Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatollah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei dalam pertemuan dengan ratusan pemuda dan mahasiswa elit berprestasi, Rabu (22/10), menekankan keharusan untuk menciptakan mata rantai yang sempurna dan jaringan produksi ilmu dan sains di lingkungan universitas dan pusat-pusat penelitian.
"Iran harus dikelola dengan mengandalkan sumber daya yang dimilikinya, yakni kecerdasan dan potensi para pemudanya, bukan dengan mengandalkan pendapatan hasil dari kekayaan perut bumi dan minyak yang fluktuatif," kata beliau.
Pemimpin Besar Revolusi Islam mengingatkan mereka yang hadir dalam pertemuan itu, bahwa kecerdasan yang mereka miliki adalah anugerah dari Allah Swt yang harus dimanfaatkan seoptimal mungkin dan zakat untuk anugerah Ilahi ini adalah dengan membagi hasilnya kepada umat manusia dan membangun masyarakat, bangsa dan negara.
Seraya menyinggung kemajuan ilmu dan sains yang pesat di Iran dalam sepuluh tahun terakhir, beliau menambahkan, "Tidak ada alasan menghentikan laju perkembangan ini. Sebab, berhenti berarti mundur ke belakang."
Meski menyebutkan berbagai kemajuan mengagumkan yang sudah dicapai, namun beliau mengingatkan kembali bahwa Iran masih cukup tertinggal dan ketertinggalan ini harus terus dikejar.
Ayatollah al-Udzma Khamenei mengatakan, "Negara tidak bisa dikelola dengan pendapatan hasil kekayaan bumi. Sebab mengelola negara dengan cara ini tak ubahnya seperti anak orang kaya yang tidak mengerti nilai uang sehingga cenderung boros dalam menggunakannya. Negara yang menjalankan kebijakan seperti ini punya masa depan yang buruk."
Kepada para pemuda elit berprestasi beliau mengimbau untuk mempererat hubungan dengan Allah Swt, Yang Maha Pemurah.
"Kalbu kalian yang masih bersih akan mendatangkan keridhaan dan nikmat yang berlimpah dari Allah," kata beliau.
Di awal pertemuan, Wakil Presiden Republik Islam Iran bidang Sains dan Teknologi yang sekaligus Ketua Lembaga Elit Bangsa, Sattari, menyatakan bahwa kriteria menonjol yang ada pada elitis bangsa ini adalah keimanan, kepercayaan diri, keikhlasan, pengorbanan, dan kecintaan kepada tanah air. Mereka merasa berhutang budi kepada negeri ini.
"Iran harus dikelola dengan mengandalkan sumber daya yang dimilikinya, yakni kecerdasan dan potensi para pemudanya, bukan dengan mengandalkan pendapatan hasil dari kekayaan perut bumi dan minyak yang fluktuatif," kata beliau.
Pemimpin Besar Revolusi Islam mengingatkan mereka yang hadir dalam pertemuan itu, bahwa kecerdasan yang mereka miliki adalah anugerah dari Allah Swt yang harus dimanfaatkan seoptimal mungkin dan zakat untuk anugerah Ilahi ini adalah dengan membagi hasilnya kepada umat manusia dan membangun masyarakat, bangsa dan negara.
Seraya menyinggung kemajuan ilmu dan sains yang pesat di Iran dalam sepuluh tahun terakhir, beliau menambahkan, "Tidak ada alasan menghentikan laju perkembangan ini. Sebab, berhenti berarti mundur ke belakang."
Meski menyebutkan berbagai kemajuan mengagumkan yang sudah dicapai, namun beliau mengingatkan kembali bahwa Iran masih cukup tertinggal dan ketertinggalan ini harus terus dikejar.
Ayatollah al-Udzma Khamenei mengatakan, "Negara tidak bisa dikelola dengan pendapatan hasil kekayaan bumi. Sebab mengelola negara dengan cara ini tak ubahnya seperti anak orang kaya yang tidak mengerti nilai uang sehingga cenderung boros dalam menggunakannya. Negara yang menjalankan kebijakan seperti ini punya masa depan yang buruk."
Kepada para pemuda elit berprestasi beliau mengimbau untuk mempererat hubungan dengan Allah Swt, Yang Maha Pemurah.
"Kalbu kalian yang masih bersih akan mendatangkan keridhaan dan nikmat yang berlimpah dari Allah," kata beliau.
Di awal pertemuan, Wakil Presiden Republik Islam Iran bidang Sains dan Teknologi yang sekaligus Ketua Lembaga Elit Bangsa, Sattari, menyatakan bahwa kriteria menonjol yang ada pada elitis bangsa ini adalah keimanan, kepercayaan diri, keikhlasan, pengorbanan, dan kecintaan kepada tanah air. Mereka merasa berhutang budi kepada negeri ini.