Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatollah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei Kamis (6/3) pagi dalam pertemuan dengan ketua, jajaran pimpinan dan para anggota Dewan Ahli Kepemimpinan menyinggung kedudukan penting Dewan Ahli dalam sistem pemerintahan di Iran seraya mengatakan, "Pertemuan para ulama, tokoh dan mujtahid Iran dalam sidang-sidang Dewan Ahli selalu menjadi peristiwa yang penting. Dalam momen-momen tertentu signifikansi pertemuan ini dirasa lebih besar seperti sidang yang berlangsung sekarang dan pada periode ini."
Beliau menjelaskan transformasi penting yang terjadi saat ini di dunia dan di kawasan seraya menyatakan bahwa salah satu tanggungjawab yang harus dilaksanakan pada situasi saat ini adalah mencermati dan mengevaluasi apa yang menjadi tugas kita.
"Dalam kondisi seperti ini, seluruh lembaga negara termasuk Dewan Ahli Kepemimpinan harus mempunyai pandangan yang inovatif dan substansial dalam mencermati realitas yang terjadi di dunia," kata beliau.
Selanjutnya, Rahbar menjelaskan sejumlah transformasi penting di dunia dan menuturkan, "Dimulainya perkembangan yang substansial di dunia dan kawasan yang diwarnai dengan terlihatnya tanda-tandanya di berbagai belahan dunia termasuk di kawasan utara Afrika, Asia dan Eropa adalah satu contoh realitas saat ini yang harus disoroti dengan cermat dan teliti."
Realitas yang kedua adalah terguncangnya ketenangan kubu arogansi dan kekuatan adidaya dunia. Beliau mengatakan, "Salah satu tanda guncangan ini adalah krisis ekonomi yang terjadi di Eropa dan Amerika Serikat (AS) yang terlihat dari keruntuhan perekonomian di sana."
Ayatollah al-Udzma Khamenei menyebut dekadensi moral, ternodainya kemanusiaan dan terungkapnya identitas utama dari peradaban Barat yang dibangun di atas landasan ideologi humanisme sebagai salah satu tanda adanya guncangan yang meresahkan kubu arogansi.
"Pembunuhan, penjarahan dan kekerasan serta kebejatan, pengumbaran syahwat yang menghancurkan dengan merebaknya perkawinan sejenis, pembelaan terbuka terhadap terorisme keji dan brutal di kawasan, juga penistaan terang-terangan terhadap kesucian dan para pemimpin agama, semua itu adalah bukti nyata akan kegagalan peradaban Barat dalam masalah moral," ungkap beliau.
Realitas berikutnya adalah runtuhnya satu demi satu pilar-pilar keilmuan dan jatidiri pada peradaban Barat yang diwarnai dengan kebencian umum terhadap AS dan kekuatan adidaya Dunia yang kian merusak citra mereka di depan publik internasional.
Pemimpin Besar Revolusi Islam menegaskan, "Kebangkitan bangsa-bangsa di dunia khususnya kebangkitan Islam dan memuncaknya semangat resistensi Islam adalah satu lagi fakta yang terjadi di dunia saat ini."
Menyinggung sikap dan pernyataan sebagian orang terkait kebangkitan Islam beliau menandaskan, "Sekarang terbukti bahwa kebangkitan ini sangat erat kaitannya dengan Islam. Walaupun saat ini terkesan surut, namun spirit percaya diri dan kembali ke jatidiri Islam tak akan pernah lenyap, dan saat inipun tidak sirna."
Realitas penting berikutnya yang mewarnai dunia saat ini adalah keberhasilan yang dicapai oleh bangsa Iran dengan revolusi Islamnya dan berkembangnya semangat independensi bangsa Iran setelah 35 tahun kemenangan revolusi.
"Semangat revolusi bangsa Iran tetap hidup. Pawai kemenangan revolusi Islam 22 Bahman tahun ini adalah fakta yang spektakuler dan bukti yang menguatkan klaim ini," ungkap beliau.
Setelah menjelaskan sejumlah realitas penting dunia, Rahbar menyebutkan tugas dan tanggungjawab para petinggi Republik Islam pada periode yang menentukan ini.
Tugas para petinggi pemerintahan Islam Iran, menurut beliau, adalah melihat semua titik lemah dan kuat yang ada. Fakta menunjukkan bahwa revolusi Islam Iran tidak sama dengan revolusi-revolusi lain yang terjadi di dunia. Berlalunya tiga dekade dari kemenangan revolusi Islam memperlihatkan bahwa revolusi ini tetap hidup dan bangsa ini tetap menyuarakan perjuangan untuk Islam, kemerdekaan dan keadilan.
Tugas kedua adalah merasa bangga dan menghargai generasi muda yang agamis dan revolusioner di negeri ini. Meski tidak terlibat dan menyaksikan perjuangan meraih kemenangan revolusi dan rangkaian peristiwa yang terjadi setelahnya, namun generasi ini terbentuk menjadi generasi yang taat beragama dan loyal kepada revolusi Islam.
Tugas ketiga yang diemban para petinggi pemerintahan Islam Iran adalah memerhatikan kapasitas dan potensi besar dan berlimpah yang ada di negeri ini serta memanfaatkannya dengan baik. Kapasitas dan potensi besar inilah yang membimbing para petinggi Iran untuk memperkuat sistem ekonomi resistensi.
Tugas keempat adalah tidak lalai akan permusuhan lawan dan gangguan dari musuh. Sebab, musuh tak akan pernah berhenti memusuhi selama pemerintahan Islam dan bangsa Iran memegang teguh prinsip-prinsip dan cita-cita perjuangannya. Sejak dulu, kubu arogansi memiliki dendam yang mengakar dalam terhadap bangsa Iran, dan dendam itu saat ini bisa disaksikan dalam sikap dan pernyataan musuh.
Tugas kelima adalah menjalankan kebijakan ekonomi resistensi. Musuh yang meski memendam permusuhan namun tidak mampu melawan pemerintahan Islam dan bangsa Iran, menggunakan sanksi sebagai senjata. Padahal mereka tahu bahwa sanksi dan embargo yang mereka terapkan terhadap Republik Islam Iran sejak awal revolusi Islam sampai sekarang tidak ada gunanya. Bukti dari sia-sianya sanksi dan embargo nampak dari ancaman verbal yang ditebar oleh para petinggi AS terhadap Iran.
Untuk itu, Ayatollah al-Udzma Khamenei menekankan bahwa kerjasama dan koordinasi yang baik di antara pimpinan tiga lembaga tinggi negara, juga koordinasi antara Presiden dan para menteri yang bisa disaksikan saat ini, menumbuhkan harapan bahwa dengan bantuan Allah Swt, ekonomi resistensi akan bisa mengalahkan semua sanksi dan makar musuh.
Selain itu, beliau juga mengingatkan tugas berikutnya yaitu mengandalkan rakyat dan melakukan pekerjaan dengan semangat jihad. "Sejak awal kemenangan revolusi Islam setiap kali rakyat terlibat dan langkah dimulai dengan nama Allah dan semangat jihad, kita selalu meraih keberhasilan. Salah satu buktinya adalah kemenangan revolusi Islam dan di medan Perang Pertahanan Suci yang berlangsung delapan tahun," imbuh beliau.
Tugas kedelapan yang mesti diperhatikan adalah bahwa para petinggi negara harus selalu memerhatikan perkembangan yang ada di dalam negeri seraya membandingkan kondisi dan kemampuan yang dimiliki saat ini dengan kondisi beberapa tahun yang lalu.
Seraya mengingatkan semua pihak untuk memperjelas batas pemisah dengan musuh, beliau menyayangkan sikap sebagian kalangan yang salah menganggap imbaun memperjelas batas pemisah dengan musuh sebagai pernyataan untuk memutus hubungan dengan dunia. Padahal yang dimaksud adalah batas sikap seperti keharusan adanya kejelasan batas teritorial dengan musuh.
"Tidak ada yang menentang hubungan dengan dunia. Tapi yang harus diperjelas adalah dengan siapa dan bagaimana kita menjalin hubungan," kata Rahbar.
Tugas selanjutnya yang dipikul oleh para penyelenggara negara adalah tawakkal kepada Allah dan tidak gentar menghadapi musuh. Mengenai AS, beliau mengatakan, "Sekarang, musuh-musuh bangsa Iran adalah pihak-pihak yang punya nama paling buruk. Di pentas internasional, AS dikenal sebagai pemain yang kasar, penjahat, dan pelanggar hak asasi manusia. Sementara di dalam negeri, pemerintah AS dipandang sebagai rezim pembohong, dan saat ini tingkat kepercayaan rakyat AS kepada pemerintahannya berada di level terendah."
"Pemerintahan yang tidak punya harga diri seperti ini," imbuh beliau, "tidak perlu ditakuti. Jika bersama Allah, kita pasti akan ditolongNya."
Beliau menyebutkan tugas lain para pejabat negara yaitu menjaga dan memperkuat persatuan nasional yang meliputi persatuan antara para pemeluk berbagai madzhab dan persatuan antara berbagai etnis.
Mengenai kebudayaan, Pemimpin Besar Revolusi Islam menyeru para pejabat untuk memerhatikan tugas yang sangat penting ini. Beliau menyinggung kekhawatiran para anggota Dewan Ahli Kepemimpinan terhadap kondisi budaya di Iran seraya menegaskan bahwa kekhawatiran yang sama juga beliau rasakan. Karena itu, pemerintah selaku lembaga eksekutif harus memerhatikan masalah ini. "Tidak ada kata kompromi untuk masalah kebudayaan," tegas beliau.
Ayatollah al-Udzma Khamenei menambahkan, "Masalah kebudayaan sangat penting. Sebab, pilar utama resistensi dan gerakan pemerintahan Islam dilandasi oleh keterjagaan budaya Islam dan revolusi, dan pemerintahan ini berusaha keras memperkuat budaya keimanan dan revolusi."
Di akhir pembicaraannya, Rahbar menegaskan bahwa apa yang sudah disampaikan hendaknya menjadi bahan diskusi dan kepercayaan umum, dan untuk mewujudkannya diperlukan penjelasan yang logis dan cerdas tanpa sikap ektrim serta dengan bahasa yang baik.
Di awal pertemuan Ketua Dewan Ahli Kepemimpinan Ayatollah Mahdavi Kani melaporkan pelaksanaan sidang ke 15 Dewan ini yang dihadiri oleh hampir seluruh anggota.
Selanjutnya wakil ketua Dewan Ahli Kepemimpinan, Ayatollah Mohammad Yazdi menyampaikan hasil sidang yang membahas berbagai permasalahan.
Beliau menjelaskan transformasi penting yang terjadi saat ini di dunia dan di kawasan seraya menyatakan bahwa salah satu tanggungjawab yang harus dilaksanakan pada situasi saat ini adalah mencermati dan mengevaluasi apa yang menjadi tugas kita.
"Dalam kondisi seperti ini, seluruh lembaga negara termasuk Dewan Ahli Kepemimpinan harus mempunyai pandangan yang inovatif dan substansial dalam mencermati realitas yang terjadi di dunia," kata beliau.
Selanjutnya, Rahbar menjelaskan sejumlah transformasi penting di dunia dan menuturkan, "Dimulainya perkembangan yang substansial di dunia dan kawasan yang diwarnai dengan terlihatnya tanda-tandanya di berbagai belahan dunia termasuk di kawasan utara Afrika, Asia dan Eropa adalah satu contoh realitas saat ini yang harus disoroti dengan cermat dan teliti."
Realitas yang kedua adalah terguncangnya ketenangan kubu arogansi dan kekuatan adidaya dunia. Beliau mengatakan, "Salah satu tanda guncangan ini adalah krisis ekonomi yang terjadi di Eropa dan Amerika Serikat (AS) yang terlihat dari keruntuhan perekonomian di sana."
Ayatollah al-Udzma Khamenei menyebut dekadensi moral, ternodainya kemanusiaan dan terungkapnya identitas utama dari peradaban Barat yang dibangun di atas landasan ideologi humanisme sebagai salah satu tanda adanya guncangan yang meresahkan kubu arogansi.
"Pembunuhan, penjarahan dan kekerasan serta kebejatan, pengumbaran syahwat yang menghancurkan dengan merebaknya perkawinan sejenis, pembelaan terbuka terhadap terorisme keji dan brutal di kawasan, juga penistaan terang-terangan terhadap kesucian dan para pemimpin agama, semua itu adalah bukti nyata akan kegagalan peradaban Barat dalam masalah moral," ungkap beliau.
Realitas berikutnya adalah runtuhnya satu demi satu pilar-pilar keilmuan dan jatidiri pada peradaban Barat yang diwarnai dengan kebencian umum terhadap AS dan kekuatan adidaya Dunia yang kian merusak citra mereka di depan publik internasional.
Pemimpin Besar Revolusi Islam menegaskan, "Kebangkitan bangsa-bangsa di dunia khususnya kebangkitan Islam dan memuncaknya semangat resistensi Islam adalah satu lagi fakta yang terjadi di dunia saat ini."
Menyinggung sikap dan pernyataan sebagian orang terkait kebangkitan Islam beliau menandaskan, "Sekarang terbukti bahwa kebangkitan ini sangat erat kaitannya dengan Islam. Walaupun saat ini terkesan surut, namun spirit percaya diri dan kembali ke jatidiri Islam tak akan pernah lenyap, dan saat inipun tidak sirna."
Realitas penting berikutnya yang mewarnai dunia saat ini adalah keberhasilan yang dicapai oleh bangsa Iran dengan revolusi Islamnya dan berkembangnya semangat independensi bangsa Iran setelah 35 tahun kemenangan revolusi.
"Semangat revolusi bangsa Iran tetap hidup. Pawai kemenangan revolusi Islam 22 Bahman tahun ini adalah fakta yang spektakuler dan bukti yang menguatkan klaim ini," ungkap beliau.
Setelah menjelaskan sejumlah realitas penting dunia, Rahbar menyebutkan tugas dan tanggungjawab para petinggi Republik Islam pada periode yang menentukan ini.
Tugas para petinggi pemerintahan Islam Iran, menurut beliau, adalah melihat semua titik lemah dan kuat yang ada. Fakta menunjukkan bahwa revolusi Islam Iran tidak sama dengan revolusi-revolusi lain yang terjadi di dunia. Berlalunya tiga dekade dari kemenangan revolusi Islam memperlihatkan bahwa revolusi ini tetap hidup dan bangsa ini tetap menyuarakan perjuangan untuk Islam, kemerdekaan dan keadilan.
Tugas kedua adalah merasa bangga dan menghargai generasi muda yang agamis dan revolusioner di negeri ini. Meski tidak terlibat dan menyaksikan perjuangan meraih kemenangan revolusi dan rangkaian peristiwa yang terjadi setelahnya, namun generasi ini terbentuk menjadi generasi yang taat beragama dan loyal kepada revolusi Islam.
Tugas ketiga yang diemban para petinggi pemerintahan Islam Iran adalah memerhatikan kapasitas dan potensi besar dan berlimpah yang ada di negeri ini serta memanfaatkannya dengan baik. Kapasitas dan potensi besar inilah yang membimbing para petinggi Iran untuk memperkuat sistem ekonomi resistensi.
Tugas keempat adalah tidak lalai akan permusuhan lawan dan gangguan dari musuh. Sebab, musuh tak akan pernah berhenti memusuhi selama pemerintahan Islam dan bangsa Iran memegang teguh prinsip-prinsip dan cita-cita perjuangannya. Sejak dulu, kubu arogansi memiliki dendam yang mengakar dalam terhadap bangsa Iran, dan dendam itu saat ini bisa disaksikan dalam sikap dan pernyataan musuh.
Tugas kelima adalah menjalankan kebijakan ekonomi resistensi. Musuh yang meski memendam permusuhan namun tidak mampu melawan pemerintahan Islam dan bangsa Iran, menggunakan sanksi sebagai senjata. Padahal mereka tahu bahwa sanksi dan embargo yang mereka terapkan terhadap Republik Islam Iran sejak awal revolusi Islam sampai sekarang tidak ada gunanya. Bukti dari sia-sianya sanksi dan embargo nampak dari ancaman verbal yang ditebar oleh para petinggi AS terhadap Iran.
Untuk itu, Ayatollah al-Udzma Khamenei menekankan bahwa kerjasama dan koordinasi yang baik di antara pimpinan tiga lembaga tinggi negara, juga koordinasi antara Presiden dan para menteri yang bisa disaksikan saat ini, menumbuhkan harapan bahwa dengan bantuan Allah Swt, ekonomi resistensi akan bisa mengalahkan semua sanksi dan makar musuh.
Selain itu, beliau juga mengingatkan tugas berikutnya yaitu mengandalkan rakyat dan melakukan pekerjaan dengan semangat jihad. "Sejak awal kemenangan revolusi Islam setiap kali rakyat terlibat dan langkah dimulai dengan nama Allah dan semangat jihad, kita selalu meraih keberhasilan. Salah satu buktinya adalah kemenangan revolusi Islam dan di medan Perang Pertahanan Suci yang berlangsung delapan tahun," imbuh beliau.
Tugas kedelapan yang mesti diperhatikan adalah bahwa para petinggi negara harus selalu memerhatikan perkembangan yang ada di dalam negeri seraya membandingkan kondisi dan kemampuan yang dimiliki saat ini dengan kondisi beberapa tahun yang lalu.
Seraya mengingatkan semua pihak untuk memperjelas batas pemisah dengan musuh, beliau menyayangkan sikap sebagian kalangan yang salah menganggap imbaun memperjelas batas pemisah dengan musuh sebagai pernyataan untuk memutus hubungan dengan dunia. Padahal yang dimaksud adalah batas sikap seperti keharusan adanya kejelasan batas teritorial dengan musuh.
"Tidak ada yang menentang hubungan dengan dunia. Tapi yang harus diperjelas adalah dengan siapa dan bagaimana kita menjalin hubungan," kata Rahbar.
Tugas selanjutnya yang dipikul oleh para penyelenggara negara adalah tawakkal kepada Allah dan tidak gentar menghadapi musuh. Mengenai AS, beliau mengatakan, "Sekarang, musuh-musuh bangsa Iran adalah pihak-pihak yang punya nama paling buruk. Di pentas internasional, AS dikenal sebagai pemain yang kasar, penjahat, dan pelanggar hak asasi manusia. Sementara di dalam negeri, pemerintah AS dipandang sebagai rezim pembohong, dan saat ini tingkat kepercayaan rakyat AS kepada pemerintahannya berada di level terendah."
"Pemerintahan yang tidak punya harga diri seperti ini," imbuh beliau, "tidak perlu ditakuti. Jika bersama Allah, kita pasti akan ditolongNya."
Beliau menyebutkan tugas lain para pejabat negara yaitu menjaga dan memperkuat persatuan nasional yang meliputi persatuan antara para pemeluk berbagai madzhab dan persatuan antara berbagai etnis.
Mengenai kebudayaan, Pemimpin Besar Revolusi Islam menyeru para pejabat untuk memerhatikan tugas yang sangat penting ini. Beliau menyinggung kekhawatiran para anggota Dewan Ahli Kepemimpinan terhadap kondisi budaya di Iran seraya menegaskan bahwa kekhawatiran yang sama juga beliau rasakan. Karena itu, pemerintah selaku lembaga eksekutif harus memerhatikan masalah ini. "Tidak ada kata kompromi untuk masalah kebudayaan," tegas beliau.
Ayatollah al-Udzma Khamenei menambahkan, "Masalah kebudayaan sangat penting. Sebab, pilar utama resistensi dan gerakan pemerintahan Islam dilandasi oleh keterjagaan budaya Islam dan revolusi, dan pemerintahan ini berusaha keras memperkuat budaya keimanan dan revolusi."
Di akhir pembicaraannya, Rahbar menegaskan bahwa apa yang sudah disampaikan hendaknya menjadi bahan diskusi dan kepercayaan umum, dan untuk mewujudkannya diperlukan penjelasan yang logis dan cerdas tanpa sikap ektrim serta dengan bahasa yang baik.
Di awal pertemuan Ketua Dewan Ahli Kepemimpinan Ayatollah Mahdavi Kani melaporkan pelaksanaan sidang ke 15 Dewan ini yang dihadiri oleh hampir seluruh anggota.
Selanjutnya wakil ketua Dewan Ahli Kepemimpinan, Ayatollah Mohammad Yazdi menyampaikan hasil sidang yang membahas berbagai permasalahan.