Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatollah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei, Selasa (26/11) dalam pertemuan dengan para ulama, tokoh cendekiawan dan para peserta Kongres Dunia Pandangan Ulama Muslimin tentang Gerakan Takfiri, menyebut gerakan takfiri yang berkembang luas dalam beberapa tahun terakhir sebagai masalah yang sengaja diciptakan oleh kubu imperialis dan dibebankan kepada Dunia Islam. Mengenai kekejian yang dilakukan kelompok takfiri dan sepak terjang mereka yang sejalan dengan kepentingan AS, negara-negara imperialis dan Rezim Zionis Israel, beliau menyatakan bahwa hal ini dimaksudkan untuk memalingkan umat Islam dari masalah yang sebenarnya yaitu pembelaan kepada Palestina dan Masjidul Aqsha.
Ayatollah al-Udzma Khamenei menegaskan bahwa masalah ini harus ditangani lewat gerakan keilmuan dan penyadaran yang menyeluruh akan target dan kepentingan kubu arogansi.
"Isu Palestina adalah isu paling utama di Dunia Islam dan prioritas tugas para ulama dalam kondisi saat ini," kata beliau.
Di awal pembicaraannya, Pemimpin Besar Revolusi Islam menyampaikan penghargaan besar kepada Ayatollah al-Udzma Makarem Shirazi, Ayatollah al-Udzma Sobhani dan para ulama lain yang telah memberikan perhatian yang besar untuk menyelenggarakan kongres ulama Dunia Islam ini demi melawan fenomena takfiri. Beliau mengingatkan bahwa gerakan takfiri harus diperangi secara menyeluruh dan tidak terbatas hanya pada kelompok yang disebut ‘Negara Islam Irak dan Syam' (ISIS). Sebab ISIS tak lebih dari salah satu cabang yang dihasilkan oleh pohon yang busuk ini.
Lebih lanjut beliau menyinggung satu masalah yang tak bisa dipungkiri bahwa gerakan takfiri dan rezim-rezim penguasa yang mendukungnya, berjalan seiring dengan kepentingan kubu argansi dunia, dalam hal ini Amerika Serikat (AS), negara-negara imperialis Eropa dan Rezim Zionis Israel.
Rahbar mengingatkan adanya upaya menyimpangkan gerakan kebangkitan Islam. "Kebangkitan Islam adalah gerakan anti AS, anti penindasan, dan anti rezim boneka AS. Akan tetapi, gerakan takfiri telah mengubah gerakan besar anti arogansi ini menjadi perang saudara di tengah umat Islam," tegas beliau.
Garis terdepan perjuangan kaum muslimin di kawasan ini, menurut beliau, adalah Palestina. Namun, gerakan takfiri telah menyimpangkannya dengan mengalihkan peperangan ke jalanan dan kota-kota di Irak, Suriah, Pakistan, dan Libya, dan ini adalah kejahatan takfiri yang tak akan terlupakan.
Ayatollah al-Udzma Khamenei mengatakan, "Menyimpangkan gerakan kebangkitan Islam ini hanya menguntungkan AS, Inggris, Rezim Zionis Israel dan dinas-dinas intelijen mereka."
Ditambahkan oleh beliau, "Salah satu bukti bahwa gerakan ini menguntungkan kubu arogansi adalah bahwa gerakan takfiri tidak pernah mengecam Rezim Zionis Israel, tapi justeru siap menyerang negara dan bangsa-bangsa Muslim."
Penghancuran infrastruktur yang berharga di negara-negara Muslim oleh kaum takfiri adalah contoh lain dari pengabdian mereka kepada musuh-musuh Islam.
"Salah satu kekejian yang dilakukan kaum takfiri adalah merusak citra Islam yang penuh kasih sayang, serta dilandasi akal dan logika dengan menggambarkannya sebagai agama yang penuh kejahatan. Mereka mempertontonkan di depan kamera tindakan menyembelih orang-orang yang tak berdosa atau mengoyak jantung seorang Muslim lalu menggigitnya, dan itu mereka lakukan dengan nama Islam," ungkap beliau.
Contoh lain, kata Pemimpin Besar Revolusi Islam, adalah ketidakpedulian kaum takfiri terhadap rakyat Palestina saat terjadi perang 50 hari atas Gaza.
Mengenai tindakan pesawat-pesawat logistik AS yang berulang kali terlihat menjatuhkan peralatan perang untuk kelompok ISIS di Irak, beliau menegaskan, "Meski demikian, AS masih mengaku sebagai pihak anti ISIS dan yang membentuk aliansi anti ISIS, padahal ini adalah dusta. AS berkepentingan mempertahankan api fitnah dan konflik di tengah umat Islam. Tapi tentunya AS tak akan berhasil mencapai apa yang diinginkannya."
Setelah menjelaskan masalah ini, Ayatollah al-Udzma Khamenei mengingatkan bahwa tugas utama para ulama dan tokoh umat Islam sekarang adalah ikut andil dalam memerangi gerakan takfiri. Beliau juga mengingatkan klaim dusta kaum takfiri yang mengaku sebagai kelompok yang mengikuti salafussoleh (para pendahulu yang saleh).
Menurut beliau gerakan melawan takfiri harus dilakukan lewat kebangkitan keilmuan dan logika, supaya bisa menyelamatkan para pemuda dari gerakan yang berbahaya itu. Para ulama selain bertugas menyadarkan umat juga berkewajiban memberikan penjelasan kepada masyarakat akan sepak terjang dan agenda AS, Inggris dan Rezim Zionis Israel. Tugas lain yang diemban ulama di masa ini adalah memberikan perhatian yang besar kepada masalah Palestina dan Masjidul Aqsha seraya mengingatkan untuk tidak melupakan masalah penting ini.
Rahbar dalam kesempatan itu, menyatakan bahwa sejak kemenangan revolusi Islam, Iran di bawah kepemimpinan Imam Khomeini tampil menjadi pembela bagi perjuangan rakyat Palestina, dan saat inipun Republik Islam Iran tetap komitmen dengan khittah tersebut.
Seraya menjelaskan bahwa Iran memberikan bantuan kepada Jihad Islam dan Hamas yang Sunni di Palestina seperti bantuan yang diberikan kepada Hizbullah yang Syiah di Lebanon, beliau menambahkan, "Seperti yang sudah kami tegaskan sebelum ini, wilayah Tepi Barat Sungai Jordan juga harus dipersenjatai, dan ini pasti akan terjadi."
Pemimpin Besar Revolusi Islam menyatakan bahwa kondisi musuh Islam saat ini sudah semakin lemah dibanding kondisi di masa lalu.
"Jika dulu Rezim Zionis Israel mengusung slogan Israel Raya dari Nil hingga Eufrat, sekarang dalam perang 50 hari di Gaza, Israel yang sudah melakukan apa saja tetap tidak berhasil menghancurkan terowongan-terowongan bawah tanah milik Hamas dan Jihad Islam," kata beliau.
Ayatollah al-Udzma Khamenei menyinggung kesulitan dan kegagalan musuh-musuh Islam di kawasan khususnya di wilayah Irak, Suriah dan Lebanon, seraya mengatakan, "Bukti lain dari kelemahan mereka adalah masalah nuklir Iran. AS dan negara-negara imperialis Eropa bersatu untuk menundukkan Iran dalam masalah nuklir. Tapi mereka gagal, dan ke depan pun mereka akan tetap gagal."
Ayatollah al-Udzma Khamenei menegaskan bahwa masalah ini harus ditangani lewat gerakan keilmuan dan penyadaran yang menyeluruh akan target dan kepentingan kubu arogansi.
"Isu Palestina adalah isu paling utama di Dunia Islam dan prioritas tugas para ulama dalam kondisi saat ini," kata beliau.
Di awal pembicaraannya, Pemimpin Besar Revolusi Islam menyampaikan penghargaan besar kepada Ayatollah al-Udzma Makarem Shirazi, Ayatollah al-Udzma Sobhani dan para ulama lain yang telah memberikan perhatian yang besar untuk menyelenggarakan kongres ulama Dunia Islam ini demi melawan fenomena takfiri. Beliau mengingatkan bahwa gerakan takfiri harus diperangi secara menyeluruh dan tidak terbatas hanya pada kelompok yang disebut ‘Negara Islam Irak dan Syam' (ISIS). Sebab ISIS tak lebih dari salah satu cabang yang dihasilkan oleh pohon yang busuk ini.
Lebih lanjut beliau menyinggung satu masalah yang tak bisa dipungkiri bahwa gerakan takfiri dan rezim-rezim penguasa yang mendukungnya, berjalan seiring dengan kepentingan kubu argansi dunia, dalam hal ini Amerika Serikat (AS), negara-negara imperialis Eropa dan Rezim Zionis Israel.
Rahbar mengingatkan adanya upaya menyimpangkan gerakan kebangkitan Islam. "Kebangkitan Islam adalah gerakan anti AS, anti penindasan, dan anti rezim boneka AS. Akan tetapi, gerakan takfiri telah mengubah gerakan besar anti arogansi ini menjadi perang saudara di tengah umat Islam," tegas beliau.
Garis terdepan perjuangan kaum muslimin di kawasan ini, menurut beliau, adalah Palestina. Namun, gerakan takfiri telah menyimpangkannya dengan mengalihkan peperangan ke jalanan dan kota-kota di Irak, Suriah, Pakistan, dan Libya, dan ini adalah kejahatan takfiri yang tak akan terlupakan.
Ayatollah al-Udzma Khamenei mengatakan, "Menyimpangkan gerakan kebangkitan Islam ini hanya menguntungkan AS, Inggris, Rezim Zionis Israel dan dinas-dinas intelijen mereka."
Ditambahkan oleh beliau, "Salah satu bukti bahwa gerakan ini menguntungkan kubu arogansi adalah bahwa gerakan takfiri tidak pernah mengecam Rezim Zionis Israel, tapi justeru siap menyerang negara dan bangsa-bangsa Muslim."
Penghancuran infrastruktur yang berharga di negara-negara Muslim oleh kaum takfiri adalah contoh lain dari pengabdian mereka kepada musuh-musuh Islam.
"Salah satu kekejian yang dilakukan kaum takfiri adalah merusak citra Islam yang penuh kasih sayang, serta dilandasi akal dan logika dengan menggambarkannya sebagai agama yang penuh kejahatan. Mereka mempertontonkan di depan kamera tindakan menyembelih orang-orang yang tak berdosa atau mengoyak jantung seorang Muslim lalu menggigitnya, dan itu mereka lakukan dengan nama Islam," ungkap beliau.
Contoh lain, kata Pemimpin Besar Revolusi Islam, adalah ketidakpedulian kaum takfiri terhadap rakyat Palestina saat terjadi perang 50 hari atas Gaza.
Mengenai tindakan pesawat-pesawat logistik AS yang berulang kali terlihat menjatuhkan peralatan perang untuk kelompok ISIS di Irak, beliau menegaskan, "Meski demikian, AS masih mengaku sebagai pihak anti ISIS dan yang membentuk aliansi anti ISIS, padahal ini adalah dusta. AS berkepentingan mempertahankan api fitnah dan konflik di tengah umat Islam. Tapi tentunya AS tak akan berhasil mencapai apa yang diinginkannya."
Setelah menjelaskan masalah ini, Ayatollah al-Udzma Khamenei mengingatkan bahwa tugas utama para ulama dan tokoh umat Islam sekarang adalah ikut andil dalam memerangi gerakan takfiri. Beliau juga mengingatkan klaim dusta kaum takfiri yang mengaku sebagai kelompok yang mengikuti salafussoleh (para pendahulu yang saleh).
Menurut beliau gerakan melawan takfiri harus dilakukan lewat kebangkitan keilmuan dan logika, supaya bisa menyelamatkan para pemuda dari gerakan yang berbahaya itu. Para ulama selain bertugas menyadarkan umat juga berkewajiban memberikan penjelasan kepada masyarakat akan sepak terjang dan agenda AS, Inggris dan Rezim Zionis Israel. Tugas lain yang diemban ulama di masa ini adalah memberikan perhatian yang besar kepada masalah Palestina dan Masjidul Aqsha seraya mengingatkan untuk tidak melupakan masalah penting ini.
Rahbar dalam kesempatan itu, menyatakan bahwa sejak kemenangan revolusi Islam, Iran di bawah kepemimpinan Imam Khomeini tampil menjadi pembela bagi perjuangan rakyat Palestina, dan saat inipun Republik Islam Iran tetap komitmen dengan khittah tersebut.
Seraya menjelaskan bahwa Iran memberikan bantuan kepada Jihad Islam dan Hamas yang Sunni di Palestina seperti bantuan yang diberikan kepada Hizbullah yang Syiah di Lebanon, beliau menambahkan, "Seperti yang sudah kami tegaskan sebelum ini, wilayah Tepi Barat Sungai Jordan juga harus dipersenjatai, dan ini pasti akan terjadi."
Pemimpin Besar Revolusi Islam menyatakan bahwa kondisi musuh Islam saat ini sudah semakin lemah dibanding kondisi di masa lalu.
"Jika dulu Rezim Zionis Israel mengusung slogan Israel Raya dari Nil hingga Eufrat, sekarang dalam perang 50 hari di Gaza, Israel yang sudah melakukan apa saja tetap tidak berhasil menghancurkan terowongan-terowongan bawah tanah milik Hamas dan Jihad Islam," kata beliau.
Ayatollah al-Udzma Khamenei menyinggung kesulitan dan kegagalan musuh-musuh Islam di kawasan khususnya di wilayah Irak, Suriah dan Lebanon, seraya mengatakan, "Bukti lain dari kelemahan mereka adalah masalah nuklir Iran. AS dan negara-negara imperialis Eropa bersatu untuk menundukkan Iran dalam masalah nuklir. Tapi mereka gagal, dan ke depan pun mereka akan tetap gagal."