Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatollah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei Rabu (9/4) pagi dalam pertemuan dengan Ketua, jajaran direksi dan para ahli Badan Energi Atom Iran menyebut kemajuan Republik Islam Iran dalam mengembangkan teknologi nuklir sebagai faktor yang mendongkrak kepercayaan diri bangsa Iran dan membuka jalan bagi tercapainya kemajuan-kemajuan di berbagai bidang yang lain.
Menyinggung perundingan Iran dengan enam besar terkait isu nuklir, beliau menegaskan, "Persetujuan yang diberikan untuk merundingkan masalah nuklir dimaksudkan supaya bisa memecah atmosfir permusuhan kubu arogansi terhadap Iran, dan perundingan ini harus dilanjutkan. Tapi semua harus ingat bahwa meskipun perundingan terus berjalan, aktivitas Republik Islam Iran meliputi riset dan pengembangan nuklir tak akan pernah berhenti, dan tak ada satupun keberhasilan nuklir yang sudah diperoleh akan dibekukan. Selain itu, hubungan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) dengan Iran harus ditata secara wajar bukan dikondisikan darurat."
Dalam pertemuan yang digelar memperingati hari Nasional Teknologi Nuklir itu, Ayatollah al-Udzma Khamenei menyampaikan penghormatannya kepada para syuhada nuklir yang dengan kerja keras mereka telah membawa Iran menjadi negara yang berhasil di bidang nuklir.
"Teknologi nuklir memang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan produksi energi, juga digunakan di sektor industri, kesehatan, pertanian, keamanan pangan dan perdagangan. Akan tetapi manfaat paling penting dari ilmu ini adalah meningkatnya kepercayaan diri bangsa ini," kata beliau.
Pemimpin Besar Revolusi Islam menyatakan bahwa faktor apapun juga yang bisa melumpuhkan modus musuh dan kubu imperialis gaya lama dan baru dalam mencengkeram bangsa-bangsa lain akan dinilai sebagai faktor paling urgen dalam memacu kemajuan dan gerakan suatu bangsa.
Menyinggung apa yang dilakukan kubu arogansi untuk mencegah kemajuan Iran sejak awal revolusi Islam, beliau menambahkan, "Salah satu agenda kubu arogansi dunia dalam menghadapi revolusi Islam adalah upayanya yang terus menerus untuk memengaruhi kebijakan makro dan melemahkan tekad para pengelola negara. Tapi sampai hari ini, kubu arogansi selalu gagal dan dengan inayah Allah ke depan pun mereka akan tetap gagal."
Rahbar mengingatkan bahwa kubu arogansi terus berupaya menciptakan opini global yang memusuhi Republik Islam Iran dengan mengangkat isu-isu yang menjadi perhatian umum. Salah satunya adalah isu nuklir. Padahal, lanjut beliau, Republik Islam Iran tidak pernah berpikir untuk membuat senjata nuklir. Meski demikian, para petinggi Amerika Serikat (AS) selalu menuduh Iran dengan maksud menciptakan opini umum dunia yang memandang sinis terhadap Iran.
Mengenai perundingan nuklir beliau menegaskan bahwa perundingan ini bukan berarti Republik Islam Iran sudah melunak dalam mempertahankan haknya mengembangkan teknologi nuklir untuk tujuan damai.
Menurut beliau, kemajuan yang dicapai Iran di bidang nuklir telah memberi kabar gembira bahwa bangsa ini punya kemampuan menundukkan puncak sains dan pengetahuan. Karena itu, gerakan keilmuan ini jangan pernah berhenti atau bergerak lamban.
Pemimpin Besar Revolusi Islam mengatakan, "Tidak ada satupun kemajuan yang sudah dicapai di bidang nuklir yang akan dihentikan, dan tak ada seorang pun yang berhak bernegosiasi akan hak ini."
Karena itu, beliau menekankan supaya gerakan keilmuan dan pengembangan teknologi nuklir terus dilanjutkan dengan kecepatan penuh.
Ayatollah al-Udzma Khamenei lebih lanjut mengungkapkan bahwa sanksi dan embargo yang dijatuhkan terhadap Iran sudah ada sejak dulu ketika belum ada isu nuklir. Atas dasar itu, sangat naif jika mempermasalahkan manfaat aktivitas nuklir dengan alasan aktivitas ini menyebabkan Iran dijatuhi embargo.
"Sanksi dan embargo tidak disebabkan oleh program nuklir, tapi karena musuh menentang jatidiri bangsa Iran dan Republik Islam yang menjunjung tinggi asas keimanan dan keyakinan akan Islam. Musuh menolak Iran yang tak mau tunduk kepada kemauan mereka," tegas beliau.
Rahbar berpesan kepada tim perunding Iran untuk tidak tunduk kepada kemauan musuh di meja perundingan dan supaya IAEA membangun hubungannya dengan Iran atas dasar hubungan yang wajar dan tidak dikondisikan darurat.
Di awal pertemuan, Ketua Badan Energi Atom Iran Dr Salehi melaporkan kemajuan program nuklir Republik Islam kepada Pemimpin Besar Revolusi Islam.
Menyinggung perundingan Iran dengan enam besar terkait isu nuklir, beliau menegaskan, "Persetujuan yang diberikan untuk merundingkan masalah nuklir dimaksudkan supaya bisa memecah atmosfir permusuhan kubu arogansi terhadap Iran, dan perundingan ini harus dilanjutkan. Tapi semua harus ingat bahwa meskipun perundingan terus berjalan, aktivitas Republik Islam Iran meliputi riset dan pengembangan nuklir tak akan pernah berhenti, dan tak ada satupun keberhasilan nuklir yang sudah diperoleh akan dibekukan. Selain itu, hubungan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) dengan Iran harus ditata secara wajar bukan dikondisikan darurat."
Dalam pertemuan yang digelar memperingati hari Nasional Teknologi Nuklir itu, Ayatollah al-Udzma Khamenei menyampaikan penghormatannya kepada para syuhada nuklir yang dengan kerja keras mereka telah membawa Iran menjadi negara yang berhasil di bidang nuklir.
"Teknologi nuklir memang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan produksi energi, juga digunakan di sektor industri, kesehatan, pertanian, keamanan pangan dan perdagangan. Akan tetapi manfaat paling penting dari ilmu ini adalah meningkatnya kepercayaan diri bangsa ini," kata beliau.
Pemimpin Besar Revolusi Islam menyatakan bahwa faktor apapun juga yang bisa melumpuhkan modus musuh dan kubu imperialis gaya lama dan baru dalam mencengkeram bangsa-bangsa lain akan dinilai sebagai faktor paling urgen dalam memacu kemajuan dan gerakan suatu bangsa.
Menyinggung apa yang dilakukan kubu arogansi untuk mencegah kemajuan Iran sejak awal revolusi Islam, beliau menambahkan, "Salah satu agenda kubu arogansi dunia dalam menghadapi revolusi Islam adalah upayanya yang terus menerus untuk memengaruhi kebijakan makro dan melemahkan tekad para pengelola negara. Tapi sampai hari ini, kubu arogansi selalu gagal dan dengan inayah Allah ke depan pun mereka akan tetap gagal."
Rahbar mengingatkan bahwa kubu arogansi terus berupaya menciptakan opini global yang memusuhi Republik Islam Iran dengan mengangkat isu-isu yang menjadi perhatian umum. Salah satunya adalah isu nuklir. Padahal, lanjut beliau, Republik Islam Iran tidak pernah berpikir untuk membuat senjata nuklir. Meski demikian, para petinggi Amerika Serikat (AS) selalu menuduh Iran dengan maksud menciptakan opini umum dunia yang memandang sinis terhadap Iran.
Mengenai perundingan nuklir beliau menegaskan bahwa perundingan ini bukan berarti Republik Islam Iran sudah melunak dalam mempertahankan haknya mengembangkan teknologi nuklir untuk tujuan damai.
Menurut beliau, kemajuan yang dicapai Iran di bidang nuklir telah memberi kabar gembira bahwa bangsa ini punya kemampuan menundukkan puncak sains dan pengetahuan. Karena itu, gerakan keilmuan ini jangan pernah berhenti atau bergerak lamban.
Pemimpin Besar Revolusi Islam mengatakan, "Tidak ada satupun kemajuan yang sudah dicapai di bidang nuklir yang akan dihentikan, dan tak ada seorang pun yang berhak bernegosiasi akan hak ini."
Karena itu, beliau menekankan supaya gerakan keilmuan dan pengembangan teknologi nuklir terus dilanjutkan dengan kecepatan penuh.
Ayatollah al-Udzma Khamenei lebih lanjut mengungkapkan bahwa sanksi dan embargo yang dijatuhkan terhadap Iran sudah ada sejak dulu ketika belum ada isu nuklir. Atas dasar itu, sangat naif jika mempermasalahkan manfaat aktivitas nuklir dengan alasan aktivitas ini menyebabkan Iran dijatuhi embargo.
"Sanksi dan embargo tidak disebabkan oleh program nuklir, tapi karena musuh menentang jatidiri bangsa Iran dan Republik Islam yang menjunjung tinggi asas keimanan dan keyakinan akan Islam. Musuh menolak Iran yang tak mau tunduk kepada kemauan mereka," tegas beliau.
Rahbar berpesan kepada tim perunding Iran untuk tidak tunduk kepada kemauan musuh di meja perundingan dan supaya IAEA membangun hubungannya dengan Iran atas dasar hubungan yang wajar dan tidak dikondisikan darurat.
Di awal pertemuan, Ketua Badan Energi Atom Iran Dr Salehi melaporkan kemajuan program nuklir Republik Islam kepada Pemimpin Besar Revolusi Islam.