mencatat dua poin penting dalam persaingan global dan mengatakan, “Dalam setiap konfrontasi diplomatik ada dua arena yang harus diperhatikan, arena utamanya adalah arena realitas, praktik, produksi aset, serta arena diplomasi dan politik yang menjadi arena pengubahan aset-aset menjadi konsesi dan demi menjaga kepentingan nasional.”
Beliau menambahkan, tangan kosong setiap negara di arena pertama, akan menutup ruang fleksibilitasnya di arena kedua dan berdasarkan logika ini, Iran masuk ke perundingan dengan capaian-capaian penting dan kokoh di arena perundingan di mana kemampuan memproduksi bahan bakar nuklir 20 persen merupakan salah satu di antaranya.
Rahbar mengingatkan bahwa semua kekuatan adidaya menolak menjual bahan bakar nuklir 20 persen untuk produksi obat-obatan nuklir di pusat [riset nuklir] Tehran dan bahkan menghalangi pembelian kita dari negara-negara lain. Akan tetapi para pemuda ilmuwan kita dan para pembawa kebanggaan Iran, berhasil memproduksi bahan bakar tersebut dan mengubahnya menjadi lempengan bahan bakar nuklir dan pihak seberang tersekak.
Beliau menambahkan, selain bahan bakar 20 persen, kita juga memiliki capaian lain yang riil di medan serta pada hakikatnya strategi perlawanan Iran di hadapan berbagai tekanan telah membuahkan hasil dan orang-orang Amerika telah sampai pada kesimpulan ini bahwa sanksi-sanksi telah kehilangan efek yang diinginkan dan harus dicari cara lain.
Ayatullah Khamenei menyinggung pandangan skeptis Iran terhadap pihak Amerika dan mengatakan, “Meski kami telah siap jika Amerika teguh pada ucapan dan janji-janji [yang disampaikan] kepada mediator tersebut, kami juga siap menebus harga [dalam perundingan] karena perundingan berdasarkan logika, perhitungan, regresi, akan tetapi tidak lama setelah perundingan, mereka memulai tuntutan berlebihan dan pengingkaran janji-janji.”
Menyinggung bahwa kesepakatan baik menurut Iran adalah kesepakatan yang adil dan fair, Rahbar menambahkan, “Dalam proses perundingan, orang-orang Amerika pada awalnya mengubah pencabutan sanksi-sanksi selama enam bulan menjadi satu tahun dan kemudian berbagai tuntutan berlebihan repetitif semakin memperpanjang perundingan dan bahkan mereka mengancam memberlakukan sanksi lebih luas serta menyinggung opsi militerisme di atas dan di bawah meja.”
Ayatullah Khamenei menyimpulkan proses perundingan dan menegaskan, “Perenungan dan telaah pada perjalanan tuntutan Amerika Serikat menunjukkan bahwa tujuan mereka adalah menghancurkan industri nuklir Iran, memusnahkan status nuklir negara dan mengubahnya menjadi sebuah karikatur atau papan bergambar tidak berarti.”
Menyinggung tuntutan riil dan telah diperhitungkan negara pada 20.000 megawatt listrik nuklir, Rahbar mengatakan, “Selain berusaha menghancurkan industri nuklir, mencegah bangsa Iran menikmati berbagai manfaat industri ini, dan bermaksud melanjutkan tekanan, mereka juga ingin mempertahankan sanksi-sanksi.”
Rahbar kemudian menjelaskan realitas panggung perundingan rumit dengan Amerika, dan menganalisa poin penting lain yaitu kebutuhan pemerintah Amerika terhadap perundingan nuklir ini.
Beliau menjelaskan, “Jika mereka mampu mewujudkan tujuan-tujuan mereka dalam perundingan, maka mereka telah menggapai kemenangan besar, karena mereka telah menaklukkan bangsa independen Iran dan mengalahkan sebuah negara yang dapat menjadi teladan negara-negara lain, dan bahwa semua pengingkaran janji dan tawar-menawar mereka adalah dalam rangka mewujudkan tujuan tersebut.”
Menyinggung tuntutan logis Iran dalam perundingan sejak awal hingga kini, Rahbar memaparkan, “Kita sejak awal menginginkan sanksi-sanksi zalim itu dicabut yang tentunya sebagai imbalannya, kami siap untuk memberikan beberapa hal dengan syarat industri nuklir tidak berhenti dan tidak terganggu.”
Ayatullah Khamenei lebih lanjut memberikan gambaran jelas garis-garis merah negara. Beliau menyinggung garis merah pertama dan mengatakan, “Berbeda dengan desakan Amerika Serikat, kami tidak menerima pembatasan jangka panjang 10-12 tahun dan kami telah mengemukakan [jumlah] tahun yang dapat kami terima kepada mereka.”
Beliau menyebut berlanjutnya riset, pengembangan dan pembangunan bahkan pada periode pembatasan sebagai garis merah kedua Iran dan menyatakan, “Mereka mengatakan bahwa selama 12 tahun, Anda jangan melakukan apapun, namun ini adalah ungkapan sewenang-wenang ganda dan kekeliruan ganda.”
Dalam menjelaskan garis merah nuklir ketiga, Rahbar mengatakan, “Sanksi ekonomi, finansial dan perbankan baik yang berhubungan dengan Dewan Keamanan, Kongres Amerika maupun pemerintah Amerika Serikat harus langsung dicabut ketika penandatanganan kesepakatan, dan sanksi-sanksi lainnya juga dicabut dalam selang waktu rasional.”
Beliau menambahkan, “Terkait sanksi Amerika Serikat mengemukakan formulasi rumit, multi-lapis dan aneh yang tidak jelas juntrungan dan apa yang dihasilkan darinya, akan tetapi kami menyampaikan pernyataan kami dengan jelas.”
Ayatullah Khamenei menjelaskan, “Pencabutan sanksi-sanksi tidak boleh bergantung pada pelaksanaan komitmen Iran, kalian tidak bisa mengatakan Anda harus melaksanakan komitmen kemudian Badan [Energi Atom Internasional] membuktikannya sehingga sanksi akan dicabut, kami sama sekali tidak menerima hal ini.”
Rahbar menambahkan, aspek pelaksanaan pencabutan sanksi-sanksi juga harus sesuai dengan asepek-aspek pelaksanaan komitmen Iran.
Beliau menegaskan, “Kami menentang pengkondisian implementasi komitmen pihak seberang dengan laporan dari Badan, karena Badan telah berulangkali membuktikan tidak independen dan tidak adil, oleh karena itu kami skeptis.”
Ayatullah Khamenei menambahkan, “Mereka mengatakan ‘Badan [Energi Atom Internasional] harus yakin’, ini adalah ungkapan tidak rasional, bagaimana mungkin Badan yakin, kecuali setiap jengkal wilayah negara ini harus diperiksa.”
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran juga menentang inspeksi non-konvensional dan interogasi individu Iran serta inspeksi pusat-pusat militer, yang termasuk di antara garis merah nuklir.
Secara tegas beliau menekankan, “Di Iran, semua pihak termasuk saya, pemerintah, parlemen, lembaga yudikatif, serta instansi keamanan, militer dan semua lembaga, menginginkan kesepakatan nuklir yang baik, tersusunnya kesepakatan yang terhormat, adil serta sesuai dengan maslahat dan kepentingan Iran.”
Rahbar menambahkan, “Meski kita mengupayakan pencabutan sanksi-sanksi, namun kami menilai itu semua dari satu sisi sebagai sebuah peluang karena membuat kita lebih memperhatikan tenaga dan kapasitas-kapasitas dalam negeri.”
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran di awal pidato beliau mengimbau pentingnya pemanfaatan berkah bulan Ramadhan khususnya pemanfaatan doa-doa bulan Ramadhan dan kandungan tinggi di dalamnya, seraya mengatakan, “Bulan Ramadhan, adalah bulan kekhusyukan, istighfar dan bulan kembali kepada Allah Swt serta pembangunan diri dan akhlak.”
Sebelum pidato Rahbar, Hujjatul Islam wal Muslimin Hassan Rouhani (Presiden Iran) menjelaskan dimulainya masa kerja pemerintah periode ke-11 sejak 22 bulan lalu, dan menilai kinerja pemerintah dalam masalah-masalah dalam negeri adalah perwujudan kepercayaan, sikap damai, reduksi jarak dan menjauhi radikalisme, seraya mengatakan, “Kinerja pemerintah dalam politik luar negeri adalah interaksi konstruktif dengan dunia dengan [memperhatikan] garis merah ‘independensi, kemuliaan dan kehormatan’, dan di sektor budaya memberikan ruang lebih terbuka bagi para insan budaya dan seni dengan garis merah akhlak dan hukum-hukum Islam.”
Rouhani menilai penyelesaian masalah perundingan dalam koridor pengamanan hak-hak nuklir serta menjamin tuntutan masyarakat dan negara sebagai dua prioritas pemerintahan, dan mengatakan, “Apa yang menyeret negara-negara adidaya ke meja perundingan, adalah muqawama bangsa Iran di hadapan tekanan musuh dan kegagalan sanksi-sanksi.”
Menekankan kembali bahwa sanksi tidak akan pernah berhasil dan bangsa Iran bahkan di bawah sanksi berhasil menyelesaikan berbagai masalah sosial, ekonomi, politik dan budayanya dengan baik, Presiden Iran menyatakan, “Di bawah sanksi, berkat bantuan rakyat, kita berhasil mengantisipasi inflasi, keluar dari stagnansi, dan di bawah sanksi itu tingkat investasi melambung.”
Hassan Rouhani memaparkan berbagai langkah pemerintah di bawah sanksi termasuk di antaranya peningkatan cadangan produk-produk strategis, penyelesaian halangan ekspor, pengajuan draf untuk keluar dari stagnansi, reduksi impor gandum, perubahan pola tanam pertanian, penyaluran jasa kesehatan, bantuan kepada kalangan masyarakat lemah, pemberian subsidi barang, penurunan tingkat pengandalan pada minyak dalam bujet negara, penghematan dalam pengeluaran, pengoperasian 8.000 unit industri, serta pengambilan langkah-langkah efektif di bidang pelestarian lingkungan hidup.
Presiden Iran juga menyinggung penurunan pendapatan pemerintah di sektor minyak dan mengatakan, “Kita harus melalui masalah-masalah ini dengan kerja keras, persatuan, solidaritas dan koherensi, dan kami akan melaksanakannya dengan dukungan masyarakat.”
Menurutnya, “Dalam kondisi saat ini, kita tidak boleh membiarkan terwujudnya berbagai erosi yang tidak perlu dalam masyarakat.”
“Jika pihak seberang tidak mengemukakan tuntutan berlebihan maka kesepakatan telah berada dalam jangkauan dan kita akan dapat melalui hambatan ini,” tuturnya
Di bagian lain pernyataannya, Presiden Republik Islam Iran menandaskan bahwa bangsa-bangsa regional saat ini berada di bawah tekanan ganda sejumlah negara dan para teroris, seraya mengatakan, “Republik Islam Iran terdepan dalam pemberantasan terorisme dan pendukung bangsa-bangsa regional dan dalam hal ini akan terus melanjutkannya.”